Вы находитесь на странице: 1из 8

HUBUNGAN AKTIVITAS JARAK DEKAT DENGAN KEJADIAN

MIOPIA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS MUHAMMADIYAH 3


PALEMBANG
Desy Sholaika Wati1, Hasmeinah2, Putri Rizki Amalia Badri2
1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

2 Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

ABSTRAK

Hasil survei Kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah
katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14) dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia. Salah satu kelainan
refraksi yaitu miopia. Miopia terjadi bila bayangan benda yang terletak jauh difokuskan di depan retina oleh mata yang tidak berakomodasi. Pasien
dengan miopia menyatakan jelas bila melihat dekat, buram bila melihat jauh atau disebut rabun jauh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional, dengan rancangan cross sectional.
Pengambilan sampel secara simple random sampling dengan jumlah sampel 47 subjek. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna
antara jarak dekat membaca < 30 cm (p=0,002), jarak dekat menonton televisi < 200 cm (p=0,002), jarak dekat bermain video game < 30cm
(p=0,000), dan lama bermain video game > 1jam/hari (p=0,000) dengan kejadian miopia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
yang bermakna antara lama membaca > 1jam/hari (p=0,217) dan lama menonton televisi (p=0,008) dengan kejadian miopia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia.

Kata Kunci: Miopia, aktivitas jarak dekat

ABSTRACT

The results of the eyesight and hearing health surveys of 1993-1996, showed the number of blindness of 1.5%. The main causes of blindness are
cataract (0.78%), glaucoma (0.20%), refractive disorders (0.14) and other diseases related to elderly. One of the refractive disorders of myopia.
Myopia occurs when the shadow of a distant object is focused in front of the retina by an unaccommodated eye. Patients with myopia express a clear
view when looking close, blurred or called nearsightedness. This study aims to determine the relationship of distance nearwork activity with the
incidence of myopia.This research is an observational analytic research, with cross sectional design. Simple sample sampling with sample 47 subjects.
The results showed that there was a significant correlation between , nearwork activity reading <30 cm (p = 0,002), , nearwork activity of watching
television <200 cm (p = 0,002), , nearwork activity playing video game <30cm (p = 0,000), and length of video play game> 1 hour / day (p = 0.000)
with the incidence of myopia. The results showed that there was no significant correlation between reading duration> 1 hour / day (p = 0,217) and
duration of television (p = 0,008) with incidence of myopia. So it can be concluded that there is a close activity relationship with the incidence of
myopia.

Keywords: Miopia, nearwork activity

PENDAHULUAN

Gangguan penglihatan banyak terjadi, dari gangguan penglihatan ringan sampai berat yang mengakibatkan
kebutaan. Klasifikasi gangguan penglihatan berdasarkan tajam penglihatan. Low vision jika tajam penglihatan berkisar
> 6/18 - ≥ 3/60 dan buta jika tajam penglihatan < 3/60. Penyebab gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia
karena gangguan refraksi yang tidak terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sebesar 18% tidak diketahui
penyebabnya dan sebesar 1% gangguan penglihatan dari masa kanak-kanak1. Hasil survei Kesehatan indera
penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996, menunjukkan angka kebutaan 1,5%. Penyebab utama kebutaan adalah
katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14) dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan
lanjut usia2.
Gangguan penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak dikoreksi, sebanyak 153 juta orang, terdapat 13 juta
anak-anak (usia 5-15 tahun) dan 45 juta orang dewasa usia kerja (usia 16-49 tahun)3. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa miopia terjadi pada kelompok usia 18-21 tahun (60%), kelompok usia 11-20 tahun (83,4%), tingkat pendidikan
pertama kali mengalami miopia paling banyak pada tingkat pendidikan SMA (37,5%) 4. Pasien dengan miopia
menyatakan jelas bila melihat dekat, buram bila melihat jauh atau disebut rabun jauh. Pasien dengan miopia
memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit 5. Faktor risiko dari
terjadinya miopia adalah riwayat keluarga yang memiliki miopia, berkurangnya fungsi akomodasi atau titik dekat
esotropia, aktivitas jarak dekat, adanya miopia pada retinoskopi noncycloplegic pada masa bayi, menurun menjadi
emmetropia sebelum masuk sekolah6.
Kebiasaan melihat dekat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya miopia7.Aktivitas jarak dekat
dihubungkan dengan lamanya waktu yang dihabiskan melihat dekat seperti membaca, menulis, menonton televisi dan
bermain video game. Ketika mata melihat jarak dekat secara terus menerus maka mata akan mengalami akomodasi.
Akomodasi adalah kemampuan menyesuaikan kekuatan lensa. Kekuatan lensa bergantung pada bentuknya, yang
selanjutnya dikendalikan oleh otot siliaris8. Untuk mengakomodasi mata terhadap objek yang dekat, musculus ciliaris
berkontraksi dan menarik corpus ciliare ke depan dan ke dalam sehingga serat ligamentum suspensorium yang radial
relaks. Keadaan tersebut memungkinkan lensa yang elastis berbentuk lebih globular9. Apabila mata mengalami
akomodasi secara terus menerus dapat menjadi tonus siliaris meningkat sehingga lensa menjadi cembung yang
mengakibatkan bayangan objek jatuh didepan retina dan menimbulkan miopia.
Beberapa kebiasaan melihat dekat yaitu: Kejadian miopia banyak terjadi pada siswa yang melakukan aktivitas
membaca selama lebih dari 2-3 jam sehari dengan jarak < 30 cm10, Memiliki kebiasaan menonton televisi dengan lama
lebih dari 1 jam setiap hari menyebabkan terjadinya penurunan tajam penglihatan 11, Mayoritas jenis video game yang
dimainkan lebih sering adalah game online, playstation, dan sisanya penggemar game gadget. Dari penelitian tajam
penglihatan yang dilakukan, ditemukan penurunan tajam penglihatan pada responden yang bermain selama ≤ 10 jam
dalam seminggu sebesar 81,4% dan responden yang bermain selama ≥ 10 jam dalam seminggu sebanyak 80,0% 12.
Dari uraian di atas peneliti tertarik untuk membuktikan hubungan aktivitas jarak dekat membaca, menonton
televisi dan bermain video game serta lama membaca, menonton televisi dan bermain video game dengan kejadian
miopia pada siswa Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 3 Palembang.

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai hubungan aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia pada siswa Sekolah Menengah
Atas Muhammadiyah 3 Palembang yang dilakukan pada bulan November 2017. Cara pengumpulan data menggunakan
data primer berupa angket atau kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional (potong lintang), dimana
sampel penelitian terdiri dari siswa atau siswi Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 3 Palembang tahun ajaran 2017
dan 2018. Saat dilakukan penelitian terdiri dari 47 responden yang memenuhi kriteria inklusi yaitu 34 siswa mengalami
miopia dan 13 siswa tidak mengalami miopia sesuai dengan pengambilan sampel secara acak sederhana (simple random
sampling). Keseluruhan responden yang memenuhi kriteria tersebut selanjutnya dijadikan sampel penelitian. Sampel
terdiri dari 18 siswa yang berjenis kelamin laki-laki, 28 siswa yang berjenis kelamin perempuan, dan responden
menggunakan kacamata serta tidak menggunakan kaca mata. Metode teknis analisis data yang digunakan pada
penelitian ini berupa analisis univariat dan analisis bivariat. Analisis bivariat ini disajikan dengan tabel distribusi
frekuensi, sedangkan analisis bivariat dengan menggunakan tabel 2x2.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS UNIVARIAT

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Miopia dan Tidak Miopia

Variabel Frekuensi Persentase

Miopia 34 72,3%
Tidak miopia 13 27,7%

Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden yang mengalami miopia sebanyak 34 siswa
(72,3%) dan tidak miopia sebanyak 13 siswa (27,7%).

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Membaca di luar Sekolah


Lama membaca Frekuensi Persentase

>2jam/hari 9 19,1%
<2jam/hari 38 80,9%

Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan lama membaca >2jam/hari sebanyak 9 siswa (19,1%)
dan < 2 jam/hari sebanyak 38 siswa (80,9%).

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Membaca


Jarak Membaca Frekuensi Persentase
<30 cm 28 59,6%
>30 cm 19 40,4%
Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan jarak membaca <30 cm sebanyak 28 siswa (59,6%)
dan >30 cm sebanyak 19 siswa (40,4%).

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Menonton Televisi


Lama Menonton TV Frekuensi Persentase
>1 jam/hari 34 72,3%
<1 jam/hari 13 27,7%
Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan lama menonton televisi >1 jam/hari sebanyak 34
siswa (72,3%) dan <1 jam/hari sebanyak 13 siswa (27,7%).
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Menonton Televisi
Jarak Menonton TV Frekuensi Persentase
<200 cm 21 44,7%
>200 cm 26 55,3%
Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan jarak menonton televisi dengan jarak <200 cm
sebanyak 21 siswa (44,7%) dan pada jarak >200 cm sebanyak 26 siswa (55,3%).

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bermain Video Game


Lama Bermain Video Game Frekuensi Persentase

>1 jam/hari 28 59,6%


<1 jam/hari 19 40,4%
Total 47 100 %
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan lama bermain video game >1 jam/hari sebanyak 28
siswa (59,6%) dan <1 jam/hari sebanyak 19 siswa (40,4%).

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Bermain Video Game


Jarak Bermain Video Game Frekuensi Persentase
<30 cm 33 70,2%
>30 cm 14 29,8%
Total 47 100%
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden dengan jarak bermain video game <30 cm sebanyak 33 siswa
(70,2%) dan >30 cm sebanyak 14 siswa (29,8%).

HASIL ANALISIS BIVARIAT

Tabel 8. Hubungan aktivitas jarak dekat denga kejadian miopia

Miopia
Ya Tidak Jumlah Nilai p
Membaca <30 13
25 (89,3%) 3 (10,7%)
Jarak Dekat cm (100%) 0,002
>30 34
cm 9 (47,4%) 10 (52,6%) (100%)
Jumlah 47
34 (100%) 13 (100%) (100%)
Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas jarak dekat membaca terhadap kejadian miopia lebih
banyak yaitu 25 siswa (89,3%) dibandingkan siswa yang membaca jarak jauh sebanyak 9 siswa (47,4%). Berdasarkan
uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002 (p-value < 0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna antara membaca
jarak dekat dengan kejadian miopia.

Tabel 9. Hubungan Aktivitas Lama Membaca dengan kejadian miopia

Miopia
Ya Tidak Jumlah Nilai p
Lama > 2 9
8 (88,9%) 1 (11,1%)
membaca jam/hari (100%) 0,217

< 2 38
jam/hari 26 (68,4%) 12 (31,6%) (100%)
Jumlah 47
34 (72,3%) 13 (27,7%) (100%)
Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas kurang lama membaca terhadap kejadian miopia lebih
banyak yaitu 26 siswa (68,4%) dibandingkan siswa lama membaca yang sebanyak 8 siswa (88,9%). Berdasarkan uji
Chi-Square diperoleh nilai p = 0,217 (p-value >0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama
membaca dengan kejadian miopia.

Tabel 10. Hubungan aktivitas jarak dekat menonton televisi dengan kejadian miopia

Miopia
Nilai
Ya Tidak Jumlah p
Menonton
20 (95,2%) 1 (4,8%)
televisi <200cm 21 (100%) 0,002

>200cm 14 (53,8%) 12(46,2%) 26 (100%)


Jumlah
34 (72,3%) 13(27,7%) 47 (100%)
Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas jarak dekat menonton televisi terhadap kejadian miopia
lebih banyak yaitu 20 siswa (95,2%) dibandingkan siswa yang menonton jarak jauh sebanyak 14 siswa (53,8%).
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,002 (p-value < 0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
antara menonton televisi jarak dekat dengan kejadian miopia.

Tabel 11. Hubungan aktivitas lama menonton televisi

Miopia
Ya Tidak Jumlah Nilai p
Lama
menonton > 1 27 (79,4%) 7 (20,6%)
televisi jam/hari 34 (100%) 0,080

< 1
jam/hari 7 (53,8%) 6 (46,2%) 13 (100%)
Jumlah
34 (72,3%) 13 (27,7%) 47 (100%)

Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas lama menonton televisi terhadap kejadian miopia lebih
banyak yaitu 27 siswa (79,4%) dibandingkan siswa yang tidak lama menonton televisi sebanyak 7 siswa (53,8%).
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,080 (p-value > 0,05), yang artinya tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara bermain video game jarak dekat dengan kejadian miopia.

Tabel 12. Hubungan aktivitas jarak dekat bermain video game dengan kejadian miopia

Miopia
Ya Tidak Jumlah Nilai p
Bermain
video < 30 30 (90,9%) 3 (9,1%)
game cm 34 (100%) 0,000

> 30
cm 4 (53,8%) 10 (71,4%) 13 (100%)
Jumlah
34 (72,3%) 13 (27,7%) 47 (100%)
Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas jarak dekat bermain video game terhadap kejadian
miopia lebih banyak yaitu 20 siswa (90,9%) dibandingkan siswa yang bermain video game jarak jauh sebanyak 4 siswa
(53,8%). Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 (p-value < 0,05), yang artinya ada hubungan yang
bermakna antara bermain video game jarak dekat dengan kejadian miopia.

Tabel 13. Hubungan aktivitas lama bermain video game dengan kejadian miopia

Miopia
Ya Tidak Jumlah Nilai p
Lama
bermain
26 (92,9%) 2 (7,1%)
video > 1
game jam/hari 28 (100%) 0,000

< 1
jam/hari 8 (42,1%) 11 (57,9%) 19 (100%)
Jumlah
34 (72,3%) 13 (27,7%) 47 (100%)
Dari tabel di atas, mahasiswa yang memiliki aktivitas lama bermain video game terhadap kejadian miopia lebih
banyak yaitu 26 siswa (92,9%) dibandingkan siswa yang tidak lama bermain video game sebanyak 8 siswa (42,1%).
Berdasarkan uji Chi-Square diperoleh nilai p = 0,000 (p-value < 0,05), yang artinya ada hubungan yang bermakna
antara bermain video game jarak dekat dengan kejadian miopia.

PEMBAHASAN

Peneliti mendapati adanya hubungan yang bermakna antara jarak membaca dekat kurang dari 30 cm dengan
kejadian miopia, dengan p-value 0,002 (p-value < 0,05). Penelitian lain yang dilakukan oleh Hsiu-Mei Huang (2015),
aktivitas jarak dekat berhubungan dengan terjadinya kejadian miopia pada anak-anak dengan p-value 0,003. Ketika
mata melihat jarak dekat secara terus menerus maka mata akan mengalami akomodasi. Apabila mata mengalami
akomodasi secara terus-menerus maka tonus siliaris meningkat sehingga lensa menjadi cembung yang mengakibatkan
bayangan objek jatuh di depan retina dan menimbulkan miopia.

Peneliti mendapati tidak adanya hubungan yang bermakna antara lama membaca dengan kejadian miopia,
dengan p-value 0,217 (p-value > 0,05). Hasil temuan penelitian ini diperkuat oleh Usman (2014), memiliki nilai p-
value 0,895. Hal yang mungkin menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara lama membaca dengan
kejadian miopia, karena dalam waktu satu jam membaca responden memberikan waktu istirahat dari membaca. Apabila
lama membaca tidak dilakukan dalam waktu satu jam, maka tidak terjadi akomodasi secara terus-menerus, sehingga
lensa tidak menjadi cembung yang akan mengakibatkan bayangan objek jatuh di depan retina.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jarak dekat menonton televisi kurang
dari 200 cm dengan kejadian miopia memiliki p-value 0,002 (p-value < 0,05). Dari hasil penelitian Pranoto (2017)
terdapat hubungan bermakna antara aktivitas jarak dekat menonton televisi dengan kejadian miopia memiliki p-value
0,000. Menonton televisi dan penggunaan komputer yang berlebihan akan meningkatkan gangguan refraksi pada anak.
Semakin dekat benda yang dilihat, maka semakin kuat mata untuk berakomodasi. Lensa menjadi lebih cembung
mengakibatkan bayangan jatuh di depan retina.
Peneliti mendapati tidak adanya hubungan yang bermakna antara lama menonton televisi dengan kejadian
miopia, dengan p-value 0,080 (p-value < 0,05). Hasil temuan penelitian ini diperkuat oleh Toar (2013) memiliki nilai p-
value 0,184 pada mata kanan dan p-value 0,967. Lama menonton televisi > 1 jam/hari tidak memberikan dampak
terjadinya miopia dikarenakan paparan sinar biru dari televisi membahayakan penglihatan apabila intensitas lama
menonton televisi selama > 4 jam/hari.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara jarak dekat bermain video game dengan
kejadian miopia.dari hasil p-value 0,000 (p-value < 0,05). Penelitian Giri (2013), menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara aktivitas jarak dekat bermain video game dengan kejadian miopia. Jarak pandang bermain game
memiliki peranan terjadinya suatu kelainan refraksi. Aktivitas jarak dekat dengan kejadian miopia dipengaruhi oleh
gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh layar monitor video game. Radiasi yang terpancar dari layar monitor
tergolong dalam Non-ionizing Radiation,gelombang yang setara gelombang radio dengan frekuensi antara 30 kHz
sampai 300 GHz. Fotoreseptor yang di mata hanya peka terhadap panjang gelombang antara 400 dan 700 nanometer
(nm; sepermilyar meter) (Sherwood, 2014). Panjang gelombang yang terpancar dari layar monitor lebih besar daripada
panjang gelombang yang dapat diterima oleh fotoreseptor, sehingga berkas cahaya tidak dapat difokuskan tepat di retina
mengakibatkan bayangan buram.

Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara lama nya bermain video game dengan
kejadian miopia. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Giri (2013) yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara intensitas bermain video game dengan kejadian miopia. Kelainan refraksi paling banyak terjadi pada
penggemar video game, karena dipengaruhi dari durasi bermain, frekuensi bermain dalam seminggu, dan jarak antara
layar monitor game dengan mata. Hal ini terabaikan oleh masyarakat saat bermain video game, sehingga
memungkinkan terjadinya kelelahan pada mata.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada subjek didapatkan:

1. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas jarak dekat membaca dengan p-value 0,002 dan tidak
terdapat hubungan bermakna lama membaca dengan p-value 0,217 terhadap kejadian miopia.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas jarak dekat menonton dengan p-value 0,002 dan tidak
terdapat hubungan bermakna lama menonton televisi dengan p-value 0,080 terhadap kejadian miopia.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara aktivitas jarak dekat bermain video game dan lama bermain video
game terhadap kejadian miopia dengan p-value 0,000.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Hasmeinah Bambang, Sp. M dan Dr. Putri Rizki Amalia selaku
pembimbing, Dr. mitayani, M. Si. Med selaku penguji, Bapak M. Hidayatullah S. Sos. I, M. Pd selaku kepala sekolah
beserta staff karyawan Sekolah Menengah Atas Muhammadiyah 3 Palembang dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan artikel ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes. 2014. Situasi gangguan penglihatan dan kebutaan. Diakses pada tanggal 31 Juli 2017
www.depkes.go.id
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1473/MENKES/SK/X/2005 tentang Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan untuk Mencapai VISION 2020. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2017
www.perpustakaan.depkes.go.id
3. World Health Organisatioan. 2011. Vision 2020. Di akses pada 20 September 2017. www.who.int
4. Usman, Sepnita, Efhandi Nukhman dan Eka Bebasari. 2014. Hubungan Antara Faktor Keturunan, Aktivitas
Melihat Dekat Dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Terhadap
Kejadian Miopia. FK Universitas Riau.
5. Ilyas, Sidarta. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Ed. 5. Jakarta: FK UI.
6. American Optometric Association (AOA).2010. Optometric Clinical Practice Guideline: Care patient with
Myopia. Diakses pada Senin 31 Juli 2017 www.aoa.org
7. Nintyastuti (dkk). 2016. Prevalensi Gangguan Refraksi Pada Mahasiswa Baru Universitas Muhammadiyah
Mataram Angkatan 2014. Volume 5. Jurnal Kedokteran Universitas Mataram.
8. Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia; dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC
9. Snell, Richard S. 2014. Anatomi Klinik. ed. 9. EGC : Jakarta.
10. Komariah, Cici dan Nanda Ayu. 2014. Hubungan Status Refraksi degan Kebiasaan Membaca, Aktivitas di
Depan komputer, dan Status Refraksi Orang Tua pada Anak. Malang; Universitas Brawijaya.
11. Hutami, Witantar Damar dan Putu Asti Wulandari. 2016. Prevalensi Penurunan Tajam Penglihatan Pada
Siswa Kelas 3-6 SDN 1 Manggis, Karangasem Bali Tahun 2014. Bali : FK Udayana.
12. Giri, Kadek Gede Bakta dan Made Dharmadi. 2013. Gambaran Ketajaman Penglihatan Berdasarkan Intensitas
Bermain Game Siswa Laki-Laki Sekolah Menengah Pertama di Wilayah Kerja Puskesmas Gianyar I Bulan
Maret-April 2013. Bali: FK Udayana.
13. Hsiu-Mei Huang, Dolly Shuo, dan Pei-Chang. 2015. Association between near work activity and myopia in
children a system review and meta analysis. Diakses 27 Desemer 2017, www.ncbi.nlm.nih.gov
14. Pranoto, Faiz Ikram. 2017. Hubungan Gaya Hidup dengan Miopia Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses pada 02 Januari 2018.,
http;//www.repository.umy.ac.id
15. Toar Eunike, Jimmy Rumampuk dan Fransisca Lintong. 2013. Hubungan Jarak Dan Lama Paparan Sinar Biru
Pesawat Televisi Terhadap Fungsi Refraksi Pada Anak Di Sekolah Dasar Gereja Masehi Injili Di Minahasa
Manado. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Вам также может понравиться