Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Risiko
Nomor :
Tanggal :
BAB I
DEFINISI
A. Risiko
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi
yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil. Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan
risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis
yang dialami oleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Sementara risiko non medis ada
yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko keuangan.
Risiko medis sendiri dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal
2. Risiko bermakna tetapi tetap harus diambil karena hanya satu-satunya cara.
3. Risiko yang berdampak besar namun masih bisa dimitigasi
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
FAKTOR KOMPONEN YANG BERPERAN
Sumber dan keterbatasan keuangan
Struktur organisasi
Organisasi dan
Manajemen Standar dan tujuan kebijakan
Safety culture
1. Meningkatkan peran rumah sakit dan manajemen dalam mencegah error dengan
cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur, dan sistem
pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas, dan lingkungan. Hal ini
direpresentasikan dalam bentuk SPO, Panduan Praktik Klinik (PPK), Clinical
Pathway, dll.
2. Meningkatkan peran staf rumah sakit agar terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi, dan
menganalisa kejadian medical error serta melakukan upaya yang adekuat untuk
mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja
dalam satu sistem. Kerja tim yang baik sangat ditentukan oleh kinerja manajemen
rumah sakit yang baik. Mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional,
hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan pihak
pelaksana.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa
setiap tindakan medis yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas, serta
lingkungan sekitar. Pendekatan yang dilakukan terhadap hal ini disebut dengan manajemen
risiko.
B. Manajemen Risiko
Manajemen Risiko menurut The Joint Commission on Acreditation of
Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan
oleh Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengurangan
risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi
rumah sakit.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evakuasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organ isasi maupun individu. Rumah Sakit perlu
menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko.
Tahapan manajemen risiko adalah:
1. Risk Awareness
Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi di unit
kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang
digunakan untuk mengenali risiko antara lain: self-assesment, laporan
insiden dan audit klinis.
2. Risk Control (and or Risk Prevention)
Langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang
dilakukan antara lain: mencari jalan untuk mengendalikan risiko
(engineering solution), mengurangi risiko (control solution) baik terhadap
probabilitas maupun derajat keparah annya.
3. Risk containment
Dalam hal terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat
dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka sikap yang paling
penting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang
tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien dan didasarri oleh komunikasi
efektif.
4. Risk Transfer
Jika risiko tersebut pada akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukanlah transfer atau pengalihan risiko kepada pihak yang sesuai, misalnya dengan
menyerahkannya pada sistem asuransi. Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko
dimulai dari pembuatan standar (set standards), mematuhi standar tersebut (comply with
them), mengenali bahaya (identifiy hazards) dan mencari pemecahannya (resolve them).
BAB II
RUANG LINGKUP
Manajemen risiko adalah bertujuan mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan
kehilangan finansial. Manajemen risiko juga dilakukan dengan maksud mengenali kelemahan
sistem yang berjalan di rumah sakit, disertai dengan upaya memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blaming culture)
Upaya manajemen risiko dilakukan oleh semua unit di Rumah Sakit Umum Mitra Sehat melalui
koordinasi yang dilakukan oleh Tim Mutu dan Keselamatan Pasien.
BAB IV
TATA LAKSANA
A. Identifikasi Risiko
Lakukan proses pengenalan risiko dengan sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan
mengenali risiko, kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi
risiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Proses identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area risiko, peristiwa, penyebab, dan
potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self
assessment, incident reporting system dan clinical audit, serta dilakukan menyeluruh
terhadap medis dan non medis.
Respon rumah sakit ditentukan melalui assesmen risiko atau pengelolaan risiko
yang meliputi:
1. Identifikasi potensial risiko dan hazard
2. Menelusuri siapa dan apa yang dirugikan serta bagaimana caranya.
3. Mengevaluasi temuan risiko, menganalisa apakah pengelolaannya sudah cukup
atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
4. Mencatat temuan lalu membuat rencana pengelolaannya
5. Mengevaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan memperbaiki bila perlu.
Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di RSU Mitra Sehat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen resiko di
semua unit.
RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan yang satu dapat digunakan
pada sebagian pendekatan yang lainnya. FMEA dapat digunakan untuk membantu
mengevaluasi perubahan strategi hasil analisa dengan RCA. Pendekatan FMEA
dapat melihat titik-titik potensi kegagalan berbagai proses dan kemudian
mengidentifikasi kegagalan-kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses
baru. RCA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses-proses mana saja yang
membutuhkan FMEA dan kemudian menentukan akar permasalahan secara spesifik.
C. Root Cause Analye (RCA)
Root Cause (akar masalah), akar atau isu fundamental, adalah titik awal dimana bila
pada titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya insiden
akan berkurang. RCA diterapkan pada kejadian risiko tinggi, berdampak luas yaitu
semua KTD dan Sentinel. Apabila terjadi Insiden lain seperti KTC, KNC dan KPC
cukup dilakukan investigasi sederhana. Setiap proses pengelolaan insiden harus dapat
menetapkan tingkat investigasi dan tindakan yang diperlukan.
Rumah sakit memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis
akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi untuk
kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya. RCA dilakukan oleh unit yang
menemukan insiden. Sementara Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
bertanggung jawab untuk:
1. Mengingatkan untuk dilaksanakannya RCA.
2. Mengatur penyelenggaraan suatu investigasi.
3. Mengelola tim RCA.
4. Pelaporan secara organisatoris dan memonitor tindak lanjut upaya pengurangan
risiko.
5. Koordinasi program RCA dan pelatihan.
6. Evaluasi program RCA.
WAKTU/ KEJADIAN
KEJADIAN
INFORMASI TAMBAHAN
GOOD PRACTICE
MASALAH PELAYANAN
MASALAH INSTRUMEN/TOOLS
MASALAH
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Mengapa
PROSEDUR PROSEDUR YG
APAKAH TERDAPAT BUKTI
YG NORMAL DILAKUKAN SAAT
PERUBAHAN DLM PROSES
(SOP) INSIDEN
FISH BONE/ ANALISIS TULANG IKAN
Adalah alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram
tersebut memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan
fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali penyebab terjadinya
masalah dan menganalisa masalah tersebut. Untuk pengisian diagram fish bone ini dilakukan
dengan melihat faktor-faktor kontributor. .
SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang
Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal
a. Housekeeping
Lingkungan
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan Pasien antar Ruangan
a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
Perlengkapan c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Rancang, Penggunaan & Maintenanace Peralatan
D. Faktor Kontributor: Tim
Komponen SubKomponen
Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi
b. Cepat Tanggap
a. Kesamaan tugas antar profesi
Konsistensi
b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat
Kepemimpinan & Tanggung
a. Kepemimpinan Efektif
Jawab
b. Job Desc Jelas
Faktor Penunjang
a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
dalam validasi alat
b. Kalibrasi
medis
Rancang Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP
G. Faktor Kontributor: Pasien
Komponen SubKomponen
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi
Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
A. Tahapan FMEA
LANGKAH 1 : Pilih Proses yang berisiko tinggi dan bentuk TIM.
Pilih Proses yang akan dianalisa. Proses yang dipilih dapat berupa proses klinis dan
berhubungan langsung dengan perawatan kepada pasien atau yang tidak berorientasi
klinis dan tidak berhubungan langsung dengan perawatan pasien. Tentukan salah satu
Proses / Sub Proses bila prosesnya kompleks.
Judul Proses : ___________________________________________
TIM
Ketua :
Anggota 4.
: 1. 5. 3.
2. 4.
3. 5.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? Ya Tidak
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda Ya Tidak
sudah diwakili di dalam Tim tersebut?
Siapa yang menjadi notulen?
Tanggal dimulai
Tanggal dilengkapi
C D
Cantumkan beberapa Sub Proses untuk setiap tahapan proses
Modus Modus Modus Modus Modus Modus
Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan
1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________
2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________
3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________
4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________
5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________
Tujuan menyusun prioritas adalah mengidentifikasi failure mode yang paling butuh
dianalisis untuk meningkatkan proses dan mengurangi risiko mencelakai pasien.
TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY)
LEVEL DESKRIPSI CONTOH
Tidak akan dirasakan/diketahui oleh pasien dan tidak
akan berefek pada proses
1 MINOR
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan
beberapa efek pada proses
Kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan
kesehatan tetapi menimbulkan kerugian minor
2 MODERAT
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan
efek yang sangat besar
Kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar
3 MAYOR
terhadap pasien.
Dapat membuat pasien mengalami luka parah dan
4 MAYOR INJURY
menimbulkan efek yang besar pula pada proses
Sangat berbahaya: kegagalan akan berakibat pada
5 TERMINAL INJURY kematian dan menimbulkan efek yang sangat besar
terhadap proses
TINGKAT PROBABILITAS O = Occurence (Keseringan)
Sangat sering dan Sangat sering muncul, mungkin beberapa kali dalam 1
5
pasti bulan
LEVEL DESKRIPSI
3 Mungkin terdeteksi
1 selalu terdeteksi
DOKUMENTASI
Tindakan untuk manajemen risiko didokumentasikan secara insidental. Untuk FMEA dibuat
setiap setahun sekali dengan memilih masalah yang skor risikonya palig besar. Form-form
yang mendukung hal ini sudah disebutkan pada halaman-halaman sebelumya. RCA juga
demikian. Dilakukan bila terdapat KTD. Mekanisme dan cara pengisian
form/pendokumentasian sudah dijelaskan di halaman-halaman sebelumnya. Dengan adanya
manajemen risiko yang baik diharapkan rumah sakit bisa meminimalkan faktor risiko yang
menuncul sehingga bisa menyusun langkah antisipatif yang berdampak terhadap
peningkatan keselamatan pasien maupun segenap elemen lainnya di rumah sakit.