Вы находитесь на странице: 1из 27

BAB I

Trend And Issue


Keperawatan Maternitas

P
erawatan ibu hamil berfokus pada perawatan wanita hamil dan keluarganya pada
seluruh tahap kehamilan dankelahiran, termasuk masa empat minggu pertama setelah
bayi lahir. Selama periode prenatal, perawat memberi perawatan pada ibu hamil dan
juga memberikan pendidikan kesehatan untuk membantu klien dan keluarganya
dalam menghadapi persalinan. Upaya yang dilakukan perawat ini berpotensi membuat
perbedaan yang signifikan, bukan saja meningkatkan kesehatan ibu dan bayinya, tetapi juga
kesehatan masyarakat.

Kehamilan merupakan peristiwa penting

Krisis maturitas

Kehamilan normal Kehamilan risiko tinggi

Masalah paling kritis dalam askep & medis

Harapan ibu dan pasangan


janin yang dikandung sehat dan
lahir dengan keadaan ibu dan
bayi selamat

Kehamilan sendiri merupakan suatu peristiwa yang sangat penting bagi ibu hamil dan
pasangannya, dan hal ini juga merupakan suatu kondisi krisis maturitas. Selain kehamilan akan
menyebabkan suatu peristiwa perubahan dalam kondisi adanya dua kemungkinan yang akan
dihadapi ibu hamil. Keadaan tersebut berupa ibu hamil dapat mengalami kehamilan normal
maupun kehamilan risiko tinggi. Pada saat ibu hamil dikategorikan pada kehamilan risiko
tinggi, maka hal ini merupakan masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan maupun
asuhan medis. Saat ibu dinyatakan hamil, tentunya harapan ibu dan pasangan adalah kehamilan
tersebut normaal, janin yang dikandung sehat dan pada akhirnya janin dapat lahir dalam
keadaan ibu dan bayi selamat.

Kehamilan Risiko Tinggi Meningkat

Keadaan kehamilan risiko tinggi yang meningkat mengandung makna bahwa semakin
banyak wanita hamil berisiko memperoleh hasil kehamilan yang buruk. Kondisi ini seperti
dicontohkan bahwa penggunaan alkohol selama hamil dikaitkan dengan keguguran (aborsi
spontan), retardasi mental, Brat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan sindrom alkohol janin.
Penyakit menular seksual (PMS) selama hamil, insiden AIDS yang semakin meningkat juga
dikaitkan dengan defek dan penyakit neonatus. Bayi yang lahir dari ibu tidak menikah memiliki
kemungkinan meninggal dua kali lebih besar dibandingkan dengan dari ibu yang menikah.
Remaja juga memiliki kemungkinan dua kali untuk memperoleh bayi dengan BBLR. Hal
tersebut seharusnya dapat diturunkan dengan perawatan prenatal yang adekuat yang berfokus
pada kesehatan dan penurunan faktor risiko, sehingga kondisi tersebut dapat memperbaiki hasil
akhir dari kehamilan.

Upaya Safe Motherhood

Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di
negara berkembang. kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar 20%-50%, dan hal
ini berkaitan dengan masalah kehamilan. kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor
utama mortalitas wanita muda. Lebih dari 50% kematian yang berkaitan dengan kondisi
tersebut di negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi tinggi yang ada
serta biaya yang rendah.

perhatian dunia untuk dapat menurunkan angka kematian ibu sebagai tolak ukur
kemampuan untuk memberikan pelayanan menyeluruh dan bermutu diwujudkan dengan
melakukan beberapa pertemuan diantaranya : Tahun 1990 Word Summit For Children di New
York mengharapkan agar dapat menurunkan angka kematian ibu dan perinatal 50% dari jumlah
kematian tahun 1990. Tahun 1994 dilakukan pertemuan International Conference on
population and development (ICPD) di Kairo Mesir, menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan
reproduksi laki-laki dan perempuan sangat vital untuk dapat mengangkat derajat sumber daya
manusia umumnya.

Tahun 1995 di Beijing China dibentuk Fourth World conference on women dan tahun
1997 di Colombo Sri Langka diselenggarakan safe motherhood technical consultation. kedua
konferensi internasional ini menekankan perlu dipercepatnya penurunan angka kematian ibu
pada tahun 2000 menjadi separuhnya sejak 1990 dan akan ditinjau 10 tahun kemudian.

Pada tahun 1999 WHO membuat program making pregnancy safer (MPS) yang
didukung oleh badan-badan internasional seperti UNFPA, UNICEF, dan Word Bank. pada
program tersebut diharapkan pemerintah dan masyarakat di setiap negara untuk :

A. Menempatkan safe motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan


nasional dan internasional.
B. Menyusun acuan nasional dan standar pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
C. Mengembangkan sistem yang menjamin pelaksanaan standar yang telah disusun.
D. Memperbaiki akses pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, keluarga berencana,
aborsi legal, baik publik maupun swasta.
E. Meningkatkan upaya kesehatan promotif dalam kesehatan maternal dan neonatal Serta
pengendalian fertilitas pada tingkat keluarga dan lingkungannya.
F. Memperbaiki sistem monitoring pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Di Indonesia awal tahun 1999 Depkes mengadakan lokakarya kesehatan reproduksi
yang menunjukkan komitmen Indonesia untuk melaksanakan upaya kesehatan reproduksi
dengan meluncurkan gerakan sayang ibu (GSI), yaitu upaya advokasi dan mobilitas sosial
untuk mendukung supaya percepatan penurunan AKI. intervensi strategis dalam upaya safe
motherhood dinyatakan sebagai empat pilar safe motherhood yaitu Keluarga Berencana (KB),
pelayanan antenatal, persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial. hal tersebut dapat
terlihat dalam gambar.

SAFE MOTHERHOOD

ASUHAN PERSALINAN
PELAYANAN
ANTENATAL Bersih dan aman
KB OBSTETRI
ESENSIAL
PELAYANAN KEBIDANAN DASAR

PELAYANAN KESEHATAN PRIMER

PEMBERDAYAAN WANITA
Keluarga Berencana : memastikan bahwa setiap orang atau pasangan mempunyai akses dan
pelayanan KB agar dapat merencanakan waktu yang tepat untuk kehamilan, jarak kehamilan
dan jumlah anak.

Pelayanan antenatal : untuk mencegah adanya komplikasi obstetric bila mungkin dan
memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani secara memadai.

Persalinan yang aman : memastikan bahwa semua penolong persalinan mempunyai


pengetahuan, keterampilan dan alat untuk memberikan pertolongan yang aman dan bersih,
serta memberikan pelayanan nifas kepasar ibu dan bayi.

Pelayanan obstetric esensial : memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan
komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkannya.

Pendekatan yang dianjurkan menurut pakar yang aktif dalam upya safe motherhood
adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu resiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai
akses ke pertolongan persalinan yang aman dan Pelayanan obstetric. diperkirakan 15%
kehamilan akan mengalami keadaan resiko tinggi dan komplikasi obstetric. Hal tersebut akan
sangat membahayakan kehidupan Ibu maupun janin nya bila tidak ditangani dengan memadai.

Trend Perawatan Berteknologi Tinggi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan angka kehamilan resiko tinggi yang meningkat
membuat sistem perawatan kesehatan menekankan pada perawatan berteknologi tinggi.
Namun hal tersebut juga menjadikan adanya kendala bahwa dengan adanya perawatan yang
berteknologi tinggi, maka biaya perawatan kesehatan menjadi lebih meningkat.

Akses Perawatan Prenatal

Terdapat peningkatan jumlah wanita yang tidak mendapat perawatan antenatal, selain
hal tersebut juga masih banyak wanita yang mempunyai akses keperawatan prenatal tetapi
terlambat datang ke pelayanan kesehatan atau datang hanya sesekali. Akibatnya satu dari tiga
wanita hamil tidak memperoleh perawatan antenatal yang adekuat. Selain hal tersebut, juga
banyak wanita yang tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan sehingga akses klien
Untuk menjangkau pelayanan kesehatan juga menurun.

Trend Keterlibatan Pasien Dalam Perawatan Diri


Berdasarkan perkembangannya client mulai menuntut informasi dan teknologi
kesehatan yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki kesadaran yang
meningkat untuk dapat menolong dirinya sendiri sehingga klien akan menjadi lebih aktif untuk
mencari bantuan dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Kesadaran ini menjadikan
situasi bahwa klien datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi baik, sehingga fokus
keperawatan kita arahnya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien.
Keadaan ini sejalan dengan konsep yang telah dikembangkan oleh Orem tasty konsep self care.

Perubahan Dalam Praktik Melahirkan

Perawatan maternitas memainkan peran aktif dalam membentuk sistem perawatan


kesehatan sehingga sistem tersebut dapat memenuhi kebutuhan klien. Seringkali ibu hamil
dapat memilih penolong persalinan sesuai dengan salah satunya adalah daya embank
ekonominya. Tempat melahirkan yang merupakan pilihan dapat berupa kamar bersalin di
rumah sakit (Hospital labor room), Klinik Bersalin (birthing room), atau di rumah. Melalui
perawatan yang berpusat pada keluarga, suami, kakek-nenek, saudara kandung dan teman-
teman boleh hadir saat ibu melahirkan. Ayah boleh mendampingi selama ibu dalam proses
persalinan, neonatus tinggal bersama ibu dan ibu dapat menyusui secara dini.

Asuhan keperawatan berubah menjadi perawatan maternitas kamar tunggal yang


memungkinkan ibu bersalin melahirkan, dan menjalani masa pemulihan di ruang yang sama
(labor-delivery-recovery/LDR). Juga terdapat rumah sakit yang memberikan pelayanan di
mana seluruh masa into dusty kelahiran berlangsung di Ruang yang sama (labor-recovery-
postpartum/LDRP).

Selain hal tersebut pelayanan yang diberikan dalam bentuk neonatus tinggal bersama
bayinya (rawat gabung). Jika sebelumnya ibu bersalin tinggal di rumah sakit selama 3-4 hari
setelah melahirkan, sekarang ibu dapat dipulangkan dalam 6-48 jam setelah melahirkan. Untuk
mengidentifikasi kelanjutan Perawatan pada klien ini dapat dilakukan follow up dengan via
telepon atau kunjungan rumah (home visit).

Trend Di Masa Depan


Trend terbaru mengidendikasikan bahwa suatu pendekatan baru terhadap kesehatan
wanita selama siklus usia subur sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan Ibu dan
bayinya secara menyeluruh. Hal tersebut terutama difokuskan pada perawatan preventif.

Faktor-faktor Malpraktek Dalam Perawatan Perinatal

pendokumentasian pengalaman menolong persalinan dan perkembangannya yang


kurang jelas sangat mendorong terjadinya liabilitas dalam perawatan perinatal. Terjadinya
kelalaian yang dilakukan oleh perawat maternitas hasilnya bisa jadi cedera pada klien (apabila
penjelasan minimal, dan kurang komunikasi).

Isu Etika

Kemajuan dalam ilmu kebidanan dan neonatologi telah menimbulkan dilema. Isu etik
pada perawatan perinatal bahwa kondisi ini merupakan hal unik karena ada dua pasien yaitu
ibu dan janin. Sehingga haruslah dilakukan suatu pertimbangan yang lebih dalam bila akan
memutuskan hal-hal yang bersifat etis dalam bidang ini saat ini yang berkembang dan mulai
dipahami adalah bahwa wanita hamil dan melahirkan adalah pengalaman yang sehat, bukan
keadaan yang sakit. Terdapat 6 area yang sering menimbulkan terjadinya konflik etika. Hal
tersebut antara lain adalah Conflict between mother and fetus, informed consent,
confidentiality, cultural conflict, conflict associated with managed care, conflicts in childbirth
education.

Keluarga Suatu Unit Perawatan

Definisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur, fungsi, unsur dan ikatan kasih
dalam keluarga. Dikatakan sebagai keluarga bila orang yang menempati sebuah unit rumah
membentuk suatu rumah tangga. Friedman (1992) menekankan pentingnya keterlibatan emosi
sebagai karakteristik keluarga Adapun keluarga tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi
biologi, fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi, dan fungsi sosiobudaya.

kelahiran anak merupakan salah satu peristiwa penting dalam keluarga. Hal ini akan
membutuhkan kematangan orang tua, kematangan psikologis, dan kematangan intelektual.
Sehingga kondisi ini merupakan penyebab timbulnya periode Kris is dalam keluarga.
Berdasarkan keadaan tersebut maka perawat memiliki tanggung jawab untuk memberikan
dukungan agar individu berperan aktif sebagai orang tua. Dukungan yang diberikan perawat
dapat berupa suatu informasi, dukungan biologis Dan psikologis.
Pada peristiwa kehamilan perawat akan menjalin hubungan yang unik dengan klien
dan keluarganya. Hal ini menjadikan suatu pemikiran bahwa sangat memungkinkan bila
peristiwa perawatan dan kehamilan adalah berpusat pada keluarga. Karena selama periode
kehamilan sampai dengan peristiwa kelahiran akan membantu proses pertumbuhan pada
seluruh anggota keluarga.

Adapun dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas termaksud pada periode


kahmilan, perawatan akan menggunakan langkah-langkah dalam proses keperawatan dengan
menggunakan pendekatan model konsep keperawatan. Hal ini terlihat dalam skema.

Proses keperawatan pada


masa perinatal
Konsep & teori
keperawatan
1. Pengkajian

- Adaptasi
Roy
2. Diagnosa
- Family 5. Evaluasi
keperawatan
centered
maternity
care
- - Caring
Watson
- - Dll 4. 3.
Implementasi Perencanaan

Trend Perawatan Bertehnologi Tinggi


Kemajuan ilmu pengetahuan dan angka kehamilan risiko tinggi yang meningkat membuat
sistem perawatan kesehatan menekankan pada perawatan bertehnologi tinggi. Namun hal
tersebut juga menjadikan adanya kendala bahwa dengan adanya perawatan yang bertehnologi
tinggi, maka biaya perawatan kesehatan menjadi lebih meningkat.

Akses Perawatan Prenatal


Terdapat peningkatan jumlah wanita yang tidak mendapat perawatan antenatal, Selain hal
tersebut juga masih banyak wanita yang mempunyai akses ke perawatan prenatal tetapi
terlambat datang ke pelayanan kesehatan atau datang hanya sesekali. Akibatnya satu daritiga
wanita hamil tidak memperoleh perawatan antenatal yang adekuat. Selain hal tersebut, juga
banyak wanita yang tidak mampu membayar biaya perawatan kesehatan, sehingga akses klien
untuk menjangkau pelayanan kesehatan juga menurun.
Trend Keterlibatan Pasien Dalam Perawatan Diri
Berdasarkan perkembangannya, klien mulai menuntut informasi dan tehnologi kesehatan
yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan masyarakat memiliki kesadaran yang meningkat untuk
dapat menolong dirinya sendiri, sehingga klien akan menjadi lebih aktif untuk mencari bantuan
dalam mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Kesadaran ini menjadikan situasi bahwa
klien datang ke pelayanan kesehatan dalam kondisi baik, sehingga focus keperawatan kita
arahnya adalah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan klien. Keadaan ini sejalan
dengan dengan konsep yang telah dikembangkan oleh Orem yaitu konsep self care.

Perubahan Dalam Praktik Melahirkan


Perawatan maternitas memainkan peran aktif dalam, membentuk sistem perawatan
kesehatan, sehingga sistem tersebut dapat memenuhikebutuhan klien. Seringkali ibu hamil
dapat memilih penolong persalinan sesuai dengan salah satunya adalah daya embank
ekonominya. Tempat melahirkan yang merupakan pilihan dapat berupa kamar bersalin di
rumah sakit(hospital labor room, klinik bersalin (birthing room), atau di rumah. Melalui
perawatan yang berpusat pada keluarga, suami, kakek-nenek, saudara kandung dan teman-
taman boleh hadir saat ibu melahirkan. Ayah boleh mendampingi selama ibu dalam proses
persalinan, neonatus tinggal bersama ibu dan ibu dapat mnyusui secara dini.

Asuhan keperawatan berubah menjadi perawatan maternitas kamar tunggal yang


memungkinkan ibu bersalin melahirkan, dan menjalani masa pemulihan di ruang yang sama
(labor-delivery-recovery/LDR). Juga terdapat rumah sakit yang memberikan pelayanan dimana
seluruh masa inap suatu kelahiran berlangsung di ruang yang sama(labor-delivery-recovery-
postpartum/LDRP).

Selain hal tersebut pelayanan yang diberikan dalam bentuk neonatus tinggal bersama
bayinya (rawat gabung). Jika sebelumnya ibu bersalin tinggal di rumah sakit selama 3-4 hari
setelah melahirkan, sekarang ibu dapat dipulangkan dalam 6-48 jam setelah melahirkan. untuk
mengidentifikasi 6 kelanjutan perawatan pada klien ini, dapat dilakukan follow up dengan vi
telepon atau kunjungan rumah(home visite).

Trend Di Masa Depan


Trend terbaru mengindikasikan bahwa suatu pendekatan baru terhadap kesehatan wanita
selama siklus usia subur sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan bayinya
secara menyeluruh. Hal tersebut terutama difokuskan pada perawatan preventif.
Faktor Faktor Malpraktek Dalam Perawatan Perinatal
Pendokunmentasian pengalaman menolong persalinan dan perkembang annya yang
kurang jelas sangat mendorong terjadinya liabilitas dalam perawatan perinatal. Terjadinya
kelalaian yang dilakukan oleh perawat maternitas hasilnya bisa terjadi cedera pada klien (apa
lagi bila penjelasan minimal, dan kurang komunikasi).

Isu Etika
Kemajuan dalam ilmu kebidanan dan neonatologi telah menimbulkan dilema. Issu etik
papda perawatan perinatal bahwa kondisi ini merupakan hal unik karena ada 2 pasien yaitu ibu
dan janin. Sehingga haruslah dilakukan suatu pertimbangan yang lebih dalam bila akan
memutuskan hal-hal yang bersifat etis dalam bidang ini. Saat ini yang berkembang dan mulai
dipahami adalah bahwa wanita hamil dan melahirkan adalah pengalaman yang sehat, bukan
keadaan sakit. Terdapat 6 area yang sering menimbulkan terjadinya konflik etika. Hal tersebut
antara lain adalah Conflict beetween mother and fetus, Informed consent, confidentiality,
cultural conflict, conflicts associated with managed care, Conflicts in childbirth education.

Keluarga suatu unit perawatan


Definisi keluarga meliputi penjelasan tentang struktur, fungsi, unsur dan ikatan kasih
dalam keluarga. Dikatakan sebagai keluarga bila orang yang menempati buah unit rumah
membentuk suatu rumah tangga. Friedman(1992) pentingnya keterlibatan emosi sebagai
karakteristik keluarga. Adapun keluarga tersebut memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi biologi,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi dan fungsi sosiobudaya.
Kelahiran anak merupakan salah satu peristiwa penting dalam keluarga. Hal ini akan
membutuhkan kematangan orangtua, kematangan psikologis dan kematangan intelektual.
Sehingga kondisi ini merupakan penyebab timbulnya keluarga. Berdasarkan keadaan tersebut
maka perawat miliki tanggungjawab untuk memberikan dukungan agar individu berperan aktif
sebagai orangtua. Dukungan biologis dan psikologis.
Pada peristiwa kehamilan perawat akan menjalin hubungan yang unik dengan klien dan
keluarganya. Hal ini menjadikan suatu pemikiran bahwa sangat memungkinkan bila peris tiwa
perawatan dan kehamilan adalah berpusat pada keluarga. Karena selama periode kehamilan
samapi dengan peristiwa kelahiran akan membantu proses pertumbuhan pada seluruh anggota
keluarga.

Adapun dalam memberikan asuhan keperawatan maternitas termasuk pada periode


kehamilan, perawat akan menggunakan langkah-langkah dalam proses keperawatan dengan
menggunakan pendekatan model konsep keperawatan.

BAB II
Konsep Keperawatan Maternitas Berfokus Pada Keluarga
(Family centered Maternity Care FCMC)

Keluarga adalah salah satu institusi masayarakat yang paling penting. Keluarga
mengembangkan tanggung jawab utama dalam memperkenalkan dan mensosialisasikan
individu. Keluarga meneruskan latar belakang budaya dasar suatu keluarga kepada anggota-
anggotanya. Guna memberikan perawatan yang aman, komprehensif dan holistic dalam
konteks proses keperawatan, perawat memerlukan pemahaman yang baik tentang keluarga
sebagai suatu institusi dalam masyarakat.

Keluarga pada penjelasannya dapat mencakup struktur, fungsi, unsure dan ikatan kasih
saying dalam keluarga. Friedman(992) mendefinisikan keluarga secara luas dengan
menekankan entingnya keterlibatan emosi sebagai karakteristik yang penting. Selanjutnya
keluarga tersebut dalam fungsinya dapat diidentifikasi meliputi fungsi biologis, fungsi
ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi psikologi dan fungsi sosio-budaya.

Salah satu pendekatan dalam memberikan pelayanan keperawatan maternal dan perinatal
adalah melalui pelayanan yang berfokus pada keluargaatau family centered care. Konsep
keperawatan maternitas berfokus pada keluarga merupakan suatu filosofi yang mendasari
adanya suatu upaya untuk memenuhi kebutuhan klien sebagai individu yang unik dan melihat
setiap anggota keluarga sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan keinginan khusus yang
dapat dipenuhi melalui proses eperawatan(Philips, 1996).

Konsep keperawatan maternitas berfokus pada keluarga juga diarahkan kepada


pemenuhan kebutuhan ibu dan keluarga pada masa kehamilan, persalinan dan nifas,
mempromosikan dan melindungi kesejahteraan ibu dan bayinya dengan melibatkan keluarga
dan lingkungan dalam intervensi keperawatan baik intervensi edukatif maupun kebutuhan ibu
pada saat menjalani kehamilan, persalinan dan nifas(Pilliteri, 2003). Untuk mewujudkan
pelayanan maternitas yang berpusat pada keluarga, perawat harus berupaya merubah sikap dan
perilaku dalam hal pemberian pelayanan.

Perawat di harapkan menggali apa yang diinginkan klien dan bekerja bersama klien untuk
mencapai pelayanan kesehatan yang optimal.
Sepuluh pendekatan yang di gunakan pada model family center maternity care adalah sebagai
berikut:
1) peristiwa persalinan dan kelahiran dipandang sebagai suatu keadaan yang sejahtera,
bukan suatu keadaan sakit. Pelayanan dengan pendekatan kinsep materniras yang
berpusat pada keluarga ini di lakukan untuk mempertahankan persalinan, kelahiran atau
masa nifas serta merawat bayi sebagai peristiwa kehidupan normal yang melibatkan
perubahan fisik, emosional dan sosial yang dinamis;
2) pelayanan parinatal bersifat personal disesuaikan dengan kebutuhan psikososial, latar
belakang pendidikan, fisik, spiritula dan budaya dari tiap-tiap wanita dan keluarganya;
3) program komprehensif edukasi perinatal mempersiapkan keluarga untuk aktif
berpartisipasi sepanjang periode perinatal: prekonsepsi, kehamilan, persalinan dan
kelahiran serta masa menjadi orangtua;
4) para penyedia pelayanan kesehatan membantu keluarga agar dapat membuat keputusan
untuk perawatan mereka dan membantu keluarga memiliki pengalaman positif sesuai
dengan harapan mereka;
5) pasangan/suami atau orang-orang yang di percaya ibu untuk memberikan bantuan
kepadanya secara aktif melibatkan diri selama proses edukasi persalinan, kelahiran,
nifas dan merawat bayi;
6) memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan keinginan ibu dan keluarganya selama
perawatan di ruang rawat inap termasuk selama proses persalinan dan kelahira;
7) perawatan rooming-in diberikan kecuali ibu dengan persalinan sectio caesaria;
8) para ibu adalah "perawat" untuk bayinya sendiri. Peran penyedia layanan adalah
memfasilitasi pelayanan tersebut, bukan pemberi perawatan langsung untuk bayi
mereka;
9) penyedia pelayanan memfasilitasi pasangan ibu dan bayi sebagai satu unit single family
yang menjadi tanggung jawabnya;
10) para orangtua diizinkan merawat bayi mereka yang sakit/beresiko tinggi setiap waktu
dan mereka diikutsertakan dalam merawat bayinya dengan kondisi tersebut (phillips &
Zwelling, 2001).

Family centered maternity care juga jufa didefinisikan sebagai melahirkan secara aman
dengan pelayanan kesehatan yang berkualitas sambil mengenali, memfokuskan dan
mengadaptasikan terhadap kebutuhan-kebutuhan baik klien, jeluarga dan bayinya.
Penekanannnya adalah pada pelayanannya pada maternitas (ibu) dan bayinya yang mendukung
kesatuan keluarga sambil mempertahankan keamanan dan kesehatan fisik (Mahlmeiate,1999).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa asumsi yang mendasari konsep
keperawatan maternitas berfokus pada keluarga meliputu:
1) peristiwa perasalinan dan kelahiran adalah peristiwa normal dan peristiwa yang sehat
dalam kehidupan suatu keluarga;
2) peristiwa kelahiran dan persalinan merupakan awal pembentukan baru bagi suatu
hubungan keluarga;
3) keluarga memiliki kemampuan membuat keputusan tentang perawatan selama masa
childbearing, memberikan informasi adekuat dan dukungan kepada klien.

Konsep Antenatal
a. Kehamilan melibatkan seluruh anggota keluarga yang bereaksiterhadap kehamilan dan
menafsirkan artinya dengan memperhatikan kebutuhannya dan kebutuhan orang lain
yang dipengaruhi kehamilan.
b. Proses adaptasi keluarga terhadap kehamilan berlangsung dalam suatu lingkungan
budaya
c. Kehamilan memunculkan beberapa tugas perkembangan pada calon ayah dan ibu saat
mereka memperisapkan diri untuk tingkat perhatian dan tanggung jawab yang baru
d. Karena merupakan suatu krisis perkembangan, kehamilan merupakan waktu untuk
mematangkan emosi, baik bagi pria maupun wanita, dan hal ini memerlukan
komunikasi yang adekuat diantara keduannya.
e. Hubungan ibu anak terus berlangsung sepanjang masa hamil sebagai suatu proses
perkembangan (Rubin 1975)
f. Tiga fase dalam pola perkembangan menjadi jelas yaitu fase pertama wanita menerima
fakta boilogis kehamilan, dan menyatukan anak tersebut kedalam tubuh dan citra
dirinya. Fase kedua ibu menerima janin yang tumbuh sebagai sesuatu yang terpisah dari
dirinya dan sebagai orang yang perlu dirawat. Fase ketiga ibu mulai dengan realistis
mempersiapkan diri untuk melahirkan dan mengasuh anaknya.
g. Hubungan orang tua anak, saudara anak, dan kakek nenek
h. Adaptasi ibu dan keluarga terhadap kehamilan membuat perawat perlu melakukan
antisipasi dan memberi dukungan dan pengajaran/konseling/nasehat.
i. Aspek psikososial perawatan sangat banyak dan akan sangat berdampak pada
sepanjang masa hamil, kehamilan anak dan proses penyesuaian terhadap keluarga baru.
j. Variasi budaya dalam perawatan Prenatal.
Perawatan prenatal adalah suatu fenomena. Kunjungan biasanya dilakukan rutin dan
mengikuti suatu rangkaian yang sistematis yakni kunjungan pertama diikiuti kunjungan
bulanan dan kemudian kunjungan mingguan. Banyak variasi budaya dalam perawatan
prenatal. Bahkan walaupun perawatan prenatal yang diuraikan familier, beberapa
praktek dapat bertentangan dengan praktek dan keyakinan suatu kelompok sub-budaya.
Karena hal ini dan faktor-faktor lain maka banyak kelompok tidak brpartisipasi dalam
sistemm perawatan prenatal. Walaupun kehamilandianggap normal oleh banyak orang,
semua budaya mengharapkan wanita melakukan praktik tertentu untuk memastikan
hasil yang baik. Prescription adalah menetapkan hal-hal yang dapat dilakukan wanita
dan Proscription yaitu menetapkan hal-hal yang tabu. Prescription dan proscription
berhubungan dengan respom emosional, cara berpakaian, aktivitas seksual serta
praktek diet.
k. Periode antenatal terbagi menjadi tiga tahap yaitu trimester I,II, dan III.

Trend Issue transkultural keperawatan dalam keperawatan perinatal


Diindonesia 70% kelahiran dilakukan dirumah (dimasyarakat). Hal tersebut disebabkan
beberapa faktor disamping terbatasnya sarana pelayanan kesehatan untuk ibu hamil. Faktor
tersebut dapat berupa adat istiadat, terbatasnya pendidikan sehingga hanya 30% dari seluruh
kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan (Djoko Wiyono, 1997) dalam majalah kesehatan
masyarakat indonesia edisi 27 januari 2000. Menurut Mc Carthy dan Maine (1992), faktor-
faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan
komplikasi secara langsung dipengaruhi oleh 5 determinanantara lain : status kesehatan, status
reproduksi,akses terhadap pelayanan kesehatan perilaku kesehatan, dan faktor lainyang
diketahui. Perilaku kesehatan yang dimaksud adalah perilaku dari wanita hamil dengan
perilaku kesehatan yang rendah. Perilaku kesehatan diatas dapat juga dipengaruhi oleh budaya
yang diyakini oleh ibu dan mempengaruhi status kesehatannya.
Budaya yang berhubungan dengan periode antenatal

a. Kepercayaan tahayul (imitatif magic) berfungsi sebagai larangan tambahan terhadap


larangan makanan. Orang mexico menasehatkan ibu hamil untuk tidak menyaksikan
gerhana bulan karena mereka yakin celah palatum pada bayi. Snow (1974) mencatat
bahwa beberapa keturunan Afrika-Amerika ada kepercayaan ibu hamil tidak boleh
mengejek orang yang cacat karena dikhawatirkan bayi akan cacat yg sama, seorang ibu
sebaiknya membenci seseorang karena dikhawatirkan anaknya menyerupai orang
tersebut.
b. Walaupun kelompok budaya tidak menetapkan penggunaan pakaian tertentu selama
masa hamil, banyak individu diharapkan berpakaian sopan (Clark,1970; Meleis &
Sorell, 1981). Orang spanyol memasang tali dibawah dada dan diikat di umbilikus
(Muneco) diyakini dapat mencegah morning sickness dan menjamin keselamatan saat
melahirkan (Brown, 1976) jimat medali dan tasbih dikenakan untuk menjauhi roh jahat
(Bobak, 2005).
c. Menurut Carrington (1978) dan Lee (1989) terdapat kelompok yang menganjurkan ibu
untuk aktif, berjalan, dan terlibat dalam aktifitas normal tetapi tidak melelahkan untuk
memastikan bayi yg dikandung sehat dan tidak terlalu besar.
d. Kebanyakan budaya tidak melarang aktifitas seksual sampai dengan akhir kehamilan.
Orang Afrika-Amerika menganggap aktifitas seksual penting untuk mempertahankan
jalan lahir tetap licin (Kay 1982) dilain pihak orang vietnam melarang hubungan
seksual yakni tidak melakukan hubungan seksual sejak enam bulan kehamilan (Lee
1989)
e. Asia tenggara melarang mengonsumsi alkohol selama hamil. Jumlah makanan yang
ditabuhkan dalam budaya dan etnik lebih banyak, dari makanan yang dianjurkan. Tabu
makanan sering kali mengikuti prinsip-prinsip magis imitatif yang diyakini bahwa
karakteristik makanan yang dikonsumsi ibu dapat diturunkan ke anak. Orang china
menghindari kecap, orang Filiphina menghindari buah prem kering supaya bayi tidak
berkulit gelap.
f. Dari aspek budaya terlalu banyaknya tabu dan pantang makan pada ibu hamil, dan
persalinan masih dianggap peristiwa biasa. Sementara suami tidak sensitif, masih
berlaku bias gender yaitu proses pengambilan keputusan masih ditangan laki-laki. Dari
aspek agama kematian dalam persalinan adalah sahid, menganggap hamil dan
persalinan adalah kodrat perempuan. Juga jarangnya kajian agama yang membenahi
anggapan tenyang peran suami dan masyarakat untuk membantu ibu hamil dan
melahirkan, serta sikap yang menganggap bahwa banyak anak banyak rezeki
(Cholil.M, 2004, http://www.google.co.iddiperoleh tanggal 16 Februari 2005).
g. Terdapat upacara ritual keagamaan dan budaya atau kebiasaan masyarakat yg
melakukan upacara 3 bulanan, 7 bulanan yg dilakukan pada ibu hamil. Berdasarkan
hasil penelitian yg dilakukan oleh promovendus, bahwa budaya tersebut diyakini dapat
membantu keberhasilan kehamilan dan proses persalinan karena dengan ritual tersebut
akan diperoleh ketenangan jiwa.
Dalam pemberian asuhan keperawatan perinatal dikaitkan dengan transkultural
masyarakat, seorang perawat maternitas harus dapat memahami budaya klien dalam
meningkatkan status kesehatannya. Strategi penyelesaian masalah kesehatan yang
berhubungan dengan buday klien, leininger megutarakan ada tiga strategi yang bisa digunakan
yaitu : cara 1) mempertahankan budaya, cara 2) negoisasi dan cara 3) mengganti budaya klien.

Mempertahankan budaya klien dapat dilakukan bila budaya tersebut tidak bertentangan
dengan kesehatan klien, seperti budaya 7 bulanan, dll. Negoisasi budaya, dapat dilakukan bila
budaya tersebut di atas lebih menguntungkan status kesehatan klien. Hal tersebut dicontohkan
seperti budaya melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasa saat ibu hamil, menghindari
mengkonsumsi alkohol dan lain-lain. Sedangkan mengganti budaya klien dilakukan bila
budaya yang dimiliki tersebut merugikan status kesehatannya. Contohnya dari budaya yang
merugikan adalah pantang makan makanan yang mengandung nilai gizi baik pada ibu hamil.
Mengingat budaya tersebut merugukan maka sebagai perawat harus memberikan pendidikan
kesehatan secara perlahan sampai dengan meyakinkan masyarakat bahwa budaya tersebut
adalah hal yang salah.

Ketiga strategi penyelesaian masalah dalam perawatan transkultural pada keperawatan


perinatal tersebut dapat dilakukan dengan mengadakan pendekatan kepada masyarakat dan
menjalin hubungan komunikasi yang baik sehingga bila terjadi alkulturasi budaya perawat
klien hal tersebut tidak dirasakan sebagai suatu ancaman oleh masyarakat.
Kesimpulan
a. Keperawatan perinatal meliputi keperawatan antenatal, intranatal, dan post natall
dimana karakterisik individu yang mengalaminya sangatlah bervariatif.
b. Keperwatan transkultural adalah keperawatan yang berfokus pada analisis dan studi
perbandingan tentang perbedaan budaya.
c. Penyelesaian masalah budaya klien yang berkaitan dengan kesehatan parinatal dalam
maternitas, dilakukan dengan tiga cara yg meliputi mempertahankan budaya klien,
negosiasi dan mengganti budaya klien.
d. Perawat maternitas hendaknya melakukan asuhan keperawatan perinatal dengan selalu
memahami budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut.
BAB III
TINJAUAN ASPEK BUDAYA DALAM MASA KEHAMILAN

Terbentuknya janin dan kelahiran merupakan suatu fenomena yang wajar dalam
kelangsungan kehidupan manusia, namun sebagai kelompok masyarakat dengan
kebudayaannya di seluruh dunia memiliki aneka persepsi, interpretasi dan respon
perilaku dalam mengahadapinya, dengan berbagai implikasinya terhadap kesehatan.
Jordan ( 1993 ) menyatakan bahwa hal – hal yang berkenaan dengan proses
pembentukaan janin hingga kelahiran bayi serta pengaruhnya terhadap kondisi
kesehatan ibunya perlu dilihat dalam aspek biososiokulturalnya sebagai suatu kesatuan.

ASPEK SOSIAL-BUDAYA TENTANG KEHAMILAN DALAM BERBAGAI


MASYARAKAT
Meskipun kehamilan secara universal dilihat dalam pengertian dan kepentingan yang
sama yakni untuk kelangsungan hidup umat manusia, namun dalam kehidupan berbagai
kelompok masyarakat terdapat bermaca,-macam titik perhatian dan sikap khusus dalam
menanggapi proses itu.

ASPEK KULTURAL : MASA KRISIS DI ANTARA TAHAPAN - TAHAPAN


KEHIDUPAN
Banyak masyarakat di dunia mempercayai bahwa setiap perpindahan dari satu
tahapan kehidupan yang lainnya merupakan suatu masa krisis yang gawat atau
membahayakan. Untuk hal itu diadakan upacara-upacara yang disebut crisis rites (
Upacara Waktu Krisis ) atau Rites De Passage ( Upacara Peralihan ) untuk menolak
bahaya ghaib yang mengancam individu dan lingkungannya ( Koentjoroningrat, 1990
).
Berbagai kelompok masyarakat menitikberatkan perhatian mereka pada aspek
cultural dari kehamilan dan kelahiran dan menganggap kedua peristiwa itu sebagai
tahapan kehidupan yang harus dijalani di dunia. Masa kehamilan juga dianggap sebagai
masa kritis berbahaya, baik bagi janin maupun ibunya. Karena itu, sejak janin ada
dalam kandungan sudah dilakukan serangkaian upacara bagi ibu hamil dengan tujuan
mencari keselamatan bagi ibu hamil dan janinnya saat berada di dalam kandungan
hingga saat dilahirkan nantinya.
Orang Jawa adalah salah satu contoh masyarakat yang sering menitik beratkan
perhatian pada aspek krisis kehidupan dari peristiwa kehamilan dan kelahiran, sehingga
terdapat upacara yang rinci dalam menyambut kelahiran bayi. Dalam kehamilan
dikenal sebagai upacara tujuh bulanan ( Mitoni ), dan adapula yang memulai upacara
sejak kehamilan 3 bulanan. Pusat perhatian orang Jawa mengenai pelaksanaan upacara
pada masa kehamilan dan kelahiran terletak pada unsure tercapainya keselamatan, yang
dilandasi atas keyakinan mengenai krisis kehidupan yang mengandung bahaya yang
harus ditangkai, serta harapan akan kebaikan bagi janin dan juga ibunya.
ASPEK KULTURAL : ANEKA BAHAYA DALAM HUBUNGAN ASOSIATIF
Walaupun ibu hamil dianggap sehat dan kehamilannya sendiri merupakan suatu
hal yang wajar, namun dalam banyak kebudayaan, kondisi hamil itu dianggap
menempatkan sang ibu dalam kondisi yang khusus dan dapat membahayakan diri ibu
dan janinnya. Bahaya dianggap bisa dating dari berbagai lingkungan, baik dari alam
nyata maupun alam ghaib. Pada berbagai kebudayaan terdapat berbagai keyakinan
tentang dikotomi panas-dingin yang dapat menganggu kesehatan ibu pada saat hamil.
Selain hal tersebut diyakini pula terdapat bahaya yang dikaitkan dengan hal-hal ghaib
yang menyangkut sebab akibat, sehingga menyebabkan seseorang harus mematuhi
adanya larangan-larangan agar ibu hamil dan janinnya terhindar dari bahaya.

DIKOTOMI PANAS-DINGIN DALAM HUBUNGAN ASOSIATIF PADA


PANTANGAN MAKANAN.
Masyarakat yang menganut keyakinan dikotomi panas-dingin, kondisi hail
sering dianggap menyebabkan seorang wanita dalam keadaan “panas”, sehingga ia
dipantang makan makanan yang dikategorikan memiliki sifat poanas dan dianjurkan
makan makanan yang bersifat dingin saja. Adat ini dianggap harus dijalankan dengan
maksud untuk mencegah ibu terjadi keguguran. Selain hal tersebut banyak warga
masyarakat yang juga percaya akan hubungan asosiatif antara bahan makanna menurut
bentuk atau sifatnya dengan akibat buruk yang ditimbulkannya. Hal ini mendorong
timbulnya kepercayaan untuk memantang jenis-jenis makanan yang dapat dianggap
membahayakan kondisi ibu dan janinnya.
Masyarakat Kerinci di Propinsi Jambi juga mempercayai bahwa ibu hamil
dilarang makan rebung, agar bayinya tidak berbulu seperti rebung, juga terdapat
larangan makan jantung pisang agar anaknya yang lahir tidak berukuran kecil , atau
mengkonsumsi Namur karena menyebabkan placenta menjadi kembar dan sulit untuk
keluar. Alasan ini tidak ada kaitannya dengan factor kesehatan, Namur merupakan
keyakinan budaya ( Rosantini ,1968 ).
Kebudayaan lain adalah di Kecamatan Keruak Lobok Timar, bahwa ibu hamil
pantang. untuk makan gurita, cumi-cumi, kepiting, udang dan ikan pari. Ikan gurita
dan cumi-cumi dianggap mempunyai kaki yang lekat dan mencengkram, hal ini di
asosiasikan bahwa ari-ari juga akan lekat dan mencengkram rahim ibunya sehingga
bayi sulit dilahirkan. Ikan pari yang hidungnya tajam bisa menyebabkan bayi susah
keluar, sementara kepiting menyebabkan bayi akan lebih dulu keluar tangannya atau
letal lintang.
Sebaliknya adapula makanan yang dianjurkan karena dianggap baik bagi
wanita hamil, contohnya makan tanah lampung merah.Penduduk setempat juga percaya
bahwa pada saat hamil harus banyak makan dalam arti kuantitasnya, bukan kualitasnya
( Ronoatmodjo, 1996 ).

PANTANGAN PERBUATAN
Terdapat sejumlah pantangan perbuatan yang melarang wanita hamil dan
suaminya melakukan hal-hal tertentu yang secara ghaib dianggap sdapat berakibat
buriu bagi bayi mereka. Di Kebalai ibu hamil pantang masuk hutan karena bisa diintai
harimau, pantang keluar waktu maghrib ( Turun Senjo ), pantang menjalin rambut bila
keluar rumah karena dapat menyebabkan lilitan tali pusat ( Rosantini, 1986 ).
Adanya pantangan perbuatan yang harus dipatuhi oleh suami menyiratkan pula
pandangan bahwa keselamatan anak bukan semata-mata tanggung jawab istri,
melainkan juga suaminya. Misalnya di Bali, kesulitan wanita saat melahurkan dikaitkan
dengan perbuatan suaminya semasa istrinya hamil, misalnya melanggar sering
memukul binatang, atau mencukur rambut ( Sudiarna , 1996 ).

ASPEK KULTURAL : CITRA WANITA, PANDANGAN BUDAYA


MENGENAI ORGAN REPRODUKSI.
Banyak suku bangsa yang menganggap bahwa tolok ukur istri untuk
menunjukkan keberhasilannya dalam tugas budayanya adalah dengan
mempersembahkan keturunan bagi suaminya. Masyarakat yang berpandangan
demikian maka mempunyai anak setelah perkawinan merupakan tujuan utama
perkawinan ( Malik, 1997 ).
Citra wanita tidak selalu hanya berkaitan dengan perannya sebagai ibu,
melainkan juga sebagai istri dalam artian pasangan dari suami. Masyarakat yang
menganut budaya ini, maka saat ibu hamil dan pasca bersalin yang ditunjukkan adalah
memperoleh bentuk tubuh yang ideal, sedihngga dapat berpenampilan cantik dan dapat
melayani suami sebaik-baiknya sebagai pasangan seksual.
Tetapi di masyarakat Dani Kecamatan Karulu di Lembah Baliem Irian Jaya,
bahwa tugas budaya yang jutama bagi wanita dan dianggap penting adalah melakukan
kegiatan mata pencaharian, yakni menghasilkan ubi jalar dan babi. Oleh karena itu
bertambahnya anak menjadi kurang disukai, karena dianggap menganggu tugas mereka
di Madang. Keadaan tersebut dapat mendorong dilakukannya pilihan melakukan aborsi
tradisional yang sering menyebabkan resiko buruk pada kesehatan wanita yang
bersangkutan.

PANDANGAN BUDAYA TENTANG ADAT NGIDAM


Perubahan fisiologi yang terjadi pada ibu hamil umumnya diterima secara
wajar. Namun demikian respon masyarakat terhadap reaksi fisologi saat munculnya
respon mual dan muntah menimbulkan respon budaya yang berbeda-beda. Dalam
kehidupan berbagai masyarakat di Indonesia dikenal respon budaya yang umum
dikenal dengan istilah ngidam , yaitu berupa keinginan ibu hamil untuk makan-
makanan yang rasanya asam, makan makanan jenis tertentu, atau makan makanan yang
tidak lazim, bahkan keinginan menyaksikan atau melakukan perbuatan yang Madang
kurang pantas.
Walaupun sebagian dari keinginan atau perilaku akibat ngidam itu tidak wajar
atau tidak pantas dilakukan, seringkali masyarakat jadi mewajarkannya sebagai
keinginan yang harus dipenuhi. Karena hal tersebut diyakini sebagai keinginan dari
janin yang dikandung dan bukan keinginan ibunya. Pada kondisi ini suami sering
dituntut untuk memenuhinya, bila tidak maka dianggap bayinya kelak akan melelehkan
liur terus.

KONSEPSI BUDAYA TENTANG STATUS DAN PERANAN WANITA SERTA


IMPLIKASINYA BAGI KESEHATANNYA.
Tugas budaya wanita sebagai istri bagi suaminya , sebagai anak terhadap orang
tuanyadan sebagai ibu dari anak-anaknya, tidak selalu mendukung diperolehnya Gizi
yang baik ataupun kondisi kesehatan yang baik bagi para wanita yang sedang hamil
maupun melahirkan. Hubungan antara tugas dan budaya wanita pengaruhnya terhadap
kondisi kesehatannya saat hamil dan melahirkan merupakan tantangan bagi para
petugas kesehatan.
BAB IV

Konsep Haid

PENDAHULUAN

ISTILAH : haid, menstruasi, mens, datang bulan

Menarche yaitu haid pertama, biasanya terjadi pada usia 12-13 tahun dengan rentang usia 10-
16 tahun. Haid adalah pendarahan periodik pada uterus yang di mulai sekitar 14 hari setelah ovulaasi.
Lama rata-rata aliran haid adalah lima hari (3-6 hari). Setiap kurang lebih 28 hari, tubuh wanita dewasa
di persiapkan untuk menghadapi kehamilan. Waktu 28 hari merupakan panjang rata-rata siklus haid.
Variasi normal 21-35 hari. Lamanya siklus di hitung dari hari pertama haid sampai hari pertama haid
berikutnya.

Ciri-ciri darah haid :

1. Jumlah darah haid sekitar 50-100 cc


2. Lamanya haid berlangsung selama periode 3-5 hari dalam satu siklus haid.
3. Pada 50% wanita darah haid tidak membeku

SIKLUS HAID

SIKLUS OVARIUM

Fase folikel. Siklus ini diawali dengan hari pertama menstruasi atau lepasnya endometrium.
Folicle stimulating Hormone (FSH). Merangsang pertumbuhan beberapa folicle premordial dalam
ovarium dan hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel de graaf yang lain berdegenerasi.
Lapisan dalam folikel mensintensis progesteron dan sebagai prekursor pada sintensis estrogen. Dalam
folikel, oosit primer menjalani proses pematangan. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang
berkembang mensekresi estrogen lebih banyak kadar estrogent yang meningkat menyebabkan
pelepasan luteinzing hormone- releasing hormone ( LHRH) melalui mekanisme umpan positif.
Fase luteal. Dimulai segera setelah ovulasi berakhir pada awal menstruasi. Fase pascaovulasi
pada siklus ovarium biasanya berlangsung 14 hari 9 (13-15 hari). Korpus luteum mecapai puncak
aktivitas fungsional 8 hari setelah ovulasi, mensekresi baik hormon estrogen steroid maupun
progesteron steroid. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang
makin lama makin tinggi. Lutuenizing hormone ( LH) merangsang ovulasi dari oosit yang matang.
Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar ekstrogen mulai menurun.
Setelah oosit lepas dari folikel de graaf, lapisan granulosa banyak mengandung pembuluh darah dan
terluteinisasi berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Bersamaan dengan
waktu fungsi luteal puncak ini, telur yang di buahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar steroid menurun. Dua minggu setelah ovulasi, jika tidak
terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan fungsional endometrium uterus tanggal selama fase haid
berikutnya.

SIKLUS ENDOMETRIUM:

Siklus haidterdiri dari empat fase yaitu:

a. Fase haid
b. Fase proliferasi
c. Fase sekresi
d. Fase iskemi

Fase proliferasi. Setelah haid, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat sekitar 5
hari. Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari ke lima
hingga ovulasi,misal hari ke 10 siklus 24 hari, hari ke 14 untuk siklus 28 hari, atau 18 hari pada siklus
32 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma
endometrium untuk memulai tumbuh dan menebal, kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi dn
pembuluh darah menjadi banyak sekali. Fase proliferansi tergantung pada stimulasi estrogen yang
berasal dari folikel ovarium (graff). Lamanya proliferasi sangat berbeda pada tiap orang dan berakhir
pada saat terjadinya ovulasi.

Fase sekresi. Berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode
menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, di bawah pengaruh hormon progesteron yang meningkat dan
terus di produksinya estrogen oleh korpus luteum, maka endoterium menjadi tebal. Stroma menjadi
edematus. Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak, dan pembuluh darah semakin melebar dan
merupakan tempat yang tepat untuk melindungi memberi nutrisi ovum yang sudah di buahi. Implantasi
( NIDASI ) ovum yang di buahi terjadi sekitar tujuh sampai sepuluh hari setelah ovulasi. Apabila tidak
terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron akan
menyusut dan menyebabkan spasme pada arteri spiral. Lamanya fase sekresi sama pada setiap wanita
yaitu 14 2 hari.

Fase iskemi. Suplai darahke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis, lapisan
fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan haid di mulai, menandai hari pertama haid siklus
berikutnya. Adapun pada fase haid. Krpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke 23 atau ke 24 pada
siklus 28 hari dan kemudian berdegerasi. Akibatnya terjadi penurunan yang tajam dari progesteron dan
estrogen sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan iskemik terjadi pada
areteriola dan diikuti dengan dengan haid. Selanjutnya siklus mentruasi ini dapat dijelaskan.

PERUBAHAN PADA SIKLUS HAID

Apabila sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium berfungsi dengan baik, jaringan lain


mengalami respon yang dapat digunakan sebagai prediksi,Misalnya :

1. Sebelum ovulasi : suhu basal wanita lebih rendah, seringkali dibawah 37°C.
2. Setelah ovulasi seiring peningkatan kadar progesterone, suhu basal meningkat.
3. Lendir pra-pasca ovulasi lengket sehingga menghambat penetrasi sperma.
4. Pada saat ovulasi lender menjadi jernih dan cair, lendir terlihat, teraba dan meregang
seperti putih telur (spinnbarkheit).
5. Saat ovulasi beberapa wanita mengalami nyeri abdomen terlokalisasi yang disebut
mittelschmerz.

KLIMAKTERIUM

Klimakterium (perimenopause) adalahfasetransisidimanafungsi ovarium dan hormone


menurun. Usia rata-rata menopause 52 tahun (35-60 tahun).

GANGGUAN HAID

1. Nyeri haid (dismenerrohoe). Nyeri haid ada dua macam :


a. Nyeri haid primer.
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan jalannya waktu. Tepatnya
saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan
melahirkan. Nyeri haid ini normal, namun dapat berlebihan bila dipengaruhi oleh faktor
psikis dan fisik, seperti stress, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit yang
menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun. Gejala ini tidak
membahayakan kesehatan.
b. Nyeri haid sekunder , biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau
kelainan kedudukan rahim yang dapat mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
2. Pre menstruasi syndrome (PMS).
gejala pre-menstruasi, dapat menyertai sebelum atau saat menstruasi, antara lain : Perasaan
malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah, nafsu makan meningkat
dan suka makan makanan yang rasanya asam, emosi menjadi labil, mudah uring-uringan,
sensitif, dan perasaan-perasaan negatif, kramperut (dismenorrhoe), kepala nyeri, pingsan,
berat badan bertambah,karena tubuh menyimpan air dalam jumlah yang banyak, pinggang
terasa pegal.
3. Hymen imperforate.
Yaitu selaput dara tidak berlubang. Sehingga darah menstruasi terhambat untuk keluar.
Biasanya keadaan ini diketahui bila sudah waktunya haid tetapi belum mendapatkannya.
Dia mengeluh sakit perut setiap bulan.Untuk mengatasi hal ini biasanya dioperasi untuk
melubangi selaput daranya.
4. Menstruasianovulatoire.
Yaitu rangsangan hormon-hormon yang tidak mencakupi untuk membentuk lapisan
dinding rahim, hingga tidak terjadi haid atau hanya sedikit. Kurangnya rangsangan hormon
ini menyebabkan endometrium tidak terbentuk dan keadaan ini menyebabkan wanita tidak
mengalami masa subur karena sel telur tidak terbentuk. Pengobatannya dengan terapi
hormone.
5. Amenorrhoea sekunder, biasanya penderita sudah pernah haid sebelumnya. Hal ini
diakibatkan oleh berbagai keadaan seperti hipotensi, anemia, infeksi, kelemahan kondisi
tubuh secara umum. Selain itu, bisa juga disebab kanoleh stress psikologis.

6. Segera mencari pertolongan jika mengalami hal-hal sebagai berikut :


a. Apabila menstruasi yang pertama (menarche) mulai keluar sebelum usia 8 tahun, atau
belum mengalami menstruasi setelah usia melewati 18 tahun.
b. Apabila siklus menstruasi kurang dari 14 hari, atau lebih dari 35-40 hari sekali.
c. Apabila lamanya menstruasi lebih dari 14 hari.
d. Apabila volume darah haid sangat banyak ( ganti pembalut 10 kali per hari).
e. Sakit perut sampai tidak bisa mengerjakan aktivitas sehari-hari atau bahkan sampai
pingsan. Atau jika rasa nyeri itusemakin lama semakin bertambah intensitasnya.
f. Muncul oktah darah (spotting) diantara dua siklus haid.
g. Warna darah kelihatan tidak seperti biasanya, menjadi lebih kecoklatan atau merah
muda segar atau keluar darah mens keluar sampai bergumpal-gumpal, darah mens
berbau anyir, bahkan berbau busuk.

Вам также может понравиться