Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
P
erawatan ibu hamil berfokus pada perawatan wanita hamil dan keluarganya pada
seluruh tahap kehamilan dankelahiran, termasuk masa empat minggu pertama setelah
bayi lahir. Selama periode prenatal, perawat memberi perawatan pada ibu hamil dan
juga memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu klien dan keluarganya
dalam menghadapi persalinan. Upaya yang dilakukan perawat ini berpotensi membuat
perbedaan yang signifikan, bukan saja meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya, tetapi juga
kesehatan masyarakat.
Krisis maturitas
Kehamilan sendiri merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi ibu hamil dan
pasangannya, dan hal ini juga merupakan suatu kondisi krisis maturitas. Selain kehamilan akan
menyebabkan suatu peristiwa perubahan dalam kondisi adanya dua kemungkinan yang akan
dihadapi ibu hamil. Keadaan tersebut berupa ibu hamil dapat mengalami kehamilan normal
maupun kehamilan risiko tinggi. Pada saat ibu hamil dikategorikan pada kehamilan risiko
tinggi, maka hal ini merupakan masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan maupun
asuhan medis. Saat ibu dinyatakan hamil, tentunya harapan ibu dan pasangan adalah kehamilan
tersebut normaal, janin yang dikandung sehat dan pada akhirnya janin dapat lahir dalam
keadaan ibu dan bayi selamat.
Keadaan kehamilan risiko tinggi yang meningkat mengandung makna bahwa semakin
banyak wanita hamil berisiko memperoleh hasil kehamilan yang buruk. Kondisi ini seperti
dicontohkan bahwa penggunaan alkohol selama hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi
spontan), retardasi mental, Brat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sindrom alkohol janin.
Penyakit menular seksual (PMS) selama hamil, insiden AIDS yang semakin meningkat juga
dikaitkan dengan defek dan penyakit neonatus. Bayi yang lahir dari ibu tidak menikah memiliki
kemungkinan meninggal dua kali lebih besar dibandingkan dengan dari ibu yang menikah.
Remaja juga memiliki kemungkinan dua kali untuk memperoleh bayi dengan BBLR. Hal
tersebut seharusnya dapat diturunkan dengan perawatan prenatal yang adekuat yang berfokus
pada kesehatan dan penurunan faktor risiko, sehingga kondisi tersebut dapat memperbaiki hasil
akhir dari kehamilan.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar 20%-50%, dan hal
ini berkaitan dengan masalah kehamilan. kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda. Lebih dari 50% kematian yang berkaitan dengan kondisi
tersebut di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi tinggi yang ada
serta biaya yang rendah.
perhatian dunia untuk dapat menurunkan angka kematian ibu sebagai tolak ukur
kemampuan untuk memberikan pelayanan menyeluruh dan bermutu diwujudkan dengan
melakukan beberapa pertemuan diantaranya : Tahun 1990 Word Summit For Children di New
York mengharapkan agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinatal 50% dari jumlah
kematian tahun 1990. Tahun 1994 dilakukan pertemuan International Conference on
population and development (ICPD) di Kairo Mesir, menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan
reproduksi laki-laki dan perempuan sangat vital untuk dapat mengangkat derajat sumber daya
manusia umumnya.
Tahun 1995 di Beijing China dibentuk Fourth World conference on women dan tahun
1997 di Colombo Sri Langka diselenggarakan safe motherhood technical consultation. kedua
konferensi internasional ini menekankan perlu dipercepatnya penurunan angka kematian ibu
pada tahun 2000 menjadi separuhnya sejak 1990 dan akan ditinjau 10 tahun kemudian.
Pada tahun 1999 WHO membuat program making pregnancy safer (MPS) yang
didukung oleh badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan Word Bank. pada
program tersebut diharapkan pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk :
SAFE MOTHERHOOD
ASUHAN PERSALINAN
PELAYANAN
ANTENATAL Bersih dan aman
KB OBSTETRI
ESENSIAL
PELAYANAN KEBIDANAN DASAR
PEMBERDAYAAN WANITA
Keluarga Berencana : memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses dan
pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan
dan jumlah anak.
Pelayanan antenatal : untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.
Pelayanan obstetric esensial : memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan
komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.
Pendekatan yang dianjurkan menurut pakar yang aktif dalam upya safe motherhood
adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu resiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai
akses ke pertolongan persalinan yang aman dan Pelayanan obstetric. diperkirakan 15%
kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetric. Hal tersebut akan
sangat membahayakan kehidupan Ibu maupun janin nya bila tidak ditangani dengan memadai.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan angka kehamilan resiko tinggi yang meningkat
membuat sistem perawatan kesehatan menekankan pada perawatan berteknologi tinggi.
Namun hal tersebut juga menjadikan adanya kendala bahwa dengan adanya perawatan yang
berteknologi tinggi, maka biaya perawatan kesehatan menjadi lebih meningkat.
Terdapat peningkatan jumlah wanita yang tidak mendapat perawatan antenatal, selain
hal tersebut juga masih banyak wanita yang mempunyai akses keperawatan prenatal tetapi
terlambat datang ke pelayanan kesehatan atau datang hanya sesekali. Akibatnya satu dari tiga
wanita hamil tidak memperoleh perawatan antenatal yang adekuat. Selain hal tersebut, juga
banyak wanita yang tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan sehingga akses klien
Untuk menjangkau pelayanan kesehatan juga menurun.
Selain hal tersebut pelayanan yang diberikan dalam bentuk neonatus tinggal bersama
bayinya (rawat gabung). Jika sebelumnya ibu bersalin tinggal di rumah sakit selama 3-4 hari
setelah melahirkan, sekarang ibu dapat dipulangkan dalam 6-48 jam setelah melahirkan. Untuk
mengidentifikasi kelanjutan Perawatan pada klien ini dapat dilakukan follow up dengan via
telepon atau kunjungan rumah (home visit).
Isu Etika
Kemajuan dalam ilmu kebidanan dan neonatologi telah menimbulkan dilema. Isu etik
pada perawatan perinatal bahwa kondisi ini merupakan hal unik karena ada dua pasien yaitu
ibu dan janin. Sehingga haruslah dilakukan suatu pertimbangan yang lebih dalam bila akan
memutuskan hal-hal yang bersifat etis dalam bidang ini saat ini yang berkembang dan mulai
dipahami adalah bahwa wanita hamil dan melahirkan adalah pengalaman yang sehat, bukan
keadaan yang sakit. Terdapat 6 area yang sering menimbulkan terjadinya konflik etika. Hal
tersebut antara lain adalah Conflict between mother and fetus, informed consent,
confidentiality, cultural conflict, conflict associated with managed care, conflicts in childbirth
education.
Definisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur, fungsi, unsur dan ikatan kasih
dalam keluarga. Dikatakan sebagai keluarga bila orang yang menempati sebuah unit rumah
membentuk suatu rumah tangga. Friedman (1992) menekankan pentingnya keterlibatan emosi
sebagai karakteristik keluarga Adapun keluarga tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi
biologi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi, dan fungsi sosiobudaya.
kelahiran anak merupakan salah satu peristiwa penting dalam keluarga. Hal ini akan
membutuhkan kematangan orang tua, kematangan psikologis, dan kematangan intelektual.
Sehingga kondisi ini merupakan penyebab timbulnya periode Kris is dalam keluarga.
Berdasarkan keadaan tersebut maka perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan
dukungan agar individu berperan aktif sebagai orang tua. Dukungan yang diberikan perawat
dapat berupa suatu informasi, dukungan biologis Dan psikologis.
Pada peristiwa kehamilan perawat akan menjalin hubungan yang unik dengan klien
dan keluarganya. Hal ini menjadikan suatu pemikiran bahwa sangat memungkinkan bila
peristiwa perawatan dan kehamilan adalah berpusat pada keluarga. Karena selama periode
kehamilan sampai dengan peristiwa kelahiran akan membantu proses pertumbuhan pada
seluruh anggota keluarga.
- Adaptasi
Roy
2. Diagnosa
- Family 5. Evaluasi
keperawatan
centered
maternity
care
- - Caring
Watson
- - Dll 4. 3.
Implementasi Perencanaan
Selain hal tersebut pelayanan yang diberikan dalam bentuk neonatus tinggal bersama
bayinya (rawat gabung). Jika sebelumnya ibu bersalin tinggal di rumah sakit selama 3-4 hari
setelah melahirkan, sekarang ibu dapat dipulangkan dalam 6-48 jam setelah melahirkan. untuk
mengidentifikasi 6 kelanjutan perawatan pada klien ini, dapat dilakukan follow up dengan vi
telepon atau kunjungan rumah(home visite).
Isu Etika
Kemajuan dalam ilmu kebidanan dan neonatologi telah menimbulkan dilema. Issu etik
papda perawatan perinatal bahwa kondisi ini merupakan hal unik karena ada 2 pasien yaitu ibu
dan janin. Sehingga haruslah dilakukan suatu pertimbangan yang lebih dalam bila akan
memutuskan hal-hal yang bersifat etis dalam bidang ini. Saat ini yang berkembang dan mulai
dipahami adalah bahwa wanita hamil dan melahirkan adalah pengalaman yang sehat, bukan
keadaan sakit. Terdapat 6 area yang sering menimbulkan terjadinya konflik etika. Hal tersebut
antara lain adalah Conflict beetween mother and fetus, Informed consent, confidentiality,
cultural conflict, conflicts associated with managed care, Conflicts in childbirth education.
BAB II
Konsep Keperawatan Maternitas Berfokus Pada Keluarga
(Family centered Maternity Care FCMC)
Keluarga adalah salah satu institusi masayarakat yang paling penting. Keluarga
mengembangkan tanggung jawab utama dalam memperkenalkan dan mensosialisasikan
individu. Keluarga meneruskan latar belakang budaya dasar suatu keluarga kepada anggota-
anggotanya. Guna memberikan perawatan yang aman, komprehensif dan holistic dalam
konteks proses keperawatan, perawat memerlukan pemahaman yang baik tentang keluarga
sebagai suatu institusi dalam masyarakat.
Keluarga pada penjelasannya dapat mencakup struktur, fungsi, unsure dan ikatan kasih
saying dalam keluarga. Friedman(992) mendefinisikan keluarga secara luas dengan
menekankan entingnya keterlibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Selanjutnya
keluarga tersebut dalam fungsinya dapat diidentifikasi meliputi fungsi biologis, fungsi
ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi dan fungsi sosio-budaya.
Salah satu pendekatan dalam memberikan pelayanan keperawatan maternal dan perinatal
adalah melalui pelayanan yang berfokus pada keluargaatau family centered care. Konsep
keperawatan maternitas berfokus pada keluarga merupakan suatu filosofi yang mendasari
adanya suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan klien sebagai individu yang unik dan melihat
setiap anggota keluarga sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan keinginan khusus yang
dapat dipenuhi melalui proses eperawatan(Philips, 1996).
Perawat di harapkan menggali apa yang diinginkan klien dan bekerja bersama klien untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang optimal.
Sepuluh pendekatan yang di gunakan pada model family center maternity care adalah sebagai
berikut:
1) peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan yang sejahtera,
bukan suatu keadaan sakit. Pelayanan dengan pendekatan kinsep materniras yang
berpusat pada keluarga ini di lakukan untuk mempertahankan persalinan, kelahiran atau
masa nifas serta merawat bayi sebagai peristiwa kehidupan normal yang melibatkan
perubahan fisik, emosional dan sosial yang dinamis;
2) pelayanan parinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan psikososial, latar
belakang pendidikan, fisik, spiritula dan budaya dari tiap-tiap wanita dan keluarganya;
3) program komprehensif edukasi perinatal mempersiapkan keluarga untuk aktif
berpartisipasi sepanjang periode perinatal: prekonsepsi, kehamilan, persalinan dan
kelahiran serta masa menjadi orangtua;
4) para penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan
untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai
dengan harapan mereka;
5) pasangan/suami atau orang-orang yang di percaya ibu untuk memberikan bantuan
kepadanya secara aktif melibatkan diri selama proses edukasi persalinan, kelahiran,
nifas dan merawat bayi;
6) memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarganya selama
perawatan di ruang rawat inap termasuk selama proses persalinan dan kelahira;
7) perawatan rooming-in diberikan kecuali ibu dengan persalinan sectio caesaria;
8) para ibu adalah "perawat" untuk bayinya sendiri. Peran penyedia layanan adalah
memfasilitasi pelayanan tersebut, bukan pemberi perawatan langsung untuk bayi
mereka;
9) penyedia pelayanan memfasilitasi pasangan ibu dan bayi sebagai satu unit single family
yang menjadi tanggung jawabnya;
10) para orangtua diizinkan merawat bayi mereka yang sakit/beresiko tinggi setiap waktu
dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya dengan kondisi tersebut (phillips &
Zwelling, 2001).
Family centered maternity care juga jufa didefinisikan sebagai melahirkan secara aman
dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil mengenali, memfokuskan dan
mengadaptasikan terhadap kebutuhan-kebutuhan baik klien, jeluarga dan bayinya.
Penekanannnya adalah pada pelayanannya pada maternitas (ibu) dan bayinya yang mendukung
kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan kesehatan fisik (Mahlmeiate,1999).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa asumsi yang mendasari konsep
keperawatan maternitas berfokus pada keluarga meliputu:
1) peristiwa perasalinan dan kelahiran adalah peristiwa normal dan peristiwa yang sehat
dalam kehidupan suatu keluarga;
2) peristiwa kelahiran dan persalinan merupakan awal pembentukan baru bagi suatu
hubungan keluarga;
3) keluarga memiliki kemampuan membuat keputusan tentang perawatan selama masa
childbearing, memberikan informasi adekuat dan dukungan kepada klien.
Konsep Antenatal
a. Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga yang bereaksiterhadap kehamilan dan
menafsirkan artinya dengan memperhatikan kebutuhannya dan kebutuhan orang lain
yang dipengaruhi kehamilan.
b. Proses adaptasi keluarga terhadap kehamilan berlangsung dalam suatu lingkungan
budaya
c. Kehamilan memunculkan beberapa tugas perkembangan pada calon ayah dan ibu saat
mereka memperisapkan diri untuk tingkat perhatian dan tanggung jawab yang baru
d. Karena merupakan suatu krisis perkembangan, kehamilan merupakan waktu untuk
mematangkan emosi, baik bagi pria maupun wanita, dan hal ini memerlukan
komunikasi yang adekuat diantara keduannya.
e. Hubungan ibu anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan (Rubin 1975)
f. Tiga fase dalam pola perkembangan menjadi jelas yaitu fase pertama wanita menerima
fakta boilogis kehamilan, dan menyatukan anak tersebut kedalam tubuh dan citra
dirinya. Fase kedua ibu menerima janin yang tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dari
dirinya dan sebagai orang yang perlu dirawat. Fase ketiga ibu mulai dengan realistis
mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.
g. Hubungan orang tua anak, saudara anak, dan kakek nenek
h. Adaptasi ibu dan keluarga terhadap kehamilan membuat perawat perlu melakukan
antisipasi dan memberi dukungan dan pengajaran/konseling/nasehat.
i. Aspek psikososial perawatan sangat banyak dan akan sangat berdampak pada
sepanjang masa hamil, kehamilan anak dan proses penyesuaian terhadap keluarga baru.
j. Variasi budaya dalam perawatan Prenatal.
Perawatan prenatal adalah suatu fenomena. Kunjungan biasanya dilakukan rutin dan
mengikuti suatu rangkaian yang sistematis yakni kunjungan pertama diikiuti kunjungan
bulanan dan kemudian kunjungan mingguan. Banyak variasi budaya dalam perawatan
prenatal. Bahkan walaupun perawatan prenatal yang diuraikan familier, beberapa
praktek dapat bertentangan dengan praktek dan keyakinan suatu kelompok sub-budaya.
Karena hal ini dan faktor-faktor lain maka banyak kelompok tidak brpartisipasi dalam
sistemm perawatan prenatal. Walaupun kehamilandianggap normal oleh banyak orang,
semua budaya mengharapkan wanita melakukan praktik tertentu untuk memastikan
hasil yang baik. Prescription adalah menetapkan hal-hal yang dapat dilakukan wanita
dan Proscription yaitu menetapkan hal-hal yang tabu. Prescription dan proscription
berhubungan dengan respom emosional, cara berpakaian, aktivitas seksual serta
praktek diet.
k. Periode antenatal terbagi menjadi tiga tahap yaitu trimester I,II, dan III.
Mempertahankan budaya klien dapat dilakukan bila budaya tersebut tidak bertentangan
dengan kesehatan klien, seperti budaya 7 bulanan, dll. Negoisasi budaya, dapat dilakukan bila
budaya tersebut di atas lebih menguntungkan status kesehatan klien. Hal tersebut dicontohkan
seperti budaya melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasa saat ibu hamil, menghindari
mengkonsumsi alkohol dan lain-lain. Sedangkan mengganti budaya klien dilakukan bila
budaya yang dimiliki tersebut merugikan status kesehatannya. Contohnya dari budaya yang
merugikan adalah pantang makan makanan yang mengandung nilai gizi baik pada ibu hamil.
Mengingat budaya tersebut merugukan maka sebagai perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan secara perlahan sampai dengan meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut
adalah hal yang salah.
Terbentuknya janin dan kelahiran merupakan suatu fenomena yang wajar dalam
kelangsungan kehidupan manusia, namun sebagai kelompok masyarakat dengan
kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon
perilaku dalam mengahadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan.
Jordan ( 1993 ) menyatakan bahwa hal – hal yang berkenaan dengan proses
pembentukaan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi
kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biososiokulturalnya sebagai suatu kesatuan.
PANTANGAN PERBUATAN
Terdapat sejumlah pantangan perbuatan yang melarang wanita hamil dan
suaminya melakukan hal-hal tertentu yang secara ghaib dianggap sdapat berakibat
buriu bagi bayi mereka. Di Kebalai ibu hamil pantang masuk hutan karena bisa diintai
harimau, pantang keluar waktu maghrib ( Turun Senjo ), pantang menjalin rambut bila
keluar rumah karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat ( Rosantini, 1986 ).
Adanya pantangan perbuatan yang harus dipatuhi oleh suami menyiratkan pula
pandangan bahwa keselamatan anak bukan semata-mata tanggung jawab istri,
melainkan juga suaminya. Misalnya di Bali, kesulitan wanita saat melahurkan dikaitkan
dengan perbuatan suaminya semasa istrinya hamil, misalnya melanggar sering
memukul binatang, atau mencukur rambut ( Sudiarna , 1996 ).
Konsep Haid
PENDAHULUAN
Menarche yaitu haid pertama, biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun dengan rentang usia 10-
16 tahun. Haid adalah pendarahan periodik pada uterus yang di mulai sekitar 14 hari setelah ovulaasi.
Lama rata-rata aliran haid adalah lima hari (3-6 hari). Setiap kurang lebih 28 hari, tubuh wanita dewasa
di persiapkan untuk menghadapi kehamilan. Waktu 28 hari merupakan panjang rata-rata siklus haid.
Variasi normal 21-35 hari. Lamanya siklus di hitung dari hari pertama haid sampai hari pertama haid
berikutnya.
SIKLUS HAID
SIKLUS OVARIUM
Fase folikel. Siklus ini diawali dengan hari pertama menstruasi atau lepasnya endometrium.
Folicle stimulating Hormone (FSH). Merangsang pertumbuhan beberapa folicle premordial dalam
ovarium dan hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de graaf yang lain berdegenerasi.
Lapisan dalam folikel mensintensis progesteron dan sebagai prekursor pada sintensis estrogen. Dalam
folikel, oosit primer menjalani proses pematangan. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang
berkembang mensekresi estrogen lebih banyak kadar estrogent yang meningkat menyebabkan
pelepasan luteinzing hormone- releasing hormone ( LHRH) melalui mekanisme umpan positif.
Fase luteal. Dimulai segera setelah ovulasi berakhir pada awal menstruasi. Fase pascaovulasi
pada siklus ovarium biasanya berlangsung 14 hari 9 (13-15 hari). Korpus luteum mecapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, mensekresi baik hormon estrogen steroid maupun
progesteron steroid. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang
makin lama makin tinggi. Lutuenizing hormone ( LH) merangsang ovulasi dari oosit yang matang.
Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar ekstrogen mulai menurun.
Setelah oosit lepas dari folikel de graaf, lapisan granulosa banyak mengandung pembuluh darah dan
terluteinisasi berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Bersamaan dengan
waktu fungsi luteal puncak ini, telur yang di buahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar steroid menurun. Dua minggu setelah ovulasi, jika tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan fungsional endometrium uterus tanggal selama fase haid
berikutnya.
SIKLUS ENDOMETRIUM:
a. Fase haid
b. Fase proliferasi
c. Fase sekresi
d. Fase iskemi
Fase proliferasi. Setelah haid, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat sekitar 5
hari. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke lima
hingga ovulasi,misal hari ke 10 siklus 24 hari, hari ke 14 untuk siklus 28 hari, atau 18 hari pada siklus
32 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma
endometrium untuk memulai tumbuh dan menebal, kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi dn
pembuluh darah menjadi banyak sekali. Fase proliferansi tergantung pada stimulasi estrogen yang
berasal dari folikel ovarium (graff). Lamanya proliferasi sangat berbeda pada tiap orang dan berakhir
pada saat terjadinya ovulasi.
Fase sekresi. Berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, di bawah pengaruh hormon progesteron yang meningkat dan
terus di produksinya estrogen oleh korpus luteum, maka endoterium menjadi tebal. Stroma menjadi
edematus. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah semakin melebar dan
merupakan tempat yang tepat untuk melindungi memberi nutrisi ovum yang sudah di buahi. Implantasi
( NIDASI ) ovum yang di buahi terjadi sekitar tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi. Apabila tidak
terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron akan
menyusut dan menyebabkan spasme pada arteri spiral. Lamanya fase sekresi sama pada setiap wanita
yaitu 14 2 hari.
Fase iskemi. Suplai darahke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis, lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan haid di mulai, menandai hari pertama haid siklus
berikutnya. Adapun pada fase haid. Krpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau ke 24 pada
siklus 28 hari dan kemudian berdegerasi. Akibatnya terjadi penurunan yang tajam dari progesteron dan
estrogen sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada
areteriola dan diikuti dengan dengan haid. Selanjutnya siklus mentruasi ini dapat dijelaskan.
1. Sebelum ovulasi : suhu basal wanita lebih rendah, seringkali dibawah 37°C.
2. Setelah ovulasi seiring peningkatan kadar progesterone, suhu basal meningkat.
3. Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi sperma.
4. Pada saat ovulasi lender menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba dan meregang
seperti putih telur (spinnbarkheit).
5. Saat ovulasi beberapa wanita mengalami nyeri abdomen terlokalisasi yang disebut
mittelschmerz.
KLIMAKTERIUM
GANGGUAN HAID