Вы находитесь на странице: 1из 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan plastik dalam kehidupan manusia semakin lama
semakin meningkat. Peningkatan ini terjadi karena plastik bersifat ringan,
tidak mudah pecah, fleksibel, praktis, ekonomis dan dapat menggantikan
fungsi dari barang-barang lain. Sifat praktis dan ekonomi ini menyebabkan
banyaknya penggunaan barang sekali pakai. Semakin banyaknya
penggunaan perlengkapan dari bahan plastik terutama dalam penggunaan
kemasan air minum, wadah makanan dan lain-lain menyebabkan semakin
banyak pula sampah-sampah plastik. Menurut Inaplas (2016), konsumsi
plastik per kapita di Indonesia sebesar 17 kg/ kapita/ tahun. Jumlah ini masih
rendah dibandingkan Negara ASEAN seperti Malaysia yang mencapai
35 kg/ kapital/ tahun dan Thailand sebesar 40 kg/ kapital/ tahun. Jumlah ini
semakin meningkat dari data sebelumnya konsumsi plastik di Indonesia
yang masih 10 kg/kapital/tahun (Inaplas, 2011).
Salah satu faktor yang menyebabkan rusaknya lingkungan hidup
yang sampai saat ini masih tetap menjadi masalah besar bagi bangsa
Indonesia adalah faktor pembuangan sampah plastik. Berbagai cara telah
dilakukan untuk mengurangi dampak dari sampah plastik ini. Salah satunya
dengan 3R (reduce, re-use, dan recycle). Program recycle (daur ulang) ini
memerlukan sedikit kreatifitas. Plastik yang mengalami daur ulang harus
yang bersih sehingga pemisahan sampah diperlukan, seperti yang telah
dilakukan di negara maju seperti Australia, Canada, dan negara-negara
Eropa (Rukaesih Ahmad, 2004).
Pemulung menjual sampah botol plastik ke pengumpul masih dalam
bentuk utuh tanpa diolah terlebih dahulu. Botol plastik akan lebih mudah
jika dihancurkan dalam bentuk cacahan kecil. Cacahan plastik ini
mempermudah proses pengepakan dan pengiriman. Selain itu, nilai jual
cacahan plastik ini akan lebih tinggi daripada penjualan sampah botol

1
2

plastik utuh. Sampah plastik yang telah dicacah didaur ulang menjadi bahan
baku pembuatan plastik.
Permintaan terhadap bahan baku ini pun sangat besar sehingga
pabrik pembuatan plastik sering kehabisan stok bahan baku. Dari hasil
survei ke beberapa tempat pengumpul plastik, ada keinginan masyarakat
untuk menghancurkan plastik tersebut menjadi cacahan kecil sebelum
dikirim ke pabrik daur ulang, akan tetapi karena mahalnya harga mesin
tersebut banyak pengumpul plastik yang tidak mampu melakukannya.
Nepitupulu, dkk (2005) telah membuat mesin pencacah sampah
plastik dengan kapasitas 20 kg/jam dengan ukuran lebar cacahan plastik
mencapai 10 – 15 mm. Mesin ini menggunakan dua jenis pisau yaitu pisau
putar dan pisau tetap. Pisau putar terdiri dari 6 buah pisau cacah dengan
ukuran 170 mm x 70 mm x 8 mm yang dipasang pada poros penggerak.
Pisau tetap terdiri dari 4 buah pisau cacah dengan ukuran 170 mm x 40 mm
x 10 mm yang diikat pada dudukan pisau dinding cover. Pada putaran
motor 1450 rpm dan putaran poros pisau sebesar 363 rpm.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan penelitian ini adalah untuk
memodifikasi mesin pencacah sampah plastik dengan merubah dimensi
mesin menjadi lebih efisien dan ekonomis. Diharapkan mesin pencacah
sampah plastik ini mempunyai daya tarik tersendiri di masyarakat, sehingga
dapat membantu pekerjaan mencacah plastik dikalangan industri rumah
tangga. Mesin ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan harga jual
plastik.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat di definisikan beberapa
masalah antara lain :
1. Sampah plastik yang semakin tahun semakin meningkat.
2. Banyaknya ketidaktahuan bagaimana cara untuk daur ulang sampah
plastik.
3

3. Diperlukan mesin untuk mengolah dan meningkatkan nilai sampah


plastik.
4. Mesin pencacah plastik yang ada saat ini harganya cukup mahal.
5. Proses pencacahan botol plastik bekas masih dilakukan dengan secara
manual.
6. Sampah plastik rumah tangga, seperti botol plastik minuman dan cup
belum diolah secara maksimal.

C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini diantaranya:
1. Jenis plastik yang bisa diolah adalah semua jenis plastik yang
mempunyai ketebalan 0,3 - 0,5 mm seperti botol plastik bekas minuman
dan cup.
2. Hanya membahas bagian roda gigi, poros, pisau, pulley, Belt, dan
bantalan.
3. Bahan untuk pembuatan mata pisau adalah baja ST-37
4. Menggunakan motor dengan daya 1 HP dengan kecepatan 1400 rpm

D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini meliputi:
1. Bagaimana merencanakan komponen mesin pencacah plastik?
2. Bagaiman cara merancang mesin pencacah sampah plastik?
3. Bagaimana cara kerja dan performa mesin pencacah sampah plastik?
4. Berapa kapasitas plastik pada mesin pencacah sampah plastik?

E. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini meliputi:
1. Mengetahui komponen mesin pencacah plastik.
2. Mengetahui proses perancangan mesin pencacah sampah plastik.
3. Mengetahui cara kerja dan performa mesin pencacah sampah plastik.
4. Mebuat mesin pencacah sampah plastik dengan kapasitas 6 kg/jam
4

F. Manfaat
Proyek dari mesin pencacah sampah plastik ini mempunyai manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi mahasiswa :
a. Memperoleh pengetahuan dan pemahaman mengenai perancangan
alat serta menciptakan suatu unit rekayasa yang efektif dan efisien
dibandingkan alat sejenis yang telah ada.
b. Menerapkan ilmu yang sudah diperoleh selama kuliah dengan
mengaplikasikannya dalam suatu bentuk karya nyata dalam sebuah
alat penghancur sampah plastik rumah tangga.
2. Bagi Instusi :
a. Sebagai bahan kajian kuliah di Universitas Hasyim Asy’ari
khususnya di Prodi Teknik Mesin.
3. Bagi masyarakat :
a. Mengurangi sampah plastik.
b. Membantu pekerja dalam proses pencacah plastik.
c. Meminimalisir sampah botol plastik.
d. Membantu memudahkan dalam pengepakan dan pengiriman
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Karakteristik Plastik
Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat-sifat unik dan
luar biasa. Polimer adalah suatu bahan yang terdiri dari unit molekul yang
disebut monomer. Jika monomernya sejenis disebut homo polimer, dan jika
monomernya berbeda akan menghasilkan kopolimer (Flinn and Trojan,
1975). Untuk membuat barang-barang plastik agar mempunyai sifat-sifat
seperti yang dikehendaki, maka dalam proses pembuatannya selain bahan
baku utama diperlukan juga bahan tambahan atau aditif. Penggunaan bahan
tambahan ini beraneka ragam tergantung pada bahan baku yang digunakan
dan mutu produk yang akan dihasilkan. Berdasarkan fungsinya , maka
bahan tambahan atau bahan pembantu proses dapat dikelompokkan menjadi
bahan pelunak ( plasticizer ), bahan penstabil ( stabilizer ), bahan pelumas
(lubricant), bahan pengisi ( filler ), pewarna ( colorant ), antistatic agent,
blowing agent, flameretardant, dsb. ( Iman Mujiarto, 2005 )

Gambar 2.1 Botol plastik bekas


(https://alamenda.org/2009/07/17/mengenal-bahaya-kemasan-
plastik-dan-kresek, diakses 18 April 2018)

5
6

Sampah botol plastik bekas ini terdapat berbagai jenis material


plastik di antaranya :

1. PETE or PET (Polyethylene Terephthalate)


PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) memiliki tanda
segitiga bernomor 1 (satu). PET ini biasa dipakai untuk botol plastik
yang transparan seperti botol air mineral. Botol jenis PET / PETE ini
direkomendasikan hanya sekali pakai.
2. HDPE (High Density Polyethylene)
HDPE (High Density Polyethylene) memiliki tanda segitiga
bernomor 2 (dua). HDPE ini memiliki sifat bahan yang lebih kuat,
keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Biasanya dipakai
untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air
minum dan lain-lain. Plastik jenis ini merupakan salah satu bahan
plastik yang aman untuk digunakan karena kemampuan untuk
mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan atau minuman yang dikemasnya.
3. PVC (Polyvinyl Chloride)
PVC (Polyvinyl Chloride) memiliki tanda segitiga bernomor 3
(tiga). Plastik jenis ini adalah plastik yang paling sulit di daur ulang.
Plastik ini bisa ditemukan pada pipa air, mainan, dan botol sambal.
4. LDPE (Low Density Polyethylene)
LDPE (Low Density Polyethylene) memiliki tanda segitiga
bernomor 4 (empat). Biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik
kemasan, dan botol-botol yang lembek. Plastik jenis ini dapat di daur
ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas
tetapi kuat.
5. PP (Polypropylene)
PP (polypropylene) memiliki tanda segitiga bernomor 5 (lima). PP
adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang
berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat
7

menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk


bayi. Karakteristiknya adalah transparan, tidak jernih atau berawan, dan
cukup mengkilap. Polypropylene lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil
terhadap suhu tinggi.
6. PS (Polystyrene)
PS (Polystyrene) memiliki tanda segitiga bernomor 6 (enam). PS
biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum
sekali pakai, dan lain-lain.
7. Other
Untuk jenis plastik yang memiliki tanda segitiga bernomor 7
(tujuh) ini ada 4 jenis, yaitu SAN (Styrene Acrylonitrile), ABS
(Acrylonitrile Butadiene Styrene), PC (Polycarbonate) dan Nylon.
Plastik ini bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti
botol minum olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga,
komputer, alat-alat elektronik, dan plastik kemasan.
(https://raggne.wordpress.com/2015/05/11/arti-kode-kemasan-plastik-
pete-hdpe-pvc-ldpe-pp-ps diakses 18 April 2018)

B. Motor Listrik
Mesin–mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk
mengubah energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakkan
berbagai peralatan, mesin–mesin dalam industri, pengangkutan dan lain-
lain. Pada dasarnya motor listrik digunakan untuk menggerakkan elemen
mesin, seperti pulley, poros dan pisau pencacah.
Menurut Sumanto (1993), sebagai alat penggerak, motor listrik lebih
unggul dibandingkan alat-alat penggerak jenis lain karena motor listrik
dapat dikonstruksikan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik
penggerakan, seperti dapat dibuat dalam berbagai ukuran tenaga,
mempunyai batas-batas kecepatan (speed range) yang luas,
8

pengoperasiannya mudah dan pemeliharaanya sederhana dan dapat


dikendalikan secara manual atau otomatis.

Gambar 2.2 Motor listrik


(Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Untuk mencari daya motor listrik yang sesuai dengan daya yang
dibutuhkan mesin pencacah sampah plastik. Maka perlu dicari daya rencana
yang dipengaruhi oleh torsi dan putaran poros pisau pencacah. Rumus
perhitungan daya sebagai berikut :
1. Torsi pada pencacah
Dimana F dicari dengan melakukan percobaan pemotongan
terhadap sampah plastik, maka rumus torsi adalah
𝑇 = 𝐹. 𝐷 ...................................................................... (2.1)
Dimana :
𝑇 = Torsi (N.m)
𝐹 = Gaya (N)
𝑟 = Jari-jari pisau (mm)
2. Daya yang dibutuhkan mesin pencacah sampah plastik
Jika momen rencana adalah 𝑇 (N.m) maka :
9

𝑇.2𝜋.𝑛
𝑃= ................................................................. (2.2)
60 𝑥 1000

Dimana :
P = Daya yang dibutuhkan (kW)
𝑇 = Torsi (N.mm)
𝑛 = Putaran poros yang direnncanakan(rpm)
3. Setelah daya yang dibutuhkan diketahui maka untuk meneruskan daya
dan putaran ini terlebih dulu dihitung daya perencanaannya menjaga
keamanan dikalikan dengan faktor koreksi (𝑓𝑐 )
𝑃𝑑 = 𝑓𝑐 . 𝑃 ..................................................................... (2.3)
Dimana :
𝑃𝑑 = Daya rencana (kW)
𝑓𝑐 = Faktor koreksi
𝑃 = Daya masukan (kW)
Tabel 2.1 Jenis-jenis faktor koreksi berdasarkan daya yang akan
ditransmisikan

Daya yang akan ditransmisikan fc (faktor koreksi)


Daya rata-rata 1,2 – 2,0
Daya maksimum 0,8 – 1,2
Daya normal 1,0 -, 1,5
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

C. Pulley
Pulley adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai komponen
atau penghubung gerakan yang diterima tenaga dari motor ditransmisikan
dengan menggunakan belt ke benda yang keinginan digerakan. Dalam
penggunaan pulley kita harus mengetahui berapa besar putaran yang akan
kita gunakan serta dengan menetapkan diameter dari salah satu pulley yang
akan kita gunakan, pulley biasanya terbuat dari besi tuang, dan alumunium.
(Hery Sonawan, 2010)
10

Gambar 2.3 Sistem transmisi Belt dan Pulley


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Dalam hal ini rumus perhitungan yang akan digunakan sebagai


berikut :
1. Perbandingan reduksi pulley
𝑛1 𝐷1
= 𝐷2 .......................................................................... (2.4)
𝑛2

Dimana :
𝑛1 = putaran pengerak (rpm)
𝑛2 = putaran pulley yang digerakan (rpm)
𝐷1 = diameter pulley pada penggerak (mm)
𝐷2 = diameter pulley pada digerakan (mm)
2. Ratio pulley
= 𝑛1 ∶ 𝑛2 ........................................................................... (2.5)
Dimana :
𝑛1 = putaran pengerak (rpm)
𝑛2 = putaran pulley yang digerakan (rpm)
3. Kecepatan keliling (𝑉)
𝜋 𝑥 𝐷1 𝑥 𝑛1
𝑉= ................................................................ (2.6)
60 𝑥 1000

Dimana :
𝑉 = Kecepatan keliling (m/s)
𝑛1 = putaran pengerak (rpm)
𝐷1 = diameter pulley pada penggerak (mm)
(Hery Sonawan, 2010)
11

D. Belt
Belt merupakan suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai
penghatar daya atau mentrasmisiskan tenaga dari satu mesin ke poros
dengan menggunakan puli yang memutar dengan kecepatan yang sama atau
berbeda. Belt biasanya terbuat dari rayon, nyilon atau katun yang diresapi
dengan karet (Hery Sonawan, 2010).

Gambar 2.4 Ukuran penampang V-Belt


Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

Pada perencanaan mesin pencacah sampah plastik ini menggunakan


belt yang berbentuk V, karena belt jenis ini tidak menimbulkan suara yang
berisik seperti belt berbentuk datar dan sangat baik untuk putaran tinggi.
V-Belt terbuat dari karet dan berbentuk trapesium. V-belt dililitkan
disekeliling alur pulley yang berbentuk V.
Tabel 2.2 Ukuran Pulley-V
Penamp Diameter Nominal
ang (diameter lingkaran α(°) W* Lo K Ko e F
sabuk-V jarak dp)
71 – 100 34 11,95
A 101 – 125 36 12,12 9,2 4,5 8,0 15,0 10,0
126 atau lebih 38 12,30
125 – 160 34 15,86
B 161 – 200 36 16,07 12,5 5,5 9,5 19,0 12,5
201 atau lebih 38 16,29
200 – 250 34 21,18
C 251 – 315 36 21,45 16,9 7,0 12,0 25,5 17,0
316 atau lebih 38 21,72
12

355 – 450 36 30,77


D 24,6 9,5 15,5 37,0 24,0
451 atau lebih 38 31,14
500 – 630 36 36,95
E 28,7 12,7 19,3 44,5 29,0
631 atau lebih 38 37,45
Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

Gaya tegangan yang terjadi pada Belt karena V-belt biasanya


digunakan untuk menghantarkan putaran, maka perbandingan yang umum
menggunakan rumus :
1. Menentukan panjang Belt di gunakan
𝜋 1
𝐿 = 2𝐶 + 2 𝐷2 + 𝐷1 + 4𝐶 (𝐷2 + 𝐷1)2 ......................... (2.7)

Dimana :
L = Panjang belt (mm)
C = Jarak antara sumbu poros (mm)
D1 = Diameter pulley kecil (mm)
D2 = Diameter pulley besar (mm)
Tabel 2.3 Panjang V-Belt standart
Nomor nominal Nomor nominal Nomor nominal Nomor nominal
(inchi) (mm) (inchi) (mm) (inchi) (mm) (inchi) (mm)
10 254 45 1143 80 2032 115 2921
11 279 46 1168 81 2057 116 2946
12 305 47 1194 82 2083 117 2972
13 330 48 1219 83 2108 118 2997
14 356 49 1245 84 2134 119 3023
15 381 50 1270 85 2159 120 3048
16 406 51 1295 86 2184 121 3073
17 432 52 1321 87 2210 122 3099
18 457 53 1346 88 2235 123 3124
19 483 54 1372 89 2261 124 3150
20 508 55 1397 90 2286 125 3175
21 533 56 1422 91 2311 126 3200
22 559 57 1448 92 2337 127 3226
23 584 58 1473 93 2362 128 3251
24 610 59 1499 94 2388 129 3277
25 635 60 1524 95 2413 130 3302
26 660 61 1549 96 2438 131 3327
27 686 62 1575 97 2464 132 3353
28 711 63 1600 98 2489 133 3378
29 737 64 1626 99 2515 134 3404
30 762 65 1651 100 2540 135 3429
13

31 787 66 1676 101 2565 136 3454


32 813 67 1702 102 2591 137 3480
33 838 68 1727 103 2616 138 3505
34 864 69 1753 104 2642 139 3531
35 889 70 1778 105 2667 140 3556
36 914 71 1803 106 2692 141 3581
37 940 72 1829 107 2718 142 3607
38 965 73 1854 108 2743 143 3632
39 991 74 1880 109 2769 144 3658
40 1016 75 1905 110 2794 145 3683
41 1041 76 1930 111 2819 146 3708
42 1067 77 1956 112 2845 147 3734
43 1092 78 1981 113 2870 148 3759
44 1118 79 2007 114 2896 149 3785
Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

2. Sudut kontak antara Pulley dan Belt


57(𝐷2−𝐷1)
𝜃 = 180˚ − ...................................................... (2.8)
500

Dimana :
𝜃 = Sudut kontak
D1 = Diameter pulley kecil (mm)
D2 = Diameter pulley besar (mm)
C = Jarak antara poros (mm)
3. Kapasitas daya transmisi dari Belt (𝑃𝑜 )
𝑇 = (𝐹1 − 𝐹2 )𝑟 ............................................................. (2.9)
Dimana :
𝑇 =Momen torsi pada poros motor (N.m)
𝐹1 = Tegangan Belt sisi tarik (Kg)
𝐹2 = Tegangan Belt sisi kendor (Kg)
𝑟 = Radius pulley (mm)

4. Gaya tarik efektif


𝑃0 𝑥 102
𝐹1 = ..................................................................... (2.10)
𝑉

Dimana :
𝑇 =Momen torsi pada poros motor (N.m)
14

𝐹1 = Tegangan Belt sisi tarik (Kg)


𝐹2 = Tegangan Belt sisi kendor (Kg)
𝑟 = Radius pulley (mm)
5. Tegangan pada sisi tarik
𝑒 µ̍𝜃 −1
𝐹𝑒 = 𝐹1 ................................................................... (2.11)
𝑒 µ̍𝜃

6. Tegangan pada sisi kendor


𝐹2 = 𝐹1 −𝐹𝑒 ...................................................................... (2.12)
Sumber : (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

E. Roda Gigi
Roda gigi merupakan elemen mesin yang berfungsi untuk
mentransmisikan daya dan putaran poros sehingga sistem mekanisme mesin
dapat bekerja sesuai dengan fungsinya (Hendra dkk , 2013). Perancangan
roda gigi yang tidak teliti akan menyebabkan roda gigi tidak dapat
beroperasi dengan baik seperti kontak antar gigi yang kasar mengakibatkan
gerak antar gigi tidak sempurna sehingga mengakibatkan ketidakseragaman
gaya kontak antar satu gigi dengan gigi lainnya.
Penjelasan mengenai profil roda gigi yang terdiri dari definisi dan
notasi elemen roda gigi terdapat pada standar ISO, ISO 53 (Cylindrical
gears for general and heavy engineering Basic Rack) dan ISO R 1122
(Glosary of gears geometrical definitions). Definisi dan notasi elemen ini
sama untuk setiap jenis roda gigi. Bentuk standar profil roda gigi dari batang
gigi dan roda gigi lurus adalah seperti pada gambar berikut :
15

Gambar 2.5 Profil roda gigi lurus menurut standar ISO untuk
batang gigi a dan roda gigi b (Sirajuddin, 2010).

Berdasarkan arah giginya roda gigi dapat dibedakan menjadi


beberapa jenis yaitu roda gigi lurus, roda gigi miring, roda gigi kerucut dan
roda gigi cacing. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
perancangan roda gigi yaitu dimensi, gaya dan torsi dan tegangan-tegangan
yang bekerja pada roda gigi karena apabila hal ini tidak dilakukan maka
akan menyebabkan roda gigi tidak dapat beroperasi dengan baik, seperti
kontak antar gigi yang kasar mengakibatkan gerak antar gigi tidak sempurna
sehingga mengakibatkan ketidakseragaman gaya kontak antar satu gigi
dengan gigi lainnya (Hendra dkk , 2013).
Pada mesin pencacah sampah plastik ini menggunakan dua roda gigi
lurus yang dipasang pada dua poros yang difungsikan untuk mentrasmisikan
daya dari poros satu ke poros ke dua. Berikut rumus perhitungan roda gigi
lurus :

1. Perbandingan roda gigi


𝑛 𝑑 𝑚.𝑍 𝑍 1
𝑈 = 𝑛1 = 𝑑1 = 𝑚.𝑍1 = 𝑍1 = 𝑖 ........................................ (2.12)
2 2 2 2

𝑛1
𝑖= ............................................................................. (2.13)
𝑛2
16

Dimana :
𝑛1 = Putaran motor (rpm)
𝑛2 = Putaran poros (rpm)
𝑑1 = Diameter roda gigi 1 (mm)
𝑑2 = Diameter roda gigi 2 (mm)
𝑚 = Modul
𝑧1 = Jumlah gigi roda gigi 1
𝑧2 = Jumlah gigi roda gigi 2
2. Diameter jarak roda gigi
Jarak sumbu poros α (mm) dan diameter jarak bagi 𝑑1 ′ dan 𝑑2 ′
(mm) dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :
2𝛼
𝑑1 ′ = (𝑖+1) ..................................................................... (2.14)
2𝛼
𝑑2 ′ = (𝑖+1) ..................................................................... (2.15)

Dimana :
α = Jarak sumbu poros (mm)
𝑑1 ′ = Jarak bagi roda gigi 1 (mm)
𝑑2 ′ = Jarak bagi roda gigi 2 (mm)
i = Perbandingan reduksi
3. Diameter kepala (𝑑𝑘 )
Diameter kepala dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
𝑑𝑘1 = (𝑍1 + 2)𝑚 .......................................................... (2.16)
𝑑𝑘2 = (𝑍2 + 2)𝑚 .......................................................... (2.17)
Dimana :
𝑑𝑘1 = Diameter kepala roda gigi Satu (mm)
𝑑𝑘1 = Diameter kepala roda gigi dua (mm)
𝑧1 = Jumlah gigi pada roda gigi Satu
𝑧2 = Jumlah gigi pada roda gigi dua
𝑚 = Modul
17

4. Diameter kaki (𝑑𝑓 )


Diameter kaki dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut :
𝑑𝑓1 = 𝑍1 . 𝑚. 𝑐𝑜𝑠 200 ..................................................... (2.18)
𝑑𝑓1 = 𝑍1 . 𝑚. 𝑐𝑜𝑠 200 ..................................................... (2.19)
Dimana :
𝑑𝑓1 = Diameter kaki roda gigi satu (mm)
𝑑𝑓2 = Diameter kaki roda gigi dua (mm)
𝑧1 = Jumlah gigi pada roda gigi Satu
𝑧2 = Jumlah gigi pada roda gigi dua
𝑚 = Modul
5. Tinggi gigi (H)
Tinggi Gigi dapat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
𝐻 = 2 𝑥 𝑚 ..................................................................... (2.20)
Dimana :H : Tinggi gigi (mm)

6. Kecepatan keliling
𝜋.𝑑.𝑛
𝑉 = 60 x 1000 .................................................................. (2.21)

Dimana :
V = Kecepatan keliling (m/s)
𝑑 = Diameter roda gigi (mm)
𝑛 = Putaran (rpm)
7. Gaya tangensial roda gigi
Gaya tangensial roda gigi dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut :
102 x 𝑃𝑑
𝐹𝑡 = ................................................................... (2.22)
𝑉

Dimana :
𝐹𝑡 = Gaya tangensial roda gigi (kg)
𝑃𝑑 = Daya rencana (kW)
18

V = Kecepatan keliling (m/s)


(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

F. Poros
Poros berperan meneruskan daya bersama-sama dengan putaran.
Umumnya poros meneruskan daya melalui Belt, roda gigi dan rantai,
dengan demikian poros menerima beban puntir dan lentur. Putaran poros
biasa ditumpu oleh satu atau lebih bantalan untuk meredam gesekan yang
ditimbulkan seperti yang ditunjukkan gambar 2.4 di bawah ini.

Gambar 2.6 Poros


(Dokumentasi pribadi)

1. Poros Transmisi
Poros ini berfungsi untuk mentransmisikan daya dan putaran. Hal
ini menyebabkan poros mendapatkan momen bending/ beban lentur dan
momen torsion/beban puntir. Data yang ditransmisikan kepada poros
melalui kopling, roda gigi, pulley maupun dengan sprocket.
2. Spindel
Spindel berfungsi sebagai poros transmisi. Namun, beban yang
diterima poros ini hanya beban punter dan ontoh dari poros ini adalah
spindle pada mesin perkakas, dimana ukurannya relatif pendek. Syarat
yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil, bentuk
serta ukurannya harus teliti.
19

3. Gandar
Poros ini berfungsi menyangga suatu mekanisme. Beban yang
diterima poros ini adalah beban lentur, tidak terjadi putaran pada poros
(Sularso dan Suga, 2004). Poros digunakan pada setiap mesin dan
peralatan mesin, poros dibebani dengan beban yang berubah yaitu
komninasi dari lenturan dan puntiran disertai dengan berbagai tingkatan
konsentrasi tegangan. Pemindahan tenaga dan pergerakan mesin dapat
dibagi dua :
a. Pergerakan Langsung
Dalam hal ini poros motor bergerak (motor listrik, mesin uap
dan motor bakar) Dihubungkan langsung dengan poros perkakas
atau mesin yang hendak digerakkan dengan kopling-kopling.
b. Pergerakan Tidak Langsung
Dalam hal ini poros motor penggerak tidak langsung
berhubungan dengan perkakas atau mesin yang digerakkan,
melainkan dengan menggunakan Pulley dalam mentransmisikan
tenaga.
Untuk mencari poros yang sesuai dengan daya motor yang
dibutuhkan mesin pencacah sampah plastik. Maka perlu dicari daya yang
ditransmisikan oleh motor dan momen punter poros. Rumus perhitungan
sebagai berikut :
1. Gaya yang bekerja pada poros
Gaya yang bekerja pada poros dengan beban merata dapat dilihat
pada gambar 2.6
𝐹𝑟

A B

L
Gambar 2.7 Beban merata (Meriam& Kraige, 1996)
20

2. Daya yang ditransmisikan


Daya yang di transmisikan motor didapatkan dari perhitungan (Pd)
pada perhitungan motor.

3. Momen puntir (T)


𝑃
T = 9,74. 105 𝑛𝑑 ............................................................ (2.23)
1

Dimana :
T = Momen puntir (N.mm)
𝑃𝑑 = Daya rencana (kW)
𝑛1 = Putaran motor (rpm)
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

G. Bantalan
Bantalan adalah tempat poros bertumpu. Bantalan ini dapat dipasang
didalam mesin, dimana poros bertumpu pada bagian yang terpisah. Bantalan
dipasang pada bagian mesin yang dinamakan blok bantalan. Dalam bantalan
biasanya terjadi gaya reaksi. Apabila gaya reaksi ini jauh lebih banyak
mengarah tegak pada garis sumbu poros, bantalan dinamakan bantalan
radial, kalau gaya reaksi itu jauh lebih banyak mengarah sepanjang garis
sumbu, namanya adalah bantalan aksial (Daryanto, 1993). Bantalan adalah
elemen mesin yang mempunyai poros berbeban sehingga gerakan bolak-
balik dapat berlangsung dengan halus, aman dan tahan lama. Bantalan harus
kokoh untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya bekerja
dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka prestasi
seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja semestinya. Jadi,
bantalan dalam permesinan dapat disamakan peranannya dengan pondasi
pada gedung bantalan dalam peralatan usaha tani diperlukan untuk menahan
berbagai suku pemindah daya tetap ditempatnya. Bantalan yang tepat untuk
digunakan ditentukan oleh besarnya keausan, kecepatan putar poros, beban
yang harus didukung, dan besarnya daya dorong akhir Menurut Daryanto
21

(1993) pada prinsipnya berbagai macam bantalan dapat digolongkan


menjadi:
1. Bantalan luncur
2. Bantalan gelinding (bantalan pelana dan rol)
3. Bantalan dengan beban radial
4. Bantalan dengan beban aksial
5. Bantalan dengan beban campuran (radial-aksial).

Gambar 2.8 Bantalan


(Sumber : Dokumentasi pribadi)

Penentuan bantalan yang akan digunakan pada mesin pencacah


sampah plastik ini adalah jenis bantalan gelinding. Penentuan beban
ekuivalen dinamis dapat diketahui dengan persamaan berikut :
Tabel 2.4 Faktor-faktor V, X, Y dan Xo, Yo
Beban Beban Baris
Baris ganda
putar putar tunggal
Baris Baris
pada pada Fa/VFr≤e
Jenis bantalan tunggal ganda
cincin cincin Fa/VFr>e
Fa/VFr >e
dalam luar
V X Y X Y X Y Xo Yo Xo Yo
Fa/Co 2,30 2,30 0,19
= 0,014 1,99 1,99 0,22
Bantal = 0,028 1,71 1,71 0,26
an bola = 0,056 1,55 1,55 0,28
1 1,2 0,56 1 0 0,56 0,6 0,5 0,6 0,5
alur = 0,084 1,45 1,45 0,30
dalam = 0,11 1,31 1,31 0,34
= 0,17 1,15 1,15 0,38
= 0,28 1,04 1,04 0,42
22

= 0,42 1,00 1,00 0,44


= 0,56
0,43 1,00 1,09 0,70 1,63 0,57 0,42 0,84
= 20˚
Bantal 0,41 0.87 0,92 0,67 1,41 0,68 0,38 0,76
= 25˚
an bola 1 1,2 0,39 0,76 1 0,78 0,63 1,24 0,80 0,5 0,33 1 0,66
= 30˚
sudut 0,37 0,66 0,66 0,60 1,07 0,95 0,29 0,58
= 40˚
0,35 0,57 0,55 0,57 0,93 1,14 0,26 0,52

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

Nomor bantalan Ukuran luar Kapasitas Kapasitas


nominal nominal
Dua sekat dinamis statis
Jenis Dua
tanpa d D B r spesifik C spesifik
terbuka sekat
kontak (kg) Co (kg)
6000 10 26 8 0,5 360 196
60001 6001ZZ 6001VV 12 28 8 0,5 400 229
6002 02ZZ 02VV 15 32 9 0,5 440 263
6003 6003ZZ 6003VV 17 35 10 0,5 470 296
6004 04ZZ 04VV 20 42 12 1 735 465
6005 05ZZ 05VV 25 47 12 1 790 530
6006 6006ZZ 6006VV 30 55 13 1,5 1030 740
6007 07ZZ 07VV 35 62 14 1,5 1250 915
6008 08ZZ 08VV 40 68 15 1,5 1310 1010
6009 6009ZZ 6009VV 45 75 16 1,5 1640 1320
6010 10ZZ 10VV 50 80 16 1,5 1710 1430
6200 6200ZZ 6200VV 10 30 9 1 400 236
6201 01ZZ 01VV 12 32 10 1 535 305
6202 02ZZ 02VV 15 35 11 1 600 360
6203 6203ZZ 6203VV 17 40 12 1 750 460
6204 04ZZ 04VV 20 47 14 1,5 1000 635
6205 05ZZ 05VV 25 52 15 1,5 1100 730
6206 6206ZZ 6206VV 30 62 16 1,5 1530 1050
6207 07ZZ 07VV 35 72 17 2 2010 1430
6208 08ZZ 08VV 40 80 18 2 2380 1650
6209 6209ZZ 6209VV 45 85 19 2 2570 1880
6210 10ZZ 10vv 50 90 20 2 2750 2100
23

6300 6300ZZ 6300VV 10 35 11 1 635 365


6301 01ZZ 01VV 12 37 12 1,5 760 450
6302 02ZZ 02VV 15 42 13 1,5 895 545
6303 6303Z 6303VV 17 47 14 1,5 1070 660
6304 04ZZ 04VV 20 52 15 2 1250 785
6305 05ZZ 05VV 25 62 17 2 1610 1080
6306 6306ZZ 6306VV 30 72 19 2 2090 1440
6307 07ZZ 07VV 35 80 20 2,5 2620 1840
6308 08ZZ 08VV 40 90 23 2,5 3200 2300
6309 6309ZZ 6309VV 45 100 25 2,5 4150 3100
9310 10ZZ 10VV 50 110 27 3 4850 3650
Tabel 2.5 Nomor bantalan grlinding jenis bola
24

(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

1. Beban ekuivalen dinamis


𝑃𝑟 = 𝑋. 𝑉. 𝐹𝑟 + 𝑌. 𝐹𝑎 ...................................................... (2.24)
Dimana :
𝑃𝑟 = Beban ekuivalen dinamis (N)
𝑋 = Faktor beban radial, untuk bantalan bola radial
beralut dalam baris tunggal, besarnya 1,0
V = Faktor putaran bernilai 1,0 apabila faktor
pembebanan pada cincin dalam yang berputar dan
bernilai 1,2 apabila cincin luar yang berputar
𝐹𝑟 = Beban radial (beban yang tegak lurus dengan
sumbu poros)
Y = faktor beban aksial
𝐹𝑎 = Beban aksial (beban sejajar dengan sumbu poros)
2. Faktor kecepatan
33,3 1
𝐹𝑛 = ( )3 ................................................................... (2.25)
𝑛

Dimana :
𝐹𝑛 = Faktor kecepatan
𝑛 = Putaran (rpm)
3. Faktor umur
𝐶
𝐹ℎ = 𝐹𝑛 𝑃 ...................................................................... (2.26)
𝑟

Dimana :
𝐹ℎ = Faktor umur
𝐶 = Beban normal dinamis (kg)
𝑃𝑟 = Beban ekuivalen (kg)
4. Umur nominal
𝐿ℎ = 500(𝐹ℎ )3 .............................................................. (2.27)
Dimana :
25

𝐿ℎ = Faktor nominal
𝐹ℎ = Faktor umur
(Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997)

H. Kekuatan Rangka
Rangka dirancang untuk mendukung beban mesin dan yang
terpenting untuk meminimalisir terjadinya deformasi jika mengalami
pembebanan. Semua struktur teknik atau unsur struktural mengalami gaya
eksternal atau pembebanan. Hal ini akan mengakibatkan gaya eksternal lain
atau reaksi pada titik pendukung strukturnya.
Jenis-jenis beban yang dipengaruhi oleh gaya luar dan gaya dalam
adalah:
1. Beban dinamis adalah beban yang besar atau arahnya berubah terhadap
waktu.
2. Beban statis adalah beban yang besar atau arahnya tidah berubah
terhadap waktu.
3. Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada suatu titik.
4. Beban terbagi adalah beban yang terbagi merata sama pada setiap
satuan luas.
5. Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak antara gaya dengan titik
yang ditinjau.
6. Beban torsi adalah beban akibat puntiran.
26

Fx,y
Rah A B

a b

Rav L Rbv
Gambar 2.9 Analisis gaya batang beban terpusat (Meriam& Kraige, 1996)

I. Pengelasan
Proses pengelasan adalah proses penyambungan antara dua material
atau lebih (biasanya logam) secara permanen dengan cara mencairkan
logam tersebut yang diakibatkan dari temperatur, tekanan, dan kondisi
metalurgi. Pengelasan dapat dilaksanakan dibawah variasi kondisi yang
sangat luas sehingga pengelasan sangat penting dalam proses pembuatan
rancangan (manufacturing). Untuk mendapatkan hasil las yang baik antara
dua logam yang akan disambungkan, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan yaitu:
1. Permukaan-permukaan yang rata dan halus.
2. Permukaan yang bersih, bebas dari oksida, gas-gas yang terserap,
gemuk, dan zat pencemar lainnya.
3. Logam tanpa ketidakmurnian didalamnya.
4. Dua logam merupakan kristal tunggal yang mempunyai struktur
orientasi kristal yang identik.
Las busur listrik elektroda terlindung atau lebih dikenal dengan
SMAW (Shielded Metal Arc Welding) merupakan pengelasan
menggunakan busur nyala listrik sebagai panas pencair logam. Busur listrik
terbentuk diantara elektroda terlindung dan logam induk seperti
ditunjukkan pada gambar 6. Karena panas dari busur listrik maka logam
induk dan ujung elektroda mencair dan membeku bersama (Wiryosumarto,
1996).
27

Gambar 2.10 Las busur listrik elektroda terlindung


(http://teknikmesin.org/skema-nyala-las-busur , diakses 18 April 2018)
Proses pengelasan SMAW (Shielded Metal Arc Welding) dilakukan
dengan menggunakan energi listrik (AC/DC), energi listrik dikonversi
menjadi energi panas dengan membangkitkan busur listrik melalui sebuah
elektroda. Busur listrik diperoleh dengan cara mendekatkan elektroda las
ke benda kerja/logam yang akan dilas pada jarak beberapa milimeter,
sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda ke benda kerja, karena
adanya perbedaan tegangan antara elektroda dan benda kerja (logam yang
akan dilas). Panas yang dihasilkan dapat mencapai 5000ºC, sehingga
mampu melelehkan elektroda dan logam yang akan disambung untuk
membentuk paduan (Bintoro, 2000).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan memodifikasi
mesin pencacah plastik yang sudah ada ke bentuk yang lebih sederhana
dengan mengubah dimensi ukuran yang lebih kecil dan tidak membutuhkan
banyak tempat. Berdasarkan tempat penelitian ini berlangsung di suatu
tempat pengolahan sampah plastik. Data yang digunakan merupakan data
yang bersumber dari hasil observasi dan wawancara.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilakukan selama 4 bulan, pada bulan April
sampai bulan Juli 2018. Proses perakitan dan uji coba mesin pencacah
sampah plastik ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin Universitas
Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.

C. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang akan digunakan untuk pembuatan mesin pencacah
sampah plastik sebagai berikut:
1. Alat
a. Mesin Bubut
Mesin bubut digunakan untuk pembuatan mata pisau dan
poros mesin pencacah sampah plastik. Mesin bubut yang
digunakan adalah Ecoca SJ-460/1000G yang di buat di negara
Taiwan.
b. Mesin Frais
Mesin frais juga digunakan untuk pembuatan mata pisau mesin
pencacah sampah plastik. Mesin frais yang digunakan adalah
mesin frais Makino di buat di negara Jepang yang bertipe vertikal.

22
29

c. Las SMAW
Las SMAW digunakan untuk penyambungan rangka mesin
pencacah sampah plastik dengan menggunakan mesin las Lakoni
Falcon 120e 900 watt
2. Bahan
a. Besi Siku
Besi siku adalah logam yang keras dan mempunyai bentuk
siku 90º yang di gunakan dalam pembuatan dudukan alas mesin
pencacah sampah plastik. Besi siku yang digunakan dengan ukuran
35 m x 35 mm x 3 mm.
b. Besi Plat
Besi plat adalah bahan logam berbentuk lembaran yang ringan
dan kuat. Dalam pembuatan mesin pencacah plastik ini
membutuhkan plat memiliki tebal yang berukuran 3 mm dan
20 mm.
c. Motor Listrik
Motor Listrik adalah motor yang mengubah energi listrik
menjadi energi mekanik. Motor listrik ini digunakan untuk
menggerakkan poros pisau pencacah. Motor listrik yang digunakan
yang berdaya 1 HP dengan kecepatan 1400 rpm.
d. Roda Gigi
Roda gigi adalah bagian dari mesin yang berputar untuk
mentransmisikan daya. Pada mesin ini mengunakan dua roda gigi
lurus yang berdiameter 75 mm.
e. Baut
Baut adalah suatu batang atau tabung dengan alur pada
permukaan yang bertujuan untuk menyatukan antara sisi benda
yang satu sama lain di dalam proses pembuatan mesin pencacah
sampah plastik tersebut. Ukuran baut yang akan digunakan
berdiameter 6 mm dan 8 mm.
30

D. Perencanaan Penelitian
1. Gambar Diagram Alir
Dalam perencanaan proses pembuatan alat penghancur plastik ini
dapat dilihat pada diagram alir di bawah ini.

Mulai

Studi Literatur

Perencanaan dan Desain

Persiapan Alat dan Bahan

Pembuatan Alat/ Perakitan

Pengujian

Uji Mesin Uji Hasil Cacahan TIDAK

Hasil

YA
Analisis data

Selesai

Gambar 3.1 Flowchart Penelitian


31

2. Prosedur penelitian
a. Mulai
b. Studi Literatur
Pada studi literatur penulis mengumpulan data secara langsung
ke lapangan yang berupa catatan, transkip, buku, jurnal, majalah
dan sebagainya pada pembuatan mesin pencacah sampah plastik.
c. Perencanaan dan desain
Pada proses ini hasil data yang sudah terkumpul pada studi
lapangan akan di buat untuk merencanakan pembuatan mesin
dengan membuat desain. Desain juga merencanakan alat dan bahan
yang akan di gunakan
d. Persiapan alat dan bahan
Pada langkah ini penulis mempersiapkan alat dan bahan yang
akan di gunakan pada pembuatan mesin pencacah sampah plastik.
e. Pembuatan alat/perakitan
Pada proses ini penulis merakit mesin yang sudah di desain
dengan alat dan bahan yang sudah dipersiapkan.
f. Pengujian
Pada proses ini terdapat 2 pengujian yaitu pengujian mesin dan
pengujian hasil cacahan botol plastik.
g. Pengujian mesin
Pengujian mesin dilihat cara pengoperasiannya apakah mesin
dapat berjalan dengan baik atau tidak.
h. Pengujian hasil cacahan
Pengujian hasil cacahan dapat dilihat dari ukuran cacahan
botol tersebut.
i. Hasil
Pada proses ini apakah mesin memenuhi standart atau perlu
dilakukan perbaikan. Jika mesin terdapat masalah akan di perbaiki
dan di uji kembali.
32

j. Analisis data
Pada langkah ini penulis mengAnalisis dan memberi
kesimpulan pada mesin pencacah sampah plastik yang sudah di uji.
k. Selesai

E. Teknik Pengumpulan Data


Dalam memperoleh data yang dibutuhkan, penulis menggunakan
beberapa teknik, yaitu:
1. Metode Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan cara
mengamati langsung ke lapangan. Dalam hal ini penulis melakukan
observasi dengan cara mengamati dan mencari bahan yang cocok untuk
digunakan dalam proses pembuatan mesin pencacah sampah plastik.
Mulai dari pembuatan perencanaan desain, perencanaan untuk merakit
mesin pencacah botol plastik serta pengujian alat tersebut.
2. Metode Literatur
Dalam metode literatur penulis mencari data mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan mesin pencacah sampah plastik berupa
catatan, jurnal, buku dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini penulis
mengumpulkan data yang ada dalam buku, jurnal, catatan untuk
membantu proses pembuatan mesin pencacah sampah plastik.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data yang dilakukan adalah perhitungan-perhitungan yang
didapatkan dari perencanaan pembuatan mesin tersebut dan hasil dari
sampah botol plastik yang sudah dihancurkan dengan menggunakan alat
tersebut.
33

Tabel 3.1 Hasil uji mesin pencacah sampah plastik.


No. Komponen Penjelasan Keterangan
1. Mesin Mesin mulai dari motor,
pisau, poros, roda gigi,
pullay bisa berjalan
dengan baik
Botol plastik bisa
Hasil cacahan sampah botol
2. berubah menjadi cacahan
plastik
kecil

G. Prototipe Mesin Pencacah Sampah Plastik

5 10

4
9
6

11
1

Gambar 3.2 Desain mesin pencacah sampah plastik


(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Keterangan :
1. Motor Listrik 7. Hopper Out
2. Belt 8. Poros
3. Pulley 9. Bantalan
4. Roda Gigi 10. Pisau
5. Hopper In 11. Rangka
6. Bodi Pisau
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Yogyakarta: Andi


Yogyakarta.

Anonim. 2015. “Arti Kode Kemasan Plastik”:


https://raggne.wordpress.com/2015/05/11/arti-kode-kemasan-plastik-
pete-hdpe-pvc-ldpe-pp-ps (diakses 18 April 2018).

Daryanto. 1993. Dasar-dasar Teknik Mesin. Jakarta: Rineka Cipta.

Flin, R. A. and P. K. Trojan. 1975. Engineeering Materials and Treir


Aplications. Honh Ton Mifflin Co., Boston.

Hendra, Asyarial dan Erinofriardi. 2013. Perencanaan Roda Gigi Lurus,


Roda Gigi Miring Dan Roda Gigi Kerucut Lurus Berbasis Progam
Komputasi. Jurusan Teknik Mesin. Universitas Bengkulu

Herry Sonawan, MT. 2010. Perencangan Elemen Mesin. Bandung:


Alfabeta

Meriam, J. L., & Kraige, L. G . 1996. Mekanika Teknik Volume 1, jilid 1.


Jakarta: Airlangga.

Mujiarto, Imam. 2005. Sifat dan karakteristik material plastik dan bahan
aditif. Nomoor 02, Volume 3, Edisi Desember 2005.

Napitupulu, Robert, dkk. 2014. Rancang Bangun Mesin Pencacah


Sampah Plastik. Bangka Belitung: Politeknik Manufaktur Negeri
Bangka Belitung

Sirajuddin, Awal Syahrani. 2010. Analisis Eksperimental Ciri Kerusakan


Roda Gigi Lurus Berbasis Spektrum Getaran. Jurusan teknik mesin.
Palu: Universitas Tadulako.

Sularso, Kiyokatsu Suga. 2004. Elemen Mesin. Jakarta.

Sumanto , M.A. 1993. Motor Listrik Arus Bolak-Balik. Yogyakarta: Andi


Offset.

Wiryosumarto, Harsono. 1996. Teknologi pengelasan Logam. Cetakan Ke-


7. Jakarta: PT. Pradnya Paramitha.

28

Вам также может понравиться