Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
Manusia adalah makhluk sosial (al-insānu madaniyyun bi at- thab’i atau
zoon politicon). Karenanya, setiap manusia akan saling memerlukan dalam
memenuhi kebutuhannya. Antara sesama manusia juga dituntut untuk saling
bekerja sama, saling menghargai dan menghormati untuk mempertahankan
hidupnya di muka bumi ini.
Adanya alasan sosial (social reasons) di atas menjadi salah satu pendorong
bagi manusia untuk membentuk suatu perkumpulan yang biasa disebut
"organisasi". Organisasi ini amat dibutuhkan untuk mewujudkan setiap cita-cita
yang disepakati oleh anggota organisasi secara bersama. Oleh karena itu, organisasi
tumbuh dan berkembang begitu pesat di tengah-tengah masyarakat. Organisasi itu
juga dibentuk dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pemerintahan, perusahaan,
politik, hukum, ekonomi, dan termasuk bidang pendidikan.
Dalam perkembangannya, organisasi telah menjadi disiplin ilmu tersendiri
seiring dengan berkembangnya pemikiran dan pengetahuan manusia. Teori-teori
organisasi yang terbangun dalam kajiannya sebagai suatu disiplin ilmu tertentu,
selanjutnya akan dibutuhkan oleh masyarakat dalam membentuk suatu organisasi
sesuai dengan bidang yang diinginkan. Demikian halnya di bidang pendidikan
Islam, teori-teori organisasi turut dibutuhkan untuk mewujudkan lembaga
pendidikan yang lebih profesional dan berkualitas.
Makalah yang sederhana ini akan mencoba menguraikan konsep-konsep organisasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Organisasi dan pengorganisasian?
2. Bagaimana Organisasi dan Pengorganisasian dalam perspektif Islam?
C. Tujuan
1. Mengetahui yang dimaksud dengan Organisasi dan pengorganisasian
2. Mengetahui Organisasi dan Pengorganisasian dalam perspektif Islam

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Organisasi Dan Pengorganisasian


Secara lughah atau bahasa, ”pengorganisasian” berasal dari
kata ”organisasi” yang diserap dari bahasa inggeris. Sementara itu, organisasi
dalam konteks bahasa arab sering disebut dengan istilah ”an-Nidzam” bentuk
kalimat ismun marfu’un yang ma’rifat dengan penujukkan pasti sistem atau aturan.
Sementara itu, dalam buku Pengantar Manajemen Syariah yang ditulis oleh
M. Karebet Widjayakusuma dan M. Ismail Yusanto menguraikan pengertian
organisasi sebagai berikut. Menurut Terry (1986), istilah pengorganisasian berasal
dari kata organism (organisme) yang merupakan sebuah entitas dengan bagian-
bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka satu sama lain
dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan.
Selanjutnya dikatakan bahwa menurut Kadarman, et.al. (1996) bahwa
pengorganisasian pada hakekatnya mengandung pengertian sebagai proses
penetapan struktur peran-peran melalui penentuan aktivitas yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan organisasi dan bagian-bagianya, pengelompokan aktivitas,
penugasan kelompok-kelompok aktivitas kepada para manajer, pendelegasian
wewenang untuk melaksanakanya, pengkoordinasian hubungan wewenang dan
informasi, baik horisontal ataupun vertikal dalam struktur organisasi.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pengorganisasian memiliki beberapa ciri-ciri pemahaman sebagai berikut. Sebuah
entitas sistemik yang terdiri dari unsur-unsur (1); Antar unsur atau sub-sistem
memiliki hubungan interelasional komprehensif (2); Adanya proses penetapan
status jabatan dan peran (status and roles) (3); Adanya aktivitas yang
interdependensi (4); Adanya tujuan yang menjadi target dan sasaran pencapaian (5);
Adanya pengelompokan dan pembagian wewenang (6); Adanya struktur organisasi
walaupun tidak tertulis (7); Adanya peraturan atau standar sebagai content atau
substansi suatu pekerjaan tertentu.

2
Organisasi adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan
bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai
bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik,
psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi
organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational
behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok
sama satu sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya
digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama
secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali,
dalam memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan) ,
sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek
seperti penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan
eksistensi sekelompok orang tersebut terhadap masyarkat. Organisasi yang
dianggap baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat
disekitarnya, karena memberikan kontribusi seperti; pengambilan sumber daya
manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya sehingga menekan angka
pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu
keterkaitan yang terusmenerus.Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan
seumur hidup. Akan tetapi sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang
konstan di dalam keanggotaan mereka, meskipun pada saat mereka menjadi
anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi secara relatif terat

B. Organisasi dan Pengorganisasi Dalam Perspektif Islam


Karena begitu pentingnya langkah pengorganisasian, Allah Swt berfirman
dalam Al-Quran dengan memberikan contoh kepada manusia (manajer), Allah
SWT melakukan langkah pengorganisasian setelah Dia melakukan perencanaan

3
yang matang dalam proses penciptaan langit dan bumi. Dalam surat As-Sajdah ayat
4-5, Allah Swt. berfirman:

Artinya: ''Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Tidak ada
bagi kamu selain dari pada.Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang
pemberi syafa’at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?. (kemudian) Dia
mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu
naik kepada.Nya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu.'' (As-Sajdah: 4-5)
Dalam ayat ini sangat jelas terkandung pesan, bahwa ketika Allah
menciptakan langit dan bumi melalui perencanaanyang matang (selama enam
hari), kemudian Allah melakukan pengaturan dan pengorganisasian (organizing),
agar segala urusan yang ada di langit dan bumi dapat berjalan dengan teratur dan
lancar.
Dalam pandangan Prof. M. Quraish Shihab, penggunaan
kata yudabbiru untuk menjelaskan pemikiran dan pengaturan sedemikian rupa
tentang sesuatu yang akan terjadi di belakang. Artinya, segala urusan sudah harus
diperhitungkan dampak atau akibatnya dengan matang, sehingga hasilnya bisa
sesuai dengan yang dikehendaki, atau dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Bahkan, Allah Swt. telah mengingatkan umat manusia agar segala pekerjaan
yang akan dilakukan, dikoordinasi dengan kompak, disiplin, dan saling bekerja
sama agar bisa terbangun sistem kerja yang kokoh dan tidak goyah oleh berbagai
macam rintangan yang akan dihadapi, laksana bangunan yang tersusun dengan
kokoh dan rapi. Dalam surah Ash-Shaf ayat 4, Allah Swt. memberikan gambaran
sebagai berikut:
Artinya: ''Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang (berjuang)
dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.'' (Ash-Shaff: 4)

4
Kata shaffan (barisan) adalah sekolompok dari sekian banyak anggotanya
yang sejenis dan kompak serta berada dalam satu wadah yang kukuh lagi teratur.
Sedangkan kata marshushun berarti berdempet dan tersusun dengan rapi[36]. Yang
dimaksud ayat ini adalah tentang pentingnya kekompakan barisan, kedisiplinan
yang tinggi, serta kekuatan kerja sama dalam menghadapi berbagai macam
rintangan dan tantangan dalam menjalankan suatu.
Maksud dari shaff disitu menurut Al-Qurtubi adalah menyuruh masuk
dalam sebuah barisan (organisasi) supaya terdapat keteraturan untuk mencapai
tujuan. Dalam sebuah hadits diterangkan:
Sesungguhnya Allah mencintai orang yang jika melakukan suatu pekerjaan
dilakukan dengan “tepat, terarah dan tuntas”.
Suatu pekerjaan apabila dilakukan dengan teratur dan terarah, maka
hasilnya juga akan baik. Maka dalam suatu organisasi yang baik, proses juga
dilakukan secara terarah dan teratur atau itqan.
Menurut Al-Baghawi maksud dari ayat di atas adalah manusia seyogyanya
tetap pada tempatnya dan tidak bergoyah dari tempat tersebut. Di samping itu,
dalam ayat tersebut banyak mufassir yang menerangkan bahwa ayat tersebut adalah
barisan dalam perang. Maka ayat tersebut mengindikasikan adanya tujuan dari
barisan perang yaitu berupaya untuk melaksanakan kewajiban yaitu jihad di jalan
allah dan memperoleh kemenangan.

C. Unsur-Unsur Organisasi
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, organisai merupakan kumpulan
dua orang atau lebih yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Atau organisasi
dapat diartikan sebagai Proses manajemen untuk mencapai tujuan dengan
kombinasi berbagai usaha-usaha orang-orang di bawah pengawasannya
Adapun Unsur-unsur sebuah organisasi meliputi:
1. Kumpulan dua orang atau lebih
2. Memiliki tujuan yang sama (visi dan misi)
3. Ada proses manajemen (POAC/POSLC)
Kelengkapan sebuah organisasi meliputi :

5
1. Adanya kepengurusan
2. Adanya aturan main atau AD/ART
3. Adanya anggota organisasi
4. Adanya kesekertariatan
5. Adanya struktur organisasi yang jelas
Elemen Organisasi :
1. Ukuran organisasi (size)
2. Keterkaitan tindakan (interdependent actions)
3. Konteks tempat dan waktu (bounding in space and duration)
4. Kondisi sumber daya (input of resources)
5. Komunikasi (communication)
6. Target hasil (output of organization)
Dari keenam elemen organisasi di atas, komunikasi dipandang sebagai
sentral elemen-elemen lainnya dalam kegiatan manajemen organisasi. Alasan
pertama, komunikasi memeliki fungsi untuk mempertemukan antara tujuan
organisasi dengan terget hasil yang dicapai. Kedua, berfungsi untuk
mengadaptasikan perubahan lingkungan organisasi. Ketiga, untuk membina
hubungan antar anggota organisasi dalam melaksanakan berbagai tugas (beban
kerja) organisasi.

D. Paradigma Syariah Terhadap Organisasi


Ditinjau dari sisi manapun, Islam merupakan agama yang kamil (sempurna)
dan syamil (menyeluruh), yang mengatur seluruh aspek kehidupan secara
professional. Allah Swt berfirman dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 208
: Artinya : Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam
keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya
syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Bahkan dalam buku Nidlomul Islam dikatakan bahwa karakteristik Islam
setidaknya ada tiga hal :
‫يوافق الفطرة ويمالءالعقل القناعة والقلب طمأنينة‬

6
Yakni sesuai fitrah manusia, memuaskan akal pemikiran, dan menenangkan hati.

Sementara itu, setiap ajaran dari luar Islam maka akan dijamin saling
bertentangan (tanaqudl) satu sama lain, bertentangan dengan fitrah manusia, tidak
dapat memuaskan akal, dan tidak dapat menenangkan hati.
Itulah sebabnya dalam realitasnya Islam merupakan sebuah sistem
ideologi (aqidah dan syariah) sempurna untuk mengatur manusia. Dan dalam
realitasnya ideologi Islam senantiasa kontradiktif dengan ideologi selain
Islam (ghairu Islam) yakni kapitalisme (raksumaliyah) ataupun
sosialisme (isytirakiyah).
Selanjutnya, untuk memastikan bahwa ideologi Islam berbeda dengan lainya
adalah sederhana. Yakni setiap aspek kehidupan yang sesuai dengan prinsip Al
Qur’an dan As Sunnah disebut Islami atau syar’ie. Namun jika sekecil apapun
persoalan termasuk manajemen dan tata cara kehidupan yang tidak sesuai dengan
Islam maka tidak dapat disebut Islami ataupun syar’ie. Hanya persoalanya, definisi
tersebut suatu ketika masih bersifat umum, terutama jika seseorang diminta
membedakan suatu ilmu sesuai syariah atau tidak.
Untuk itu diterangkan dalam kitab Nidlomul Islam pada bab al Hadlarah Al
Islamiyyah. Di sana terdapat dua konsepsi yakni Hadlarah dan Madaniyah.
Hadlarah adalah :
‫ والمدنيية هي اآلشكال المادية لآلشياء المحسوس التى تستعمل فى شؤون‬, ‫الحضارة هي المفاهيم عن الحيات‬
.‫الحياة‬
Artinya : ''hadlarah adalah pemahaman tentang kehidupan. Sedangkan madaniyah
adalah bentuk-bentuk sesuatu materi yang terindera yang digunakan dalam urusan
kehidupan.''
Jadi berkaitan dengan definisi tersebut maka yang disebut hadlarah adalah
pemahaman tentang aspek-aspek kehidupan, termasuk di dalamnya adalah ilmu
pengetahuan (yang tidak terlihat) semisal ilmu manajemen, ekonomi, sosiologi,
psikologi, dsb. Sementara madaniyah merupakan produk manusia yang kongrit
dapat terlihat seperti peralatan dan barang-barang.

7
Dalam Islam, hadlarah dan madaniyah boleh diambil selama hal tersebut
tidak bertentangan dengan pemikiran hukum-hukum Islam. Namun jika sudah
mengandung pemikiran dan value yang bertentangan dengan Islam maka ketika itu
pula tidak dapat diambil. Dari kerangka ini akan memudahkan bagi setiap muslim
untuk memastikan manakah yang boleh dan tidak boleh diambil. Sebagai contoh,
produk pemikiran sistem manajemen termasuk Quality Management System
(QMS) ISO 9001:2008 dan ISO 14001 tentang Environment Management System
yang keduanya berasala dari barat maka boleh diambil. Kebolehan tersebut selama
dalam seluruh klausul tidak ada yang bertentangan dengan Islam.
Dengan demikian ketika ilmuwan muslim mengambil pemikiran teoritis yang
berasal dari dunia barat semisal : manajemen akuntansi, sistem POAC, manajemen
strategik, perilaku organisasi, dan perencanaan manajemen, statistika, dsb
diperbolehkan selama tidak bertentangan dengan Islam.

E. Mengapa Pengorganisasian
Pengorganisasian atau organizing secara alamiah merupakan fase
kedua (setelah planning) dari setiap sistem organisasi besar atau sekecil apapun.
Dikatakan secara alamiah sebab fakta organizing tersebut secara logical ataupun
factual berlaku dimanapun dan kapanpun walaupun dalam bentuk sederhana.
Semua ini merupakan sistem penciptaan Allah Swt yang bersifat intangible (ada
fakta sekalipun tidak bisa diraba). Kalaulah seandainya terdapat organisasi yang
tidak menjalankan fungsi organizing (sekalipun terdapat planning yang
komprehensif) maka tidak akan pernah berjalan atau berhasil secara optimal
melainkan hanya unsur kebetulan.
Disamping secara faktual, dalam tataran syariah dapat diambil dari nash Al
Quran ataupun ketauladanan Rasulullah Saw dalam berperilaku. Secara nash, Allah
swt berfirman dalam Al Qur’an surat ash-Shaff ayat 4 :

Artinya : ''Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam


barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kokoh.''

8
Demikian halnya firman Allah Swt dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat 71 :

Artinya : ''Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian


mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.''

Jadi, setidaknya dua ayat dari dua surat tersebut memberikan pelajaran bagi
kaum muslimin terhadap urgensinya sebuah pengorganisasian untuk mencapai
tujuan. Ayat tersebut turun dari Allah Dzat yang Maha Pencipta, Pengatur dan Maha
Tahu sehingga memberikan pengajaran pada kaum muslim sebagai sebuah syariah
kehidupan. Dan, realitasnya benar adanya tanpa organisasi maka apapun tidak akan
berjalan, bahkan justru kegagalan.
Bahkan dalam buku Manajemen Syariah dalam Praktek yang disusun oleh
Dr. KH. Didin Hafidhuddin, M.Sc dan Hendri Tanjung, S.Si., M.M)
mengatakan bahwa sahabat Ali Bin Abi Thalib menggambarkan bahwa kebatilan
yang diorganisir dengan rapi akan dapat mengalahkan perkara yang haq namun
tidak diorganisir dengan baik.
‫الحق بال نظام يغلبه الباطل بنظام‬
Demikian halnya, jika dicermati, Rasulullah Saw senantiasa melaksanakan fungsi
pengorganisasian dalam menjalankan aktivitas hidupnya, termasuk ad da’wah.
Dalam sebuah kitab Ad Daulah Al Islamiyah terdapat bab antara lain : nuqthatul
ibtidak, takatul ash shahabat, inthilaqud da’wah, tausi’ majalud da’wah, bai’atul
’aqabah al awwal, bai’atul ’aqabah stani, qiyamud da’watul Islamiyyah, binaul
mujtama’, badaul qital, al hayah fil madinah, ghazwah badar, ghazwah khaibar,
dsb. Semuanya itu dapat dilaksanakan dan berhasil dipastikan adanya sistem
pengorganisaian yang sistematis.

9
Selanjutnya, dalam urusan politik pemerintahan (riayah syuunil ummah),
bagaimana Rasulullah Saw mengurus negara yang di dalamnya mengurus seluruh
aspek kehidupan (sosial, ekonomi, pendidikan dan kebudayaan, dsb). Dalam kitab
Ajhizah Daulah al Khilafah terdapat sistem organisasi struktur pemerintahan antara
lain : al Khalifah, al mu’awin, wuzarut tanfidz, al wulat, al jihad, amirul jihad—
dairatul harbiyyah, al amnud dakhily, al kharijiyah, ash-shina’ah, al qadlak, al
jihazul idaary (mashalihunnas), al i’lam, majlis syura (ash-syura wal muhasabah).
Sebenarnya sangat banyak literatur Islam yang menjelaskan kerangka
manajemen pengorganisasian untuk fokus suatu urusan kehidupan. Diantara
literatur lain adalah an Nidlomul Iqtishady Fil Islam, atau Al Amwal fid Daulatil
Khilafah yang diterbitkan oleh Hizbut Tahrir (sebuah partai politik Islam
Internasional yang concern dan konsisten berjuang mengembalikan Khilafah dan
Syariah Islam sebagai ideologi dunia).

F. Prinsip Pengorganisasian
Dalam upaya memastikan bahwa organisasi memiliki sistem dan target
pencapaian sasaran dan tujuan maka perlu difahami sejumlah prinsip. Dalam
bukunya Pengantar Manajemen Syariah yang ditulis oleh M. Karebet
Widjayakusuma mengatakan bahwa terdapat tujuh prinsip suatu organisasi sebagai
berikut. Dengan hanya mengambil ketujuh pointer, kami mencoba
mempertajamnya sebagai berikut.
Perumusan Tujuan. Organisasi harus menetapkan tujuan yang hendak
dicapai yang bersifat fokus, spesifik, terukur, target waktu, memiliki nilai manfaat
di sisi Allah Swt. Dalam sebuah kitab Sur’atul Badihah dikatakan bahwa ciri
seseorang yang berfikir serius (fikrun jiddiyyah) adalah ditetapkanya tujuan yang
kongrit dan tergambar pasti (tashwirul maadah)
Kesatuan Arah. Organisasi harus memiliki konsistensi dan komitmen sejak
dari pimpinan hingga anggota/bawahan. Pimpinan berkewajiban mengurus,
mengarahkan, melindungi, dsb. Sementara anggota/bawahan wajib mendengarkan
dan mentaatinya. Hal ini sebagaimana kepemimpinan Rasulullah Saw dan para
Khulafaurrasyidin. Rasulullah saw pernah mengatakan bahwa : Sesungguhnya

10
pimpinan adalah laksana perisai, tempat orang-orang berperang di belakangnya
dan berlindung kepadanya (HR. Muslim).
Bahkan terdapat hadits lain yang mengatakan : Siapa saja yang telah
membaiat seseorang imam/khalifah serta telah memberikan genggaman tanganya
dan buah hatinya, maka hendaknya ia mentaatinya sesuai kemampuanya. Lalu jika
datang orang yang hendak merebut kekuasaanya, maka penggalah leher
(bunuhlah) orang itu (HR.Muslim)
Jadi, pengorganisasian akan berjalan lancar jika adanya prinsip komitmen
dan konsistensi dan sama-sama taan asas baik pimpinan ataupun anggota.

G. Pembagian Kerja
Organisasi dapat berjalan jika terdapat kejelasan dalam struktur
organisasinya dan job deskripsinya. Prinsip ini sudah ada sejak zaman para Nabi
terdahulu termasuk Rasulullah Muhammad Saw. hingga saat ini. Bahkan dalam Al
Qur’an surat az-Zuhruf ayat 32 Allah Swt berfirman :Artinya : Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka
penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan
sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian
mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik
dari apa yang mereka kumpulkan.
Dalam sebuah kitab Ajhizah Daulah Khilafah dikatakan bahwa Rasulullah
Saw telah menetapkan struktur organisasi untuk menentukan penempatan SDM
dengan jabatan dan pembagian pekerjaan. Dikatakan dalam kitab tersebut bahwa
Rasulullah Saw telah mengangkat sahabat Abu Bakar untuk mengurus ibadah haji.
Sementara Sahabat Umar diangkat Rasul untuk menarik zakat.
Fenomena tersebut sudah merupakan bentuk manajemen SDM bagaimana
Rasulullah mengangkat SDM yang kredibel sesuai soft kompetensinya, dan
menetapkan jabaran pekerjaanya. Jika dibandingkan dengan sistem manajemen di
abad 21 ini bentuk struktur, job deskrips, job analisis, dst didokumentasikan. Hal
ini sebagaimana prinsip dalam Sistem Manajemen Mutu yang menyatakan ”Write

11
What You Do, and Do What You Write / Tulis Apa yang Anda Lakukan, dan
Lakukan Apa yang Anda Tulis”.

H. Pendelegasian Wewenang dan Tanggung Jawab


Organisasi dapat mencapai target dan sasaran jika berjalanya fungsi
pendelegasian wewenang. Dalam konsepsi Islam terdapat pemikiran yang sangat
cerdas, dimana ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin maka pada hukum
asalnya (ashluhu) dia bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap uraian
pekerjaan yang telah diamanhkanya, sejak dari hulu hingga hilir, termasuk
menetapkan kebijakan hingga peran office boy.
Hanya persoalanya, jika seorang pemimpin tersebut tidak mampu
menjalankan amanahnya yang demikian besar, maka ia memiliki wewenang untuk
mendelegasikan kepada seseorang melaksanakan fungsi suatu pekerjaan hingga
tuntas. Dalam konteks ini terdapat hadits yang sanagt populer dimana Rasulullah
Saw mendelegasikan wewenang pemerintahanya dengan mengangkat sahabat
Muadz Bin Jabal menjadi wali (setingkat gubernur) di kota Yaman.
Fakta tersebut dapat dijadikan istinbath hukum bagaimana sistem manajemen
dilakukan terutama dalam hal pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
seorang pemimpin.

I. Koordinasi
Oraganisasi dapat berjalan efektif jika terdapat fungsi koordinasi dengan
pihak-pihak terkait dalam sistem ataupun dengan pihak di luar sistem. Hal ini sangat
wajar, sebab realitas organisasi hampir dipastikan terdapat struktur lini yang
memiliki persamaan level. Mereka harus menjadil kerjasama untuk mencapai
tujuan. Misalnya, General Manager dapat sukses jika seluruh manajer di bawahnya
bergerak saling mendukung, mislanya manajer pemasaran, produksi, logistik, dsb.
Jika terdapat satu manajer yang menghalangi koordinasi maka gagal seluruh target
organisasi.
Organisasi dapat berjalan sukses jika penempatan tanggung jawab terhadap
timnya secara terukur. Misalnya, seorang supervisor hanya bertanggung jawab

12
terhadap pekerjaan 10 orang di bawahnya. Prinsip ini sangat logis sebab manusia
memiliki keterbatasan kompetensinya.

J. Struktur dan Bentuk Organisasi


Sebagaimana dikatakan di atas bahwa Islam sangat mengajarkan adanya
kepastian struktur organisasi sebagai mana tercantum dalam Al Qur’an surat az-
Zukhruf ayat 32 : Artinya : Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu?
kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain
beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang
lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.
Dengan adanya struktur organisasi maka sistem sosial akan berjalan secara
lancar. Dapat dibayangkan jika Allah tidak memperkenalkan dan mengajarkan
struktur organisasi pada manusia maka kehidupan menjadi tidak dinamis. Wallahu
a’lam. Hanya saja secara kaidah fakta, struktur organisasi yang membuat dunia
dinamis dan bergerak maju. Andaikan di tengah organisasi yang didirikan semua
mengklaim menjadi pimpinan, atau sebaliknya jika seluruhnya menyatakan dirinya
hanya sebagai karyawan yang dipimpin maka dijamin organisasi tersebut tidak akan
pernah berjalan.
Hanya bagaimanakah struktur organisasi perusahaan yang tepat, maka dalam
pandangan Islam adalah sangat tergantung para founders-nya. Apakah organisasi
tersebut akan memilik struktur organisasi dalam bentuk : Organisasi Lini (Line
Organization); Organisasi Lini dan Staf (Line and Staff Organization);Organisasi
Lini dan Fungsional (Line and Function Organization); Organisasi
Matriks (Matrix Organization).
Kiranya pemilihan model struktur organisasi tersebut adalah perkara mubah
yang boleh diambil sesuai keyakinanya pada founders-nya. Hanya rambu-rambu
syariahnya secara global yang perlu menjadi acuan. Sebab Rasulullah Saw ketika
ditanya seseorang tentang bagaimana cara mengkawinkan kurma, beliau hanya
menjawab : antum a’lamu bi umuriddunyakum (kalian lebih mengetahui dengan
urusan duniamu).

13
Setelah adanya struktur organisasi, pada umumnya pihak pimpinan atau
manajemen SDM akan menentukan job deskripsi ataupun lainya. Atau, dalam hal
ini lebih luas menyangkut dunia manajemen SDM antara lain : menentukan job
analysis, job specification, assessment performance, placement, training and
development, promosi, demosi, system penggajian, dsb. Persoalan manajemen
SDM tersebut dilakukan dengan prinsip ilmu dan seni atau Science and
Artsepanjang sesuai rambu-rambu syariah. Misalnya, dalam masalah penggajian
dikatakan dalam hadits berikan upahnya sebelum kering keringatnya. Sementara
dalam organisasi kapitalis, acapkali karyawan tidak dibayar sebab uang kantor
masih dipakai membeli asset. Inilah yang membedakan dengan sistem manajemen
selain Islam yang acapkali hanya mengacu hawa nafsu semata.

J. Pensikapan Dinamika dalam Organisasi


Dalam buku Manajemen Syariah dalan Praktek yang ditulis oleh Dr. K.H.
Didin Hafidhuddin, M.Sc dan Hendri Tanjung, S.Si., M.M. dengan cerdas
mengatakan bahwa rujukan sistem manajemen syariah adalah mengacu pada
hukum yang lima (ahkamul khamsah) yakni wajib, sunnah, mubah, makruh, dan
haram. Istinbath tersebut merupakan pemikiran cemerlang dalam Islam, yang tidak
pernah ditemukan pada system manajemen syariah kapitalis ataupun sosialis.
Sementara itu secara fakta, seiring dinamika perubahan tata dunia moderen
akan menuntut adaptasi perubahan suatu organisasi yang ketika itu dinilai mapan.
Menghadapi hal tersebut maka seorang pimpinan organisasi yang berbasis syariah
akan menempatkan sikap perubahan dengan merujuk pada hukum yang lima
tersebut. Dalam hal ini pimpinan akan mengkaji persoalan mana yang boleh
berubah dan mana yang tidak akan dirubah. Jadi pimpinan akan bersikap itsbatu
syaiin ‘ala syai’in based aqidah wa syariah Islamiyah.
Memang betul terdapat ayat Al Qur’an surat ar-Ra’d ayat 11 Allah Swt
berfirman sebagai berikut :Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka merobah keadaan.
Namun demikian, seorang pimpinan organisasi yang berpijak pada syariah Islam
akan menempatkan hokum lima sebagai panglima. Hal ini diapat dimisalkan :

14
bahwa dengan maraknya sistem bisnis global yang berbasil jual beli saham haram,
maka manajemen tidak akan pernah mengikuti arus tersebut. Demikian halnya
ketika saat ini instrument kantor menuntut menggunakan IT berupa jaringan
internet maka hal tersebut akan diadaptasi. Dengan demikian organisasi akan sukses
bersama syariah Al Islamiyah

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam proses pencapaianya organisasi Islam memerlukan pengelolaan
manajemen yang baik, agar bisa menjadi dinamisator dari keseluruhan kegiatan
yang dinamis dan terarah. Karena hampir dalam setiap sendi kehidupan peranan
manajemen merupakan peranan yang sangat vital dan penting. Demikian halnya
dengan sebuah lembaga maupun yayasan Islam, perlu dibuat lembaga atau yayasan
dakwah yang terencana terorganisir, terarah, dan terevaluasi secara professional.
Agar menghasilkan hal seperti diatas, diperlukan proses manajemen yang baik
dengan mengimplementasikan fungsi-fungsi manajemen, yaitu planning,
organizing, actuating,dan controling. yang baik,. Dakwah secara terorganisir
merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan, apalagi obyek dakwah yang
semakin beragam dan berbeda saat ini, dengan obyek dakwah yang semakin
beragam, dengan permasalahan yang semakin beragam pula. Penyelenggaraan
dakwah akan berjalan secara efektif apabila terlebih dulu dilakukan identifikasi dan
antisipasi masalah-masalah yang akan dihadapi.
Manajemen Organisasi Islam adalah merupakan suatu rangkaian aktivitas
yang dilandasi oleh Asas pengelolaan guna mencapai Tujuan yang telah ditetapkan
dan diarahkan untuk mewujudkan Visi dengan menyelenggarakan berbagai Misi
dan mengimplementasikan Nilai-nilai yang dikembangkan yang berdasarkan asas,
nilai, dan prinsip-prinsip Islam. Asas atau dasar suatu organisasi Islam adalah
Islam, yang bersumber dari Al Quraan dan Sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, dan ijtihad dari mayoritas ulama Islam
Setiap gerak langkah organisasi tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
Islam. Nilai nilai islam harus bisa dikembangkan menjadi budaya organisas nilai,
nilai tersebut adalah: Ibadah, Profesional , Kualitas , Prestasi , perbaikan serta
memiliki lima konsep besar yang harus ada untuk mewujudkan organisasi yang
kokoh. Yaitu, kesesuaian konsep dan pelaksanaan dalam organisasi, soliditas tim,
ketepatan mengukur dan mengetahui kekuatan dan tantangan, konsep kesungguhan
dalam bekerja dan berjuang, serta memiliki kader yang militan (kader yang solid).

16
DAFTAR PUSTAKA

Luzman, Rifki Karimi, pengertian Organisasi, Kumanhajeun, Bandung, 2008


M. Munir & Ilahi, Wahyu, Manajemen Dakwah, Jakarta kencana 2006
Manulang, Dasar-Dasar Manajemen Organisasi, Ghalia Indonesia, 1983
Mintzberg, Henry, The Manager's Job, Folkdore and Fa Harvard: business Review
2002
Mukhtarom, Zaeni, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-amien
Press, 1996
Nawawi Hadari, Manajemen strategic non profit dalam bidang pemerintahan,
gadjah mada university press, Yogyakarta, 2003
Pulungan, Suyuti, Universitas Islam, Jakarta: UI Press, 2002
Siswanto, H.B, Pengantar Manajemen, Jakarta, Bumi Aksara, 2006
Suhendra, Manajemen Dan Organisasi Dalam Realita Kehidupan, Mandar Maju,
Bandung, 2008
Sutarto, , Ensiklopedi Administrasi, Cv. Haji Mas Agung, Jakarta, 1989A
Sutarto, Dasar Dasar Organisasi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta,
1989
Umam Khairul, Manajemen organisasi, Pustaka Setia, Bandung, 2012
Yulianto, Makalah manajemen organisasi Islam, Yogyakarta, 2011

17

Вам также может понравиться