Вы находитесь на странице: 1из 9

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

Oleh:

Amalia Nur Sholihah

1601300015

III A

KEMENTRIAN KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN BLITAR

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN BLITAR

Agustus 2018
ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

1. Kasus
Isolasi Sosial : Menarik Diri

2. Proses Terjadinya Masalah (Tinjouan Teori)


a. Pengkajian (Pengertian)
Isolasi sosial (menarik diri) merupakan percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain. Menghindari hubungan dengan orang lain.
b. Penyebab
- Perkembangan : sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang
mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain
tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri.
- Komunikasi dalam keluarga : klien sering mengalami kecemasan dalam
berhubungan dengan anggota keluarga. Sering menjadi kambing hitam. Sikap
keluarga tidak konsisten (kadang boleh kadang tidak). situasi ini membuat klien
enggan berkomunikasi dengan orang lain.
- Sosial budaya : di kota besar masing-masing individu sibuk memperjuangkan
hidup, sehingga tidak ada waktu untuk bersosialisasi.
- Pada mulanya klien merasa dirinya tidak dihargai, sehingga merasa dirinya tidak
nyaman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh dengan permasalahan, keteganggan, kecemasan, dimana
tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang
positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Bagi klien dunia
merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri
klien menjadi pasif dan kepribadiannya menjadi kaku, klien semakin tidak dapat
melibatkan diri dari situasi yang baru. Klien berusaha mendapatkan rasa aman,
tapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan, sehingga rasa aman
tidak tercapai. Hal ini menyebabkan klien mengembangkan rasionalisai dan
mengaturkan realitas dari pada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan
diri dengan kenyataan.
Konflik antara kesuksesan dan meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan
penarikan diri dari realitas diikuti penariakan diri dari keterlibatan secara
emosional dengan lingkungan yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien
menjahui kenyataan semakin banyak kesulitan yang timbul dalam
mengembangkan hubungan dengan orang lain.
Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga
yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko
menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi).
c. Tanda-tanda menarik diri
- Aspek fisik :
 Makan minum kurang
 Tidur kurang atau terganggu
 Penampilan diri kurang
 Keberanian diri kurang
- Aspek emosi :
 Berbicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil.
 Merasa malu, bersalah
 Mudah panik dan tiba-tiba marah
- Aspek sosial :
 Duduk menyendiri
 Selalu tunduk
 Tampak melamun
 Tidak peduli lingkungan
 Menghindar dari orang lain
 Tergantung dari orang lain
- Aspek intelektual:
 Putus asa
 Merasa sendiri, tidak ada dukungan
 Kurang percaya diri

3. Pohon masalah

Gangguan konsep diri


Harga diri rendah

Isolasi sosial : menarik diri

Resiko perubahan persepsi sensori


Halusinasi

4. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji


a. Masalah Keperawatan
- Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi
- Isolasi sosial: Menarik diri
- Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
b. Data yang perlu dikaji
- Resiko perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Data Subjektif:
 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata.
 Klien mengatakan melihat gambaran yang tidak ada stimulus nyata.
 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulu.
 Klien merasa memakan sesuatu.
 Klien merasa takut pada suara/ bunyi/ gambar yang dilihat dan di dengar.

Data Objektif:

 Klien berbicara dan tertawa sendiri


 Klien bersikap seperti melihat/ mendengar sesuatu
 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengar sesuatu.
 Disorientasi
- Isolasi Sosial
Data Subjektif
 Sukar di dapat jika klien menolak berkomunikasi kadang hanya dijawab
dengan singkat “ya”/ “tidak”

Data Objektif

 Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri berdiam diri dikamar,


menunduk
- Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
Data Objektif
 Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin menciderai diri sendiri.

Data Subjektif

 Klien mengatakan: “saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh, tidak tau apa-apa,
mengkritik diri sendiri, mengungkapakan perasaan malu terhadap diri.

5. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi Sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah

6. Rencana Tindakan
- Diagnosa Keperawatan 1
a. Tujuan umum
Tidak terjadi perubahan persepsi sensori halusinasi
b. Tujuan khusus
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
 BHSP: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan, interaksi,
ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan/ janji dengan jelas
tentang topik, tempat, waktu.
 Beri perhatiaan dan penghargaan
 Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara
 Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
 Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain
 Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri
 Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
 Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
 Bantu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki untuk bergaul.
 Klien mampu melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien – perawat,
klien – perawat – klien – perawat – klien – kelompok, klien – keluarga.
Tindakan:
 Lakukan interaksi sering dan singkat pada klien, jika mungkin perawat yang
sama.
 Motivasi dan temani klien untuk berkenalan dengan orang lain.
 Tingkatkan interaksi secara bertahap
 Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
 Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
 Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara terapeutik
 Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan:
 Diskusikan dengan klien setiap kali selesai interaksi/ kegiatan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Klien mendapatkan dukungan keluarga
Tindakan:
 Beri pendidikan kesehata tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
- Diagnosa Keperawatan 2
Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah
a. Tujuan umum
Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal.
b. Tujuan khusus:
 Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
BHSP dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
 Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien
 Diskusikan setiap bertemu klien, hindarkan dari penilaian negatif
 Utamakan memberi pujian yang realistik.
 Klien dapat menilai kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama
sakit
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya
 Klien dapat merencanakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Tindakan:
 Rencanakan dengan klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
 Tingkatkan kemampuan sesuai toleransi kondisi klien
 Beri contoh pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan
 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuan
Tindakan:
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah
direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah
 Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:
 Bantu keluarga memberi dukungan selama dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
7. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

- Saling berinteraksi - Kesepian - Manipulasi


- Kebersamaan - Menarik diri - Impulsif
- Saling ketergantungan - Ketergantungan - Norkisme
 Manipulasi
Merupakan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain
sebagai objek.
 Impulsif
Ketidakmampuan merencanakan dan tidak mampu belajar dari pengalaman
8. Akibat
klien dengan perilaku menarik diri dapat berakibat adanya terjadi resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi realitas yang
maladaptif. Dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien mengintepretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/
rangsang eksternal.
DAFTAR RUJUKAN

Azis, R.dkk.2003. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo
Boyd. M, A. & Nihart, M. A. 1998. Psychiatric Nursing Contemporory Practice: Upicott
Raver Pullishe.
Dakmi, E. Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Tim
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi klien:
DS: -
DO:
- Klien terlihat malu ketika ditanya
- Klien terlihat banyak diam
- Klien terlihat banyak jalan dan menyendiri
- Pandangan tajam
2. Diagnosa Keperawatan:
Isolasi sosial menarik diri
3. Tujuan Khusus:
TUK: klien dapat membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan:
- Membina hubungan saling percaya
- Memberi salam terapeutik
- Menyapa klien secara verbal
- Memperkenalkan diri dengan menyebut nama perawat
- Menanyakan nama panggilan klien
- Menjelaskan tujuan pertemuan
- Menciptakan lingkungan yang tenang
- Yakinkan klien dalam keadaan aman
- Meyakinkan klien bahwa kerahasiaan akan terjaga
- Menunjukan sikap jujur
- Memperhatikan kebutuhan klien

B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN


KEPERAWATAN

ORIENTASI
1. Salam terapeutik:
“Selamat sore, perkenalkan saya Amalia Mahasiswa Poltekkes Malang Prodi
Kepewatan Blitar, yang akan merawat ibu, selama pratik disini” “Ibu namanya siapa?
Senang di panggil siapa?”

2. Evaluasi/ validasi:
“bagaimana perasaan ibu?” “ibu ada keluhan?”

3. Kontrak (Topik, Waktu, dan Tempat)


Topik: “Bu, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluhan yang ibu rasakan
saat ini?
Waktu: “kita berdiskusi sekitar ± 30 menit, bagaimana bu? Bisa?”
Tempat: “ibu mau kita berdiskusi dimana? Di ruang tamu atau di taman bu?”

KERJA
(langkah-langkah tindakan keperawatan)
“ Apa yang ibu rasakan selama tinggal disini?”
“Oh....... ibu merasa kesepian”
“tenang saja bu.....disisni ibu aman, tidak usah takut, ada perawat yang selalu
mendampingi ibu”
“Bu saya perawat yang berjaga pada hari ini, nanti jika ibu membutuhkan bantuan,
ibu bisa minta tolong ke saya atau perawat yang lain, semua siap membantu ibu.
Bagaimana ibu mau meminta bantuan perawat?”
“ibu kenapa malu? Tidak usah malu bu, sudah tugas kami merawat ibu, tidak usah
sungkan meminta bantuan”
“kalau ada masalah ibu biasanya cerita kesiapa?”
“lho kok tidak punya teman curhat, kalau ibu ada masalah ibu pendam sendiri?”
“bu kalau ada masalah jangan dipendam sendiri, ibu cari teman untuk curhat yang
bisa menjaga rahasia masalah yang ibu ceriktakan, supaya beban ibu tidak terlalu
berat, siapa tau teman cerita ibu bisa memberi solusinya.”
“ibu juga bisa cerita ke saya, kerahasiaannya pasti saya jaga”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakkan keperwatan (Subyektif dan Obyektif)
S: “ bagaimana bu perasaannya setelah berbincang-bincang pada hari ini?”
O: “coba ibu sebutkan apa saja yang kita bahas selama berbincang-bincang tadi?”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan hasil tindakkan
yang telah dilakukan)
Mengobservasi apakah BHSP berhasil dengan bukti klien mau meninta bantuan
atau terbuka dan mau cerita tentang masalah yang di alami”

3. Kontrak yang akan datang (Topik, waktu, dan tempat)


Topik: “bu bagaimana kalau besok kita berbincang tentang masalah ibu?”
Waktu: waktunya bisa besok jam 10.00, seperti hari ini.”
Tempat: “nanti tempatanya ibu mau dimana? Apa disisni lagi?”

Вам также может понравиться