Вы находитесь на странице: 1из 14

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIS

Sputum Basil Tahan Asam (BTA)

OLEH KELOMPOK VI :
1. NI KADEK DIAN DWI LESTARI 1603051008
2. ANANDA SAHIRA 1603051009
3. LUH CINTA KRISMIARI 1603051013

PROGRAM STUDI ANALIS KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2018
I. JUDUL : Sputum Basil Tahan Asam (BTA)
II. TUJUAN
Untuk mengamati bakteri tahan asam dan bakteri tak tahan asam
dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam secara makroskopis
dan mikroskopis.
III. METODE
Metode yang digunakan pada praktikum ini yaitu Ziehl Neelsen.
Prosedur pewarnaan dengan metode pewarnaan Ziehl Neelsen yaitu larutan
carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan, kemudian
dipanaskan di atas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai
mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin
selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air
yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3% (hydrochloric
acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit kemudian dicuci
dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan
methylen blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan
1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air mengalir. Sediaan dilihat
di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x dengan meneteskan minyak
emersi tanpa menyentuh sediaan untuk mencegah transfer BTA antar
sediaan (Kurniawati, dkk, 2005).
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat
warna carbol fuchsin 0,3%, asam alkohol 3%, dan methylen blue 0,3%. Pada
pemberian warna pertama, yaitu carbol fuchsin, BTA bersifat
mempertahankannya. Carbol fuchsin merupakan fuksin basa yang dilarutkan
dalam larutan fenol 5%. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan
dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat
warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan
untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehingga carbol fuchsin dapat
masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol,
maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci
dengan air mengalir untuk menutup pori- pori dan menghentikan pemucatan.
BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan
asam akan melarutkan carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak
berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri
tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).
IV. PRINSIP
Prinsip dasar dari sputum BTA ini adalah dinding bakteri yang tahan
asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh
karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat
ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak
yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol
warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan
luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.
Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak
yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka
lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu
pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada
pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan
pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari
methylen blue.
V. DASAR TEORI
Sputum (dahak) adalah lendir atau materi lainnya yang dikeluarkan
dari paru-paru, bronkus, dan trakea melalui mulut dengan cara dibatukkan
atau dimuntahkan. Sputum (dahak) biasanya juga disebut dengan
ecpectoratorian (Dorland,1992). Kata “sputum” berasal dari bahasa Latin
“meludah,” disebut juga dahak (Kamus Kesehatan, 2011). Sputum yang
dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna,
volume dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu
sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-
paru.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur.
Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya,
sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat
gelembung busa diatasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian
bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan. Sputum diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang secara
normal memproduksi sekitar 3 ons mucus setiap hari sebagai bagian dari
mekanisme pembersihan normal (Normal Cleaning Mechanism) tetapi
produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal (Rohani, 2007). Sputum
ialah materi yang di ekspetorasi dari saluran nafas bawah oleh batuk, yang
tercampur bersama ludah (Hudoyo, 2009).
Salah satu mikroorganisme yang dapat menyebabkan atau
menginfeksi manusia adalah Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini dapat
mengakibatkan penyakit tuberculosis pada manusia. Tuberculosis merupakan
salah satu penyakit yang mematikan dan berbahaya di dunia
(Dwidjoseputro, 1989). Tuberculosis adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis, yang
menyerang terutama paru dan disebut juga Tuberculosis Paru. Bila
menyerang organ selain paru (kelenjar limfe, kulit, otak, tulang, usus,
ginjal) disebut Tuberculosis Ekstra Paru (Aditama, 2007).
Mycobacterium Tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau
berbentuk filament berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron.
Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam,
dan merupakan bakteri gram positif. Sifat khusus yang dimiliki bakteri ini
yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan, oleh karena itu disebut sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Kuman Tuberculosis Paru cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di
tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman ini dapat
dormant atau tertidur lama dalam beberapa tahun (Koneman, 2002).
Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi,
struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang
hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri
tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri
sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui
serangkaian pengecatan (Mastra, Nyoman, dkk. 2014).
Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai
dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan
dengan pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin dan kandungan
lemak yang sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi
pewarnaan biasa, melainkan bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan
pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama
sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya
bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium
tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari
sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat
bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang
hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang
masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).
Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-
ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki
dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak
mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri
yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose,
Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan
Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen
yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam
sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan
Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan
(Syahrurachman, 1994).
Pengambilan sputum (secret paru-paru atau ludah) untuk analisis
tuberculosis dapat dilakukan setiap saat yang dikenal ada 3 jenis sputum
antara lain :
1. Sputum gigi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat
bangun pagi.
2. Spot sputum : yang dikeluarkan pada saat itu.
3. Collection sputum : sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam
(Kurniawati, dkk. 2005)
Sputum paling baik untuk pemeriksaan adalah sputum pagi hari,
karena sputum pagi paling banyak mengandung kuman. Sputum pagi
dikumpulkan sebelum menggosok gigi, tetapi sudah berkumur dengan air
untuk membersihkan sisa makanan dalam mulut yang tertinggal. (B.
Sandjaja. 1992)
Mewarnai bakteri yang tahan terhadap asam digunakan cara
pewarnaan Ziehl Neelson. Pewarnaan Ziehl Neelson terdapat beberapa
perlakuan dan zat kimia yang diberikan. Pewarnaan Ziehl Neelson atau
pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan
Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri
tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol
fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan
asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan
asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan
carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay,
1994).
Menurut Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan metode
Ziehl-Neelsen dapat menggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :
1. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tahan asam (acid fast).
2. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut
bakteri tidak tahan asam (non acid fast).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri yaitu fiksasi,
peluntur warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat
warna penutup (Dwidjoseputro, 1994). Zat warna adalah senyawa kimia
berupa garam-garam yang salah satu ionnya berwarna. Garam terdiri dari
ion bermuatan positif dan ion bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia
ini berguna untuk membedakan bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel
bakeri akan memberikan warna berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan
sebagai dasar pewarnaan bakteri (Sutedjo, 1991).
Klasifikasi sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut Price Wilson
1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan
kemungkinan berasal dari sinus atau saluran hidung bukan berasal dari
saluran napas bagian bawah.
2. Sputum banyak sekali dan purulen kemungkinan proses supuratif.
3. Sputum yang terbentuk perlahan dan terus meningkat kemungkinan
tanda bronchitis/bronkhiektasis.
4. Sputum kekuning-kuningan kemungkinan proses infeksi.
5. Sputum hijau kemungkinan proses penimbunan nanah, warna hijau ini
dikarenakan adanya verdoperoksidase, sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkhiektasis karena penimbunan sputum
dalam bronkus yang melebar dan terinfeksi.
6. Sputum merah muda dan berbusa kemungkinan tanda edema paru akut.
7. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih kemungkinan tanda bronkitis
kronik.
8. Sputum berbau busuk kemungkinan tanda abses paru/bronkhiektasis.
9. Berdarah atau hemoptisissering ditemukan pada Tuberculosis.
10. Berwarna-biasanya disebabkan oleh pneumokokus bakteri (dalam
pneumonia).
11. Bernanah mengandung nanah, warna dapat memberikan petunjuk
untuk pengobatan yang efektif pada pasien bronchitis kronis.
12. Warna (mukopurulen) berwarna kuning-kehijauan menunjukkan
bahwa pengobatan dengan antibiotik dapat mengurangi gejala.
13. Warna hijau disebabkan oleh Neutrofil myeloperoxidase.
14. Berlendir putih susu atau buram sering berarti bahwa antibiotik tidak
akan efektif dalam mengobati gejala. Informasi ini dapat berhubungan
dengan adanya infeksi bakteri atau virus meskipun penelitian saat ini
tidak mendukung generalisasi itu.
15. Berbusa putih-mungkin berasal dari obstruksi atau bahkan edema.
Kondisi sputum yang baik ada 5 kriteria yang didapatkan ketika menerima
spesimen sputum yaitu :
1. Purulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental dan lengket.
2. Mukopurulen yaitu kondisi sputum dalam keadaan kental, berwarna
kuning kehijauan.
3. Mukoid yaitu kondisi sputum dalam keadaan berlendir dan kental.
4. Hemoptisis yaitu kondisi sputum dalam keadaan bercampur darah.
5. Saliva yaitu air liur.

Penilaian Hasil Pemeriksaan BTA menut IUATLD sebagai berikut :


 Negatif : Tidak dutemukan BTA dalam 100 lapangan pandang
 Ditemukan 1-9 BTA / 100 lapangan pandang : ditulis jumlah bakteri
yang ditemukan
 Positif + (1+) : Ditemukan 10 - 99 BTA / 100 Lapangan Pandang
 Positif ++ (2+) : Ditemukan 1 - 10 BTA / 1 Lapangan Pandang
 Positif +++ (3+) : Ditemukan > 10 BTA / 1 Lapangan Pandang
VI. PERALATAN
Peralatan yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Botol sampel
2. Kaca objek
3. Kapas
4. Jarum ose
5. Api bunsen
6. Korek api
7. Pinset
8. Botol semprot
9. Rak pewarnaan
10. Mikroskop
VII. REAGENSIA
Reagensia yang digunakan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Sampel dahak (sputum)
2. Alkohol 70%
3. Methylene blue 0,3
4. Asam alcohol 3%
5. Carbol fuchsin 0,3%
VIII. CARA KERJA
1. Alat – alat dan reagensia yang akan digunakan disiapkan terlebih dahulu.
2. Diambil kaca objek yang bersih dan tidak ada goresan, lalu kaca objek
diberi label pada sisi sebelah kanan dengan tulisan nomer kode, nomer
pasien, dan nama pasien.
3. Lampu spiritus dinyalakan.
4. Sputum diambil menggunakan lidi, lalu diletakkan diatas kaca objek.
Ratakan sediaan hingga membentuk lonjong (3 cm x 2 cm ), dibuat spiral-
spiral kecil saat sediaan sputum setengah kering dengan menggunakan
lidi lancip.
5. Kemudian di keringkan di bawah sinar lampu.
6. Ditetesi dengan carbon fuchsin 0,3 % hingga menutupi seluruh
permukaan sediaan. Kemudian diamkan sediaan selama 5 menit.
7. Bilas sediaan dengan air mengalir.
8. Kemuadian bubuhi dengan alkohol 3% hingga warna dari carbon fuchsin
tidak luntur lagi dari sediaan.
9. Bilas sediaan dengan air mengalir.
10. Selanjutnya ditetesi dengan methylen blue 0,3 % hingga menutupi
seluruh permukaan sediaan. Diamkan selama 30 detik.
11. Kemudian bilas sediaan dengan air mengalir, setelah itu keringkan pada
suhu kamar.
12. Sediaan yang sudah kering diamati dibawah mikroskop dengan okuler
10X, 40X, 100X dan objektif 100X.
13. Carilah basil tahan asam (BTA) yang berwarna merah dengan latar
belakang biru.
14. Periksa paling sedikit 100 lapangan pandang dengan cara menggeserkan
sediaan dari kiri ke kanan atau dari kiri ke kanan pada garis lurus.
IX. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
No Gambar Keterangan

1 BTA Positif

2 BTA Negatif

B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan pewarnaan bakteri berupa
pewarnaan tahan asam. Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak
dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa kecuali dengan menggunakan asam
alkohol dan dengan pemanasan. Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang
kandungan lemaknya sangat tebal, sehingga tidak bisa diwarnai dengan
reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Bakteri
ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna
pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Ketika proses pewarnaan,
bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri
tersebut disebut bakteri tahan asam.
Pada pewarnaan BTA ini menggunakan sputum (dahak) dengan
tujuan percobaan yaitu untuk mengamati bakteri tahan asam dan bakteri tak
tahan asam dengan menggunakan prosedur pewarnaan tahan asam secara
makroskopis dan mikroskopis. Sputum adalah cairan yang diproduksi dalam
elveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus
betul-betul dari trakea dan bronkioli bukan berupa air ludah.
Pada praktikum ini menggunakan pewarnaan ziehl-neelsen untuk
identifikasi dan pengamatan bakteri tahan asam, karena metode ini
merupakan salah satu metode pengujian bakteri tahan asam yang cukup
sederhana dan memiliki spesipisitas dan sensitivitas yang cukup tinggi.
Percobaan ini dilakukan dengan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang
menggunakan tiga jenis cat Ziehl-Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %,
asam alkohol 3 % dan methylene blue 3 %. Sebelum dibuat apusan, objek
glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang menempel pada
permukaanya dan untuk menghilangkan kontaminan lain yang ada pada objek
glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak
bertumpuk-tumpuk sehingga proses pengamatan bentuk sel bakteri menjadi
lebih mudah, tetapi apusan yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.
Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl
Neelson yang menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :
1. Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3% yang mana mempunyai fungsi
membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus
masuk ke dalam sel bakteri M. tuberculosis. Pewarnaan pertama ini, akan
sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam, sehingga dilakukan
pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut sehingga warna
carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu
diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan sampai mendidih cukup
samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak rusak.
2. Penambahan larutan asam alkohol 0,3% berfungsi untuk membilas atau
melunturkan zat warna (decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme).
Saat sel-sel bakteri sudah mampu menyerap warna carbol fuchsin maka
dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam pada suhu semula.
Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam alkohol ditunggu sampai 5
menit. Saat penambahan asam alkohol ini, maka bakteri yang bukan BTA
akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut karena tidak
mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA.
3. Terakhir dilakukan penambahan zat warna Methylene blue yang berfungsi
sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue ini bakteri akan tetap
berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau Methylene Blue
merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat warna ini juga
berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna
utama setelah perlakuan dengan asam alkohol.
Setiap akhir pemberian reagen atau pewarna, selalu dilakukan
pembilasan terhadap kaca objek dengan menggunakan aquadest. Pembilasan
ini bertujuan untuk mengurangi kelebihan setiap zat warna yang sedang
diberikan. Objek yang telah dibasuh aquades kemudian dikeringkan dengan
menggunakan kertas saring, tidak ditiup-tiup karena dikhawatirkan ada
kontaminasi bakteri lain yang menempel pada objek glass. Sampel yang
sudah di keringkan, di tetesi dengan emersi oil. Minyak emersi adalah
minyak yang di pakai untuk olesan pada mikroskop, yang fungsinya untuk
memperjelas objek, dan melindungi mikroskop. Minyak emersi memiliki
indeks refraksi yang tinggi dibandingkan dengan air, sehingga objek yang
kita amati dapat terlihat lebih jelas dibandingkan dengan tanpa minyak
emersi. Selain itu, minyak emersi juga mempunyai indeks bias yang
mendekati atau identik dengan kaca, sehingga dapat memfokuskan sampel
bakteri pada pengamatan mikroskop.
Setelah ditambahkan minyak emersi dilakukan pengamatan dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran 10x, 40x, dan 100x, berdasarkan
hasil praktikum ini diperoleh hasil pengamatan latar belakang berwarna biru
terang dan basil bakteri berwarna merah pucat, hal ini menunjukan adanya
bakteri tahan asam pada sampel yakni berupa Mycrobacterium tuberculosis,
bakteri ini bersifat pathogen di dalam tubuh baik pada manusia maupun
hewan, dan bersifat kronis karena mebutuhkan waktu yang lama agar
menimbulkan infeksi pada host nya, berbentuk batang langsing, lurus atau
berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non
motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif.
Hal ini sesuai dengan literatur yaitu dengan metode pewarnaan Ziehl-
Neelsen yang menyebutkan bahwa bakteri tahan asam yang terlihat pada
mikroskop adalah berwarna merah dengan latar berwarna biru. Bakteri tahan
asam akan mempertahankan warna pertama yang diberikan. Hasil yang
didapat adalah ditemukannya bakteri tahan asam.
Cara mencegah penyakit TBC yaitu dengan mengkonsumsi makanan
bergizi, sehingga daya tahan tubuh akan meningkat. Produksi leukosit pun
tidak akan mengalami gangguan, sehingga siap melawan bakteri TBC yang
kemungkinan terhirup. Bisa juga dengan vaksinasi, dengan vaksinasi BCG
yang benar dan diusia yang tepat, sel-sel darah putih menjadi cukup matang
dan memiliki kemampuan melawan bakteri TBC.
X. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah didapatkan maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pewarnaan BTA dapat dilakukan dengan cara
pewarna Ziehl-Neelson yaitu dengan menggunakan larutan karbol fuchsin
0,3%, alkohol asam 3% , dan methylen blue. Bakteri yang teridentifikasi
adalah Mycobacterium tuberculose (penyakit Tuberculosis) dengan bentuk
basil berwarna merah. Sifat bakteri ini adalah tidak tahan panas, tetapi dapat
bertahan lama dalam udara bebas. Dalam pewarnaan bahan asam bakteri
yang tahan asam akan berwarna merah dan bakteri yang tidak tahan asam
akan berwarna biru.
XI. DAFTAR PUSTAKA
Aditama Tjandra Y. 2007. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta
Dorland. 1992. Kamus Kedokteran. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Dwidjoseputro. 1989. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Entjang, I. 2003. Mikrobiologi dan Parasitologi untuk Akademi
Keperawatan dan Sekolah Tenaga Kesehatan Yang Sederajat.
Bandung : Citra Aditya Bakti.
Kamus Kesehatan. 2011. Jakarta: Balai Pustaka.
Koneman, E. W, et al. 2002. Color Atlas and Text Book of Diagnostic
Kurniawati, et al. 2005. Perbandingan Tan Thiam Hok, Ziehl Neelsen, dan
fluorokrom sebagai Metode Pewarnaan Basil Tahan Asam
untuk Pemeriksaan Mikroskopis Sputum. Makara Kesehatan. Vol 9
, June 2005:29-33. (http://qi206.wordpress.Com/2008/10/17/mikrob
a/pewarnaan). Diakses pada tanggal 12 Mei 2018.
Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Mastra, Nyoman, dkk. 2014. Bakteriologi. Denpasar : Politektnik
Kesehatan Denpasar Jurusan Analis Kesehatan.
Microbiology. J.B Lippincott Company. Philadelphia
Pelczar, M. J., E. C. S. Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi Jilid 2. UI
Press. Jakarta.
Sandjaja. 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Sutedjo, Mul Mulyati. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta
Syahrurachman. 1994. Pedoman Praktikum Mikrobiologi Umum Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Departemen Mikrobiologi Fakultas
Pertanian UGM.

Вам также может понравиться