Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Penerapan Hand Hygiene di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil
Padang 2014.
Yuanita Ananda S.Kep, Ns, M.Kep 1
Email : Yuanita_ananda88@yahoo.com
ABSTRACT
Nosocomial infection is a major issue facing hospitals and can be spread through hand
contact. Hand hygiene is one of the simplest ways and effective for preventing
nosocomial infections. This study aims to determine "Factors associated with compliance
of nurses in the application of hand hygiene in the department of internal medicine
inpatient Dr.M.Djamil Padang". Methods: This research is a descriptive analytic cross
sectional data collection. Sample was 73 nurses with proportional random sampling.
Results showed that nurses perceive high motivation (60.3%), high social support
(56.2%), high knowledge (93.2%), full facilities (54.8%), good supervision (54.8 %),
adherence nurses (76,7%). There was no significant relationship between factors social
support, knowledge, compliance facility, supervison with nurses in the application of
hand hygiene. Discussion: However, there is a relationship between motivasion factors
with adherence nurses in the application of hand hygiene. It is recommended that
hospitals provide rewards to nurses who perform hand hygiene properly and provide
appropriate punishment to the nurses who did not perform hand hygiene correctly
Infeksi nosokomial masih menjadi perhatian utama dunia dalam bidang kesehatan saat ini,
khususnya di pelayanan rumah sakit. Hal ini disebabkan karena infeksi nosokomial dapat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas secara bermakna, meningkatkan resistensi kuman terhadap antimikroba,
memperpanjang hari rawat pasien (Oregon Health Report, 2013). Kasus infeksi nosokomial menunjukkan
angka yang cukup tinggi, tingginya angka kejadian infeksi nosokomial mengindikasikan rendahnya kualitas
mutu pelayanan kesehatan. Menurut Soeroso (2000), penderita infeksi nosokomial sebesar 9% dengan
variasi antara 3%-20% dari penderita rawat inap di rumah sakit di seluruh dunia. Pada negara berkembang
termasuk Indonesia, rata-rata prevalensi infeksi nosokomial adalah sekitar 9,1 % dengan variasi 6,1%-
16,0%. Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2004 diperoleh data proporsi kejadian infeksi
nosokomial di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien 1.527 dari jumlah pasien yang beresiko
160.417 (0,95%), sedangkan untuk rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien
beresiko 130.047 (0,76%). Untuk rumah sakit ABRI dengan jumlah pasien 254 dari jumlah pasien beresiko
1.672 (15,19%). (Sukriani, 2013). Menurut Betty (2012) terdapat beberapa cara untuk mengurangi
frekuensi infeksi nosokomial yaitu dengan melakukan cuci tangan yang baik dan benar, asepsis, , disinfeksi
dan sterilisasi, sanitasi lingkungan. Dari beberapa cara tersebut, cara yang paling efektif untuk mengurangi
frekuensi infeksi nosokomial adalah dengan melakukan cuci tangan. Penelitian yang dilakukan di Rumah
Sakit Columbia Asia Medan mengungkapkan dengan mencuci tangan dapat menurunkan 20%-40%
kejadian infeksi nosokomial. (Rosita, 2008). Menurut Sri (2010) dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan perawat terhadap tindakan pencegahan infeksi adalah faktor pengetahuan,
faktor fasilitas, faktor motivasi. Menurut Kohn Corrigan (2000) dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene adalah dukungan sosial dan
supervisi.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUP
Dr.M.Djamil Padang diketahui angka prevalensi infeksi silang yaitu 8,5% (Tim Pandalin
RSUP Dr.M.Djamil Padang, 2014) Angka tersebut berada diatas standar yang telah
ditetapkan oleh Depkes RI. Upaya yang dilakukan oleh RSUP Dr.M.Djamil Padang
dalam mengurangi angka kejadian infeksi nosokomial adalah melakukan sosialisasi hand
hygiene sejak tahun 2007, telah ada SOPnya, tapi belum terlaksana dengan baik. Awal
2013 sosialisasi hand hygiene semakin digalakkan karena akan menyongsong akreditasi
versi 2012 ditambah JCI (Joint Commision International) yang fokus utamanya sasaran
keselamatan pasien (patient safety) yang salah satu sasarannya yaitu pengurangan resiko
infeksi melalui cuci tangan. Tingginya angka infeksi nosokomial tersebut erat kaitannya
dengan perilaku kepatuhan perawat untuk melakukan hand hygiene dengan benar.
Ketidakpatuhan ini ditandai dengan 40 % perawat positif MRSA di ruang rawat inap
penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan perawat di ruang
rawat inap penyakit dalam tentang hand hygiene sudah bagus akan tetapi dalam
pelaksanaannya masih terdapat perawat yang tidak patuh dalam melakukan hand
hygiene. Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat
dalam penerapan hand hygiene di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil
Padang Tahun 2014.”
KARAKTERISTIK FREKUENSI %
Umur
a. Dewasa awal 63 86,3
b. Dewasa menengah
10 13,7
Jenis Kelamin
a. Laki-laki 4 5,5
b. Perempuan
69 94,5
Pendidikan
a. Vokasional (D3 Kep) 65 89,0
b. Professional (S1Kep)
8 11,0
Masa kerja
a. Sebentar 50 68,5
b. Lama
23 31,5
Dari tabel didapatkan bahwa sebagian besar perawat pelaksana di ruang rawat inap
penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan kelompok umur dewasa awal
(68,5%).
Motivasi
a. Tinggi 44 60,3
b. Rendah 29 39,7
Dukungan sosial
a. Tinggi 41 56,2
b. Rendah 32 43,8
Pengetahuan
a. Tinggi 68 93,2
b. Rendah 5 6,8
Fasilitas
a. Lengkap 40 54,8
b. Tidak Lengkap 33 45,2
Supervisi
a. Baik 40 54,8
b. Tidak Baik 33 45,2
Dari tabel didapatkan bahwa lebih dari separuh perawat pelaksana di ruang rawat inap
penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang memiliki motivasi tinggi (60,3%), dukungan
sosial tinggi (56,2%), fasilitas lengkap (54,8%), supervisi baik (54,8%). Hampir seluruh
perawat pelaksana di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang
Kepatuhan perawat
a. Patuh 56 76,7
b. Tidak Patuh 17 23,3
Total 73 100
Dari tabel didapatkan sebagian besar (76,7%) perawat pelaksana di ruang rawat inap
penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang memiliki tingkat kepatuhan perawat yang
penerapan hand hygiene lebih banyak yang menyatakan motivasi tinggi (86%)
dibandingkan dengan motivasi rendah (62%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p <
0,05 maka dapat disimpulkan terdapat hubungan bermakna antara motivasi dengan
kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) sebesar 0,143 artinya responden yang mempersepsikan motivasi tinggi
berpeluang 0,143 kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
yang menyatakan dukungan sosial tinggi (82,9%) dibandingkan dengan dukungan sosial
rendah (69%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan
tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan sosial dengan kepatuhan perawat
dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 0,629 artinya responden yang mempersepsikan dukungan sosial tinggi berpeluang
0,629 kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
pengetahuan rendah (60%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat
perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai Odds Ratio
berpeluang 0,75 kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand
fasilitas tidak lengkap (69,6%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan bermakna antara fasilitas dengan kepatuhan perawat
dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR)
sebesar 0,417 artinya responden yang mempersepsikan fasilitas lengkap berpeluang 0,417
kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene dibandingkan
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
yang menyatakan supervisi baik (80%) dibandingkan dengan yang menyatakan supervisi
tidak baik (72,7%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat
perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai Odds Ratio
(OR) sebesar 0,808 artinya responden yang mempersepsikan supervisi baik berpeluang
0,808 kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene
penerapan hand hygiene lebih banyak pada perawat dengan umur dewasa menengah 36-
60 tahun (80%) dibandingkan dengan umur dewasa awal 18-35 tahun (76,2%). Hasil uji
statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
hubungan bermakna antara umur dengan kepatuhan perawat dalam penerapan hand
hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,8 artinya
responden yang berumur dewasa menengah (36-60 tahun) berpeluang 0,8 kali untuk
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
pada perawat dengan jenis kelamin laki-laki (100%) dibandingkan dengan jenis kelamin
perempuan (75,4%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) sebesar 1,3 artinya responden jenis kelamin laki-laki berpeluang 1,3
kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene dibandingkan
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
vokasional (73,8%). Hasil uji statistik menunjukkan nilai p > 0,05 maka dapat
kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga diperoleh nilai
Odds Ratio (OR) sebesar 0,73 artinya responden pendidikan professional berpeluang 0,73
kali untuk menghasilkan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene dibandingkan
Dari 56 orang perawat pelaksana yang patuh dalam penerapan hand hygiene lebih banyak
pada perawat dengan masa kerja lama 10 tahun (78,3%) dibandingkan dengan perawat
yang memiliki masa kerja sebentar < 10 tahun (76%). Hasil uji statistik menunjukkan
nilai p > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara
masa kerja dengan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene. Hasil analisis juga
diperoleh nilai Odds Ratio (OR) sebesar 0,88 artinya responden dengan masa kerja lama
penerapan hand hygiene dibandingkan dengan responden masa kerja sebentar (< 10
tahun).
BAB IV PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas dapat diketahui bahwa hanya
ada satu faktor yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan hand
hygiene di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil Padang yaitu faktor
motivasi yang berhubungan dengan kepatuhan perawat dalam penerapan hand hygiene.
Karena nilai p value < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang bermakna antara
faktor motivasi dengan kepatuhan perawat. Penelitian ini sejalan dengan peneliti lain
yaitu Ayu (2013) yang mengatakan terdapat hubungan antara motivasi dengan kepatuhan
perawat melaksanakan enam langkah dan lima momen cuci tangan. Hasil penelitian ini,
berbanding lurus antara teori motivasi dengan kenyataan di lapangan. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Siagian (2012) motivasi sering kali diartikan sebagai dorongan. Setiap
tindakan yang dilakukan oleh manusia selalu dimulai dengan motivasi (niat). Dengan
motivasi seorang petugas akan memiliki semangat tinggi dalam melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya. Tanpa motivasi, seorang petugas tidak dapat mematuhi standar
dalam bekerja atau bahkan dibawah standar karena apa yang menjadi motif dan
motivasinya dalam bekerja tidak terpenuhi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Siagian (2012) motivasi ini tampak di ruangan penyakit dalam RSUP Dr.M.Djamil
Padang
BAB V PENUTUP
hand hygiene, tetapi terdapat hubungan faktor motivasi dengan kepatuhan perawat
yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan dan masa kerja dengan kepatuhan
DAFTAR PUSTAKA
Bahry, Noor. (2013). Pengaruh motivasi kerja dengan kinerja perawat pelaksana di unit rawat inap RS.
Stella Maris Makassar. Tesis. Makasar. FKM Universitas Hasanudin. Tidak dipublikasikan
Balai Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2001
Betty, S. (2012). Infeksi Nosokomial. Yogyakarta: Nuhamedika
Budiarto. (2003). Biostatistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
Bungin, B. (2006). Analisis Data penelitian kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada
Burns, Nancy & Grove, Susan K. (2008). The practice of nursing research : Conduct,
critique, and utilization. (4th ed). Philadelphia : W.B. Saunders
Catur, Jayu. (2012). Gambaran tingkat kepatuhan perawat akan cuci tangan dalam
terapi oksigen dan tingkat kejadian pneumonia periode tahun 2012 dan tahun
2013 di rsud dr. Rubini mempawah . Tesis. Untan Kalimantan Barat. diperoleh
tanggal 30 Maret 2014
Cochrane, J (2003). Infection control audit of hand hygiene facilities. Journal of advanced
nursing, 33(8): 8-20
Curtis, E., & O'Connell, R. (2011). Essential leadership skills for motivating and
developing staff. Nursing Management,. Journal of advanced nursing, 18(5), 32-
5
Dahlan, Sopiyudin. (2013). Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
Medika
(Data tidak dipublikasikan). (2011). Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M.Djamil Padang.
Padang: Profil Rumah Sakit
(Data tidak dipublikasikan). (2013). Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M.Djamil Padang.
Padang: Bidang Keperawatan
(Data tidak dipublikasikan). (2011). Rumah Sakit Umum Pusat Dr.M.Djamil Padang.
Padang: Tim PPIRS
F, Luthans. (2000). Organizational Behaviour. Sevent edition. New York: Mc.Grow Hill
International
Handoko, H dkk. (2000). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi II.
Yogyakarta: BPFE
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Sakit. Teori, Metoda dan Formula. Edisi
Revisi. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan FKM UI. Jakarta
Linda Tietjen, Debora Bossemeyer, Noel McIntosh. (2004). Panduan Pencegahan Infeksi
Untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas.Yayasan
Bina Pustaka, JNPKKR. Jakarta.
Loveridge, C.E dkk. (2000). Nursing management in the new paradigm, Gaethenburg.
Maryland: An Ashen Publication
Mangkunegara Anwar Prabu. (2003). Prilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Refika
Aditama.
Mathis. Robert L & Jhon H Jakson. (2006). Human Resource Management. Jakarta :
Salemba Empat
Mehta, S., M.D., Hadley, S., Bosco, Joseph M.D. (2013). Impact of preoperative MRSA
screening and decolonization on hospital-acquired MRSA burden. Clinical
Orthopaedics and Related Research. Journal of advanced nursing 471(7), 2367-
71.
Polit & Beck. (2004). Nursing Research Principles and Methods. Seven edition. New
York: Mc.Grow Hill International
Puspitasari. (2007). Inspections of Hand Washing Supplies and Hand Sanitizer in Public
School. Jurnal Manajemen Keperawatan. Volume 1, no2 Oktober 2007: 100-125
Risma. (2008). Hand hygiene compliance and nurse patient ratio descriptive studi. Jurnal
Manajemen Keperawatan. Volume 1, no 3 November 2008: 89-98
Robbins, S.P & Judge, T.A. (2009). Perilaku Organisasi. Penerjemah Diana Angelica,
dkk. Edisi 12. Jakarta: Salemba Empat
Sardiman, AM. (2009). Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers
Siagian, Sondang. (2008). Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sri, M. (2010). Kepatuhan Hand Hygiene di Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tesis
FIK UNPAD. Tidak dipublikasikan
Tim Pascasarjana Unand. (2014). Pedoman penulisan Tesis. Padang: tidak dipublikasikan
Tim Penyusun Bahan Akreditasi JCI. (2013). Buku Panduan Keselamatan Pasien
(Patient Safety). Jakarta
Tim penyusun kamus pusat bahasa (2002). Kamus besar bahasa Indonesia. (edisi 3).
Jakarta : EGC
Uno, Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara
Zakiah. (2012). Hand hygiene: product preference and compliance. Journal of advanced
nursing, 17(8): 421-437