Вы находитесь на странице: 1из 25

TUGAS

Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan

Diajukan oleh :
Diba Nur Rahman (0501161074)

Dosen Pembimbing :
Ibu Isnaini Harahap, M. Ag

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
MEDAN
POTRET PEMBANGUNAN

Foto ini menjelaskan tentang pendidikan. Menurut saya, pendidikan memainkan peran
penting dalam membentuk pembangunan sebuah negara. Seperti yang kita ketahui bahwa,
pembangunan merupakan proses yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat,
termasuk pendidikan dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara
keseluruhan. Dalam hal ini, kualitas sumber manusia sangatlah berperan penting dalam
meningkatkan pembangunan sebuah negara. pendidikan menduduki posisi penting dalam
pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, setiap
masyarakat layak mendapatkan pendidikan agar kualitas mereka semakin meningkat. Dan juga
selain itu, di dalam pendidikan tidak hanya ilmu saja yang harus mereka dapatkan, namun juga
etika dan akhlak. Karena SDM yang bermutu adalah SDM yang luas pengetahuannya dan juga
memiliki pandangan dan tingkah laku etis dan moral yang tinggi. Oleh karena itu, menurut saya
untuk meningkatkan kualitas SDM, yang mereka perlukan tidak hanya ilmu, namun juga etika
dan moral.

2
REVIEW BUKU
PEMBANGUNAN EKONOMI

Identitas buku
Judul buku : Pembangunan Ekonomi
Nama pengarang : Michael Todaro
Penerbit : PT. Gelora Aksara Pratama
Tahun terbit : 2000
Tempat terbit : Jakarta
Jilid dan edisi : Jilid satu (1), Edisi ke tujuh (7)
Halaman : 550 halaman

Hasil Review Buku


Buku yang berjudul pembangunan ekonomi yang dibuat oleh Michael Todaro
merupakan buku yang menjelaskan tentang pembangunan ekonomi mulai dari pengertian
ekonomi pembangunan, konsep, kebijakan-kebijakan, dan sebagainya. Di bagian pertama dalam
buku ini, dijelaskan tentang apa itu ilmu ekonomi. Menurut Michael Todaro, ilmu ekonomi
pembangunan juga perlu memberikan perhatian besar kepada formulasi kebijakan-kebijakan
publik yang sebaik-baiknya demi menghadirkan serangkaian transformasi ekonomi, sosial dan
institusional yang sekiranya berdampak positif kepada masyarakat secara keseluruhan.

Di dalam buku ini, tidak hanya menjelaskan tentang pembangunan ekonomi saja, namun
juga membahas tentang masalah dan tantangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang.
Masalah masalah seperti kemiskinan, produktivitas yang rendah, pertumbuhan penduduk yang
berlebihan, pengangguran, dan lain sebagainya, memiliki aspek-aspek domestik sekaligus
global, baik ketika kita berbicara tentang asal mula masalah tersebut, maupun solusi-solusi
untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, keberhasilan upaya-upaya pembangunan
ekonomi juga banyak diperlukan di negara-negara berkembang. Namun meskipun begitu, perlu
diingat bahwa banyak pula negara-negara berkembang yang telah berhasil dalam upayanya
meningkatkan pendapatan nasional, menurunkan tingkat kematian, memperbaik akses
pendidikan, serta memperbaiki usia harapan hidup.

3
Di buku ini juga dijelaskan bahwa melalui penerapan serangkaian kebijakan ekonomi
dan politik yang tepat, baik itu di dalam maupun di luar negeri, serta dengan suatu dukungan
yang benar benar positif dan efektif dari Negara-negara maju, maka Negara-negara berkembang
tersebut akan memiliki sarana dan dukungan yang lebih memadai guna mewujudkan aspirasi
aspirasi pembangunan.

Kelebihan
Buku ini menyajikan tentang ilmu pembangunan ekonomi secara lebih rinci, dan juga
tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan tentang masalah dan tantangan yang akan dihadapi
oleh Negara Negara. Selain itu tidak hanya membahas masalah dan tantangan yang dihadapi,
namun juga membahas bagaimana solusi yang sebaiknya dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Dan buku pembangunan ekonomi oleh Michael P. Todaro ini merupakan buku yang
menyajikan pembahasan dengan lengkap dan juga rinci, dan juga dapat difahami oleh pembaca,
selain bisa difahami, juga bisa menambah ilmu dan menjadi pelajaran yang sangat menarik bagi
si pembaca.

Kelemahan
Buku ini merupakan buku terjemahan, oleh karena itu ada beberapa kalimat yang tidak
mudah difahami bagi para pembaca. Meski demikian, itu hanya beberapa kalimat saja namun
tidak secara keseluruhan. Dan juga buku ini layak dibaca dan juga bisa difahami oleh para
pembaca.

Kesimpulan
Melalui buku ini kita bisa semakin menambah ilmu kita tentng ekonomi pembangunan,
tidak hanya materi dasar tentang ekonomi pembangunan, namun secara keseluruhan. Dan dapat
disimpulkan bahwa ilmu ekonomi pembangunan ini merupakan bentuk perkembangan lebih
lanjut dari suatu Negara yang sangat penting. Dan juga ilmu ekonomi pembangunan ini
menitikberatkan perhatiannya secara keseluruhan terhadap masyarakat baik di bidang ekonomi,
social dan lain sebagainya, yang harus diciptakan demi meningkatkan standar hidup penduduk
di suatu Negara, dan sekiranya dapat berdampak positif terhadap kondisi masyarakat secara
keseluruhan di suatu Negara.

4
REVIEW JURNAL
PEMBANGUNAN EKONOMI

Judul Perdagangan, bantuan dan terror


Jurnal Jurnal
ISSN & Halaman , Hal 1-25
Tahun 2017
Penulis Simplice Asongu Oasis Kodila-Tedika
Reviewer and Critical Diba Nur Rahman (0501161074)
Dosen Pengampuh Mata Kuliah Isnaini Harahap, M.Ag
Tanggal 8 Mei 2018
Sumber Emerald Insight
Review
Tujuan penelitian Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan
diri dengan kecemasan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa.
Subjek Penelitian Mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Kristen Imanuel (UKRIM) Yogyakarta. Jumlah
subjek 118 orang, terdiri dari 61 orang mahasiswi dan 57
orang mahasiswa.
Metode penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode
penelitian kuantitatif korelasional.
Variabel Penelitian Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah Kecemasan
Komunikasi Interpersonal.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kepercayaan Diri.
Variabel moderator dalam penelitian ini adalah Jenis Kelamin.
Definisi Kepercayaan diri
Kepercayaan diri diidentikan dengan kemandirian, orang yang
kepercayaan dirinya tinggi umumnya lebih mudah terlibat
secara pribadi dengan orang lain dan lebih berhasil dalam
hubungan interpersonal (Goodstadt & Kipnir dalam Bunker
dkk, 1983)
Kecemasan komunikasi interpersonal
Kecemasan komunikasi interpersonal adalah adanya rasa
khawatir tentang respon atau penilaian orang lain terhadap
dirinya, yaitu mengenai apa yang disampaikannya dan
bagaimana ia menyampaikannya.
Jenis kelamin
Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas
akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki.
Lakilaki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih
sensitif.
Alat Ukur Penelitian Penelitian ini menggunakan dua (2) skala, yaitu Skala
Kepercayaan Diri yang terdiri dari 43 aitem, yang merupakan
modifikasi dari The Test of Self Confidence yang disusun oleh
Peter Lauster (1978), dan Skala Kecemasan Komunikasi
Interpersonal yang terdiri dari 57 aitem, dimodifikasi dari
skala yang disusun oleh Syarani (1995) berdasarkan aspek-
5
aspek kecemasan yang dikemukakan oleh Sue (1986).
Analisis Data dan Hasil Penelitian Data dianalisis dengan menggunakan korelasi moment
tangkar dan uji t, dengan bantuan Seri Program Statistik (SPS)
edisi Sutrisno Hadi dan Seno Pamardiyanto.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi
sebesar - 0,725 dengan p < 0,01 yang berarti ada hubungan
negatif yang signifikan antara kepercayaan diri dengan
kecemasan komunikasi interpersonal. Berarti semakin tinggi
kepercayaan diri, maka semakin rendah kecemasan
komunikasi interpersonalnya, begitu pula sebaliknya.
Sementara dari uji t diperoleh hasil sebesar -0,678 dengan
p>0,05 yang berarti tidak ada perbedaan kecemasan
komunikasi interpersonal yang signifikan antara subjek
perempuan dan laki-laki.
Kepercayaan diri memberikan sumbangan efektif sebesar 52,6
% terhadap kecemasan komunikasi interpersonal, sementara
sisanya 47,4 % ditentukan oleh faktor lain di luar kepercayaan
diri, seperti ketrampilan berkomunikasi, situasi, pengalaman
kegagalan atau kesuksesan dalam komunikasi interpersonal,
dan predisposisi genetik. Hasil uji t menunjukkan tidak ada
perbedaan kecemasan komunikasi antara subjek laki-laki dan
perempuan. Kemungkinan besar hal ini disebabkan karena
adanya pengaruh faktor lingkungan. Fakta yang bisa dilihat
pada lingkungan subjek penelitian yaitu di kampus, tidak
menunjukkan adanya perbedaan perlakuan terhadap laki-laki
dan perempuan. Selain itu model pendidikan dalam keluarga
saat ini sudah mulai berubah, dimana tidak menonjol lagi
diskriminasi perlakuan terhadap laki-laki dan perempuan,
sehingga kedua-duanya dapat mengaktualisasikan dirinya
dengan leluasa.
Dalam penelitian ini diperoleh rerata empirik kecemasan
komunikasi interpersonal sebesar 144,542 sedangkan rerata
hipotetik sebesar 171. hal ini menunjukkan bahwa kecemasan
komunikasi subjek cenderung rendah. Selain itu diperoleh
rerata empirik kepercayaan diri subjek sebesar 148,499, dan
rerata hipotetiknya 129, hal ini menunjukkan kepercayaan diri
subjek cukup baik.

6
Critical
Kelemahan Penelitian 1. Tidak adanya teori yang menjelaskan tentang kecemasan
komunikasi interpersonal. Alasannya karena teori
kecemasan komunikasi interpersonal adalah pijakan dalam
penelitian kuantitatif. Seharusnya dalam sebuah penelitian
memiliki teori pijakan sebagai dasar teoritis untuk
penelitian.
2. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengungkap
Kepercayaan Diri dan Kecemasan Komunikasi
Interpersonal dalam penelitian ini tidak dijabarkan dan
tidak dijelaskan. Seharunya dijabarkan dan dijelaskan
untuk mengetahui apa sajakah aspek-aspek yang diungkap
menurut ahli tersebut.
3. Di dalam jurnal penelitian ini tidak memiliki definisi
operasional variabel penelitian. Seharusnya memiliki
karena definisi operasional merupakan penjelasan
mengenai variabel penelitian secara
operasional/prakteknya di empirik.
4. Tidak adanya pembuktian mengenai hasil uji validitas dan
reliabilitas instrument/alat ukur yang digunakan, sehingga
alat ukur yang digunakan diragukan validitas dan
reliabilitasnya. Seharusnya dipaparkan mengenai validitas
dan reliabilitas alat ukurnya sehingga alat ukur dan data
penelitian yang di dapatkan tidak diragukan kebenarannya.
5. Dari hasil uji t di dapatkan nilai sebesar -0,678 dengan
p>05 yang berarti tidak ada perbedaan kecemasan
komunikasi interpersonal yang signifikan antara subjek
perempuan dan laki-laki. Hal ini membantah teori dari
Myers (1983) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas
akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki.
Karena dari hasil penelitian ini menunjukan tidak adanya
perbedaan kecemasan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa.
6. Dalam jurnal ini juga tidak memberikan saran. Seharusnya
sebuah penelitian memberikan saran untuk dapat di
tindaklanjuti.
7. Literatur yang diigunakan dalam penelitian bukan teori-
teori yang terbaru melainkan teori-teori yang sudah lama.
Seharusnya dalam sebuah penelitian menggunakan teori
yang setidaknya dari 10 tahun terakhir dari saat penelitian
dilakukan.
8. Aspek-aspek teori yang digunakan untuk mengungkap
variabel tergantung dalam penelitian mengutip dari sumber
skripsi. Seharusnya untuk teori yang menjadi pijakan
penelitian, peneliti memiliki buku aslinya.
Kelebihan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah menggunakan variabel
moderator jenis kelamin. Hal ini membuat penelitian tidak
hanya dapat mengungkap hubungan antara variabel bebas dan
variabel tergantung tetapi juga dapat melihat ada atau tidak
nya perbedaan diantara dua kelompok subjek yaitu mahasiswa
perempuan dan mahasiswa laki-laki.

7
RESUME STRUKTUR NEGARA BERKEMBANG

Negara Negara di dunia dapat digolongkan menjadi Negara terbelakang, sedang


berkembang dan maju. Namun untuk menentukan apakah suaty Negara itu tergolong Negara
maju atau berkembang tidak mudah karena banyak nya indicator yang mungkin tidak dapat
dipenuhi oleh suatu Negara. Sebuh Negara kaya, belum tentu Negara maju, karena tidak
memenuhi syarat seperti kemajuan di bidang ekonomi, teknologi dan kondisi social politik.
Begitupun dengan Negara miskin atau Negara terbelakang yang umumnya dikategorikan
sebagai Negara sedang berkembang, padahal kondisi kedua Negara tersebut sangat berbeda.

A. Klasifikasi Ngera

Ada beberapa klasifikasi Negara. Pasca perang dunia kedua, terjadi ketegangan antara
dua blok geopolitik besar yaitu komunisme yang dikomandai Uni Soviet dan kapitalisme
yang dikomandai oleh Amerika dan Inggris. Kedua blok ini saling bersaing sehingga
menimbulkan perang dingin sehingga muncul istilah Negara dunia pertama, Negara dunia
kedua dan Negara dunia ketiga.

1. Negara dunia pertama

Secara umum, dunia pertama adalah Negara kapitalis, Negara industry, Negara kaya,
Negara maju yang sejajar dengan Amerika Serikat dan Britania Raya setelah Perang
Dunia II. Dunia pertama dipandang sebagai Negara yang memiliki ekonomi paling maju,
pengaruh terbesar, standar hidup tertinggi, dan teknologi maju.

2. Negara dunia kedua

Dunia kedua adalah bekas Negara Negara sosialis yang sebagian besar wilayahnya
berasal dari Uni Soviet. Setelah perang dunia II.

3. Negara dunia ketiga

Saat ini istilah dunia ketiga sering dipergunakan untuk Negara Negara yang IPM nya
rendah. Istilah dunia ketiga banyak dikritik dan dinilai diskriminatif karena tidak
menganggap dunia dunia ketiga sebagai bagian dari system ekonomi global.

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa istilah dunia pertama, kedua dan ketiga
berubah dari yang berbasis pada ideologi politik menjadi definisi ekonomi Negara. Teori
tiga dunia ini banyak dikritik karena dinilai kurang baik dan sebagai gantinya diperkenalkan
istilah Negara maju, berkembang dan terbelakang.

8
a. Negara miskin atau terbelakang

Negara Terbelakang adalah negara tidak mampu berdiri sendiri karena tidak
memiliki sistem ekonomi yang dapat memenuhi dan menstabilkan tingkat
perekonomian negaranya sehingga dapat memengaruhi keadaan kehidupan
masyarakat di negaranya. Selain itu, negara terbelakang memiliki tingkat kemiskinan
yang tinggi dan terjadi hampir di seluruh wilayah negaranya.

b. Negara berkembang

Negara berkembang adalah istilah yang umum digunakan untuk menjelaskan


suatu negara dengan kesejahteraan material tingkat rendah. Karena tidak ada definisi
tetap negara berkembang yang diakui secara internasional, tingkat pembangunan bisa
saja bervariasi di dalam negara berkembang tersebut. Sejumlah negara berkembang
memiliki standar hidup rata-rata yang tinggi dan Kebanyakan negara dengan GDP
per kapita tinggi dianggap negara berkembang.

Khususnya bagi Negara berkembang, PBB mencoba mengklarifikasikannya


menjadi tiga golongan besar yakni:

1. Negara paling miskin disebut sebagai Negara Negara yang paling terbelakang/
2. Negara berkembang yang tergabung dalam kelompok sedang berkembang
3. Negara kaya, yang merupakan pengekspor minyak anggota OPEC. Tingkat
pendapatan nasional Negara Negara OPEC ini meningkat dramatis setelah
terjadinya lonjakan harga minyak pada tahun 1970-an

c. Negara maju

Negara maju adalah sebutan untuk negara yang menikmati standar hidup yang
relatif tinggi melalui teknologi tinggi dan ekonomi yang merata. Jadi suatu Negara
dikatakan Maju apabila :

1. Pendapatan rata-rata penduduk tinggi.


2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menunjang
industrialisasi cepat.
3. Pendidikan dan keterampilan penduduk cukup tinggi.
4. Angka harapan hidup tinggi.

9
Kemudian ada beberapa klasifikasi Negara berdasarkan kawasan dan pendapatan, yaitu:

1. Neara berpendapatan rendah yaitu Negara yang memiliki PDB perkapita $1.045
atau kurang
2. Negara berpendapatan menengah rendah yaitu Negara yang memiliki PDB
perkapita $1.045 hingga $4.125
3. Negara berpendatan menengah tinggi yaitu Negara yang memiliki PDB perkapita
$4.125 hingga $12.736
4. Negara berpendapatan tinggi yaitu Negara yang memiliki PDB perkapita $12.736
atau lebih. Kelompok keempat ini merupakan yang paling makmur, sering
disebut Negara Negara maju atau Negara dunia pertama.

Kemudian ada klasifikasi Negara berdasarkan IPM, yaitu:

1. Negara yang IPM sangat tinggi

Norwegia merupakan Negara yang mempunyai IPM tertinggi dari 169 negara
yang diukur. Hrapan hidup warga Norwegia tecatat melebihi 80 tahun dan hamper
seratus persen penduduknya mengenyam pendidikan formal. Pendapatan nasional
Norwegia juga melebihi standar yang digunakan HDI yaitu US$ 40ribu.

2. Negara dengan IPM tinggi

Ada dua Negara di Asia Tenggara yang memiliki IPM tinggi, yaitu Malaysia
yang berada di peringkat Ke 62 dan Thailand di peringkat ke 95 sudah asuk ke dalam
kelompok pembangunan manusia tinggi.

3. Negara dengan IPM menengah

Dalam konteks IPM Indonesia, beberapa hal yang patut digaris bawahi yaitu
bahwa untuk rata rata lama bersekolah, posisi Indonesia melampaui rata rata di Asia
Timur dan Pasifik serta Negara kelompok pembangunan manusia menengah lain.
Dalam tantangan dunia kerja yang dipengaruhi revolusi digital, pendidikan di
Indonesia harus membekali generasi muda dengan kompetensi sesuai dengan dunia
kerja. Peluang Indonesia berpindah ke kelompok tinggi terbuka karena kebijakan
pemerintaah saat ini juga mengarah kesana.

10
4. Negara dengan IPM rendah

Nigeria berada pada posisi juru kunci dengan HDI 0.348. rendahnya HDI ini
sebagaimana Negara Negara di Afrika lainnya disebabkan beberapa hal, seperti lahan
yang tandus dan kering, efek dari penjajahan yang dilakukan para penjajah beratus-
ratus tahun yang lalu, dimana hamper seluruh penduduk Afrika dijadikan budak
serta tingkat pendidikan masyarakat yang sangat rendah.

11
INDEKS KEBAHAGIAAN

12
Potret Kemiskinan di Kelurahan Pahlawan
Kecamatan Medan Perjuangan
Nama : Muhammad Ridho Muhsinin
Diba Nur Rahman
Nurul Hidayah
Jur/Sem : Ekonomi Islam – E/ Semester IV
Mata Kuliah : Ekonomi Pembangunan

Beginilah potret kehidupan dari keluarga Ibu Desmawati dan Bapak Syaifullah. Yang
mana mereka memiliki 5 orang anak dan salah satu dari anak mereka sudah menikah. Anak
pertama bernama Endra Kurnia, ia kelahiran 1991, dan hanya menyelesaikan pendidikan sampai
sekolah dasar. Kemudian anak kedua bernama Firmansyah, ia kelahiran 1994, juga hanya
menyelesaikan pendidikannya sampai sekolah dasar. Kemudian anak ketiga yang bernama
Novianti, kelahiran 1996, yang mana ia sudah menikah, dan juga berpendidikan hanya sampai
sekolah dasar. Kemudian anak keempat bernama Junaidi, ia kelahiran 2002, dan masih
menempuh pendidikan sekolah menengah pertama kelas 3. Dan anak yang terakhir yang
bernama Surya Syhputra, ia kelahiran 2004, dan masih memepuh pendidikan di sekolah
menengah pertama kelas 1.

Kemudian Ibu Desmawati hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga, yang mana
penghasilan yang di dapatkan sebesar 250.000 per minggu, dan Bapak Syaifullah bekerja
sebagai tukang parkir, yang mana tempat ia bekerja sudah tidak ramai seperti dahulu sehingga ia
tidak memiliki penghasilan tetap. Dan penghasilan yang ia dapatkan sekitar 20.000 perharinya,
namun dikarenakan itu bukan pekerjaan tetap, maka selama ia tidak bekerja, ia tidak memiliki
penghasilan.
13
Dan inilah potet kehidupan keluarga selanjutnya yaitu keluarga Ibu Nur umami dan
Bapak Faisal. Yang mana mereka memiliki 6 orang anak dan sudah menikah semua. Anak
pertama yang bernama Sari Dewi, ia kelahiran 1975, dan hanya menyelesaikan pendidikan
sampai sekolah dasar. Kemudian anak kedua yang bernama Irwansyah, ia kelahiran 1977, dan
juga menyelesaikan pendidikan sampai sekolah dasar. Kemudian anak ketiga yang bernama
Yunita, ia kelahiran 1980, dan juga menyelasaikan pendidikan sampai sekolah dasar. Kemudian
anak keempat yang bernama Muhammad Syahbandi, ia kelahiran 1984, dan juga
menyelesaikan pendidikan sampai sekolah dasar. Kemudian anak kelima yang bernama
Muhammad Feri, ia kelahiran 1987, dan juga menyelesaikan pendidikan sampai sekolah dasar.
Dan anak yang terakhir yang bernama Megawati, ia kelahiran 1990, dan juga menyelesaikan
pendidikan sampai sekola dasar.

Ibu Nur Umami sendiri membuka usaha kecil kecilan seperti menjual makanan ringan
dan lain sebaginya, di rumahnya, dan juga menjual sayur masak keliling, atau seperti pedagang
keliling. Sedangkan Bapak Faisal sendiri sudah tidak bekerja lagi, yang mana dulu Bapak Faisal
pernah bekerja di percetakan maju karena ikut pakcik nya yang bekerja sebagai wartawan di
percetakan tersebut. Namun Karen pemilik percetakan tersebut meninggal dunia, lalu percetakan
tersebut dijual dan akhirnya Bapak Faisal bekerja sebagai tukang becak. Namun sejak 2 tahun
terakhir, Bapak Faisal tidak bekerja lagi sebagai tukang becak dikarenakan penglihatannya
sudah terganggu disebabkan oleh faktor usia. Dan biaya hidup mereka hanya bersumber dari
penghasilan Ibu Nur Umami, yang berkisar 50.000 yang mana dengan penghasilan sebesar itu,
terbilang hanya cukup untuk makan sehari hari dan untuk mutar modal dari usahanya.

14
Jadi kesimpulan yang dapat diambil adalah ternyata masih banyak masyarakat di sekitar
Medan Perjuangan yang hidup dibawah garis standart kesejahteraan Indonesia. Adapaun
beberapa faktor penyebabnya yaitu rendahnya ingkat pendidikan yang disebabkan oleh
minimnya biaya. Kurangnya tekad untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, dengan
mungkin biaya yang tidak cukup.

15
PROFIL KEMISKINAN KOTA YOGYAKARTA

BPS PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

No. 39/07/34/Th.XIX, 17 Juli


2017

Profil Kemiskinan Daerah Istimewa


Yogyakarta Maret 2017

RINGKASAN

Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 sebesar Rp


374.009,- per kapita per bulan. Sementara garis kemiskinan pada Maret 2016 sebesar
Rp 354.084,- per kapita per bulan, atau garis kemiskinan mengalami kenaikan sekitar
5,63 persen. Bila dibandingkan kondisi September 2016 yang sebesar Rp 360.169,-
per kapita per bulan maka dalam kurun satu semester terjadi kenaikan sebesar 3,84
persen.

Peran komoditi makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan
peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan).
Pada Maret 2017, sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis
Kemiskinan sebesar 71,52 persen.

Jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis
kemiskinan, pada Maret 2017 di Daerah Istimewa Yogyakarta terdapat 488,53 ribu
orang. Bila dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang jumlah penduduk
miskinnya mencapai 494,94 ribu orang, maka selama satu tahun terjadi penurunan
sebesar 6,41 ribu jiwa.

Tingkat kemiskinan yaitu persentase penduduk miskin dari seluruh penduduk di


Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 sebesar 13,02 persen. Apabila
dibandingkan dengan keadaan September 2016 yang besarnya 13,10 persen berarti
ada penurunan sebesar 0,08 poin selama setengah tahun. Sedangkan bila
dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 dengan persentase penduduk miskin
sebesar 13,34 persen, terjadi penurunan sebesar 0,32 poin.

16
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
periode Maret 2016 - Maret 2017 mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung mendekati dari garis
kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin juga semakin
menyempit.
1. Garis Kemiskinan Maret 2016 - Maret 2017

Secara umum kemiskinan didefinisikan sebagai suatu kondisi kehidupan dimana terdapat
sejumlah penduduk tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan pokok (basic needs) minimum dan mereka hidup di bawah tingkat kebutuhan
minimum tersebut (Todaro dan Smith, 2007). Konsep yang dipakai BPS dalam mengukur
kemiskinan juga berdasarkan kebutuhan dasar (basic needs approach). Nilai kebutuhan dasar
minimum digambarkan dengan garis kemiskinan (GK), yaitu batas minimum pengeluaran per
kapita per bulan untuk memenuhi kebutuhan minimum makanan dan non makanan, yang
memisahkan seseorang tergolong miskin atau tidak.

Garis kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada Maret 2017 adalah Rp 374.009,-
per kapita per bulan. Jika dibandingkan dengan kondisi Maret 2016 yang garis kemiskinannya
sebesar Rp 354.084,- per kapita per bulan, terjadi kenaikan sebesar 5,63 persen dan jika
dibandingkan dengan kondisi September 2016 yang besarnya Rp 360.169,- per kapita per
bulan, maka tampak adanya kenaikan garis kemiskinan sebesar 3,84 persen. Terjadinya
peningkatan garis kemiskinan ini sejalan dengan terjadinya inflasi Maret 2016 ke Maret 2017
yang sebesar 3,40 persen, serta inflasi September 2016 - Maret 2017 sebesar 2,27 persen.

17
Tabel 1.

Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah

Maret 2016 – Maret 2017

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan)

Daerah/Tah
un
Bukan
Makanan Makanan Total

Perkotaan

Maret 2016 254 284 110 502 364 786


Sep
t 2016 257 677 112 832 370 510
Maret 2017 270 924 114 383 385 308

Perdesa
an

Maret 2016 246 960 84 348 331 308


Sep
t 2016 250 244 86 986 337 230
Maret 2017 260 249 87 813 348 061
Kota+De
sa

Maret 2016 252 284 101 800 354 084


Sep
t 2016 255 304 104 865 360 169
Maret 2017 267 501 106 508 374 009

Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016, Maret 2017

18
Bila dilihat komponen Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari Garis Kemiskinan
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan
komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan
(perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada Maret 2016 sumbangan GKM
terhadap GK sebesar 71,25 persen dan 71,52 persen pada Maret 2017.

Pada Maret 2017 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp 385.308,- per kapita
per bulan, mengalami kenaikan 5,63 persen dibanding keadaan Maret 2016 yang sebesar Rp
364.786,-per kapita per bulan. Garis kemiskinan di daerah perdesaan pada Maret 2017 sebesar
Rp 348.061,-per kapita per bulan, mengalami kenaikan 5,06 persen dibanding keadaan Maret
2016 yang mencapai Rp 331.308,- per kapita per bulan.

Berdasarkan komoditas makanan, terdapat lima komoditas yang secara persentase


memberikan kontribusi yang cukup besar pada garis kemiskinan makanan di perkotaan yaitu
beras, rokok kretek filter, daging ayam ras, telur ayam ras, dan gula pasir. Lima komoditi
makanan yang berpengaruh cukup besar terhadap garis kemiskinan di perdesaan adalah beras,
daging ayam ras, rokok kretek filter, telur ayam ras, dan gula pasir.

Komoditi non makanan yang memberikan sumbangan besar pada garis kemiskinan baik
di perkotaan maupun di perdesaan yaitu perumahan, bensin, dan listrik. Komoditi lainnya
yang termasuk dalam posisi lima terbesar di perkotaan adalah pendidikan dan kesehatan,
sedangkan di perdesaan adalah kesehatan dan pendidikan.

19
Tabel 2.
Lima Kontribusi Terbesar Garis Kemiskinan menurut Tipe Daerah

Maret 2017 (Persen)

Jenis Komoditi Perkotaan Jenis Komoditi Perdesaan

Makanan
Beras 27,31 Beras 33,08
Rokok kretek filter 12,06 Daging ayam ras 6,88
Daging ayam ras 6,99 Rokok kretek filter 6,33
Telur ayam ras 6,97 Telur ayam ras 5,30
Gula pasir 5,30 Gula pasir 4,55

Non Makanan
Perumahan 27,62 Perumahan 24,37
Bensin 25,65 Bensin 21,65
Listrik 9,67 Listrik 6,11
Pendidikan 7,26 Kesehatan 6,02
Kesehatan 3,88 Pendidikan 5,96

Sumber: BPS, Susenas Maret 2017

2. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta

Jumlah penduduk miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode September 2011
- Maret 2017 mengalami fluktuasi. Pada periode September 2011 - Maret 2012 mengalami
kenaikan dan turun kembali sampai periode September 2013. Jumlah penduduk miskin pada
September 2011 sebesar 568,05 ribu, dan pada bulan Maret 2012 jumlah penduduk miskin
naik menjadi 568,35 ribu. Sementara pada periode September 2012 - Maret 2017 mengalami
fluktuasi. Perkembangan jumlah penduduk miskin seperti terlihat pada Gambar 1.

20
Gambar 1.

Jumlah Penduduk Miskin di Daerah Istimewa Yogyakarta


September 2011 - Maret 2017 (dalam ribuan orang)

568,05 568,35 565,73

553,07 550,23

541,95 544,87
532,59

494,94
488,5
488,83 3
485,56
Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
et t et t et t et t et t et
t 201
201 201 201 201 201 201 201 7
2 2 3 201 4 4 5 201 6 201
201
3 5 6
1

Sumber: BPS, Susenas September 2011 – Maret 2017


Penduduk miskin tersebar di perkotaan (63,26 persen) maupun perdesaan (36,74
persen). Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 2017 sebanyak 309,03 ribu orang,
berkurang 11,32 ribu orang bila dibandingkan keadaan Maret 2016 yang mencapai 297,71
ribu orang. Jumlah penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017 sebanyak 179,51 ribu
orang, mengalami penurunan sekitar 17,72 ribu dari keadaan Maret 2016 yang jumlahnya
mencapai 197,23 ribu orang (Tabel 3).

21
Tabel 3.
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

menurut Tipe Daerah, Maret 2016 - Maret 2017

Jumlah penduduk Persentase


miskin penduduk
Daerah/Tahun
(000) Miskin

Perkotaan

Maret 2016 297,71 11,79


September 2016 301,25 11,68
Maret 2017 309,03 11,72

Perdesa
an

Maret 2016 197,23 16,63


September 2016 187,58 16,27
Maret 2017 179,51 16,11
Kota+De
sa

Maret 2016 494,94 13,34


September 2016 488,83 13,10
Maret 2017 488,53 13,02

Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016, dan Maret 2017

22
3. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode September 2011 -


Maret 2017 cenderung mengalami penurunan. Persentase penduduk miskin pada September
2011 sebesar 16,14 persen, turun menjadi 13,02 persen pada Maret 2017. Perkembangan
tingkat kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta selengkapnya seperti terlihat pada
Gambar 2.

Gambar 2.

Persentase Penduduk Miskin


di Daerah Istimewa Yogyakarta September 2011 – Maret 2017

17
16,14 16,05
15,88

16 15,43
15,03 15,00 14,91
14,5
15 5

14 13,34
13,1
6 13,10 13,02

13
12

Mare Mare Mare Mare


Sept t Sept t Sept Mar Sept t Sept Maret Sept t
2011 2012 2012 2013 2013 2014 2014 2015 2015 2016 2016 2017

Sumber: BPS, Susenas September 2011 -


Maret 2017

5
Berita Resmi Statistik D.I. Yogyakarta No. 43/08/34/Th.XVIII, 17
Juli 2017

23
Tingkat kemiskinan di perkotaan lebih kecil daripada di perdesaan. Persentase penduduk
miskin di perkotaan pada Maret 2017 sebesar 11,72 persen mengalami penurunan 0,07 poin
jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang besarnya mencapai 11,79 persen.
Persentase penduduk miskin di perdesaan pada Maret 2017 sebesar 16,11 persen, mengalami
penurunan 0,52 poin jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2016 yang mencapai 16,63
persen.

4. Kualitas Kemiskinan di Daerah Istimewa Yogyakarta


Persoalan kemiskinan bukan hanya berapa jumlah dan persentase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman/poverty gap index dan
tingkat keparahan/poverty severity index dari kemiskinan. Artinya, selain harus mampu
memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan berkaitan kemiskinan juga sekaligus
harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan itu.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada
periode Maret 2016 - Maret 2017 sedikit mengalami penurunan. Indeks kedalaman
kemiskinan turun dari 2,30 pada Maret 2016 menjadi 2,19 pada Maret 2017. Demikian
pula Indeks keparahan kemiskinan turun dari 0,59 menjadi 0,55 pada periode yang sama
(Tabel 4). Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran
penduduk miskin cenderung mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran
antar penduduk miskin juga semakin menyempit.

24
Tabel 4.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

di Daerah Istimewa Yogyakarta Menurut Daerah, Maret 2016- Maret 2017

Tahun Kota Desa Kota + Desa

Indeks Kedalaman
Kemiskinan (P1)

Maret 2016 1,78 3,41 2,30


September 2016 1,26 2,83 1,75
Maret 2017 2,15 2,29 2,19
Indeks Keparahan
Kemiskinan (P2)

Maret 2016 0,38 1,05 0,59


Septemb
er 2016 0,22 0,67 0,36
Maret 2017 0,58 0,47 0,55

Sumber: BPS, Susenas Maret 2016, September 2016 dan Maret 2017

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) pada Maret 2017 di perdesaan lebih tinggi dari
pada perkotaan, sedang Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2017 di perdesaan
lebih rendah dari pada perkotaan. Pada bulan Maret 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) untuk perdesaan mencapai 2,29 sementara di perkotaan mencapai 2,15. Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) di perdesaan 0,47 sementara di perkotaan mencapai 0,58. Ini
berarti rata-rata pengeluaran konsumsi penduduk miskin terhadap garis kemiskinan di
perdesaan lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sementara itu kesenjangan pengeluaran
konsumsi antar penduduk miskin di perdesaan lebih sempit dibandingkan dengan di
perkotaan.

25

Вам также может понравиться