Вы находитесь на странице: 1из 36

GEOSAINS

PERENCANAAN SISTEM PENYALIRAN


TAMBANG TERBUKA BATUBARA

Muhammad Endriantho*, Muhammad Ramli*

*) Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin


**) Teknik Geologi Universitas Hasanuddin

SARI: Operasi penambangan batubara pada Pit Seam 11 Selatan PT Kitadin Tandung Mayang
dilakukan dengan sistem tambang terbuka. Sistem tambang terbuka akan membentuk
cekungan yang luas, sehingga menjadi tempat terakumulasinya air pada lantai pit
penambangan. Sistem penyaliran tambang terbuka yang digunakan adalah mine dewatering,
yaitu mengeluarkan air yang masuk ke dalam tambang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengkaji sistem penyaliran tambang terbuka yang sekarang digunakan
di Pit Seam 11 Selatan sesuai dengan rencana kemajuan tambang. Analisis data curah hujan
harian di lokasi penelitian pada tahun 2004-2009 dengan menggunakan distribusi Gumbel,
diperoleh curah hujan rencana sebesar 75,12 mm/hari untuk periode ulang 2 tahun, sehingga
menyebabkan terakumulasinya air pada lantai pit dengan volume total 8.034,18 m 3/hari
dengan asumsi durasi hujan berlangsung selama 8,14 menit. Arah penambangan batubara
direncanakan ke arah Barat. Air yang terakumulasi pada sump dipompakan keluar menuju
saluran terbuka. Letak sump berada pada sebelah barat pit dengan jumlah pompa yang
digunakan yaitu 1 unit pompa (MultiFlo 390). Pipa yang digunakan yaitu pipa polyethilene
dengan diameter 8 inch. Jumlah pipa yang digunakan pada sump yaitu 19 batang. Dimensi
saluran terbuka yang akan digunakan yaitu berbentuk trapezium karena lebih mudah dalam
pembuatan dan perawatannya. Kolam Pengendapan yang akan dibuat berbentuk zig-zag
dengan panjang 90,4 m, lebar 20 m, dan tinggi 5 meter.

Kata kunci : Pit, Curah hujan, sump, pemompaan, saluran terbuka, dan kolam pengendapan

ABSTRACT: Operation of coal mining in Pit Seam 11 Selatan of PT Kitadin Tandung Mayang is
conducted by open pit system. Open pit system will shape a wide concavity, so it will be a
place where the water is accumulated in pit floor of mining. Mine Drainage of open pit is mine
dewatering, namely outflow water into the mining site. The method used in this research is
examining of the drainage of open pit that is applied in Pit Seam 11 Selatan now based on
the mining progress plan. The analysis of rainfall data in location year 2004-2009 by using
Gumbel distribution, obtained the plan rainfall around 75,12 mm/day for 2 years repeatedly
period, so that it caused water accumulated in pit floor with total volume 8.034,18 m 3/day by
assuming that the going on rain duration is about 8.14 minutes. Direction of coal mining is
planned to the west direction. Water which is accumulated in sump pumped out to an open
channel. Location of sump is in west side of pit, pump-amount used 1 unit pump (Multiflo
390). Pipe used is polyethylene pipe 8 inch diameter. Number of pipe applied in sump is 19
rods. Dimension of open channel applied trapezium shape because it is easier in its making
and maintenance. Settling pond that be made zig-zag formed length 90,4 m, width 20 m, and
high 5 meters.

Keywords: Pit, rainfall, sump, pumping, open channel, and settling pond.

Metode penambangan yang digunakan


1. PENDAHULUAN adalah metode open pit. Metode
penambangan ini akan menyebabkan
Operasi penambangan batubara dilakukan terbentuknya cekungan yang luas
PT Kitadin Tandung Mayang yang terdiri sehingga sangat potensial untuk menjadi
dari Pit Seam 11 Selatan dan Pit Seam 11 daerah tampungan air, baik yang berasal
Utara. dari air limpasan permukaan maupun
Vol. 09 No. 01
2013 - 29
GEOSAINS

air tanah. Pada saat kondisi cuaca ekstrim Curah hujan rencana merupakan suatu
berupa adanya curah hujan yang tinggi kriteria utama dalam perencanaan sistem
maka air yang berasal dari limpasan penyaliran untuk air permukaan pada
permukaan dapat menggenangi lantai suatu tambang. Salah satu metode dalam
dasar dan menyebabkan berlumpurnya analisa frekuensi yang sering digunakan
front penambangan. dalam menganalisa data curah hujan
adalah metode distribusi ekstrim, atau
Pengamatan di lapangan terlihat adanya juga dikenal dengan metode distribusi
daerah tangkapan hujan yang luas. Selain
itu, sump dan saluran yang ada tidak
sesuai dengan kondisi yang seharusnya.
Dimana :
Permasalahan tersebut akan menghambat XT =
aktifitas penambangan yang
mengakibatkan tidak tercapainya target
Gumbel (Persamaan 2.1).
produksi. Diperlukan suatu bentuk upaya ( )

yang optimal untuk penanganan air yang


masuk ke pit melalui suatu bentuk kajian Perkiraan nilai curah hujan
teknik sistem penyaliran tambang dengan rencana (mm)
menganalisis semua aspek yang X = Curah hujan rata-rata (mm)
berpengaruh terhadap penanganan air =Simpanganbaku(standar
yang masuk ke pit. deviation)
= Standar deviasi dari reduksi
Melalui upaya penanganan air yang masuk
variate (standar deviation of the
ke pit, maka diharapkan permasalahan
reduced variate), nilainya
yang timbul akibat tidak terkontrolnya air
tergantung dari jumlah data
yang masuk ke pit dapat dihindari dan
Yt = Nilai reduksi variat dari variable
diminimalisir, sehingga aktifitas
yang diharapkan terjadi pada
penambangan tetap dapat dilakukan
periode ulang tertentu
walaupun dalam cuaca yang ekstrim.
Yn = Koreksi rata-rata (reduced mean)
2. METODOLOGI PENELITIAN b. Intensitas Curah Hujan

Daerah penelitian berada pada wilayah Perhitungan intensitas curah hujan


Kuasa Pertambangan PT Indominco dilakukan dengan menggunakan rumus
Mandiri. PT Kitadin Tandung Mayang Mononobe.
( )
mempunyai wilayah Kuasa Pertambangan
sendiri sekaligus sebagai kontraktor PT Dimana :
Indominco Mandiri. Secara administratif R24 = Curah hujan rencana perhari
lokasi penelitian berada pada Kecamatan (24 jam)
Sangatta, Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Tc = Waktu konsentrasi (jam)
Kalimantan Timur. Secara geografis lokasi
penelitian terletak pada 00° c. Daerah Tangkapan Hujan
02’ 20” LU – 00° 13’ 00” LU dan 117° 12’
Daerah tangkapan hujan adalah luas
50” BT - 117° 23’ 30” BT.
permukaan yang apabila terjadi hujan,
2.1. Air Permukaan maka air hujan tersebut akan mengalir ke
daerah yang lebih rendah menuju ke titik
Besarnya debit air limpasan (Run of) pengaliran. Luas daerah tangkapan hujan
ditentukan dengan menggunakan rumus ditentukan dengan menggunakan software
Rasional (persamaan 2.9). AutoCad 2008 pada komputer.

2.2. Air Tanah

Studi Hidrogeologi pada daerah penelitian


Dimana : belum pernah dilakukan, sehingga tidak
Q = debit air limpasan maksimum
dapat diketahui besarnya debit air tanah
(m3/detik) C = koefisien limpasan (Tabel
yang akan masuk ke pit. Analisis peta
2.1)
geologi dan observasi langsung ke pit yang
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
masih aktif dilakukan untuk mengetahui
A = Luas daerah tangkapan hujan (km2) pengaruh air tanah terhadap proses
penambangan.
a. Analisis Data Curah Hujan
30 - Vol. 09 No. 01
2013
GEOSAINS

2.3.Tahapan Perencanaan Sistem L = panjang pipa (m)


Penyaliran Tambang D = diameter pipa (m)
f = Koefisien kekasaran pipa
Rencana sistem penyaliran tambang ini g = kecepatan gravitasi bumi
dititikberatkan pada metode atau teknik (m/detik2)
penanggulangan air pada tambang terbuka. k = koefisien kerugian pada belokan
V = Kecepatan aliran dalam pipa
2.4. Analisis Perencanaan Sump (m/detik)
Sump berfungsi sebagai tempat g = Kecepatan gravitasi bumi
penampungan air sebelum dipompa keluar (m/detik2) R = jari-jari lengkung belokan
tambang. Dimensi sump tergantung dari (m)
jumlah air yang masuk serta keluar dari Θ = sudut belokan pipa
sump. Sump yang dibuat disesuaikan
dengan keadaan kemajuan medan kerja b. Durasi pemompaan
(front) penambangan. Optimalisasi antara
input (masukan) dan output (keluaran), Durasi pemompaan maksimal yang
maka dapat ditentukan volume dari sump. digunakan adalah 21 jam/hari, dengan
( )
pertimbangan akan disediakan 3 jam
sebagai waktu maintenance terhadap
Sump ditempatkan pada elevasi terendah pompa.
atau floor penambangan, jauh dari aktifitas
penggalian batubara sehingga tidak akan c. Jumlah pompa dan pipa
menggangu produksi batubara.
Jumlah pompa disesuaikan dengan debit
2.5. Analisis Perencanaan Pompa dan yang akan masuk ke dalam sump. Jenis
Pipa pompa yang digunakan adalah MF 390
dengan menggunakan pipa polyethylene
Analisis pemompaan dan pemipaan berdiameter 10 inch dengan panjang 1 unit
dilakukan untuk mengetahui jumlah pompa pipa adalah 6 meter.
dan pipa yang akan digunakan.

a. Head (julang) pemompaan dan 2.6. Analisis Perencanaan Saluran


pemipaan
Analisis perencanaan dimensi saluran
Head (julang) adalah energi yang diperlukan dilakukan dengan menggunakan rumus
untuk mengalirkan sejumlah air pada kondisi manning (Persamaan 2.13). Saluran yang
tertentu. Semakin besar debit air yang direncanakan adalah saluran terbuka
dipompa, maka head pompa juga akan berbentuk trapesium, karena lebih mudah
semakin besar. Head total pompa ditentukan dalam pembuatannya.
dari kondisi instalasi yang akan dilayani oleh ⁄

Dimana:
pompa tersebut (persamaan 2.15).
Q = debit (m3/detik)
R = jari-jari hidrolik (m)
S = kemiringan saluran (%)
A = Luas penampang basah (m2)
a) Head statis (hs)
– n = koefisien kekasaran manning
b) Head kecepatan (Tabel 2.3)
2.7. Analisis Perencanaan Kolam
Pengendapan
c) Head gesekan (hf1)
( )

d) Head belokan (hf2) Kolam pengendapan yang akan


( )
dibuat harus memiliki dimensi tertentu agar
Dimana mampu mengendapkan material sedimen
: dengan baik. Penentuan dimensi kolam
h1 = Elevasi sisi isap (m) pengendapan digunakan persamaan 2.22 -
h2 = Elevasi sisi keluar (m) 2.24 sebagai berikut:
Q = Debit air limpasan (m3/detik) Luas kolam pengendapan (A) =
V = Kecepatan aliran dalam pipa Panjang kolam pengendapan
(m/detik)
(P) = Lebar tiap zona (l) =
Dimana :
V = Volume air (m3)
Vol. 09 No. 01
2013 - 31
GEOSAI
NS
A = Luas kolam pengendapan l = lebar tiap zona
(m2) P = Panjang kolam (m)
pengendapan (m)
L = Lebar kolam pengendapan
(m) d = Kedalaman kolam (m)
Gambar 1. Metode
Penelitian
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis data curah hujan dilakukan dengan
menggunakan metode distribusi Gumbel,
3.1. Analisis Data Curah Hujan meliputi sbb:
Dalam penelitian ini pengolahan data curah 1. Perhitungan Standar deviasi dengan
hujan dilakukan untuk mendapatkan rumus :
besarnya nilai curah hujan dan intensitas √( )

curah hujan dalam satu jam. Hujan rencana


ini ditentukan dari hasil analisis frekuensi
= 3803,2
data curah hujan yang tersedia dengan
menggunakan metode partial duration 20 1
series, yaitu dengan mengambil/mencatat = 14,14
curah hujan maksimum periode 2004–2009 2. Perhitungan reduced variate:
dengan mengabaikan waktu kejadian hujan
(Tabel 4.1) . Berdasarkan data curah hujan, Untuk periode ulang (T) 2 tahun
diperoleh data curah hujan rata– rata 77,17
mm/hari, dan curah hujan maksimum terjadi 

 T 1 
 

bulan januari–juni dengan curah hujan


Y =  ln   ln 

  T 
tertinggi sebesar 121 mm/hari.
Y = 0,37
3. Penentuan koreksi rata-rata (reduced
mean)
32 - Vol. 09 No. 01
2013
GEOSAINS
( )
14,14
Nilai reduced mean dapat ditentukan = 77,165 + 1,09 (0,37-
dengan menggunakan rumus sebagai 0,52)
berikut:
{( )
}]
[
= 75,12 mm/hr
Contoh perhitungan:
n = 20 (data curah hujan tahun 2004-
2009) m = 1 (urutan sampel)
  n 1  m    
  
Yn =  ln  ln 

  n 1 
  20 1 1
=  ln  ln 

20 1

Air yang akan masuk kedalam Pit Seam 11
3.2 Debit Air
Selatan adalah air tanah dan air permukaan.

3.2.1 Debit Air tanah


= Studi hidrogeologi pada daerah penambangan
3,02 di
Hasil perhitungan reduced mean dapat dilihat
pada tabel Pit Seam 11 Selatan belum pernah dilakukan,
B.2.
4. Perhitungan koreksi simpangan (reduced sehingga dilakukan tinjauan langsung
terhadap
pengaruh air tanah pada Pit Seam 11 Selatan.
standar deviation) Hasil tinjauan lapangan menunjukkan pada
lereng-lereng jenjang di lokasi penelitian tidak
Nilai reduced standard deviation ditentukan denganmemperlihatkan adany rembesan tanah
a air
rumus sebagai berikut: meskipun pada musim hujan. Lapisan
batupasir
( )
dan batulempung menunjukkan sifat

permeabilitas yang kecil. Pengamatan
terhadap
peta geologi daerah penelitian
menunjukkan
= 22,52 bahwa daerah penelitian termasuk dalam
Formasi Pamaluan dengan batua
19
n
penyusunnya adalah batulempung, batulanau,
= 1,09
dan serpih, dengan sisipan batubara dan
5. Perhitungan curah hujan rencana batupasir (Gambar 3.1). Dengan melihat
hal
tesebut dapat diasumsikan bahwa air tanah
Perhitunga cura hujan rencan ditentukanyang ada didaerah penambangan tidak terlalu
n h a
dengan distribusi Gumbel. Contoh perhitunganberpengaruh terharap aktivitas penambangan
curah hujan rencana untuk periode ulang 2 tahun:

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Penelitian (Departemen MGP PT Kitadin TM)


Vol. 09 No. 01
2013 - 33
GEOSAINS
3.2.2. Debit Debit air lampisan adalah debit air hujan
Limpasan

Debit limpasan yan akan masuk ke pit rencana dalam suatu daerah tangkapan
g hujan
yang diperkirakan akan masuk ke dalam
dihitung denga menggunaka paramete lokasi
n n r tambang Perhitungan debi air limpasan
waktu konsentrasi, intensitas curah hujan, . t
menggunakan persamaan
koefisien air limpasan dan catchment rasional.
area.
1) Waktu
konsentrasi
Jarak yang ditempu oleh air untuk = 0,278 x 0,75 x 98,64 x
h 0,8
mengalir di atas permukaan menuju = 16,45
sump m3/s
adalah 734 m dengan kemiringan
tanah
8,6%. Waktu konsentrasi untuk Debit air limpasan yang akan masuk
sump kedalam
adalah 8,14 sump sebesar 16,45 m3/detik
menit.
2) Intensitas curah hujan 3.2.3. Sump
Intensitas curah hujan di daerah
penelitian
sebesa 98,64 mm/jam. Nilai intensitas Sump berfungsi sebagai tempat
r penampungan
curah hujan digunakan dalam
air sementara sebelum dipompakan
perhitungan
keluar
debit air yang masuk ke areal bukaan
tambang Perhitungan debi air limpasan
tambang.
. t
didapatkan volume air total yang akan
3) Daerah tangkapan hujan (catchment
masuk
Area)
ke dalam sump dengan waktu konsentrasi
Luas daerah tangkapan hujan dihitung
8,14
menit adalah 8034,18 m3. Perhitungan
denga menggunakan program Autoca
erosi
n d
tanah didapatkan volume tanah yang
2008. Besarnya luas daerah
akan
tangkapan
masuk ke dalam sump adalah 9,7
hujan adalah 0,8 km2.
m3.
Sump yang akan dibuat berbentuk
4) Koefisien air limpasan
trapezium
karena lebih mudah dalam pembuatannya
Nilai koefisien limpasan (C) untuk kajian
dan
mampu air dengan maksimal
tekni system penyaliran adalah 0,7
menampung .
s 5
Hasil perhitungan dimensi sump, dimana
dengan pertimbangan bahwa kondisi
sump
pada berbentuk trapezium (Gambar 2)
lokasi penelitian adalah dasa pit dan
didapatkan
r
dimensi sump sebagai
jenjang (pit floor and
berikut :
bench).
Tabel: 1 Dimensi
Sump

Dimensi Sump

Volume Kapasitas Waktu volume


total pompa pompa Panjang Panjang
Tinggi
sisi atas Sisi bawah

(m3) (m3/jam) (jam) (m) (m) (m) (m3)

8043,8 480 16,76 40 25 8 8900


8

Letak sump berada pada elevasi +100 pada tempat terakumulasinya air pada saat hujan
pit seam 11 selatan, yang akan mengikuti dan sebagai front kerja ketika tidak terjadi
kemajuan tambang (Lampiran J). Sump yang hujan. Waktu yang diperlukan untuk
dibuat bersifat kondusif yang berfungsi memompa air dalam sump yaitu 16,76 jam
sebagai (Tabel 1).
34 - Vol. 09 No. 01
2013
GEOSAINS

40 (m)

8 (m)

25 (m)

Gambar 3. dimensi sump


3.3. Pemompaan dan Pemipaan dengan RPM 900 dan efisiensi 65%
(Gambar 4.). Pipa yang digunakan adalah
Air yang terkumpul pada sump akan pipa polyethylene (Gambar 6) yang
dipompakan keluar pit. Pompa yang mempunyai panjang 6 m dengan diameter
digunakan adalah 1 unit pompa tipe Mutiflo 8 inch. Jumlah pipa yang digunakan adalah
390 (Gambar 3.4). Kapasitas pompa 19 batang.
Multiflo 390 yaitu 300 l/detik, dengan RPM Head statis = 57,6
maksimal adalah 1120. Kemampuan head m
total pompa ini adalah 130 m dengan Head kecepatan = 0,9
tingkat efisiensi 70%. Grafik performance m
pompa, diketahui kapasitas pompa (Q) Head gesekan = 15,3
yang digunakan adalah 480 m3/jam, total m
head (julang) yaitu 74,2 m Head belokan = 0,52
m
Head total adalah 74,2 m
Gambar 4. Grafik Performance Pompa Multiflo
390
Vol. 09 No. 01
2013 - 35
GEOSAI
NS
Gambar 5. Pompa Multiflo
390

Gambar 6. Pipa
Polyethylene
3.4. Saluran digunakan adalah saluran berbentuk
trapezium karena lebih mudah dalam
Air yang masuk ke sump kemudian pembuatan dan perawatannya, baik
dipompa keluar dari tambang dan dialirkan dengan tenaga manusia maupun dengan
melewati saluran terbuka menuju kolam alat-alat mekanis (Gambar 6). Kelebihan
pengendapan. Hasil pengamatan di bentuk ini dapat menampung volume air
lapangan, saluran terbuka yang ada yang lebih besar. Penentuan dimensi
berada pada sebelah barat sump, sehingga saluran terbuka menggunakan persamaan
air dipompa kearah barat menuju saluran Manning
terbuka. Saluran yang
36 - Vol. 09 No.
01 2013
GEOSAINS

Perhitungan Debit Limpasan pada saluran


1 Kedalaman aliran (d) = 0,56 m
= 0,278 x 0,5 x 98,64 x 0,03 Besarnya tinggi jagaan adalah
15%
= 0,4 m3/s dari 0,56m, sehingga w = 0,085 m
Debit Limpasan Total= Debit limpasan 2 Faktor kemiringan saluran (z) =
0,58
saluran + Debit pompa maksimum 3 Lebar dasar saluran (b) = 0,65 m
= 0,4 m3/s + 0,13 m3/s 4 Lebar permukaan saluran (B) = 1,3
m
= 0,53 m3/s 5 Panjang sisi saluran (a) = 0,66 m
Perhitungan dimensi saluran terbuka: 6 Luas penampang basah (A) = 0,54
m2
7 Keliling Basah (P) = 1,95 m
Q= 0,59 m3/detik 8 Jari-jari hidrolik (R) = 0,28

S = 0,5 % = 0,005

B = 1,3 m

d = 0,56 m h = 0,64 m
a = 0,65 m
0
60
b = 0,65 m

Gambar 7. Dimensi saluran terbuka

3.5. Kolam Pengendapan Zona ini berfungsi sebagai tempat


partikel padatan untuk mengendap
Kolam pengendapan (settling pond) akan secara maksimal.
ditempatkan pada sebelah barat pit seam 3. Zona endapan lumpur (sediment zone)
11 selatan. Pemilihan tersebut didasarkan Zona ini merupakan tempat material
pada pertimbangan bahwa penempatan padatan yang bercampur bersama air
kolam pengendapan pada daerah ini tidak akan mengalami sedimentasi.
akan mengganggu aktivitas penambangan 4. Zona keluaran (outlet zone)
dan akan lebih mudah dalam penanganan Zona ini merupakan tempat keluaran
air yang keluar dari kolam pengendapan. air yang diharapkan hampir jernih.
Bentuk kolam pengendapan digambarkan
sederhana, yaitu berupa kolam berbentuk Dimensi kolam pengendapan yang
zig-zag yang disesuaikan dengan kondisi direncanakan agar mampu mengendapkan
lapangan. Kolam pengendapan yang dibuat material padatan secara maksimal
terdiri atas 4 zona yaitu: (Gambar 78. Hasil perhitungan dimensi
1. Zona masukan (inlet zone) kolam pengendapan dengan menggunakan
Zona ini berfungsi sebagai tempat persamaan 2.22 – 2.24.
masuknya air yang bercampur dengan Panjang = 90,4
padatan dalam bentuk lumpur ke m Lebar = 20 m
dalam kolam pengendapan. Kedalaman = 5
2. Zona pengendapan (settlement zone) m
Volume total = 8239,84 m3
Vol. 09 No. 01
2013 - 37
GEOSAINS

Gambar 8. kolam pengendapan (tampak atas)

90,4 m
Saluran 4m 27,5 Saluran

masuk keluar
Inlet Settlement Outlet 5m

Zone Zone Zone


Sediment Sediment

Zone Zone
Tanggul Gorong-gorong

Gambar 9, kolam pengendapan (tampak samping)


Selatan adalah 1 buah pompa Multiflo 390.
Perawatan terhadap kolam pengendapan Pipa yang akan digunakan yaitu pipa
(settling pond) perlu dilakukan untuk polyethylene. Sedangkan Dimensi Saluran
menjaga agar tidak terjadi pendangkalan. Terbuka yang dibuat berbentuk trapezium
Upaya perawatan dilakukan secara teratur yang akan mampu mengalirkan debit
melalui pengerukan material sedimen pada maksimum 0,59 m3/detik. Dan Kolam
dasar kolam pengendapan (settling pond). pengendapan yang akan dibuat , berupa
kolam berbentuk zig-zag. Dimensi kolam
4. KESIMPULAN yang dibuat yaitu panjang 90,4 m, lebar 20
m, dan kedalaman 5 m.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa perencanaan sistem
penyaliran tambang yang akan digunakan 5. UCAPAN TERIMA KASIH
yaitu Perhitungan volume total didapatkan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
8043,88 m3, maka dimensi sump yang segenap Pimpinan dan Karyawan PT
akan dibuat dengan bentuk trapezium Kitadin Tandung Mayang atas kesempatan
adalah panjang sisi atas 40 m, panjang sisi dan bimbingan yang diberikan untuk
bawah 25 m, dan tinggi 8 m. Sehingga melaksanakan tugas akhir.
jumlah pompa yang akan digunakan dalam
Pit Seam 11

DAFTAR PUSTAKA

Amin, 2002, Penambangan Cadangan Batubara Dengan Tambang Terbuka: Kajian


Pertimbangan Hidrologi Dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung
Anonim, 2009, Curah Hujan Harian PT. Kitadin TM, Departemen MGP, Sangatta.
38 - Vol. 09 No.
01 2013
GEOSAINS

Anonim, 2009, Pumps Spesification PT Kitadin TM, Departemen Maintenance,

Sangatta. Anonim, 2009, Peta Lokasi Daerah Penelitian, Departemen MGP,

Sangatta.

Basri, 2009, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Batubara, Universitas Hasanuddin,

Makassar Gautama, RS., 1999, Sistem Penyaliran Tambang, Institut Teknologi Bandung.

Hardiatm, HC., 2006, Mekanika Tanah 1, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Hartono, 2008, Buku Panduan Praktek Tambang Terbuka, Kapuks Production, Universitas
Pembangunan Nasional, Yogyakarta

Hustrulid, W. and Kuchta M, 1998, Open Pit Mine Planning and Design, Colorado School Of
Mines, Colorado USA.

Rusli, 2008, Desain Sumur Resapan, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta. Sosrodarsono, S., 1993, Hidrologi Untuk Pengaliran, Pradnya

Paramita, Jakarta. Soemart, CD., 1995, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta.

Sudjana, 1989, Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Suyono, dan Indun., 2002, Kajian Hidrologi dan Hidrogeologi, Universitas pembangunan
Nasional, Yogyakarta

Suwandhi, A., 2004, Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang, Universitas Islam,

Bandung. Zaky, 2008, Perencanaan Drainase, Universitas Islam Indonesia,

Yogyakarta.
Vol. 09 No. 01
2013 - 39
GEOSAI
NS
40 - Vol. 09 No.
01 2013

Вам также может понравиться