Вы находитесь на странице: 1из 22

Lampiran : Peraturan Direktur RSU Mitra Sehat tentang Pemberlakuan Panduan Manajemen

Risiko
Nomor :
Tanggal :

BAB I

DEFINISI

A. Risiko
Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan sesuatu terjadi atau potensi bahaya yang terjadi
yang dapat memberikan pengaruh kepada hasil. Risiko yang dicegah berupa risiko klinis dan
risiko non klinis. Risiko klinis adalah risiko yang dikaitkan langsung dengan layanan medis
yang dialami oleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Sementara risiko non medis ada
yang berupa risiko bagi organisasi maupun risiko keuangan.
Risiko medis sendiri dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:
1. Tingkat probabilitas dan keparahannya minimal
2. Risiko bermakna tetapi tetap harus diambil karena hanya satu-satunya cara.
3. Risiko yang berdampak besar namun masih bisa dimitigasi
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko adalah :
FAKTOR KOMPONEN YANG BERPERAN
 Sumber dan keterbatasan keuangan
 Struktur organisasi
Organisasi dan
Manajemen  Standar dan tujuan kebijakan
 Safety culture

 Kualifikasi staf dan tingkat keahlian


 Beban kerja dan pola shift
Lingkungan pekerjaan
 Desain, ketersediaan dan pemeliharaan alkes
Dukungan administratif dan manajerial
 Komunikasi verbal
 Komunikasi tulisan
Tim
 Supervisi dan pemanduan
Struktur tim
 Kemampuan dan ketrampilan
Individu dan staf  Motivasi
Kesehatan mental dan fisik
 Desain penugasan dan kejelasan struktur penugasan
Penugasan  Ketersediaan dan pemanfaatan prosedur yang ada
Ketersediaan dan akurasi hasil tes
 Kondisi ( Keparahan dan kegawatan)
Karakteristik pasien  Bahasa dan komunikasi
 Faktor sosial dan personal

Langkah-langkah untuk meminimalkan risiko:

1. Meningkatkan peran rumah sakit dan manajemen dalam mencegah error dengan
cara mengembangkan sistem yang selain bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan juga menjamin bahwa setiap upaya, prosedur, dan sistem
pelayanan yang dilakukan aman untuk pasien, petugas, dan lingkungan. Hal ini
direpresentasikan dalam bentuk SPO, Panduan Praktik Klinik (PPK), Clinical
Pathway, dll.
2. Meningkatkan peran staf rumah sakit agar terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pelayanan kesehatan di RS untuk mampu mengenali, mengidentifikasi, dan
menganalisa kejadian medical error serta melakukan upaya yang adekuat untuk
mengatasi error yang sudah terlanjur terjadi.
3. Setiap staf harus menyadari bahwa mereka adalah bagian dari tim yang bekerja
dalam satu sistem. Kerja tim yang baik sangat ditentukan oleh kinerja manajemen
rumah sakit yang baik. Mulai dari dukungan moral, finansial, teknis dan operasional,
hingga terjalinnya komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan pihak
pelaksana.
Dalam setiap pusat pelayanan kesehatan harus dibangun sistem yang dapat menjamin bahwa
setiap tindakan medis yang dilakukan haruslah aman bagi pasien maupun petugas, serta
lingkungan sekitar. Pendekatan yang dilakukan terhadap hal ini disebut dengan manajemen
risiko.
B. Manajemen Risiko
Manajemen Risiko menurut The Joint Commission on Acreditation of
Healthcare Organizations adalah aktivitas klinik dan administratif yang dilakukan
oleh Rumah Sakit untuk melakukan identifikasi, evaluasi, dan pengurangan
risiko terjadinya cedera atau kerugian pada pasien, pengunjung dan institusi
rumah sakit.
Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai proses berkelanjutan dari
identifikasi secara sistemik, evakuasi dan penatalaksanaan risiko dengan tujuan
mengurangi dampak buruk bagi organ isasi maupun individu. Rumah Sakit perlu
menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen risiko.
Tahapan manajemen risiko adalah:
1. Risk Awareness
Seluruh staf RS harus menyadari risiko yang mungkin terjadi di unit
kerjanya masing-masing, baik medis maupun non medis. Metode yang
digunakan untuk mengenali risiko antara lain: self-assesment, laporan
insiden dan audit klinis.
2. Risk Control (and or Risk Prevention)
Langkah yang diambil manajemen untuk mengendalikan risiko. Upaya yang
dilakukan antara lain: mencari jalan untuk mengendalikan risiko
(engineering solution), mengurangi risiko (control solution) baik terhadap
probabilitas maupun derajat keparah annya.
3. Risk containment
Dalam hal terjadi suatu insiden, baik akibat suatu tindakan atau kelalaian ataupun akibat
dari suatu kecelakaan yang tidak terprediksi sebelumnya, maka sikap yang paling
penting adalah mengurangi besarnya risiko dengan melakukan langkah-langkah yang
tepat dalam mengelola pasien dan insidennya. Unsur utamanya biasanya adalah respons
yang cepat dan tepat terhadap setiap kepentingan pasien dan didasarri oleh komunikasi
efektif.
4. Risk Transfer
Jika risiko tersebut pada akhirnya terjadi juga dan menimbulkan kerugian, maka
diperlukanlah transfer atau pengalihan risiko kepada pihak yang sesuai, misalnya dengan
menyerahkannya pada sistem asuransi. Dari sisi sumber daya manusia, manajemen risiko
dimulai dari pembuatan standar (set standards), mematuhi standar tersebut (comply with
them), mengenali bahaya (identifiy hazards) dan mencari pemecahannya (resolve them).

BAB II

RUANG LINGKUP

Manajemen risiko adalah bertujuan mencegah cedera pada pasien atau meminimalkan
kehilangan finansial. Manajemen risiko juga dilakukan dengan maksud mengenali kelemahan
sistem yang berjalan di rumah sakit, disertai dengan upaya memperbaiki kelemahan tersebut
(dilakukan dengan menerapkan no blaming culture)
Upaya manajemen risiko dilakukan oleh semua unit di Rumah Sakit Umum Mitra Sehat melalui
koordinasi yang dilakukan oleh Tim Mutu dan Keselamatan Pasien.
BAB IV

TATA LAKSANA

A. Identifikasi Risiko
Lakukan proses pengenalan risiko dengan sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan
mengenali risiko, kemudian dibuat daftar risiko. Daftar risiko dilengkapi dengan deskripsi
risiko termasuk menjelaskan kejadian dan peristiwa yang mungkin terjadi dan dampak yang
ditimbulkannya.
Proses identifikasi dilakukan pada sumber risiko, area risiko, peristiwa, penyebab, dan
potensi akibatnya. Metode identifikasi risiko dilakukan dengan proaktif melalui self
assessment, incident reporting system dan clinical audit, serta dilakukan menyeluruh
terhadap medis dan non medis.

B. Urutkan Prioritas Risiko dengan Mengukur Tingkat Risiko


Pengelolaan risiko diawali dengan menilai konsekuensi yang dapat diakibatkan sebuah
insiden dan kemungkinan terjadinya risiko setelah teridenifikasi. Kemudian risiko dievaluasi
lalu diberikan skor untuk menentukan bobot dan prioritas risiko yang telah terjadi. Sesuai
dengan bobotnya, ditentukan tindakan yang akan diberlakukan terhadap masing-masing
risiko. Bila bobotnya ringan dan tindak prioritas tindakannya dapat hanya mentoleransi saja
dan menjadikannya catatan. Namun bila risiko yang terjadi memiliki bobot yang besar dan
mengganggu tujuan RS, maka ditentukan sebagai prioritas utama dan harus ditransfer atau
bahkan menghentikan kegiatan yang meningkatkan terjadinya risiko.
Tujuan menentukan prioritas risiko adalah membantu proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis risiko.

Prioritas risiko dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut:

TINGKAT RISIKO = PELUANG (P) x FREKUENSI PAJANAN (F) x DAMPAK (A)


KRITERIA PELUANG NILAI
Sangat besar Hampir pasti / Sangat mungkin akan terjadi 5

Besar Mungkin terjadi (50 – 50 kesempatan) 4

Substantial Tidak biasa namun dapat terjadi; 3

Menengah Kecil kemungkinannya untuk terjadi 2


Kecil Sangat kecil kemungkinannya 1

KRITERIA FREKUENSI NILAI


Sangat besar Sangat sering terjadi 5

Besar Sering terjadi 4

Substantial Tidak sering namun dapat terjadi 3

Menengah Jarang kemungkinannya untuk terjadi 2


Kecil Sangat jarang kemungkinan terjadi 1
SKOR KRITERIA KETERANGAN
Lakukan perbaikan secepatnya dan tidak
 50 Tinggi
diperlukan keterlibatan pihak manajemen.
Tindakan perbaikan dapat dijadwalkan kemudian
30 - < 50 Menengah
dan penanganan cukup
< 30 Rendah Risiko dapat diterima

Respon rumah sakit ditentukan melalui assesmen risiko atau pengelolaan risiko
yang meliputi:
1. Identifikasi potensial risiko dan hazard
2. Menelusuri siapa dan apa yang dirugikan serta bagaimana caranya.
3. Mengevaluasi temuan risiko, menganalisa apakah pengelolaannya sudah cukup
atau perlu diubah untuk mencegah terjadinya insiden.
4. Mencatat temuan lalu membuat rencana pengelolaannya
5. Mengevaluasi pengelolaan secara menyeluruh dan memperbaiki bila perlu.

Menurut NHS (National Health System) pengelolaan risiko adalah :


1. Mengambil kesempatan dengan kondisi yang ada dengan mempertimbangkan
keuntungan yang lebih besar daripada kerugian.
2. Mentolerir risiko
3. Mentransfer risiko kepada pihak ketiga seperti asuransi
4. Menghentikan aktivitas yang menimbulkan risiko.
5. Membangun upaaya pencegahan, yang dalam hal ini adalah monitoring dan
review.
6. Mengelola pembiayaan risiko

Upaya Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien di RSU Mitra Sehat dilakukan
dengan menggunakan pendekatan proaktif dalam melaksanakan manajemen resiko di
semua unit.

Alat-alat manajemen risiko yang digunakan terdiri dari :


1. Non statistical tools:
untuk mengembangkan ide, mengelompokkan, memprioritaskan dan memberikan
arah dalam pengambilan keputusan. Alat-alat tersebut meliputi Fish bone, Bagan
alir, RCA, dan FMEA.
2. Statistical tools
seperti Diagram Pareto, lembar periksa (check sheet) .
Alat manajemen risiko yang sering digunakan di RSU Mitra Sehat adalah RCA dan
FMEA.

Perbedaan RCA dengan FMEA, yaitu :


RCA merupakan pendekatan analisis sistem yang reaktif sementara FMEA
merupakan pendekatan proaktif untuk mencegah kegagalan sistem.
Persamaan RCA dengan FMEA,yaitu :
1. Harus ada komitmen pimpinan.
2. Bertujuan mengurangi kemungkinan cidera yang akan terjadi.
3. Mencakup identifikasi kondisi-kondisi yang menimbulkan cidera.
4. Merupakan metode analisis non statistical.
5. Merupakan aktivitas sebuah tim yang memerlukan dukungan SDM, waktu,
material dan penunjang lainnya

RCA dan FMEA saling berhubungan, bagian pendekatan yang satu dapat digunakan
pada sebagian pendekatan yang lainnya. FMEA dapat digunakan untuk membantu
mengevaluasi perubahan strategi hasil analisa dengan RCA. Pendekatan FMEA
dapat melihat titik-titik potensi kegagalan berbagai proses dan kemudian
mengidentifikasi kegagalan-kegagalan baru yang ditimbulkan dari penerapan proses
baru. RCA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proses-proses mana saja yang
membutuhkan FMEA dan kemudian menentukan akar permasalahan secara spesifik.
C. Root Cause Analye (RCA)
Root Cause (akar masalah), akar atau isu fundamental, adalah titik awal dimana bila
pada titik tersebut diambil suatu tindakan (pencegahan) maka peluang terjadinya insiden
akan berkurang. RCA diterapkan pada kejadian risiko tinggi, berdampak luas yaitu
semua KTD dan Sentinel. Apabila terjadi Insiden lain seperti KTC, KNC dan KPC
cukup dilakukan investigasi sederhana. Setiap proses pengelolaan insiden harus dapat
menetapkan tingkat investigasi dan tindakan yang diperlukan.
Rumah sakit memastikan bahwa seluruh staf yang terkait mampu melakukan analisis
akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa masalah tersebut terjadi untuk
kemudian menyusun rencana tindak lanjutnya. RCA dilakukan oleh unit yang
menemukan insiden. Sementara Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
bertanggung jawab untuk:
1. Mengingatkan untuk dilaksanakannya RCA.
2. Mengatur penyelenggaraan suatu investigasi.
3. Mengelola tim RCA.
4. Pelaporan secara organisatoris dan memonitor tindak lanjut upaya pengurangan
risiko.
5. Koordinasi program RCA dan pelatihan.
6. Evaluasi program RCA.

Langkah –langkah Root Cause Analysis :


1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi :
a. Observasi
b. Dokumentasi
c. Interview
d. Petakan Kronologi kejadian :
a) Narrative Chronology,
b) Timeline,
c) Tabular Timeline,
d) Time Person Grid.
e. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
Brainstorming, Brainwriting
f. Analisis Informasi
a) 5 Why’s,
b) Analisis Perubahan
c) Analisis Penghalang
d) FishBone / Analisis Tulang Ikan
g. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

Tahapan Melakukan Root Cause Analysis :


LANGKAH 1 dan 2 : Identifikasi Insiden dan Tentukan Tim, dengan menggunakan
form seperti dibawah :
INSIDEN : ___________________________________________
TIM
Ketua :
Anggota 1.
: 1. 2. 3.
2. 4.
3. 5.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? Ya Tidak
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda Ya Tidak
sudah diwakili di dalam Tim tersebut?
Siapa yang menjadi notulen? 
Tanggal dimulai 
Tanggal dilengkapi 

LANGKAH 3 : Kumpulkan data dan Informasi dengan menggunakan form seperti


dibawah ini :
Observasi Langsung :
Dokumentasi : 1.
2.
3.
4.
5.
Interview (Dokter/ Staf yang terlibat)
1.
2.
3.
4.
5.

LANGKAH 4 : Petakan Kronologi Kejadian dengan menggunakan bantuan beberapa


form dibawah ini :
FORM TABULAR TIMELINE

WAKTU/ KEJADIAN

KEJADIAN

INFORMASI TAMBAHAN

GOOD PRACTICE
MASALAH PELAYANAN

LANGKAH 5 : Identifikasi Care Management Problem, dengan :


FORM MASALAH / CARE MANAGEMENT PROBLEM (CMP)

MASALAH INSTRUMEN/TOOLS

LANGKAH 6 : Analisis Perubahan, dengan beberapa cara :

FORM TEKHNIK 5 MENGAPA (5 WHY’s)

MASALAH

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

Mengapa

FORM ANALISIS PERUBAHAN

PROSEDUR PROSEDUR YG
APAKAH TERDAPAT BUKTI
YG NORMAL DILAKUKAN SAAT
PERUBAHAN DLM PROSES
(SOP) INSIDEN
FISH BONE/ ANALISIS TULANG IKAN
Adalah alat untuk menggambarkan penyebab-penyebab suatu masalah secara rinci. Diagram
tersebut memfasilitasi proses identifikasi masalah sebagai langkah awal untuk menentukan
fokus perbaikan, mengembangkan ide pengumpulan data, mengenali penyebab terjadinya
masalah dan menganalisa masalah tersebut. Untuk pengisian diagram fish bone ini dilakukan
dengan melihat faktor-faktor kontributor. .

3. Faktor Kontributor, Komponen dan Subkomponen dalam Investigasi Insiden Klinis.


A. Faktor kontributor Eksternal diluar RS
Komponen:
a. Regulator dan ekonomi
b. Peraturan dan kebijakan DEPKES
c. Peraturan nasional
d. Hubungan dengan organisasi lain
B. Faktor Kontributor Organisasi dan Manajemen
Komponen SubKomponen
Organisasi & Manajemen a. Struktur Organisasi
b. Pengawasan
c. Jenjang Pengambilan Keputusan

Kebijakan, Standar & a. Tujuan & Misi


Tujuan
b. Penyusunan Fungsi Manajemen
c. Kontrak Service
d. Sumber Keuangan
e. Pelayanan Informasi
f. Kebijakan diklat
g. Prosedur & Kebijakan
h. Fasilitas & Perlengkapan
i. Manajemen Risiko
j. Manajemen K3
k. Quality Improvement

Administrasi Sistem Administrasi

Budaya Keselamatan a. Attitude Kerja


b. Dukungan manajemen oleh seluruh staf

SDM a. Ketersediaan
b. Tingkat Pendidikan & Keterampilan Staf yang
Berbeda
c. Beban Kerja yang optimal

Diklat Manajemen Training/Pelatihan/Refreshing

C. Faktor Lingkungan Kerja


Komponen SubKomponen

Rancang dan Bangunan a. Manajemen Pemeliharaan


b. Penilaian Ergonomik
c. Fungsionalitas

a. Housekeeping
Lingkungan
b. Pengawasan Lingkungan Fisik
c. Perpindahan Pasien antar Ruangan

a. Malfungsi Alat
b. Ketidaktersediaan
Perlengkapan c. Manajemen Pemeliharaan
d. Fungsionalitas
e. Rancang, Penggunaan & Maintenanace Peralatan
D. Faktor Kontributor: Tim
Komponen SubKomponen
Supervisi & Konsultasi a. Adanya kemauan staf junior berkomunikasi
b. Cepat Tanggap
a. Kesamaan tugas antar profesi
Konsistensi
b. Kesamaan tugas antar staf yang setingkat
Kepemimpinan & Tanggung
a. Kepemimpinan Efektif
Jawab
b. Job Desc Jelas

Respon terhadap Insiden Dukungan per group setelah insiden


E. Faktor Kontributor Staf
Komponen SubKomponen
a. Verifikasi Kualifikasi
Kompetensi
b. Verifikasi Pengetahuan & Keterampilan

Stressor Fisik dan a. Motivasi


Mental b. Stresor Mental: efek beban kerja beban mental
c. Stresor Fisik: Efek beban kerja = Gangguan Fisik

F. Faktor Kontributor: Tugas


Komponen SubKomponen
a. Prosedur Peninjauan & Revisi SOP
b. Ketersediaan SOP
Ketersediaan SOP
c. Kualitas Informasi
d. Prosedur Investigasi
Ketersediaan &
a. Test Tidak Dilakukan
akurasi hasil test
b. Ketidaksesuaian antara interpretasi hasil test

Faktor Penunjang
a. Ketersediaan, penggunaan, reliabilitas
dalam validasi alat
b. Kalibrasi
medis
Rancang Tugas Penyelesaian tugas tepat waktu dan sesuai SOP
G. Faktor Kontributor: Pasien
Komponen SubKomponen
Kondisi Penyakit yang kompleks, berat, multikomplikasi

Personal a. Kepribadian
b. Bahasa
c. Kondisi Sosial
d. Keluarga

Pengobatan Mengetahui risiko yang berubungan dengan pengobatan


Riwayat a. Riwayat Medis
b. Riwayat Kepribadian
c. Riwayat Emosi

Hubungan Staf dan


Hubungan yang baik
Pasien

H. Faktor Kontributor: Komunikasi


Komponen SubKomponen
a. Komunikasi antar staf junior dan senior
Komunikasi Verbal
b. Komunikasi antar Profesi
c. Komunikasi antar Staf dan Pasien
d. Komunikasi antar Unit Departemen
Komunikasi Tertulis Ketidaklengkapan Informasi

LANGKAH 7 : Menyusun Rencana Perbaikan dengan menggunakan form


rekomendasi dan rencana tindakan
AKAR TINDAKAN TINGKAT PENANGGUNG WAKTU SUMBER BUKTI PARAF
MASALAH REKOMENDASI JAWAB DAYA YG PENYELESAIAN
(Individu, Tim, DIBUTUHKAN
Direktorat, RS

1.

2.

3.

4.

5.

6.

Menulis laporan RCA :


Laporan dituliskan untuk mengkomunikasikan temuan-temuan, kesimpulan dan
rekomendasi hasil investigasi RCA .Laporan disusun oleh Tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien setelah semua solusi telah dipertimbangkan dan direkomendasikan
untuktindakan korektif yang ditetapkan.
3. FMEA (Failure Mode and Cause Analysis)
Proses mengurangi risiko di RSU Mitra Sehat dilakukan paling sedikit satu kali dalam
setahun dan dibuat dokumentasinya, dengan menggunakan FMEA (Failure Mode and
Effect Analysis). Proses yang dipilih adalah proses dengan risiko tinggi.
FMEA adalah metode perbaikan kinerja dgn mengidentifikasi dan mencegah potensi
kegagalan sebelum terjadi. Hal tersebut dirancang untuk meningkatkan keselamatan
pasien.
Delapan tahap FMEA yang dilakukan :
1) Memilih proses yang berisiko tinggi dan membentuk tim.
2) Membuat diagram proses .
3) Identifikasi kemungkinan kegagalan (failure mode) dan tentukan efek yang
mungkin terjadi ke pasien .
4) Tentukan prioritas kemungkinan kegagalan (failure mode).
5) Melakukan root cause analysis dari failure mode.
6) Rancang ulang proses.
7) Analisa dan ujicoba proses yang baru.
8) Implementasi dan monitoring proses baru

A. Tahapan FMEA
LANGKAH 1 : Pilih Proses yang berisiko tinggi dan bentuk TIM.
Pilih Proses yang akan dianalisa. Proses yang dipilih dapat berupa proses klinis dan
berhubungan langsung dengan perawatan kepada pasien atau yang tidak berorientasi
klinis dan tidak berhubungan langsung dengan perawatan pasien. Tentukan salah satu
Proses / Sub Proses bila prosesnya kompleks.
Judul Proses : ___________________________________________
TIM
Ketua :
Anggota 4.
: 1. 5. 3.
2. 4.
3. 5.
Apakah semua area yang terkait sudah terwakili? Ya Tidak
Apakah macam-macam dan tingkat pengetahuan yang berbeda Ya Tidak
sudah diwakili di dalam Tim tersebut?
Siapa yang menjadi notulen? 
Tanggal dimulai 
Tanggal dilengkapi 

LANGKAH 2A : Gambarkan Alur Proses


Tahapan Proses :
Jelaskan proses setiap kegiatan sesuai kebijakan dan prosedur yang berlaku. Jika
proses terlalu kompleks, pilih satu proses atau sub proses untuk ditindak lanjuti.

Cantumkan beberapa sub proses untuk setiap tahapan proses


Tahapan Sub Tahapan Sub Tahapan Sub Tahapan Sub Tahapan Sub Tahapan Sub
Proses Proses Proses Proses Proses Proses
A. ________ A. ________ A. ________ A. ________ A. ________ A. ________
B. ________ B. ________ B. ________ B. ________ B. ________ B. ________
C. ________ C. ________ C. ________ C. ________ C. ________ C. ________
D. ________ D. ________ D. ________ D. ________ D. ________ D. ________
E. ________ E. ________ E. ________ E. ________ E. ________ E. ________

LANGKAH 2B : Gambarkan Alur Subproses


Jelaskan Sub Proses kegiatan yang dipilih
A

C D
Cantumkan beberapa Sub Proses untuk setiap tahapan proses
Modus Modus Modus Modus Modus Modus
Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan Kegagalan
1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________ 1. ________
2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________ 2. ________
3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________ 3. ________
4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________ 4. ________
5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________ 5. ________

LANGKAH 3: Identifikasi Efek yang mungkin Terjadi ke Pasien (the Effect)


Failures mode adalah suatu perilaku yang dapat gagal, dan secara umum menjelaskan
bagaimana suatu kegagalan terjadi dan dampaknya terhadap suatu proses. E (efek)
adalah hasil dari kegagalan tertentu atas kestabilan seluruh atau sebagian proses. Efek
kegagalan adalah konsekuensi dari failure mode pada operasional, fungsi atau status
dari tahapan proses.

LANGKAH 4 : Menetapkan Kemungkinan Tingkat Keparahan Dari Efek


Tersebut Ke Pasien (Risk Priority Numbers /RPN)
RPN merupakan cara untuk menghitung critically dan disebut juga sebagai Critically
index, yang berdasarkan tingkat keparahan, tingkat kejadian dan nilai kemudahan
dideteksi.

RPN = Severity x occurance x detectability

Tujuan menyusun prioritas adalah mengidentifikasi failure mode yang paling butuh
dianalisis untuk meningkatkan proses dan mengurangi risiko mencelakai pasien.
TINGKAT KEPARAHAN (SEVERITY)
LEVEL DESKRIPSI CONTOH
Tidak akan dirasakan/diketahui oleh pasien dan tidak
akan berefek pada proses
1 MINOR
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan
beberapa efek pada proses
Kegagalan dapat mempengaruhi proses pelayanan
kesehatan tetapi menimbulkan kerugian minor
2 MODERAT
Dapat berdampak pada pasien dan dapat menimbulkan
efek yang sangat besar
Kegagalan menyebabkan kerugian yang lebih besar
3 MAYOR
terhadap pasien.
Dapat membuat pasien mengalami luka parah dan
4 MAYOR INJURY
menimbulkan efek yang besar pula pada proses
Sangat berbahaya: kegagalan akan berakibat pada
5 TERMINAL INJURY kematian dan menimbulkan efek yang sangat besar
terhadap proses
TINGKAT PROBABILITAS O = Occurence (Keseringan)

LEVEL DESKRIPSI CONTOH

Sangat sering dan Sangat sering muncul, mungkin beberapa kali dalam 1
5
pasti bulan

Hampir sering muncul dalam waktu yang relative


4 Sering (Frequent)
singkat (mungkin terjadi beberapa kali dalam 1 tahun)

Kadang-kadang Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi beberapa


3
(Occasional) kali dalam 1 sampai 2 tahun)

Kemungkinan akan muncul (dapat terjadi dalam >2


2 Jarang (Uncommon)
sampai 5 tahun)

HampirTidak Pernah Jarang terjadi (dapat terjadi dalam > 5 sampai 30


1
(Remote) tahun)
TINGKAT D= DETECTABLE (TERDETEKSI)

LEVEL DESKRIPSI

5 Tidak mungkin terdeteksi

4 Kemungkinan kecil terdeteksi

3 Mungkin terdeteksi

2 sangat mungkin terdeteksi

1 selalu terdeteksi

LANGKAH 5 : Melakukan Root Cause Analysis Dari Failure Mode


Lihat bab 2

LANGKAH 6 : Rancang Ulang Proses


Merancang ulang sebuah proses dan sistem pendukungnya adalah langkah yang
paling penting. Tujuannya adalah untuk menghindari cidera yang mungkin terjadi.
Merancang ulang sebuah proses dapat dilakukan dengan :
a. Mengurangi keragaman
b. Standarisasi proses
c. Menyederhanakan proses
d. Mengoptimalkan back up untuk mengurangi kemungkinan kegagalan
e. Menggunakan teknologi otomatis
f. Membangun mekanisme perlindungan kegagalan
g. melakukan dokumentasi/pencatatan

LANGKAH 7: Analisa Dan Ujicobakan Proses Yang Baru


Sangat penting tim untuk menganalisa dan menguji coba terlebih dahulu sebelum
menerapkan secara penuh serta mengevaluasi efek dari subproses-subproses yang
baru dalam proses yang lebih besar sebelum menerapkan perubahan.
Ujicoba proses baru dengan menggunakan prinsip PDCA (Plan-Do-Check-Action)

LANGKAH 8: Implementasi Dan Monitoring Proses Baru


Monitoring dilakukan dengan :
1. Dokumentasi , tim FMEA memastikan terdapat regulasi yang diperlukan untuk
implementasi proses baru (kebijakan, panduan, SPO, dll).
2. Pelatihan, pelatihan ulang dan uji kompetensi. Memastikan seluruh staf
mendapatkan pelatihan yang dibutuhkan terkait proses baru.
3. Monitoring berkelanjutan.
BAB IV

DOKUMENTASI

Tindakan untuk manajemen risiko didokumentasikan secara insidental. Untuk FMEA dibuat
setiap setahun sekali dengan memilih masalah yang skor risikonya palig besar. Form-form
yang mendukung hal ini sudah disebutkan pada halaman-halaman sebelumya. RCA juga
demikian. Dilakukan bila terdapat KTD. Mekanisme dan cara pengisian
form/pendokumentasian sudah dijelaskan di halaman-halaman sebelumnya. Dengan adanya
manajemen risiko yang baik diharapkan rumah sakit bisa meminimalkan faktor risiko yang
menuncul sehingga bisa menyusun langkah antisipatif yang berdampak terhadap
peningkatan keselamatan pasien maupun segenap elemen lainnya di rumah sakit.

Вам также может понравиться