Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SARI: Operasi penambangan batubara pada Pit Seam 11 Selatan PT Kitadin Tandung Mayang
dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Sistem tambang terbuka akan membentuk
cekungan yang luas, sehingga menjadi tempat terakumulasinya air pada lantai pit
penambangan. Sistem penyaliran tambang terbuka yang digunakan adalah mine dewatering,
yaitu mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengkaji sistem penyaliran tambang terbuka yang sekarang digunakan
di Pit Seam 11 Selatan sesuai dengan rencana kemajuan tambang. Analisis data curah hujan
harian di lokasi penelitian pada tahun 2004-2009 dengan menggunakan distribusi Gumbel,
diperoleh curah hujan rencana sebesar 75,12 mm/hari untuk periode ulang 2 tahun, sehingga
menyebabkan terakumulasinya air pada lantai pit dengan volume total 8.034,18 m 3/hari
dengan asumsi durasi hujan berlangsung selama 8,14 menit. Arah penambangan batubara
direncanakan ke arah Barat. Air yang terakumulasi pada sump dipompakan keluar menuju
saluran terbuka. Letak sump berada pada sebelah barat pit dengan jumlah pompa yang
digunakan yaitu 1 unit pompa (MultiFlo 390). Pipa yang digunakan yaitu pipa polyethilene
dengan diameter 8 inch. Jumlah pipa yang digunakan pada sump yaitu 19 batang. Dimensi
saluran terbuka yang akan digunakan yaitu berbentuk trapezium karena lebih mudah dalam
pembuatan dan perawatannya. Kolam Pengendapan yang akan dibuat berbentuk zig-zag
dengan panjang 90,4 m, lebar 20 m, dan tinggi 5 meter.
Kata kunci : Pit, Curah hujan, sump, pemompaan, saluran terbuka, dan kolam pengendapan
ABSTRACT: Operation of coal mining in Pit Seam 11 Selatan of PT Kitadin Tandung Mayang is
conducted by open pit system. Open pit system will shape a wide concavity, so it will be a
place where the water is accumulated in pit floor of mining. Mine Drainage of open pit is mine
dewatering, namely outflow water into the mining site. The method used in this research is
examining of the drainage of open pit that is applied in Pit Seam 11 Selatan now based on
the mining progress plan. The analysis of rainfall data in location year 2004-2009 by using
Gumbel distribution, obtained the plan rainfall around 75,12 mm/day for 2 years repeatedly
period, so that it caused water accumulated in pit floor with total volume 8.034,18 m 3/day by
assuming that the going on rain duration is about 8.14 minutes. Direction of coal mining is
planned to the west direction. Water which is accumulated in sump pumped out to an open
channel. Location of sump is in west side of pit, pump-amount used 1 unit pump (Multiflo
390). Pipe used is polyethylene pipe 8 inch diameter. Number of pipe applied in sump is 19
rods. Dimension of open channel applied trapezium shape because it is easier in its making
and maintenance. Settling pond that be made zig-zag formed length 90,4 m, width 20 m, and
high 5 meters.
Keywords: Pit, rainfall, sump, pumping, open channel, and settling pond.
air tanah. Pada saat kondisi cuaca ekstrim Curah hujan rencana merupakan suatu
berupa adanya curah hujan yang tinggi kriteria utama dalam perencanaan sistem
maka air yang berasal dari limpasan penyaliran untuk air permukaan pada
permukaan dapat menggenangi lantai suatu tambang. Salah satu metode dalam
dasar dan menyebabkan berlumpurnya analisa frekuensi yang sering digunakan
front penambangan. dalam menganalisa data curah hujan
adalah metode distribusi ekstrim, atau
Pengamatan di lapangan terlihat adanya juga dikenal dengan metode distribusi
daerah tangkapan hujan yang luas. Selain
itu, sump dan saluran yang ada tidak
sesuai dengan kondisi yang seharusnya.
Dimana :
Permasalahan tersebut akan menghambat XT =
aktifitas penambangan yang
mengakibatkan tidak tercapainya target
Gumbel (Persamaan 2.1).
produksi. Diperlukan suatu bentuk upaya ( )
Dimana:
pompa tersebut (persamaan 2.15).
Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah (m2)
a) Head statis (hs)
– n = koefisien kekasaran manning
b) Head kecepatan (Tabel 2.3)
2.7. Analisis Perencanaan Kolam
Pengendapan
c) Head gesekan (hf1)
( )
T
tertinggi sebesar 121 mm/hari.
Y = 0,37
3. Penentuan koreksi rata-rata (reduced
mean)
32 - Vol. 09 No. 01
2013
GEOSAINS
( )
14,14
Nilai reduced mean dapat ditentukan = 77,165 + 1,09 (0,37-
dengan menggunakan rumus sebagai 0,52)
berikut:
{( )
}]
[
= 75,12 mm/hr
Contoh perhitungan:
n = 20 (data curah hujan tahun 2004-
2009) m = 1 (urutan sampel)
n 1 m
Yn = ln ln
n 1
20 1 1
= ln ln
20 1
Air yang akan masuk kedalam Pit Seam 11
3.2 Debit Air
Selatan adalah air tanah dan air permukaan.
Debit limpasan yan akan masuk ke pit rencana dalam suatu daerah tangkapan
g hujan
yang diperkirakan akan masuk ke dalam
dihitung denga menggunaka paramete lokasi
n n r tambang Perhitungan debi air limpasan
waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, . t
menggunakan persamaan
koefisien air limpasan dan catchment rasional.
area.
1) Waktu
konsentrasi
Jarak yang ditempu oleh air untuk = 0,278 x 0,75 x 98,64 x
h 0,8
mengalir di atas permukaan menuju = 16,45
sump m3/s
adalah 734 m dengan kemiringan
tanah
8,6%. Waktu konsentrasi untuk Debit air limpasan yang akan masuk
sump kedalam
adalah 8,14 sump sebesar 16,45 m3/detik
menit.
2) Intensitas curah hujan 3.2.3. Sump
Intensitas curah hujan di daerah
penelitian
sebesa 98,64 mm/jam. Nilai intensitas Sump berfungsi sebagai tempat
r penampungan
curah hujan digunakan dalam
air sementara sebelum dipompakan
perhitungan
keluar
debit air yang masuk ke areal bukaan
tambang Perhitungan debi air limpasan
tambang.
. t
didapatkan volume air total yang akan
3) Daerah tangkapan hujan (catchment
masuk
Area)
ke dalam sump dengan waktu konsentrasi
Luas daerah tangkapan hujan dihitung
8,14
menit adalah 8034,18 m3. Perhitungan
denga menggunakan program Autoca
erosi
n d
tanah didapatkan volume tanah yang
2008. Besarnya luas daerah
akan
tangkapan
masuk ke dalam sump adalah 9,7
hujan adalah 0,8 km2.
m3.
Sump yang akan dibuat berbentuk
4) Koefisien air limpasan
trapezium
karena lebih mudah dalam pembuatannya
Nilai koefisien limpasan (C) untuk kajian
dan
mampu air dengan maksimal
tekni system penyaliran adalah 0,7
menampung .
s 5
Hasil perhitungan dimensi sump, dimana
dengan pertimbangan bahwa kondisi
sump
pada berbentuk trapezium (Gambar 2)
lokasi penelitian adalah dasa pit dan
didapatkan
r
dimensi sump sebagai
jenjang (pit floor and
berikut :
bench).
Tabel: 1 Dimensi
Sump
Dimensi Sump
Letak sump berada pada elevasi +100 pada tempat terakumulasinya air pada saat hujan
pit seam 11 selatan, yang akan mengikuti dan sebagai front kerja ketika tidak terjadi
kemajuan tambang (Lampiran J). Sump yang hujan. Waktu yang diperlukan untuk
dibuat bersifat kondusif yang berfungsi memompa air dalam sump yaitu 16,76 jam
sebagai (Tabel 1).
34 - Vol. 09 No. 01
2013
GEOSAINS
40 (m)
8 (m)
25 (m)
Gambar 6. Pipa
Polyethylene
3.4. Saluran digunakan adalah saluran berbentuk
trapezium karena lebih mudah dalam
Air yang masuk ke sump kemudian pembuatan dan perawatannya, baik
dipompa keluar dari tambang dan dialirkan dengan tenaga manusia maupun dengan
melewati saluran terbuka menuju kolam alat-alat mekanis (Gambar 6). Kelebihan
pengendapan. Hasil pengamatan di bentuk ini dapat menampung volume air
lapangan, saluran terbuka yang ada yang lebih besar. Penentuan dimensi
berada pada sebelah barat sump, sehingga saluran terbuka menggunakan persamaan
air dipompa kearah barat menuju saluran Manning
terbuka. Saluran yang
36 - Vol. 09 No.
01 2013
GEOSAINS
S = 0,5 % = 0,005
B = 1,3 m
d = 0,56 m h = 0,64 m
a = 0,65 m
0
60
b = 0,65 m
90,4 m
Saluran 4m 27,5 Saluran
masuk keluar
Inlet Settlement Outlet 5m
Zone Zone
Tanggul Gorong-gorong
DAFTAR PUSTAKA
Sangatta.
Makassar Gautama, RS., 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.
Hartono, 2008, Buku Panduan Praktek Tambang Terbuka, Kapuks Production, Universitas
Pembangunan Nasional, Yogyakarta
Hustrulid, W. and Kuchta M, 1998, Open Pit Mine Planning and Design, Colorado School Of
Mines, Colorado USA.
Suyono, dan Indun., 2002, Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi, Universitas pembangunan
Nasional, Yogyakarta
Yogyakarta.
Vol. 09 No. 01
2013 - 39
GEOSAI
NS
40 - Vol. 09 No.
01 2013