Вы находитесь на странице: 1из 56

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

DI APOTEK MANDJUR PERUM

Disusun oleh :
1. IKE NADIROH NIS :
2. RIZKY ARDIANSYAH NIS :
3. SITI NURHAYATI NIS :
4. VEVI KRISTIANINGSIH NIS:

PROGRAM KEAHLIAN FARMASI


SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DINAMIKA FARMASI
ARJAWINANGUN - KABUPATEN CIREBON
2012
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN


DI APOTEK MANDJUR PERUM

Laporan ini disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Kelulusan di SMK Dinamika Farmasi Arjawinangun – Cirebon
Program Keahlian Farmasi

Mengesahkan :

Kepala Apotek
Koordinator, Apoteker Mandjur
Kimia Farma
Praktek Kerja 40 Parujaka
Lapangan

Dra. Sumaryatun, MM.

Fanny Rifqoh, S.Farm., Apt. Yohansyah H. S.Farm., Apt.

Kepala,
SMK Dinamika Arjawinangun

Hirfah Nadibah, STP, S.Pd.I.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke Khadirat Illahi Robbi, atas segala nikmat serta karunia
Nya yang tiada terhenti dilimpahkan kepada umat Nya, begitu juga kami
merasakan kelancaran dalam menyusun laporan praktik kerja lapangan sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Semoga Allah SWT mencurahkan rohmat dan salam kepada junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW, juga kepada keluarganya, kepada para
sahabatnya dan para pengikutnya hingga akhir jaman.
Kami dengan segala upaya ditempuh dalam menyusun laporan praktik
kerja lapangan ini, yang tiada lain untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di
SMK Dinamika Farmasi Arjawinangun Cirebon.
Namun demikian adanya, kami menyadari bahwa laporan ini, dari awal
hingga tersusun menjadi sebentuk laporan praktik kerja lapangan adalah tidak
terlepas dari bimbingan dan bantuan semua pihak, maka selanjutnya kami
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Hirfah Nadibah, STP., S.Pd.I., sebagai Kepala SMK Dinamika Farmasi
Arjawinangun - Cirebon.
2. Haryono Sutikno sebagai pemilik Apotek Mandjur Perum Kota Cirebon.
3. Bapak Yohansyah Handeswaea.S.Farm., Apt. Kepala Apotek Mandjur Perum
Kota Cirebon.
4. Ibu Fanny Ribqoh, S.Farm., sebagai Guru Pembimbing Praktik Kerja
Lapangan SMK Dinamika Farmasi Arjawinangun - Cirebon.
5. Guru-guru dan staf SMK Dinamika Farmasi Arjawinangun Cirebon.
6. Seluruh karyawan Apotek Perjuangan Jalan Terusan Pemuda-Perjuangan
Cirebon.
7. Kedua Orang tua tercinta.

Laporan praktik kerja lapangan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi


para pembaca, walaupun isinya jauh dari sempurna, kiranya para pembaca dapat
memberikan sumbang saran untuk perbaikan sehingga dalam tugas menyusun ii
laporan praktik selanjutnya akan lebih baik lagi dari laporan yang sudah-sudah.
Terima kasih banyak atas kesepatan dan bimbingannya.

Cirebon, 5 Agustus 2012


Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................. i
KATA PENGANTAR…...…………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………… iv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….. vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan ....................................... 1
1.3 Waktu penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan ........... 2
1.4 Bimbingan Praktik Kerja Lapangan ................................ 2
1.5 Manfaat Praktik Kerja Lapangan .................................... 3

BAB II TINJAUAN UMUM


2.1.Pengertian Apotek ............................................................. 4
2.2.Pengelolaan Apotek .......................................................... 4
2.3.Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah apotek berdiri .... 5
2.4.Pencabutan Izin Apotek .................................................... 6
2.5.Jenis-jenis Obat yang tersedia di Apotek .......................... 7
2.6.Jenis-jenis Pelayanan di Apotek ........................................ 11
2.7.Pengadaan Obat di Apotek ................................................ 14

BAB III APOTEK MANDJUR PERUM


2.1.Sejarah Apotek Mandjur Perum ....................................... 17
2.2.Tinjauan Singkat Tentang Apotek Mandjur Perum ......... 17

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pelayanan di Apotek ........................................................ 20
a. Pelayanan Resep Dokter .............................................. 20

iv
b. Pelayanan Obat Tanpa Resep ...................................... 21
c. Administrasi di Apotek ................................................ 24
4.2. Pengadaan Persediaan Barang di Apotek .......................... 25
4.3. Penyimpanan Barang di Apotek ....................................... 26
4.4. Sistem Pencatatan dan Kartu Stok .................................. 28

BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan ........................................................................ 29
5.2.Saran .................................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 33


LAMPIRAN - LAMPIRAN

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Struktur Organisasi Apotek Mandjur


Lampiran 2 Etiket Putih (Obat Dalam)
Lampiran 3 Etiket Biru (Obat Luar)
Lampiran 4 Klip Plastik
Lampiran 5 Surat Pesanan
Lampiran 6 Nota
Lampiran 7 Contoh Resep
Lampiran 8 Salinan Resep
Lampiran 9 Kartu Stok
Lampiran 10 Faktur
Lampiran 11 Brosur Obat
Lampiran 12 Kwitansi Apotek

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan

Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) merupakan hal yang penting bagi

keberhasilan pendidikan bagi peseta didik, untuk memberikan kesempatan

dalam menerapkan ilmu kefarmasian yang secara teoritis telah didapat pada

kegiatan pembelajaran di sekolah. Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) ini

meliputi penerapan ilmu kefarmasian secara keseluruhan sehingga akan

menghasilkan lulusan yang siap pakai, terampil dan berwawasan luas.

1.2. Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Peserta didik diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan

keterampilan di bidang kefarmasian.

Setelah melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) peserta didik

diharapkan dapat mampu :

a. mengetahui dan mengenal golongan, khasiat, komposisi dan dosis obat.

b. membaca resep

c. melaksanakan meracik obat sesuai dengan resep dokter

d. melakukan penataan dan penyimpanan sediaan farmasi

e. melakukan pencatatan atau mutasi sediaan farmasi dalam periode

tertentu

f. mampu menyampaikan informasi sediaan farmasi dengan benar.


1.3. Waktu Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan

Praktek kerja lapangan direncanakan setengah bulan, yaitu mulai

tanggal 25 juni 2012 sampai dengan 10 juli 2012. Pelaksanaan Praktik Kerja

Lapangan adalah 8 jam sehari. Peserta Praktik Kerja Lapangan adalah siswa

dan siswi kelas 1 Semester I Tahun Ajaran 2011 / 2012.

1.4. Bimbingan Praktik Kerja Lapangan

Dalam rangka kelancaran dan keberhasilan kegiatan ini, maka perlu

dilaksanakan pembinaan dan pengawasan agar yang menjadi tujuan praktik

kerja lapangan ini mencapai sasaran. Berkenaan dengan hal tersebut di atas

maka diadakan bimbingan yang dilakukan secara langsung di tempat praktik

kerja oleh pihak sekolah dan juga pihak institusi terkait.

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini meliputi beberapa

kegiatan, antara lain :

- Mempersiapkan administrasi praktik.

- Mencari, memilih dan mempersiapkan tempat praktik kerja lapangan.

- Melakukan persiapan untuk kegiatan praktik kerja lapangan.

- Melakukan bimbingan.

Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, meliputi aktivitas yang

berhubungan dengan administrasi pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh

peserta praktik yang meliputi Laporan Kegiatan Harian serta aktivitas yang

berhubungan dengan administrasi pelaporan kegiatan yang dilakukan oleh


Diklat, yang meliputi Laporan Kegiatan Bimbingan dan Laporan Kejadian

masalah yang ditemukan selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan

berlangsung. Kemudian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ( PKL ).

Evaluasi ini dapat dilakukan di akhir kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL)

dan dapat digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja

Lapangan di masa berikutnya.

1.5. Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat Praktik Kerja Lapangan diharapkan agar peserta didik dapat

menerapkan pengetahuan serta keterampilan kefarmasian yang telah diperoleh

di lingkungan sekolah, baik di laboratorium maupun situasi nyata lainnya.

Kemudian dari itu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja yang

sesungguhnya, mengenal langsung bidang-bidang kerja asisten apoteker, yang

pada kesimpulannya dapat mengembangkan sikap yang baik dalam

melaksanakan tugas sebagai asisten apoteker di berbagai tatanan pelayanan

kesehatan terutama di bidang apotek secara dini, maka Praktik Kerja Lapangan

ini sebagai penyesuai antara teori dengan praktik yang waktunya lebih awal

sebelum terjun tuntutan dunia kerja nantinya.


BAB II

TINJAUAN UMUM APOTEK

2.1. Pengertian Apotek

Definisi Apotek adalah merupakan tempat tertentu, tempat dilaku-

kannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran perbekalan farmasi kepada

masyarakat secara merata. Apotek sebagai tempat pengabdian seorang

apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan.

Tata cara dan ketentuan pemberian izin apotek, diatur dalam Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia (RI) No.: 299 / Menkes / Per / X

/1993, tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek.

2.2. Pengelolaan Apotek

Apotek merupakan tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran perbekalan farmasi dibawah tanggung jawab Apoteker

Pengelola Apotek, maka apotek mempunyai tugas dan fungsi sebagai

berikut :

1. Tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah

jabatan.

2. Sarana Farmasi yang melaksanakan peracikan pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan obat dan perbekalan farmasi lainnya.

3. Sarana penyaluran perbekalan Farmasi yang harus menyebarkan obat

yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.


Pengelolaan Apotek meliputi :

1. Pembuatan, pengolahan peracikan, pengubah bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat.

2. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan

farmasi lainnya.

3. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

2.3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Setelah Berdirinya Apotek

Hal-hal yang perlu diperhatikan setelah berdirinya apotek adalah

a. Memperbaharui S.I.P.A. setelah 5 tahun sekali.

b. Men-visum ijasah Apoteker maupun Tenaga teknis Kefarmasian.

c. Melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, khususnya

undang-undang dan peraturan kefarmasian.

d. Membuat S.P.T. PPN, dan SPT. PPh, 21 paling lambat setiap tanggal 20

bulan berikutnya.

e. Mengirim laporan-laporan obat Narkotika dll. Ke Kantor Dinas

Kesehatan dan Ditjen POM di Jakarta.

f. Mendaftarkan sebagai anggota G.P. Farmasi setempat dan Apoteker

Pengelola Apotek sebagai anggota ISFI setempat.

g. Melakukan pencatatan atas transasksi penjualan obat ( resep, obat bebas

dan narkotika / psikotropika ), pencatatan obat keluar.

h. Melakukan pencatatan atas transaksi pembelian obat / mutasi obat.


i. Melakukan pencatatan keuangan atas transaksi penjualan dan transaksi

pembelian obat.

j. Melakukan pencatatan biaya operasional apotek termasuk pembayaran

upah apoteker dan pegawai lainnya.

k. Melakukan penyimpanan atau pengarsipan resep-resep dan dokumen

lainnya dengan baik.

2.4. Pencabutan izin Apotek

Izin Apotek dapat dicabut apabila :

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan

oleh Perundang-undangan dan Peraturan Pemerintah, seperti melanggar

sumpah atau janji sebagai Apoteker, tidak lagi memenuhi persyaratan

fisik dan mental dalam menjalankan tugasnya dan bekerja sebagai

penanggung jawab pada apotek atau industri farmasi.

b. Apoteker tidak menyediakan, menyimpan dan menyerahkan perbekalan

farmasi yang bermutu dan terjamin kebisahannya.

c. Apoteker tidak menjalankan tugasnya dengan baik seperti halnya dalam

melayani resep pemberian informasi yang berkaitan dengan

penggunaan obat secara tepat, aman, rasional.

d. Bila Apoteker berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun

berturut-turut.

e. Bila Apoteker melanggar perundang-undangan narkotika, obat keras

dan ketentuan lainnya.


f. Surat Izin Kerja atau Surat Penugasan Apoteker dicabut.

g. Apoteker tidak lagi memenuhi ketentuan yang berlaku.

2.5. Jenis-jenis Obat yang tersedia di Apotek

a. Obat Wajib Apotek (OWA)

Obat Wajib Apotek (OWA) diatur dalam S.K. Menteri Kesehatan RI No.

347/Menkes/Pre/X/1993 yaitu obat keras yang dapat diserahkan oleh

Apoteker.

Dikeluarkannya Obat Wajib Apotek (OWA) dengan pertimbangan

sebagai berikut :

1. Pertimbangan yang utama untuk Obat Wajib Apotek (OWA) ini

sama dengan pertimbangan obat yang diserahkan tanpa resep dokter,

yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menolong diri

sendiri guna mengatasi masalah kesehatan, dengan meningkatkan

pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

2. Pertimbangan yang kedua meningkatkan peranan apoteker dan

pelayanan komunikasi, informasi dan endukasi serta pelayanan obat

kepada masyarakat.

3. Pertimbangan ketiga untuk peningkatan penyediaan obat yang

dibutuhkan untuk pengobatan sendiri.

Pada penyerahan Obat Wajib Apotek (OWA), apotek mempunyai

kewajiban sebagai berikut :


1. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat pasien yang

disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.

2. Membuat cacatan pasien serta obat yang diserahkan.

3. Memberikan informasi mengenai dosis aturan pakai, kontra indikasi,

efek samping dan lain-lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

b. Obat Generik

Obat generik adalah suatu obat yang nama resmi yang ditetapkan dalam

farmakope Indonesia untuk zat berkhasiat yang dikandungnya atau bisa

dikatakan lain, bahwa obat generik adalah obat yang sesuai dengan zat

yang dikandungnya. Obat generik merupakan obat yang diajukan

pemerintah karena harganya relatif terjangkau oleh semua kalangan

masyarakat. Oleh karena itu masyarakat lebih banyak memilih obat

generik untuk pengobatan karena harganya relatif terjangkau dan mudah

dicari sampai ke pelosok daerah. Obat generik juga merupakan salah satu

upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Pelayanan obat generik lebih luas, sampai ke pelosok daerah. Harganya

dikendalikan oleh pemerintah.

c. Obat Bebas

Pengertian obat bebas secara umum adalah obat yang dapat dijual bebas

kepada masyarakat umum tanpa resep dokter dan tidak termasuk ke

dalam daftar Narkotika, Psikotropika, obat keras, obat bebas terbatas

serta sudah terdaftar di Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Contoh :

 Minyak kayu putih

 Obat batuk hitam

 Obat batuk putih

 Vitamin-vitamin

Obat bebas diatur berdasarkan Surat Keputusan Menkes Republik

Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/1983 tentang tanda khusus untuk obat

bebas dan obat bebas terbatas.

Tanda khusus untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat berwarna hijau

dengan bergaris tepi warna hitam.

d. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas atau obat yang termasuk dalam daftar “W”, menurut

bahasa Belanda “Waarschuing” artinya “Peringatan”. Atau dengan kata

lain, obat keras yang dapat diserahkan kepada pemakainya tanpa resep

dokter apabila dalam penyerahan memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Obat tersebut hanya boleh dijual dalam bungkus Asli dari pabriknya

atau pembuatannya.

2. Pada penyerahannya oleh pembuat atau penjual harus mencantumkan

tanda peringatan yang tercetak sesuai contoh.

Tanda peringatan tersebut berwarna hitam, berukuran panjang : 5 cm,


lebar : 2 cm,

dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

P No. 1 Awas ! Obat Keras

Bacalah Aturan Pakainya

P. No. 2 Awas ! Obat Keras

Hanya untuk kumur jangan ditelan.

P. No. 3 Awas ! Obat Keras

Hanya untuk bagian luar dari badan.

P. No. 4 Awas ! Obat Keras

Hanya untuk dibakar.

P. No. 5 Awas ! Obat Keras

Tidak boleh ditelan.

P. No. 6 Awas ! Obat Keras

Obat wasir, jangan ditelan.

Pemberian Tanda Lingkaran berwarna :

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 2380/A/VI/83, tanda khusus untuk obat bebas terbatas berupa

lingkaran berwarna biru dengan garis tepi berwarna hitam.Tanda khusus

harus diletakkan sedemikian rupa sehingga jelas terlihat dan mudah

dikenali.
e. Obat Keras

Obat keras atau obat daftar G menurut bahasa Belanda “G” singkatan

dari “gevaarlijk” artinya “Berbahaya”.

Maksud obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakaiannya tidak

berdasarkan resep dokter. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia yang menetapkan atau memasukkan obat-obatan ke

dalam daftar obat keras memberikan pengertian obat keras adalah obat-

obatan yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh sipembuat disebutkan

bahwa obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

2. Semua obat dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata digunakan

secara parental baik dengan cara suntik maupun dengan cara

pemakaian lain dengan jalan merobek rangkaian asli dari jaringan.

3. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan

telah dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak

membahayakan kesehatan manusia.

4. Semua obat yang tercantum dalam kelompok daftar obat keras itu

sendiri dalam substansi dan semua sediaan yang mengandung obat


itu, terkecuali apabila dibelakang nama obat disebutkan ketentuan

lain, atau ada pengecualian daftar obat bebas terbatas

2.6. Jenis-jenis Pelayanan di Apotek

a. Pelayanan Tanpa Resep Dokter

Berdasarkan pertimbangan dikeluarkannya peraturan obat yang dapat

diserahkan tanpa resep dokter adalah dalam rangka meningkatkan

kemampuan masyarakat menolong diri sendiri, guna mengatasi masalah

kesehatan, dirasa perlu ditinjau dengan sarana yang dapat meningkatkan

pengobatan sendiri secara tepat, aman dan rasional.

Adapun obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter ini harus

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,

anak di bawah 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.

2. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko

kelanjutan penyakit.

3. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

4. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensi tinggi

di Indonesia.

b. Pelayanan Resep Dokter

1. Resep dokter

Pengertian Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,


baik dokter umum, dokter spesialis, dokter hewan maupun dokter

gigi yang telah mendapat ijin praktik sesuai peraturan yang berlaku,

yang dibawa oleh pasien kepada seorang Apoteker Pengelola

Apotek untuk menyediakan, melayani atau membuat serta

menyerahkan obat kepada si penderita atau pasien, dengan

menjelaskan aturan pakai.

Resep harus jelas, yaitu sesuai dengan kelengkapan resep, yang

meliputi :

a. Nama dokter, alamat, Nomor izin Praktik kerja dan nomor

telepon.

b. Tanggal dibuat resep.

c. Tanda resep, atau R/

d. Nama obat, Jumlah Obat, aturan pakai

e. Tanda tangan dokter

Apabila suatu resep kurang jelas atau tidak dapat dibaca

dengan jelas dan tidak lengkap, Apoteker atau petugas pelayanan

farmasi harus menanyakan kepada penulis resep agar tidak terjadi

kesalahan obat, ataupun yang lainnya.

Pelayanan resep, merupakan pelayanan yang utama di Apotek,

karena resep itu hanya boleh di layani di apotek, selain itu

pelayanan resep tidak boleh dilakukan oleh Toko Obat ataupun

jenis pelayanan kefarmasian lainnya yang tidak dibawah


penanggungjawab seorang Apoteker.

2. Salinan Resep

Salinan resep atau copy resep adalah salinan tertulis dari suatu

resep. Istilah lain dari copy resep ialah Apograph. Exemplum tau

Afschift.

Dalam hal salinan resep terdapat beberapa peraturan

diantaranya sebagai berikut :

1. Salinan resep harus ditandatangani oleh apoteker, kecuali

apabila apoteker tidak ada di tempat atau berhalangan

hadir,maka salinan resep dapat ditandatangani oleh Asisten

Apoteker.

2. Terdapat nama dan alamat apoteker.

3. Nama dan nomor ijin apoteker pengelola apotek.

4. Tanda Det untuk resep yang sudah diserahkan dan Nedet untuk

resep yang belum diserahkan.

5. Terdapat nomor resep dan tanggal pembuatannya.

Salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada :

1. Dokter penulis resep atau perawat

2. Pasien

3. Petugas kesehatan dan petugas yang berwenang menurut

peraturan perundang-undangan.
2.7. Pengadaan Obat-Obat

a. Perencanaan pengadaan obat

Kegiatan perencanaan pengadaan obat adalah untuk menetapkan jenis

dan jumlah obat yang sesuai dengan pola penyakit dan kebutuhan

dan pelayanan kesehatan dasar termasuk program kesehatan

yang tidak ditetapkan pemerintah.

Berfungsi untuk mengetahui pemakain perbulan masing-masing jenis

obat dalam satu tahun dan sebagai data pembanding bagi stok optimum

informasi diperoleh dari :

1. Jumlah pemakaian tiap jenis obat.

2. Prestasi pemakaian jenis obat terhadap total pemakaian setahun.

3. Pemakaian rata-rata tiap jenis obat.

Kemudian dapat disimpulkan :

1. Sebagai sumber data dalam menghitung kebutuhan obat

pemakaian tahun mendatang.

2. Sebagai sumber data dalam menghitung stok atau persediaan,

pengaman dalam rangka mendukung penyusunan rencana

distribusi.

b. Tata Cara Pengadaan Obat

Merupakan suatu kegiatan penting yang harus dilaksanakan untuk

memenuhi kebutuhan apotek yang meliputi obat, bahan obat, alat

konstrasepsi, alat kesehatan, serta barang-barang keperluan pasien

lainnya.
Pengadaan barang dilakukan setiap Selasa melalui Petugas di Staf

Bisnis Manager Cirebon.

Sebelum melakukan pengadaan barang perlu diperhatikan hal-hal

berikut:

1. Buku defekta.

2. Daftar anggaran biaya.

3. Pemilihan PBF yaitu dengan mempertimbangkan diskon yang

ditawarkan, bonus, jangka waktu pengiriman, pelayanan yang baik

dan cepat.

c. Penyimpanan Obat :

Tujuan penyimpanan adalah agar barang aman, mudah diawasi,

menjaga stabilitas obat dan menjamin kelancaran penyimpanan, ruang

untuk penyimpanan harus kering tidak terkena sinar matahari

langsung. Sirkulasi udara yang baik dan dapat dipertanggung

jawabkan dari segi keamanan serta tidak menjadikan obat menjadi

rusak.

Distribusi obat adalah suatu rangkaian dalam rangka pengeluaran

dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin kesehatannya,

serta tepat jenis dan jumlah dari gudang obat secara merata dan teratur

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

d. Distribusi Obat

1. Terlaksananya pengiriman obat secara merata dan teratur


sehingga dapat diperoleh pada saat di butuhkan.

2. Terjaminnya kecukupan dan terpeliharanya penggunaan obat di

unit pelayanan kesehatan.

3. Terlaksananya pemerataan obat sesuai dengan kebutuhan

pelayanan.

Secara umum distribusi obat di apotek dimulai dari Distribuotr atau

Pedagang Besar Farmasi sebagai sumber lalu lintas obat.

Pengaturan pendistribusian tidak hanya semata-mata memenuhi

kehutuhan obat-obatan saja, tetapi dalam pendistribusian juga

dimaksudkan agar obat-obatan sampai dengan tepat sasaran.


BAB III

APOTEK MANDJUR

3.1 Sejarah Apotek Perjuangan

Apotek Perjuangan didirikan pada tahun 2010, oleh Haryono

Sutikno. Terletak di jalan Kalijaga Permai Ruko Ciremai Regency No.21

Cirebon. Penanggung jawab Apotek Mandjur adalah Bapa Yohansyah

Handeswara S.Farm.,Apt.

3.2. Tinjauan Singkat Tentang Apotek Bia farma

Apotek Mandjur, Jalan Kalijaga Permai Ruko Ciremai ,

organisasinya dipimpin oleh Direktur Utama, dibantu oleh Direktur

Operasional dan Direktur Pengembangan. Apotek Mandjur , outlet-

outletnya bertebaran hanya diwilayah Cirebon saja , dan sampai saat ini

berjumlah 3 apotek.

Apotek Mandjur Mempunyai Visi dan Misi, yaitu :

a. Visi Apotek Mandjur :

Menjadi sarana layanan pelengkap yang memberikan layanan terbaik

,berkualitas,professional didasari dengan rasa kasih sayang terhadap

sesama untuk mewujudkan kesehatan masyarakat.

b. Misi Apotek Mandjur :


c. Memberikan pelayanan kesehatan terintegrasi yang rasional

efisien,dan terjangkau sehingga bermanfaat bagi pasien, keluarga

pasien dan masyarakat.

d. Secara berkesinabungan meningkatkan kompetensi sumber daya

manusia dan memanfaatkan Teknologi kedokteran, untuk

pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.

e. Berusaha untuk mewujudkan wilayah kabupaten cirebon dengan

memberikan suatu wadah organisasi terpadu di bidang kesehatan

dalam pemberian lapangan kerja bagi masyarakat sekitar khususnya

dan umumnya untuk sumber daya manusia yang berkualitas yang

hasilnya untuk memberi kemajuan dalam taraf pemenuhan derajat

kesehatan masyarakat.

f. Memberikan suatu layanan terapi dengan menggunakan teknologi

terapi terkini di tunjang dengan sumber daya manusia yang

kompeten.

g. Menjadi perintis dalam layanan medis dengan menggunakan alat-

alat penunjang medis terkini, ditunjang dengan dukungan tenaga

medis yang professional.

Dengan demikian, maka Apotek Mandjur , menampilkan layanan

dengan persediaan obat-obat yang lengkap untuk memenuhi keperluan

masyarakat luas, yang ditopang dengan sumber daya manusia yang

pilihan, sehingga berani untuk melayani dan memenuhi kebutuhan

masyarakat dengan penanganan yang cepat, akurat serta ramah, yang


berarti mempersempit tingkat kesalahan dalam segala bentuk pelayanan

kefarmasian.

Untuk mewujudkan visi dan misi Perjuangan Apotek tersebut, maka

Mandjur Apotek bermaksud untuk lebih meningkatkan dan memelihara

citra perusahaan melalui kedisiplinan dan kecekatan dari setiap pegawai

dan memelihara sarana dan prasarana yang ada untuk kelancaran pelayan

terhadap pasien .
BAB IV

PEMBAHASAN

1. Pelayanan di Apotek

a. Pelayanan Resep Dokter :

Apotek merupakan tempat melakukan pekerjaan kefarmasian dan

penyaluran perbekalan farmasi dibawah tanggung jawab Apoteker Pengelola

Apotek, maka dalam melayani resep dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Penerima Resep

a. Pemeriksaan keabsahan dan kelengkapan resep :

- Nama, alamat, nomor, SIP dan tanda tangan atau paraf

dokter penulis resep.

- Nama obat, dosis, jumlah obat dan aturan pakai.

- Nama pasien, umur, alamat dan nomor telepon.

b. Pemberian nomor resep.

c. Penetapan harga.

d. Pemeriksaan persediaan obat.

2. Perjanjian dan Pembayaran

a. Pengambilan semua atau sebagian.

b. Ada atau tidak pergantian obat atas persetujuan dokter atau pasien.

c. Pembayaran tunai atau kredit.

d. Validasi dan penyerahan nomor resep.

e. Pembuatan kwitansi dengan salinan resep.


3. Peracikan

a. Penyiapan etiket atau penandaan obat dan kemasan.

b. Peracikan obat (Hitung dosis, timbang, campur, kemas)

c. Penyajian hasil akhir peracikan

4. Pemeriksaan Akhir

a. Kesesuaian hasil peracikan dengan resep.

- Nomor resep

- Nama obat, bentuk, jenis kesediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai.

- Nama pasien, umur, alamat dan nomor telefon.

b. Kesesuaian salinan resep dengan resep asli.

c. Kebenaran kwitansi

5. Penyerahan Obat dan Pemberian Informasi.

a. Penyerahan obat harus disertai dengan penjelasan informasi tentang :

- Nama obat, bentuk, jenis sediaan, dosis, jumlah dan aturan pakai.

- Cara penyimpanan.

- Efek samping yang mungkin timbul dan cara mengatasinya.

b. Tanda terima pasien atau penerima obat.

6. Layanan Purna Jual

6. Komunikasi dan Informasi setiap waktu.

7. Penggantian Obat bila diperlukan atas permintaan dokter.

b. Pelayanan Obat Tanpa Resep :

Pelayanan Obat tanpa resep meliputi :

1. Petugas dari HV atau obat bebas menerima pembelian barang dari


pembeli dan langsung menginformasikan harga tersebut kepada

kembali.

2. Petugas dari HV atau obat bebas membuat bon penjualan rangkap dua.

Bon penjualan asli diberikan kepada pasien untuk seianjutnya

membayar bon tersebut dikasir. Kasir menerima pembayaran dari

pembeli dan memvalidasi.

3. Setelah pembeli melakukan pembayaran dan bon penjualan yang telah

divalidasi oleh kasir, maka bon penjualan tersebut diberikan kepada

pembeli untuk mengambil barang yang diberi tersebut dari petugas HV

atau obat bebas petugas ( penanggung jawab ) peracikan membuat

kwitansi bila ada permintaan dari pasien.

4. Barang yang di beli peserta bon penjualan salinan diserahkan kepada

pasien.

Pada setiap pengambilan barang untuk dijual atau pada pelayanan resep,

maka jumlah barang yang diambil harus segera dicatat pada kartu stok sehingga

jumlah obat yang tersedia sesuai dengan catatan kartu.

c. Administrasi di Apotek

Administrasi Penjualan atau layanan farmasi dilakukan di setiap apotek

pelayanan dengan system komputerisasi, sehingga hanya dengan satu kali in put

data layanan penjualan, maka yang menyangkut dengan transaksi penjualan sudah

terekam datanya di computer . dan data penjualan obat yang terjual, dsb. Bisa

dilihat dengan monitor atau dicetak . Administrasi Pembelian barang, juga

dilakukan hanya satu kali inoput data yang aksesnya ke Buku Pembelian, Stok
Obat, Laporan Hutang Dagang, dan saat pembayaran faktur pembelian barang

langsung akses ke Kartu Hutang Dagang dan Buku Kas atau Bank.

Administrasi Persediaan Barang, data persediaan ini sebagai dari dampak

atau hasil in put data pembelian barang, yang aksesnya ke persediaan barang

apotek.

2. Pengadaan Persediaan Barang Apotek

Produsen Obat akan mendistribusikan obat sebagaimana yang telah diatur

Pemerintah melalui Dep Kes untuk tersebar dan merata, adalah melalui distributor

tunggal dan kemudian berlanjut didistribusikan lagi oleh PBF atau Pedagang

Besar Farmasi.

Distributor farmasi menyalurkan obat-obat prinsipalnya kepada Apotek-

apotek, Rumah Sakit dan Toko Obat, dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan

dan selalu diawasi pemerintah melalui Dinas Kesehatan.

Obat yang diterima apotek dari PBF akan dikeluarkan kepada masyarakat,

melalui resep dari dokter, bahkan melalui dokter dispensing, melalui poliklinik,

serta penjualan tanpa resep.

Dalam hal pelayanan resep, Apotek mandjur memberikan kesungguhan

dalam pelayanan, maka petugas layanan farmasi di apotek mandjur dituntut untuk

bertindak professional yaitu cepat, akurat.

Untuk perencanaan pengadaan obat atau barang harus disusun dengan

sebaik-baiknya perkiraan pengadaan obat atau barang harus sesuai dengan

kebutuhan atau situasi lingkungan apotek.


Pengadaan obat yang dilakukan oleh Apotek mandjur adalah setiap hari

bagian penjualan membuat defecta atau daftar barang-barang yang kosong atau

habis, kemudian defekta di serahkan kepada bagian pengadaan barang.

Bagian pengadaan barang apotek akan menyusun dan mengelompokkan

obat defekta menjadi surat pesanan yang di buat rangkap tiga untuk masing-

masing kelompok distributor. Kemudian surat pesanan diserahkan kepada

salesman, dan tembusannya untuk arsip apotek dan arsip staf pengadaan barang

apotek. Misal mesanya hari senin datangnya 3hari kemudian jadi kamis baru

dating dan salesman datang ke Staf Bisnis Manager untuk mengambil surat

pesanan dan kemudian menyerahkan obat pada sore hari atau hari berikutnya.

Pengadaan obat Apotek, berdasarkan pada :

a. Mengkaji ulang dan menyusunan kebutuhan barang.

b. Sortir kebutuhan barang sesuai dengan pengelompokan supplayer.

c. Penyusunan kuantum yang diperlukan.

d. Pembuatan surat pesanan.

e. Pemesanan langsung ke distributor melalui salesman.

3. Penyimpanan Barang di Apotek Mandjur

Di Apotek Mandjur , barang yang baru diterima dari distributor

akan disimpan pada tempat penyimpanan sementara sebelum ditempatkan ke

lemari peracikan. Ini dimaksudkan untuk mengatur ketertiban penyimpanan di

lemari peracikan agar obat yang sudah tersedia harus lebih dahulu dipakai atau

di racik atau dijual, agar obat atau barang yang disalurkan kepada konsumen
selalu baik dan untuk menghindari terjadinya Expire Date. Sehingga obat atau

barang yang ada di tempat penyimpanan sementara tidak bertumpuk.

Persyaratan gudang obat ditetapkan oleh Depkes yaitu :

7.1. Cukup kuat dan di kunci dengan baik.

7.2. Tidak terkena sinar matahari langsung.

7.3. Tersedia cukup rak-rak yang baik.

Penyimpanan atau penempatan obat dalam lemari peracikan yang

berlaku di Apotek Mandjur adalah dengan cara mengelompokan sesuai

alphabet dan diklompokan sebagai berikut :

a. Berdasarkan Abjad

b. Golongan Antibiotik

c. Golongan Obat Generik

d. Salep mata dan tetes mata

e. Salep kulit

f. Obat keras tertentu

g. Obat-obat suntik

h. Sirup-sirup

i. Serum, vaksin, suppositoria (dalam kulkas)

4. Sistem Pencatatan dan Kartu Stok

Setiap obat-obat yang tersedia dicatat dalam kartu stok, dengan

maksud untuk mengetahui persediaan dan jumlah mutasi dalam periode

tertentu.
Arsip faktur atas barang yang baru diterima, kemudian sebagai

dasar untuk in put data ke komputer sesuai dengan urutan in put data yang

telah baku di Mandjur Apotek, dengan urutan Nomor Bukti Penerimaan

Barang, nama suplayer, nama obat, jumlah obat, harga obat sebagai

pencocokan harga dan juga diskon serta kondisi atau jangka waktu

pembayaran. Selanjutnya faktur yang telah dilakukan in put data itu,

diarsipkan di map tunggu, yang artinya menunggu faktur asli apabila ada

penagihan dari distributor, dan faktur tersebut kemudian dilampiri tembusan

faktur dari map tunggu, dan siap dibayar.


BAB V

PENUTUP

7.4.Kesimpulan

Setelah menjalani Praktik Kerja Lapangan di Apotek Mandjur perum

kota Jalan merbabu Cirebon, kemudian penulis menyimpulkan sebagai

berikut :

1. Pelayanan Apotek :

Pelayanan kefarmasian, baik layanan resep maupun layanan non resep,

terlihat kesibukan yang stabil dari ship pagi hari sampai dengan ship

malam hari. Keberadaan Apotek di Perum kota Cirebon sangat strategis,

sehingga penduduk sekitar apotek dapat terlayani dengan keberadaan

apotek ini. Kedatangan pasien yang jarang dan kadang terus berangsur-

angsur, menjadikan petugas layanan di apotek ini banyak mendapat

waktu longgar untuk istirahat, sehingga setiap pegawai dengan sedikit

bersantai tapi membutuhkan ketelitian dan kecermatan baik dalam

meracik dan melayani setiap permintaan pelayanan obat, juga kecermatan

untuk menetukan jumlah dan nilai kebutuhan obat untuk masa berikutnya

secara berkesinambungan. Layanan resep berpedoman pada prosedur 6

langkah layan resep di Bia farma Apotek, yang telah baku secara

nasional.

2. Pengadaan Barang Apotek dan penyimpanan Barang Apotek


Pengadaan Barang Apotek dilakukan dan dikoordinir oleh Petugas

Pengadaan Bisnis Manager Cirebon. Data kebutuhan setiap apotek

berdasarkan perkiraan dari data histori periode yang lalu, data setiap

Senin atau paling lambat harus ditransfer oleh apotek ke Kantor Bisnis

Manager Cirebon, kemudian Petugas Pengadaan Barang di Staf Bisnis

Manager mengolah dan menyusun data tersebut untuk disajikan jadi Surat

Pesanan yang akan diserahkan kepada salesman setiap hari hari tertentu .

Barang yang dipesan akan langsung dikirim pada sore hari atau besok

harinya.

Penyimpanan barang hanya bersifat sementara, karena di Mandjur

Apotek, sudah tidak memerlukan tempat penyimpanan obat yang

bertumpuk di gudang. Hal demikian untuk efektifitas dan efesiensi

persediaan barang. Sehingga tidak ada obat yang numpuk bahkan tidak

ada obat yang rusak karena lama tersimpan, sementara modal kerja harus

efektif dan lancar perputarannya.

3. Cara pengeluaran obat di Apotek Mandjur

Dalam Apotek Mandjur kebijaksanaan yang diambil dalam hal

pengeluaran barang dari penyimpanan sementara sebelum ke lemari

peracikan dan swalayan untuk pelayanan atau penjualan adalah

menggunakan kebijaksanaan Metode FIFO, karena itu dianggap

kebijaksanaan yang paling tepat dilaksanakan pada Apotek Mandjur .

4. Administrasi Keuangan di Apotek Mandjur


Manajemen Administrasi di Apotek ini sudah cukup baik, karena dengan

system komputerisasi, yang meliputi:

a. Adminstrasi Sekretariat, Administrasi Keuangan.

b. Administrasi Penjualan, in put data di apotek pelayanan.

c. Administrasi Pembelian, in put data di apotek pelayanan.

d. Administrasi Biaya,

e. Administrasi Kepegawaian.

7.5.Saran

1. Untuk memelihara kualitas kualitas pelayanan di Apotek Mandjur ini

dengan memperhatikan petugas yang ada, agar jadwal kerja petugas

mengikuti keperluan pelayanan, sehingga petugas dapat melaksanakan

istirahat dengan waktu yang seimbang dengan tingkat kesibukan saat jaga

melayani di apotek, umpama salah seorang petugas dapat masuk jam 07.00

WIB kemudian disusul dengan petugas kedua masuk Jam 08.00 WIB dan

seterusnya sehingga jam pulang akan bergiliran sesuai dengan jadwal jam

kerja masuk yang berggilir pula.

2. Untuk ketertiban pengunjung dan menghindari terjadinya kekesalan

pengunjung maka dapat diberlakukan secara bergiliran atau mengantri

untuk pelayan resep atau pelayan non resep.

3. Pencatatan mutasi obat dalam Kartu Stok, sebenarnya dapat dilakukan

setelah pengambilan obat dalam maksud obat diambil untuk pelayanan

dari kotak dan pada saat itu pula ditulis di Kartu Stok, hitungan jumlah
akhir stok obat dapat dihitung kemudian, maksudnya hanya menulis obat

yang diambil dulu untuk menyingkat waktu agar pasien tidak berjubel,

terhindar jumlah saldo yang keliru.


DAFTAR PUSTAKA

Anief. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta : Ghalia Indonesia

Anief. 1990. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gaja Mada Unifersity Press

Ansel. 1981. Introduction to Pharmaceutical dosage form. Lea & Febiger

Darmansyah Adi. dkk. 2008. Undang – undang Kesehatan untuk SMF/SMKF


Kelas X edisi 2004. Jakarta: Bakti Husada

“Farmakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan RI Tahun 1979

“Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI Tahun 1995

Maryan. dkk. 2008. Ilmu Resep untuk SMF/SMKF Kelas X edisi 2004. Jakarta
: Bakti Husada

Maryan. dkk. 2008. Ilmu Resep untuk SMF/SMKF Kelas XI edisi 2004.
Jakarta : Bakti Husada

Tim Perumusan Penulisan Pedoman Penulisan Artikel Ilmiah. 2007 . Pedoman


Program Pascasarjana Penulisan Artikel Ilmiah. Bandung: Unpad.
Lampiran 2 Etiket Putih (Obat Dalam)
Lampiran 3 Etiket Biru (Obat Luar)
Lampiran 4 Klip Plastik
Lampiran 5 Surat Pesanan
Lampiran 6 Nota
Lampiran 7 Contoh Resep
Lampiran 8 Salinan Resep
Lampiran 9 Kartu Stok
Lampiran 10 Faktur
Lampiran 11 Brosur Obat
Lampiran 12 Kwitansi Apotek
Lampiran 1 Struktur Organisasi Apotek Mandjur

Вам также может понравиться