Вы находитесь на странице: 1из 28

Referat

“Carsinoma Laring”

Oleh :

Desra Dwi Artika


1310070100142

PRESEPTOR
dr. Elfahmi THT,KL

KEPANITERAAN KLINIK THT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH
2017

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Karsinoma laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada saluran
nafas dan masih mepakan masalah karena penanggulannnya mencakup berbagai
segi. Angka kejadian karsinoma laring di RS Cipto Mangunkusuma Jakarta
menduduki urutan ketiga setelah karsinoma nasofaring dan karsinoma hidung dan
sinus paranasal.1
Penyebab karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Meningkatnya
insiden karsinoma laring sangat berkaitan dengan merokok dimana seorang
perokok memiliki risiko 6 kali lipat untuk menderita tumor kepala dan leher
dibandingkan dengan bukan perokok dan lebih banyak terjadi pada laki-laki.
Namun, akhir-akhir ini jumlah penderita perempuan semakin meningkat karena
adanya kecenderungan makin banyaknya wanita yang merokok. Mortalitas
penderita karsinoma laring lebih banyak terjadi pada perokok berat dibandingkan
dengan bukan perokok yaitu sekitar 20 kali lipat.2
Pasien karsinoma laring biasanya datang dalam stadium lanjut sehingga
hasil pengobatan yang diberikan kurang memuaskan, oleh karena itu perlu
diagnosis dini untuk penanggulangannya.3
Secara umum penatalaksanaan karsinoma laring meliputi pembedahan,
radiasi, sitostatika ataupun terapi kombinasi, tergantung stadium penyakit dan
keadaan umum penderita. Tujuan utama penatalaksanaan karsinoma laring adalah
mengeluarkan bagian laring yang terkena tumor dengan memperhatikan fungsi
respirasi, fonasi serta fungsi sfingter laring.2,3

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan referat ini yaitu untuk menambah wawasan pengetahuan
penulis dan pembaca tentang karsinoma laring agar bermanfaat dalam
menegakkan diagnosis lebih dini, sehingga dapat ditangani lebih awal dan
memberi harapan hidup penderita lebih lama.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan fisiologi laring


2.1.1 Anatomi laring
Faring, laring, trakea dan paru merupakan derivat foregut embrional yang
terbentuk sekitar 18 hari setelah terjadi konsepsi. Sesudahnya terbentuk alur
faring median yang berisi petunjuk-petunjuk pertama sistem pernafasan dan benih
laring. Sulkus atau alur laringotrakeal mulai nyata sekitar hari ke 21 kehidupan
embrio. Perluasan alur ke kaudal merupakan primaordial paru. Alur menjadi lebih
dalam dan berbentuk kantung dan kemudian menjadi dua lobus pada hari ke 27
atau 28. Bagian yang paling proksimal dari tuba akan menjadi laring. Pembesaran
aritenoid dan lamina epitelial dapat dikenali pada hari ke 33. Sedangkan kartilago,
otot, dan sebagian besar pita suara terbentuk dalam 3-4 minggu berikutnya. Hanya
kartilago epiglotis yang tidak terbentuk hingga masa midfetal. Banyak struktur
merupakan derivat apartus brankialis.4
Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas
bentuknya menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar
daripada bagian bawah. Laring terletak setinggi vertebra servicalis IV – VI,
dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi.1,5
Batas-batas laring yaitu sebelah kranial terdapat aditus laringeus yang
berhubungan dengan hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior
kartilago krikoid dan berhubungan dengan trakea, di sebelah lateral ditutupi oleh
otot-otot sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid. Sedangkan
di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra servikalis oleh otot-otot prevertebral,
dinding dan cavum laringofaring serta disebelah anterior ditutupi oleh fascia,
jaringan lemak, dan kulit. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh sejumlah
kartilago, ligamentum dan otot-otot.5

2
a. Tulang dan kartilago
Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa tulang
rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot intrinsik dan
ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa. Tulang dan tulang rawan laring yaitu :
1. Os hyoid
Os hyoid terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada
leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus
dibagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan bagian atas
tulang ini dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan
otot-otot. 1,5
2. Kartilago epiglottis
Bentuk kartilago epiglotis seperti bet pingpong dan membentuk dinding
anterior aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh
ligamentum tiroepiglotika ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara.
Sedangkan bagian atas menjulur di belakang korpus hyoid ke dalam lumen
faring sehingga membatasi basis lidah dan laring.5
3. Kartilago tiroid
Kartilago tiroid merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri dari
dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah belakang.
Pada kartilago tiroid terdapat penonjolan yang disebut Adam’s apple,
penonjolan ini dapat diraba pada garis tengah leher.4,5
4. Kartilago krikoid
Kartilago krikoid terletak di belakang kartilago tiroid dan merupakan
tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang rawan krikoid
melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid lateral dan di bagian
belakang melekat otot krikoaritenoid posterior. Kartilago krikoidea pada
dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI – VII dan pada anak-anak
setinggi vertebra servikalis III – IV.5
5. Kartilago aritenoid

3
Terdapat 2 buah kartilago ariteoid yang terletak dekat permukaan belakang
laring dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid yaitu artikulasi
krikoaritenoid.5
6. Kartilago kornikulata
Kartilago kornikulata merupakan kartilago fibroelastis yang terletak di atas
aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika.5
7. Kartilago kuneiformis
Kartilago kuneiformis terletak di dalam lipatan ariepiglotik.5
8. Kartilago tritisea
Kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.5

Gambar 1. Struktur laring4

b. Ligamentum dan membrana


Ligamentum dan membran laring terbagi menjadi5:
1. Ligamentum ekstrinsik yang terdiri dari :
- Membran tirohioid
- Ligamentum tirohioid
- Ligamentum tiroepiglotis
- Ligamentum hioepiglotis
- Ligamentum krikotrakeal

4
Gambar 2. Ligamentum ekstrinsik laring 5

2. Ligamentum intrinsik yang terdiri dari5 :


- Membran quadrangularis
- Ligamentum vestibular
- Konus elastikus
- Ligamentum krikotiroid media
- Ligamentum vokalis

Gambar 3. Ligamentum intrinsik laring5

c. Otot-otot
Otot-otot laring terbagi menjadi otot ekstrinsik dan otot intrinsik.
1. Otot-otot ekstrinsik

5
a. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu5 :
- m. stilohioideus
- m. milohioideus
- m. geniohioideus
- m. digastrikus
- m. genioglosus
- m. hioglosus
b. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu5 :
- m. omohioideus
- m. sternokleidomastoideus
- m. tirohioideus

Gambar 4. Otot-otot ekstrinsik laring 5

2. Otot-otot intrinsik
Otot-otot ini menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya dan
berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk
membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali
m. interaritenoideus yang serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot
ini dalam proses pembentukkan suara, proses menelan dan bernafas. Bila m.
interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah sehingga
menyebabkan aduksi pita suara.5
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik yaitu:
1. Otot-otot aduktor
- mm. interaritenoideus transversal dan oblik

6
- m. krikotiroideus
- m. krikotiroideus lateral
Otot-otot ini berfungsi untuk merapatkan/menggerakkan pita suara ke
medial.5
2. Otot-otot abduktor
M. krikoaritenoideus posterior (m. posticus) yang berfungsi untuk
menggerakan pita suara ke lateral.5
3. Otot-otot tensor
- Tensor internus : m. tiroaritenoideus dan m. vokalis
- Tensor eksternus : m. krikotiroideus
Otot-otot ini mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada
orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara
melengkung ke lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.5

Gambar 5. Otot-otot instrinsik laring 5

7
Gambar 6. Struktur laring 4
d. Persarafan
Laring dipersarafi oleh cabang n. vagus yaitu n. laringeus superior dan n.
laringeus inferior kiri dan kanan.
1. Nervus laringeus superior
Nervus laringeus superior meninggalkan n. vagus tepat di bawah ganglion
nodosum, melengkung ke depan dan medial di bawah a. karotis interna dan
eksterna yang kemudian akan bercabang menjadi:
- Ramus internus yang bersifat sensoris, mempersarafi valekula, epiglotis,
sinus piriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita suara sejati.
- Ramus eksternus yang bersifat motoris, mempersarafi m. krikotiroid dan
m. konstriktor inferior.5
2. Nervus laringeus inferior
Nervus laringeus inferior merupakan lanjutan dari n. laringeus rekuren,
nervus ini berjalan dalam lekukan diantara trakea dan esofagus, mencapai
laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea.5
Nervus ini merupakan cabang n. vagus setinggi bagian proksimal a.
subklavia dan berjalan membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan
esofagus, selanjutnya akan mencapai laring tepat di belakang artikulasio
krikotiroidea dan memberikan persarafan :
- Sensoris pada daerah sub glotis dan bagian atas trakea
- Motoris pada semua otot laring kecuali m. krikotiroid

8
Gambar 7. Persarafan laring 2
e. Vaskularisasi
Laring mendapat perdarahan dari cabang a. tiroidea superior dan inferior
yaitu a. laringeus superior dan inferior.5
1. Arteri laringeus superior
Arteri ini berjalan bersama ramus interna n. laringeus superior menembus
membrana tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan dasar sinus
pyriformis.5
2. Arteri laringeus inferior
Arteri ini berjalan bersama n. laringeus inferior masuk ke dalam laring
melalui area Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. konstriktor
faringeus inferior, di dalam laring beranastomose dengan a. laringeus superior dan
memperdarahi otot-otot dan mukosa laring.5

Gambar 8. Vaskularisasi laring 5

darah vena dialirkan melalui v. laringeus superior dan inferior ke v. tiroidea


superior dan inferior yang kemudian akan bermuara ke v. jugularis interna.

9
f. Sistem Limfatik
Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu :
1. Daerah bagian atas pita suara sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk
saluran yang menembus membrana tiroidea menuju kelenjar limfe servikal
superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior jugular node dan middle
jugular node.5
2. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe trakea,
middle jugular node, dan inferior jugular node.
3. Bagian anterior laring berhubungan dengan kedua sistem tersebut dan sistem
limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan dengan metastase karsinoma
laring dan menentukan terapinya.5

Gambar 9. Aliran Limfatik Laring5

2.1.2 Fisiologi Laring


Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar dan beberapa fungsi lainnya:
1. Fonasi
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi

10
antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi
seperti rongga mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada
dasar yang dihasilkan dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik
laring berperan penting dalam penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk
dan massa ujung-ujung bebas dan tegangan pita suara sejati.4,5
2. Proteksi
Benda asing tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-
otot yang bersifat aduksi, sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan,
pernafasan berhenti sejenak akibat adanya rangsangan terhadap reseptor yang ada
pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan daerah interaritenoid
melalui serabut aferen n. laringeus superior sehingga sfingter dan epiglotis
menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah proksimal
laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral
menjauhi aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus. 4,5
3. Respirasi
Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan m. krikoaritenoideus posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2
dan O2 arteri serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima
glotis, sedangkan bila pCO2 tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis.
Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan pembukaan laring secara
reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan
menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah
berperan dalam mengontrol posisi pita suara. 4,5
4. Sirkulasi
Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan peninggian
tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti
jantung. Hal ini dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor
dari reflek ini adalah baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui

11
n. laringeus rekurens dan ramus komunikans n. laringeus superior. Bila serabut ini
terangsang terutama bila laring dilatasi, maka terjadi penurunan denyut jantung. 4,5

5. Fiksasi
Berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap
tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan. 4,5
6. Menelan
Terdapat 3 (tiga) kejadian yang berhubungan dengan laring pada saat
berlangsungnya proses menelan, yaitu :
- Pada waktu menelan faring bagian bawah (m. konstriktor faringeus superior, m.
palatofaringeus dan m. stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago
krikoidea dan kartilago tiroidea, serta menarik laring ke atas menuju basis lidah,
kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi pembukaan faringoesofageal.
- Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk ke saluran
pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh
epiglotis.
- Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus
laringeus, sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus
laring dan maduk ke sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 4
7. Batuk
Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak
menimbulkan batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi
benda asing atau membersihkan sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada
mukosa laring. 4,5
8. Ekspektorasi
Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar berusaha
mengeluarkan benda asing tersebut. 4,5
9. Emosi
Perubahan emosi dapat menyebabkan perubahan fungsi laring, misalnya
pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan ketakutan. 4,5

12
2.2 Karsinoma Laring
2.2.1 Definisi

Karsinoma laring adalah tumor ganas kepala leher yang sering ditemukan.
Karsinoma sel skuamosa merupakan keganasan laring yang paling sering terjadi
94%.

2.2.2 Epidemiologi
Insidensi tumor ganas laring di beberapa tempat di dunia ini berbeda-beda.
Di Amerika Serikat pada tahun 1973 – 1976 dilaporkan 8,5 kasus karsinoma
laring per 100.000 penduduk laki-laki dan 1.3 kasus karsinoma laring per 100.000
penduduk perempuan. Pada akhir-akhir ini tercatat insiden tumor ganas laring
pada wanita meningkat. Ini dihubungkan dengan meningkatnya jumlah wanita
1,6,7
yang merokok.
Di RSUP H. Adam Malik Medan, Februari 1995 – Juni 2003 dijumpai 97
kasus karsinoma laring dengan perbandingan laki dan perempuan 8 : 1. Usia
penderita berkisar antara 30 sampai 79 tahun. Dari Februari 1995 – Februari 2000,
8
28 orang diantaranya telah dilakukan operasi laringektomi total.

2.2.3 Etiologi
Penyebab pasti sampai saat ini belum diketahui. Dikatakan oleh para ahli
bahwa perokok dan peminum alkohol merupakan kelompok orang-orang dengan
resiko tinggi terhadap karsinoma laring. Merokok merupakan faktor risiko utama
pada karsinoma laring dimana pada rokok terdapat 43 bahan karsinogen antara
lain polisiklik hirokarbon, nitrosamin, radioaktif polonium-210.9,10
Alkohol (etanol) jika dikombinasi dengan penggunaan rokok maka akan
berpotensi untuk memberikan efek karsinogenik yang akan memudahkan
penetrasi zat karsinogenik dalam jaringan tubuh. Etanol juga mengganggu sintesis
retinoid, derivat vitamin A yang mana zat ini memberikan efek protektif dari
perkembangan sel kanker.9

13
Virus yang juga dikaitkan dengan kejadian karsinoma laring yaitu HPV
(Human Papilloma Virus) dan Eibstein Barr Virus. HPV dikatagorikan menjadi
risiko tinggi (tipe 16,18), medium (tipe 31,33), risiko rendah (tipe 6,11).9,10
Faktor risiko lainnya adalah paparan debu kayu, sinar radio aktif, polusi
udara, radiasi leher dan asbestosis.9,10

2.2.4 Patofisiologi
Paparan karsinogenik berulang-ulang akan menyebabkan struktur DNA sel
normal akan terganggu sehingga terjadi diferensiasi dan proliferasi abnormal.
Adanya mutasi serta perubahan pada fungsi dan karakteristik sel berakibat pada
buruknya sistem perbaikan sel dan terjadilah apoptosis serta kematian sel. Pro-
onkogen akan terus meningkat sementara tumor supressor gene menurun, keadaan
ini mengakibatkan proliferasi terus-menerus dari sel anaplastik yang akan
mengambil suply oksigen, darah dan nutrien dari sel normal sehingga penderita
akan mengalami penurunan berat badan. Sealin itu akan terjadi penurunan serta
serta destruksi komponen darah, penurunan trombosit menyebabkan gangguan
perdarahan, penurunan jumlah eritrosit menyebabkan anemia dan penurunan
leukosit menyebabkan gangguan status imunologi pasien. Proliferasi sel kanker
yang terus berlanjut hingga membentuk suatu masa mengakibatkan kompresi pada
pembuluh darah sekitar dan saraf sehingga terjadilah odinofagi, disfagi, dan nyeri
pada kartilago tiroid. Massa tersebut juga mengakibatkan hambatan pada jalan
nafas. Iritasi pada nervus laringeus menyebabkan suara menjadi serak. Jika mutasi
yang terjadi sangat progresif, kanker dapat bermetastasis ke jaringan sekitar dan
kelenjar getah bening. 9

2.2.5 Histopatologi
Karsinoma sel skuamosa meliputi 95 – 98% dari semua tumor ganas
laring, dengan derajat differensiasi yang berbeda-beda. Karsinoma sel skuamosa
1,7,11
dibagi 3 tingkat diferensiasi, yaitu:
a. Berdiferensiasi baik (Grade I)
b. Berdiferensiasi sedang (Grade II)
c. Berdiferensiasi buruk (Grade III)

14
Kebanyakan tumor ganas pita suara berdiferensiasi dengan baik. lesi yang
mengenai hipofaring,sinus piriformis dan plika ariepiglotika kurang
berdiferensiasi baik. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah karsinoma
anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.

2.2.6 Klasifikasi
Berdasarkan Union International Centre le Cancer (UICC) 1982,
klasifikasi dan stadium tumor ganas laring terbagi atas :
1. Supraglotis (30-35%)
2. Glotis (60-65%)
3. Subglotis (1%)
Yang termasuk supraglotis adalah : permukaan posterior epiglotis yang
terletak di sekitar os hioid, lipatan ariepiglotik, aritenoid, epiglotis yang terletak di
bawah os hioid, pita suara palsu, ventrikel.1, 12
Yang termasuk glottis adalah : pita suara asli, komisura anterior dan
komisura posterior.1,12
Yang termasuk subglotis adalah : dinding subglotis. 1,12
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC 1,12:
1. Tumor Primer (T)
Supraglotis
Tis Karsinoma insitu
T0 tidak jelas adanya tumor primer l
T1 Tumor terdapat pada satu sisi suara/pita suara palsu (gerakan masih
baik).
T1a: tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika
ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
T1b: tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga
ventrikel atau pita suara palsu
T2 Tumor sudah menjalar ke 1 dan 2 sisi daaerah supra glotis dan
glotis masih bisa bergerak (tidak terfiksir).

15
T3 Tumor terbatas pada laring dan sudah terfiksir atau meluas ke
daerah krikoid bagian belakang, dinding medial daari sinus
piriformis, dan arah ke rongga pre epiglotis.
T4 Tumor sudah meluas ke luar laring, menginfiltrasi orofaring
jaringan lunak pada leher atau sudah merusak tulang rawan tiroid.

Glotis
Tis Karsinoma insitu.
T0 Tak jelas adanya tumor primer
T1 Tumor mengenai satu atau dua sisi pita suara, tetapi gerakan pita
suara masih baik, atau tumor sudah terdapat pada komisura anterior
atau posterior.
T1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
T1b : tumor mengenai kedua pita suara
T2 Tumor meluas ke daerah supraglotis atau subglotis, pita suara
masih dapat bergerak atau sudah terfiksir (impaired mobility).
T3 Tumor meliputi laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor sangat luas dengan kerusakan tulang rawan tiroid atau
sudah keluar dari laring.

Subglotis
Tis karsinoma insitu
T0 Tak jelas adanya tumor primer
T1 Tumor terbatas pada daerah subglotis.
T1a : tumor terbatas pada satu sisi
T1b : tumor telah mengenai kedua sisi
T2 Tumor sudah meluas ke pita, pita suara masih dapat bergerak atau
sudah terfiksir.
T3 Tumor sudah mengenai laring dan pita suara sudah terfiksir.
T4 Tumor yang luas dengan destruksi tulang rawan atau perluasan
keluar laring atau kedua-duanya.
2. Penjalaran ke Kelenjar Limfa (N)
Nx Kelenjar limfa tidak teraba
N0 Secara klinis kelenjar tidak teraba

16
N1 Secara klinis teraba satu kelenjar limfa dengan ukuran diameter 3
cm homolateral.
N2 Teraba kelenjar limfa tunggal, ipsilateral, ukuran diameter 3-6 cm.
N2a : satu kelenjar limfa ipsilateral, diameter lebih dari 3cm tapi
tidak lebih dari 6cm
N2b : multipel kelenjar limfa ipsilateral, diameter tidak lebih dari
6cm
N2c : metastasisbilateral atau kontralateral, diameter tidak lebih
dari 6cm
N3 Metastasis kelenjar limfa lebih dari 6 cm.
3. Metastasis Jauh (M)
Mx Tidak terdapat/terdeteksi.
M0 Tidak ada metastasis jauh.
M1 Terdapat metastasis jauh.

4. Stadium

STADIUM TUMOR KEL.LIMFA METASTASIS


PRIMER
Stadium 1 T1 N0 N0
Stadium 2 T2 N0 N0
Stadium 3 T3 N0 M0
T1/T2/T3 N1 M0
Stadium 4 T4 N0/N1 M0
T1/T2/T3/T4 N2/N3
T1/T2//T3/T4 N1/N2/N3 M1

2.2.7 Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda yang sering dijumpai adalah :
1. Suara serak
Gejala utama karsinoma laring. Merupakan gejala paling dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena ganguan fungsi fonasi laring. Kualitas nada
sangat dipengaruhi oleh besar kecilnya celah glotik, besar pita suara,

17
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran, dan ketegangan pita suara. Pada
tumor ganas laring, pita suaragagal berfungsi secara baik disebabkan
ketidakteraturan pita suara, oklusi atau penyempitan celah glotik,
terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-
kadang menyerang saraf. Serak menyebabkan kualitas suara menjadi kasar,
menganggu, sumbang, dan nadanya lebih rendah dari biasanya. Kadang bisa
afoni karena nyeri, sumbatan jalan nafas, atau paralisis komplit. 1,8,10
Hubungan antara suara serak dengan tumor laring tergantung dari letak
tumornya. Apabila tumbuh di pita suara asli, maka serak merupakan gejala
dini dan menetap. Pada tumor subglotik dan supraglotik, serak dapat
merupakan gejala akhir atau tidak muncul sama sekali.1,8

2. Sesak nafas dan stridor


Terjadi karena adanya sumbatan jalan nafas oleh massa tumor,
penumpukan kotoran atau sekret, maupun fiksasi pita suara. Adanya stridor
dan dispnea adalah tanda prognosis kurang baik. 1,8
3. Rasa nyeri di tenggorok
Keluhan bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam. 1,8
4. Disfagia dan odinofagia
Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring,
hipofaring, dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang paling
sering pada tumor ganas postkrikoid. Adanya odinofagi menandakan adanya
tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring. 1,8
5. Batuk dan hemoptisis
Batuk jarang pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan tertekannya
hipofaring disertai sekret yang mengalir ke dalam laring. Sedangkan
haemoptisis sering pada tumor ganas glotik dan supraglotik.1,8
6.
Nyeri alih telinga ipsilateral, halitosis, penurunan berat badan serta
pembesaran kelenjar getah bening ddipertimbangkan sebagai perluasan tumor
ke luar laring atau metastasis jauh.1,8
7. Nyeri tekan daerah laring

18
Gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang
menyerang kartilago tiroid dan perikondrium.1,8,10

2.2.8 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis.
A. Anamnesis
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita
sudah cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati
dan bertendens makin lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah
seorang perokok berat, peminum alkohol atau seorang yang sering atau
pernah terpapar sinar radioaktif, misalnya pernah diradiasi didaerah lain.
Pada anamnesis kadang–kadang didapatkan hemoptisis, yang bisa
tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab banyak penderita
menjelang tua dan dari sosial-ekonomi yang lemah. 1,8
B. Pemeriksaan fisik
Untuk melihat ke dalam laring dapat dilakukan dengan cara tak
langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop untuk
menilai lokasi tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of
cancerisation). Selain itu dapat juga menggunakan fiber-optic
laryngoscope dan flexible endoscope.1,8

19
Gambar 10. Karsinoma laring 12

1) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan
laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik.
- Foto torak diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada tidaknya
proses spesifik dan metastasis di paru.
- Pemeriksaan CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan
tumor pada tulang rawan tiroid adan daerah pre-epiglotis serta
metastasis kelenjar getah bening leher.

Gambar 11. Hipertrofi dari plika vokalis 9

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologik


anatomik dari bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada
pembesaran kelenjar getah bening di leher. Hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa.8,9
Beberapa jenis tumor ganas laring berdasarkan histopatologi antara
lain:
a) Karsinoma sel skuamosa

20
Meliputi 95-98% dari semua tumor ganas laring, dengan derajat
difrensiasi yang berbeda-beda. Jenis lain yang jarang kita jumpai adalah
karsinoma anaplastik, pseudosarkoma, adenokarsinoma dan sarkoma.8
b) Karsinoma verukosa
Merupakan satu tumor yang secara histologis kelihatannya jinak,
akan tetapi klinis ganas. Insidennya 1-2% dari seluruh tumor ganas
laring, lebih banyak mengenai pria dari wanita dengan perbandingan
3:1. Tumor tumbuh lambat tetapi dapat membesar sehingga dapat
menimbulkan kerusakan lokal yang luas. Tidak terjadi metastase
regional atau jauh. Pengobatannya dengan operasi, radioterapi tidak
efektif dan merupakan kontraindikasi. Prognosanya sangat baik.8
c) Adenokarsinoma
Angka insidennya 1% dari seluruh tumor ganas laring. Sering dari
kelenjar mukus supraglotis dan subglotis dan tidak pernah dari glottis.
Sering bermetastase ke paru-paru dan hepar. Two years survival rate-
nya sangat rendah. Terapi yang dianjurkan adalah reseksi radikal
dengan diseksi kelenjar limfe regional dan radiasi pasca operasi.8
d) Kondrosarkoma
Tumor ganas yang berasal dari tulang rawan krikoid 70%, tiroid
20% dan aritenoid 10%. Sering pada laki-laki 40 – 60 tahun. Terapi
yang dianjurkan adalah laringektomi total.

2.2.9 Diagnosis Banding


1. Laringitis tuberkulosa
Gejala pada laringitis tuberkulosa yaitu batuk, disfonia, odinofagi, dispneu
dan odinofonia. Obstruksi jalan napas muncul pada stadium lanjut. Didapkan
juga gejala sistemik seperti demam, keringat malam dan penurunan berat
badan. Pada pemeriksaan laring didapatkan gambaran edema yang difus dan
mukosa yang hiperemis pada laring atau lesi eksofitik granular yang mengarah
pada keganasan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan ditemukannya
organisma Mycobacterium tuberculosa pada apusan dan kultur. 13
2. Sifilis laring

21
Gambaran yang bisa didapatkan pada stadium dua adalah papul eritem
yang difus, edema, ulkus, dan limfadenopati servikal sedangkan pada stadium
tiga didaptakan gambaran gumma, fibrosis, kondritis dan stenosis. Diagnosis
ditegakkan dari tes serologis.13
3. Tumor jinak laring
Tumor jinak laring dapat berupa papiloma laring, kista dan polip. Gejala
papiloma laring yang utama adalah suara serak, dapat pula disertai batuk dan
apabila papiloma telah menutup rima glotis maka timbul sesak napas dan
stridor inspirasi.1,14
4. Laringitis kronik
Pada laringitis kronis terdapat perubahan pada selaput lendir, terutama
selaput lendir pita suara. Pada mikrolaringoskopi tampak bermacam-macam
bentuk, tetapi umunya yang terlihat adalah edema, serta hipertrofi selaput
lendir pita suara atau sekitarnya. Terdapat pula kelainan vaskular yaitu dilatasi
dan proliferasi sehingga tampak hiperemis. Pada keadaan kronis terbentuk
jaringan fibrotik yang disebut dengan laringitis kronik hiperplastik.12

Gambar 12. Laringitis kronis 12

5. Nodul vokal
Nodul ini biasanya ditemukan bilateral pada kedua pita suara, letaknya
simetris, diperbatasan anatara segitiga anterior dan sepertiga tengah pita suara.
Pada mikrolaringoskopi akan tampak penebalan selaput lendir pita suara yang
berbentuk fusiform, berwarna keputihan. Pada pertumbuhan selanjutnya, lesi
ini makin menebal, lunak dan permukaannya sudah rusak. Tidak terdapat

22
perubahan vaskuler di tempat itu. Nodul yang kecil dapat hilang dengan
sendirinya bila dilakukan terapi latihan bersuara (voice therapy).13

12
Gambar 13. Nodul vokal

2.2.10 Pengobatan
Secara umum ada 3 jenis penanggulangan karsinoma laring yaitu
pembedahan, radiasi dan sitostatika, ataupun kombinasi. 1, 7, 15
I. Radioterapi
Radioterapi merupakan modalitas untuk mengobati tumor glotis dan
supraglotis T1 dan T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%).
Keuntungan dengan cara ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat
dipertahankan. Dosis yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total
6000 – 7000 rad.8,9
Radioterapi dengan dosis menengah telah pula dilakukan oleh Ogura,
Som, Wang, dkk, untuk tumor-tumor tertentu. Konsepnya adalah untuk
memperoleh kerusakan maksimal dari tumor tanpa kerusakan yang tidak dapat
disembuhkan pada jaringan yang melapisinya.8,9
Komplikasi dari radiasi antara lain deskuamasi kulit, ulkus mukosa, suara
parau, striktur esofagus. 10
II. Pembedahan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :

23
A. Laringektomi
1. Laringektomi parsial
Laringektomi parsial diindikasikan untuk karsinoma laring
stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan radiasi, dan tumor
stadium II.1,8
2. Laringektomi total
Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur laring mulai
dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas bawah cincin
trakea.1,8
B. Diseksi Leher Radikal
Tidak dilakukan pada tumor glotis stadium dini (T1 – T2) karena
kemungkinan metastase ke kelenjar limfe leher sangat rendah.
Sedangkan tumor supraglotis, subglotis dan tumor glotis stadium lanjut
sering kali mengadakan metastase ke kelenjar limfe leher sehingga
perlu dilakukan tindakan diseksi leher. Pembedahan ini tidak
disarankan bila telah terdapat metastase jauh.1,8
Komplikasi dari pembedahan antara lain infeksi, perdarahan, fistel faring
kutaneus, pneumonia aspirasi, stenosis stoma, faring dan esofagus serta dapat juga
terjadi stenosis glotis dan supraglotis.10

Gambar 14. Total laringektomi dengan diseksi radikal leher kiri 12

III. Kemoterapi
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun
2
paliatif. Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m dan 5 FU 800–
2
1000 mg/m .

24
IV. Rehabilitasi
Rehabilitasi setelah operasi sangat penting karena telah diketahui bahwa
tumor ganas laring yang diterapi dengan seksama memiliki prognosis yang baik.
rehabilitasi mencakup“Vocal Rehabilitation, Vocational Rehabilitation dan Social
Rehabilitation”.1,8
Laringektomi yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring
menyebabkan cacat pada pasien. Dengan dilakukannya pengangkatan laring
beserta pita suara yang berada di dalamnya, maka pasien menjadi afonia dan
bernafas melalui stoma permanen di leher.1,8
Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat bantu suara,
yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula, ataupun
dengan suara yang dihasilkan dari esofagus melalui proses belajar.1,8
Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses rehabilitasi suara ini.
Tetapi faktor fisik dan psiko-sosial merupakan 2 faktor utama. Mungkin dengan
adanya wadah perkumpulan guna menghimpun pasien-pasien tuna laring guna
menyokokng aspek psikis dalam lingkup yang luas dari pasien, baik sebelum
maupun sesudah operasi.1,8

2.2.11. Prognosis
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan
kecakapan tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada
karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%, stadium III 60 – 70%
dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan
menurunkan five years survival rate sebesar 50%.11

25
BAB III
KESIMPULAN

Karsinoma laring merupakan keganasan saluran pernapasan atas yang


sering terjadi. Gejala awal karsinoma laring adalah suara serak yang hilang
timbul dan berjalan progresif dan akhirnya menetap. Diagnosis dapat ditegakkan
dengan anamnesis, pemeriksaan laring secara langsung maupun tidak langsung,
pemeriksaan laboratorium, dan biopsi pada lesi yang dicurigai.
Pengobatan karsinoma laring meliputi operasi, radioterapi, kemoterapi
maupun rehabilitasi. Prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan
pengobatan, lokasi tumor dan keahlian dari operator. Secara umum dikatakan five
years survival pada karsinoma laring stadium I 90 – 98% stadium II 75 – 85%,
stadium III 60 – 70% dan stadium IV 40 – 50%. Adanya metastase ke kelenjar
limfe regional akan menurunkan five years survival rate sebesar 50%.

26
27

Вам также может понравиться