Вы находитесь на странице: 1из 28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Perusahaan

Secara administratif wilayah penambangan PT. Kapuas Tunggal

Persada masuk ke dalam Wilayah Desa Supang dan Tumbang Tukun,

Kecamatan Pasak Talawang dan Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas,

Provinsi Kalimantan Tengah.

PT. Kapuas Tunggal Persada telah mulai melaksanakan kegiatan

usaha pertambangannya sejak tahun 2011 di wilayah yang dimaksud.

Kedudukan secara geografis wilayah IUP (Izin Usaha Pertambangan)

Eksplorasi KW.09/BB/3/KTP seluas 5.000 Ha berdasarkan SK Bupati

Kapuas, Nomor : 451/Distamben Tahun 2009 tanggal 31 desember tahun

2009, terletak pada koordinat 114007’18,97” BT - 114005’20,90” BT dan

0059’20,04” LS - 100’9,80” LS.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia

No: SK.230/Menhut-II/2010 dan No:SK.292/Menhut-II/2011 Tanggal 31

Mei 2011, PT. Kapuas Tunggal Persada termasuk dalam Ijin Pinjam

Pakai Kawasan Hutan (IPPKH) seluas ± 1.678,64 Ha pada Hutan Produksi

yang dapat dikonversi (HPK) dan Kawasan Hutan Produksi Tetap (HPT),

dengan Nomor Lembar 1714.

36
37

3.1.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah

Rute yang dapat dilalui dari Palangka Raya untuk mencapai areal

pertambangan PT. Kapuas Tunggal Persada Site Desa Supang dan Desa

Tumbang Tukun, Kecematan Kapuas Hulu dan Kecematan Pasak

Talawangdapat ditempuh dengan 4 alternatif, yaitu sebagai berikut:

1. Dari Palangka Raya-Kuala Kurun (kondisi jalan beraspal mamakai

waktu ± 4 jam menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat).

Dari Kuala Kurun-Sei Hanyo (kondisi jalan beraspal ± 1 jam

menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat), Dari Sei

Hanyo-Desa Supang (kondisi jalan pengerasan/berkerikil memakai

waktu ± 1,5 jam menggunakan kendaraan roda dua maupun roda

empat). Dari Desa Supang menyeberang Sungai Kapuas, dilanjutkan ke

Lokasi IUP PT. Kapuas Tunggal Persada (kondisi jalan Tanah liat

Gusuran bulldozer, ± 15 menit).

2. Jalur hauling yang masih berlangsung, terdapat alternatif baru dan

menuju ke lokasi tambang PT. KTP yaitu dari km 60 simpang jalan

hauling PT. KTP dengan Jalan Lintas Kalimantan Palangka Raya-

Buntok. Melewati Desa Batapah kemudian Desa Buhut dan terus

dilanjutkan jalan HPH PT. Dasa Intiga kemudian melewati Sungai

Julukan sungai Mamput (Sungai Kuatan), terus melewati Jalan Logging

Koperasi Mandau Talawang hingga PT. KTP dengan jarak sekitar 145

km membutuhkan waktu ± 7 jam.


38

3. Jalur Perusahaan Sawit, Dari Palangka Raya-Desa Dahian Tambuk

memakan waktu ± 2 jam 30 menit (menggunakan kendaraan roda dua

maupun roda empat), kemudian dari Desa Dahian Tambuk menuju Sei

Ringin membutuhkan waktu ± 2 jam (menggunakan kendaraan roda

dua roda empat). Dari Desa Sei Ringin, meyeberang Sungai Kapuas

menuju Lokasi PT. KTP membutuhkan waktu ± 2 jam dengan

menggunakan kendaraan roda dua, melewati jalan perusahaan sawit

PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ).

4. Melalui jalur air, yaitu menggunakan speed boat menyusuri sungai

Kapuas ke arah hulu sampai dengan Desa Jangkang. Dari Desa

Jangkang menggunakan jalur darat menyisir tepi batas perkebunan

kelapa sawit PT. Kapuas Maju Jaya (KMJ), dan kemudian menembus

rencana jalan kabupaten Hurung Tabengan-Tanjung Kelanis dan

dilanjutkan ke wilayah PT. Kapuas Tunggal Persada

3.1.2 Keadaan Iklim dan Curah Hujan

a) Keadaan Iklim

Seperti halnya wilayah lain di sekitar kecamatan Pasak

Talawang dan Kapuas Hulu, daerah penelitian mempunyai iklim

tropis dan lembab dengan temperatur berkisar antara 21º-23ºCelcius

dan maksimal mencapai 36º Celcius .Intensitas penyinaran matahari

selalu tinggi dan sumberdaya air cukup banyak sehingga

menyebabkan tingginya penguapan yang menimbulkan awan

aktif/tebal.
39

b) Curah Hujan

Lokasi penambangan batubara PT.Kapuas Tunggal Persada,

yang terletak di desa Supang dan Tumbang Tukun, Kecamatan

Kapuas Hulu dan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas, Provinsi

Kalimantan Tengah merupakan daerah yang pada umumnya

dipengaruhi oleh 2 (dua) musim, yaitu musim hujan akibat bertiup

angin Muson Barat (November- April) dan musim kemarau akibat

bertiup angin Muson Timur (Mei -Oktober).


40

Tabel 3.1 Data Curah Hujan Rata-Rata Perbulan Tahun 2009-2013 (mm/hari)
TAHUN/
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGST SEPT OKT NOV DES
BULAN
2009 65.2 43.4 103.2 53.9 83.4 52.9 49.6 20.4 11 82.2 57.7 135
2010 90 83.3 100 110 51.5
2011 58.1 110 110 85 68 100 40 74 100 33 69 34
2012 47 75 75.5 72.6 27.6 23 83 35 83 2.2 63 11
2013 74.52 103.5 100.6 90 217.8 217.8 77.4 124.4 189 23.4 61.2 142.2
Rata-Rata 61.21 82.98 97.33 75.38 99.2 98.43 62.5 68.76 93.26 48.16 72.18 74.74
Sumber : PT. KTP

Gambar 3.1 Diagram Data Curah Hujan Rata-Rata Perbulan Tahun 2009-2013 (mm/hari)
120

100

80

60

40

20
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
0
Sumber : PT. KTP

40
41

3.1.3 Flora dan Fauna

Secara mikro berdasarkan pengamatan langsung di lokasi

penelitian, sebagian besar merupakan daerah perkebunan karet milik

masyarakat sekitar.Sedangkan sebagian kecil merupakan areal ladang

masyarakat dengan tanaman pisang, padi dan lain sebagainya.

1. Flora

a. Vegetasi Hutan

Hutan di sekitar daerah penelitian yang tersisa adalah hutan

sekunder, itupun hanya terdapat dalam luasan yang relatif kecil.

Vegetasi hutan yang dapat ditemukan di wilayah penelitian yang

nampak di area penambangan PT. Kapuas Tunggal Persada dapat

dikategorikan sebagai hutan tropika. Sementara itu hutan primer

sudah tidak dapat lagi ditemukan.

b. Vegetasi Perdu dan Semak Belukar

Vegetasi belukar ini ditandai dengan tumbuhnya alang-alang, dan

paku-pakuan, serta jabon, dan jenis lain-lainnya. Jenis tumbuhan

yang ada di dalam vegetasi perdu dan semak belukar ini terdapat

di areal penambangan, jalan angkut, dan port latief.


42

2. Fauna

Fauna yang ada digolongkan menjadi 2 (dua) jenis yaitu satwa

liar seperti babi hutan, ular, kadal, biawak, ikan air tawar, landak,

ayam hutan, beberapa jenis burung dan satwa peliharaan seperti sapi,

kerbau, anjing, kucing, ayam, babi dan lain-lain.Keanekaragaman

Jenis burung (Aves) yang tercatat ada 35 Jenis didominasi oleh burung

slap-slap capung, gagak, tekukur, perkutut, enggang musim, terucuk,

valet sari, kepimis, bultok, srigunting dan prenjak. Burung-burung

tersebut terdapat pada semua titik pengamatan baik di lokasi tambang

maupun di jalan angkut dan pelabuhan.

(Sumber : Laporan Studi ANDAL PT.KTP,2012)

3.1.4 Sosial dan Kependudukan

Kehidupan masyarakat sekitar mayoritas merupakan masyarakat

agraris yang tradisional, masih melaksanakan adat istiadat dan

memberlakukan tata nilai secara norma yang diwariskan oleh para

leluhurnya. Segala sesuatu yang melanggar adat istiadat atau kebiasaan

masyarakat setempat biasanya dihukum/diberi sanksi secara adat berupa

membayar denda (jipen).

Secara umum jumlah dan kepadatan penduduk di wilayah

penambangan dapat dilihat pada tabel berikut :


43

Tabel 3.2. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Daerah Penelitian


Desa Supang Desa Tumbang Tukun
Kriteria
Kec. Kapuas Hulu Kec. Pasak Talawang
Rumah Tangga (KK) 346 166
Penduduk Laki – laki (jiwa) 813 422
Penduduk Perempuan (jiwa) 706 405
Agama: - Kaharingan 319 124
- Kristen 1.117 641
- Islam 83 51
Jumlah penduduk laki-laki
1.519 827
dan perempuan
(Sumber:BPS Kapuas, 2013)

Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa kepadatan penduduk terbesar

berada di Desa Supang dengan jumlah penduduk 1.519 penduduk,

sedangkan penduduk Desa Tumbang Tukun hanya berjumlah 827

penduduk. Penduduk di sekitar lokasi penambangan mayoritas memeluk

agama Kristen Protestan yang pada umumnya adalah penduduk asli (suku

Dayak Ngaju) dan sebagian pendatang (Suku Banjar) dan transmigran dari

Jawa.

Mata pencaharian penduduk setempat sebagian besar adalah dari

lahan pertanian/perkebunan dan sebagian kecil berpotensi sebagai

penebang kayu, pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah dan

Sebagian penduduk juga bekerja sebagai karyawan di perusahaan –

perusahaan yang ada disekitar daerah tersebut.


44

3.2 Keadaan Geologi

3.2.1 Geologi Regional

a) Fisiografis

Daerah penelitian ini merupakan perbatasan kerangka geologi

Cekungan Kutai dengan Cekungan Barito yang berada ditepi Cekungan

Barito.Cekungan Barito dipisahkan dari Cekungan Kutai disebelah Utara

dengan major sinistral strikes lip structure yang dikenal dengan Sesar

Adang. Cekungan Barito mendangkal kearah Barat, melewati undeformed

barito shelf dan slopes kearah Selatan hingga Laut Jawa.

Cekungan Barito sendiri memiliki formasi pembawa batubara.

Secara fisiografi cekungan Barito meliputi daerah seluas 70.000 km2 di

bagian tenggara Kalimantan Selatan dan terletak di sepanjang batas

tenggara Lempeng Mikro Sunda. Cekungan Barito merupakan cekungan

bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan

Pegunungan Meratus (Satyana dan Silitonga, 1994).

b) Morfologi

Morfologi daerah penelitian secara regional merupakan perbukitan

bergelombang sedang hingga terjal. Satuan perbukitan bergelombang

sedang, luas penyebaran meliputi sekitar 70 % dari keseluruhan luas

daerah penelitian. Satuan perbukitan bergelombang terjal, luas penyebaran

meliputi sekitar 30 % dari keseluruhan luas daerah penelitian.


45

c) Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi lembar Buntok Kalimantan Tengah

(Soetrisno, dkk, 1994), dengan skala 1 : 250.000 yang dikeluarkan oleh

pusat penelitian dan pengembangan geologi bandung, maka Stratigrafi

Pada satuan bumi yang ada di daerah penelitian dan sekitarnya, terdiri dari:

1. Aluvium

Lumpur kelabu-hitam, lempung bersisipan limonit dan gambut, pasir,

kerikir, kerakal dan bongkahan batuan yang lebih tua.Merupakan hasil

endapan sungai atau dataran banjir, tebalnya mencapai 10 m.

2. Batuan Sedimen

Batuan sedimen dan vulkanik tak terpisahkan yang tersusun berlapisan

batuan Sedimen batulanau kelabu tua, batugamping kristalin kelabu

tua, batupasir halus kelabu, serpih merah dan serpih napalan: tebal

lapisan antara 20-300 cm, sebagian terlipat batuan vulkanik: andesit,

basalt dan ampibolit pecah-pecah berupa lensa di dalam basal tebal

bisa mencapai 40 cm. Unit ini menempati daerah morfologi

perbukitan tinggi dan kasar. Ketebalan bisa mencapai 100 meter.

Untuk keperluan praktis serta kesinambungannya dengan lembar

disekitarnya,unit ini disebandingkan dengan Formasi Pitap yang

berumur Kapur Akhir (Ksp).

3. Formasi Tanjung (Tet)

Bagian bawah perselingan antara batupasir, serpih batulanau dan

konglomerat aneka bahan, sebagian bersifat gampingan. Komponen


46

konglomerat antara lain: Kuarsa, Feldspar, Granit, Sekis, Gabro dan

basal, di dalam batupasir kuarsa dijumpai komponen glaukonit.

Bagian atas, perselingan antara batupasir kuarsa bermika batulanau,

batugamping dan batubara. Formasi ini tidak selaras dengan batuan

Mesozuikom, terlipat hampir dari Utara Selatan dengan lapisan

umumnya 20ºserta mempunyai tebal 1300 m, tersebar didaerah

perbukitan.

4. Formasi Berai (Tomb)

Batugamping berlapis dengan batulempung, napal dan

batubara,sebagian tersilikakan dan mengandung limonit. Formasi ini

diendapkan dilaut dangkal dengan tebal mencapai 1250 m, serta

menempati morfologi kars perbukitan yang terjal.

5. Formasi Montalat (Tomm)

Batupasir putih berstruktur silang siur, sebagian gampingan bersisipan

batulanau/serpih dan batubarayang berumur Oligosen (P19-N3)

diendapkan dilaut dangkal terbuka, dengan tebal mencapai 1400 m.

Formasi ini menjemari dengan Formasi Berai dan selaras di atas

Formasi Tanjung. Jenis perlipatan mirip dengan Formasi Tanjung

tetapi sedikit terbuka, seberannya menempati morfologi perbukitan.

6. Formasi Warukin (Tmw)

Batupasir kasar-sedang sebagian konglomeratan, bersisipan batulanau

dan serpih, setengah padat, berlapis dan berstruktur peralihan silang-

siur dan lapisan bersusun. Struktur lipatan terbuka dengan kemiringan


47

sekitar 10o. Formasi ini berumur Miosen Tengah dan Miosen Atas,

dengan tebal bisa mencapai 500 m dan terendapkan didaerah transisi,

Formasi Warukin berada selaras dengan Formasi Berai dan Montalat

sesuai dengan sifat fisiknya. Formasi ini menempati daerah morfologi

dataran bergelombang landai.

7. Formasi Dahor (Tqd)

Batupasir kurang padat sampai lepas, bersisipan batulanau, serpih,

lignit dan limonit terendapkan dalam lingkungan peralihan dengan

tebal mencapai 300 m. Umumnya diduga Plio-Plistosen. Formasi ini

tidak selaras diatas formasi-formasi dibawahnya, dan umumnya

berada pada morfologi dataran rendah, yang kadang-kadang sulit

dipisahkan dengan endapan permukaan.

8. Batuan Vulkanik

Batuan vulkanik kasele berupa retas, sumbat “stocks”, yang umumnya

terdiri dari basalt piroksen kelabu hijau, porfiritik sampai piloktasit.

Sebagian besar terubah membentuk mineral lempung, klorit dan kalsit.

Unit ini mencapai tebal 50 m dan menempati daerah morfologi

perbukitan tinggi dan kasar serta dikorelasikan dengan Formasi

Haruyan yang berumur kapur atas (Kvh).

9. Batuan Terobosan

Granit Kapur : Granit biotit berwarna kelabu muda, sebagian

terkekarkan singkapanya berasosiasi dengan Formasi Pitap dan

Formasi Haruyan dan tersebar di daerah yang bermorfologi perbukitan


48

tinggi. Variasi batuan ini antara lain granodiolit biotit adamelit biotit,

granit genes sebagian berstekstur grafik dan mirmekit. Batuan ini

menerobos Formasi Pitap, dan umurnya diduga Kapur Akhir (Kgr).

d) Struktur Geologi

Struktur geologi regional berdasarkan peta geologi lembar buntok,

untuk daerah perbukitan di bagian timur lembar, dengan dijumpainya

beberapa unsur struktur pada batuan Mesozoikum, antara lain : struktur

terbreksikan, kelurusan yang berarah hampir utara - selatan, bongkah dan

blok disana sini.,dll maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini telah

mengalami deformasi. Sedang pada batuan Tersier menunjukkan struktur

lipatan yang tidak ketat berarah hampir utara- selatan, maka diduga lipatan

ini berkaitan erat dengan struktur batuan Mesozoikum, adapun kelurusan

yang memotong struktur utama, diduga terbentuk pada deformasi kedua,

dimana batuan Tersier telah terlipat dan termampatkan. Demikian pula

hampir sejalan untuk struktur yang berkembang dipeta bagian utara dan

barat-laut.

Struktur berupa sesar, perlipatan dan kelurusan yang umumnya

berarah Barat Daya-Timur laut dan Barat laut tenggara.Sesar terdiri dari

sesar normal, sesar mendatar dan sesar naik yang melibatkan batuan

sedimen berumur Tersier dan Pratersier.Kelurusan – kelurusan diduga

merupakan jejak/petunjuk sesar dan kekar yang berarah sejajar dengan

struktur umum.Lipatan-lipatan berupa sinklin dan antiklin seperti halnya


49

dengan kelurusan juga berarah sejajar dengan struktur regional, Timur laut

– Barat Daya.

3.2.2 Geologi Lokal

a) Morfologi

Morfologi daerah penelitian berupa perbukitan bergelombang

sedang sampai terjal. Perbukitan bergelombang sedang dibarat daerah

penelitian memiliki sudut lereng < 25%, ketinggian 108 - 142 m di atas

permukaan laut, perbukitan ini menempati 70% dari total luas area

penelitian. Sedangkan perbukitan terjal yang terdapat di Timur daerah

penelitian dengan ketinggian 112-268 m menempati sekitar 30% dari total

luas area penelitian, dengan sudut lereng berkisar 25% sampai > 40%.

Sungai utama didaerah penelitian yaitu Sungai Torung, Bunut dan

Mohon yang semuanya bermuara ke Sungai Kapuas. Sungai Torung

dengan anak sungainya yaitu sungai Sarian, Torom, Korot dan Beruang

berada disebelah Barat laut daerah penelitian. Di bagian Barat daya daerah

penelitian yaitu Sungai Bunut dengan cabangnya Sungai Gubang,

sedangkan Sungai Mohon terletak di Timur daerah penelitian dengan

anak sungainya antara lain Sungai Jeliwan di Timurlaut, Sungai Boit di

Timur dan Sungai Monong dengan cabangnya Sungai Panakaranum

terletak di Tenggara daerah penelitian.

Pola aliran sungai di daerah ini menunjukkan pola dendritik dan

rektan gular, mencerminkan kondisi batuan sedimen dengan sudut


50

kemiringan relatif landai dan adanya kontrol dari pola struktur baik sesar,

lipatan atau kekar.

b) Statigrafi Daerah Penelitian

Statigrafi Daerah IUP (Izin Usaha Pertambangan) PT. Kapuas

Tunggal Persada hanya dijumpai litologi dari Formasi Tanjung didominasi

oleh batupasir, secara rinci terdiri dari perselingan antara batupasir kuarsa

yang mengandung muskovit, batulanau kelabu, menyerpih, tebal rata-rata

1 meter, kompak, tebal rata-rata 75 cm, serta ditemukan sisipan batubara

dengan tebal mencapai 1,5 meter. Formasi ini merupakan batuan sedimen

pembawa endapan batubara.Umur formasi ini adalah Eosen dan

diendapkan dalam sistem pengendapan delta.

Adapun stratigrafi yang terdapat didaerah penelitian yaitu sebagai

berikut:

1. Intrusi Sintang/ Sintang Intrusive (Toms) : Intrusi Sintang terdiri dari

Andesit dan Diorit, setempat mengandung dasit berupa sumbat, stok,

retas dan retas lempeng. Batuan intrusi ini berumur Oligosen-Miosen

Awal yang menerobos Formasi Puruk Cahu.

2. Anggota Batugamping Penuut/ Penuut Limestone Formation (Tomi) :

Anggota Batugamping Penuut terdiri dari batugamping putih dan

kelabu, berbutir sedang dan kasar, kaya akan foram besar, ganggang

dan koral, mengandung glaukonit, sebagian termineralisasi, bersisipan

batugamping pasiran berfosil, kokuina dan breksi mengandung


51

fragmen basalt dan andesit terubah, berlapis baik. Anggota

Batugamping Panuut diendapkan pada lingkungan laut dangkal.

3. Formasi Puruk Cahu (Tomc) terdiri dari batulempung berfosil, kelabu

tua, berselingan dengan batulanau mengandung lensa kecil dan lapisan

tipis batubara vitrinit dan batupasir berstruktur perairan sejajar dan

konvolut ; bersisipan breksi berfragemen andesit, dasit, genes dan

batubara, matriks berupa batupasir kasar mengandung fragmen

batubara vitrinit di beberapa bagian di endapan selaras di atas Formasi

Tanjung, formasi ini berumur dari Oligosen Atas – Miosen Bawah.

4. Formasi Tanjung (Tet) terdiri dari perselingan antara batupasir

(kwarsa), batulempung dan batulanau (bersisipan batubara) dan

bersisipan batugamping dan konglomerat.

c) Struktur Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi yang ada di daerah IUP (Izin Usaha Pertambangan)

PT. Kapuas Tunggal Persada terdiri dari dua struktur besar antiklin dan

sinklin, yang berada pada Formasi Tanjung dan satu mikro struktur

antiklin pada Formasi Tanjung. Struktur geologi di daerah penelitian

merupakan struktur geologi sekunder berupa sesar naik dan sesar turun

yang didominasi sesar turun, perlapisan batuan, kekar dan breksi batuan.
52

d) Keadaan Endapan Batubara

Berdasarkan data eksplorasi, batubara Formasi Tanjung yang

merupakan bagian dari Cekungan Barito telah diketahui secara rinci

sebagai lapisan pembawa batubara.

Batubara yang terdapat dalam Formasi Tanjung d i daerah

penelitian ditemukan dalam singkapan berupa lapisan dan seam. Secara

regional Formasi Tanjung mempunyai kisaran tebal 0,5-7 meter berwarna

hitam, kilap kaca dan sangat kompak. Lapisan batubara Formasi Tanjung

berselingan dengan lapisan batulempung terserpihkan, tebal lapisan 0,5 -

5,0 meter. Tebal lapisan batubara dari Formasi Tanjung ini tidak merata

disetiap lokasi singkapan, dimungkinkan lapisan batubara tersebut

membentuk lensa-lensa pada beberapa lokasi. Keadaan ini mencerminkan

kondisi energi pengendapan yang berbeda. Didaerah pinggir cekungan,

batubara Formasi Tanjung akan lebih banyak berasosiasi dengan endapan

alluvial. Dicekungan yang lebih dalam batubara Formasi Tanjung

berasosiasi dengan endapan marin klastika. Hasil analisa kimia batubara

Formasi Tanjung mempunyai kadar kalori yang tinggi didaerah penelitian.

Lapisan batubara utama yang ditambang di PIT Jeliwan Barat

pada PT. Kapuas Tunggal Persada ada tiga lapisan yaitu, seam E-upper,

seam E-1 dan seam E-2. Seperti terlihat pada gambar 3.2.
Lokasi : PIT Jeliwan Barat
Koordinat : X = 183420, Y = 9890179, Z = 48
Kedudukan : N 220° E/16°

SEAM E-UPPER

INTERBURDEN

SEAM E-1

INTERBURDEN

SEAM E-2

51 di PIT Jeliwan Barat


Gambar 3.2 Profil Batubara

53
54

3.3 Kegiatan Penambangan PT. Kapuas Tunggal Persada

Pada PT. Kapuas Tunggal Persada, sistem penambangan yang

digunakan adalah sistem tambang terbuka (surface mining) dengan

metode open pit. Metode ini didasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis

mencakup model geologi,kondisi lapisan tanah penutup,kondisi lapisan

batubara serta pertimbangan jumlah cadangan batubara. Endapan

batubaranya terdiri dari beberapa lapisan (multi seam).

Metode penambangan ini menggunakan sistem kerja konvensional,

yaitu kombinasi excavator sebagai alat gali muat,truck sebagai alat angkut

dan bulldozer sebagai alat bantu pengupasan.(Fhoto kegiatan lihat

lampiran G)

Adapun tahap – tahap penambangannya adalah sebagai berikut:

1) Pembersihan Lahan(Land Clearing)

Pekerjaan penambangan diawali dengan pembabatan hutan untuk

mempersiapkan lahan.Kegiatan ini dilakukan sesuai dengan Ijin

Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH).

2) Pengupasan Tanah Pucuk (Top Soil)

Pekerjaan ini dilakukan menggunakan alat Komatsu PC 300 dimana

lapisan tanah yang masih berupa rona asli mengandung unsur hara

dikupas dengan ketebalan maksimal ± 2 m sampai pada batas

lapisan sub soil. Kemudian lapisan top soil yang telah terkupas

selanjutnya diangkut dan di stok pada soil bank untuk digunakan

kembali pada lahan yang akan dilakukan reklamasi.


55

3) Pengupasan lapisan tanah Sub Soil

Setelah dilakukan pengupasan top soil maka dilakukan pengupasan

lapisan sub soil (tidak mengandung unsur hara) dengan ketebalan 0,5

m kemudian dimuat dan ditimbun di area disposal barat.

4) Pengupasan Tanah Penutup ( Overburden Removal)

Kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup tujuannya agar batubara

tersebut menjadi tersingkap.Pekerjaan ini menggunakan alat Komatsu

PC 300 dan Komatsu PC 400 karena kondisi lapisan ini terdiri dari

material yang tebal dan keras yaitu didominasi batu pasir dengan

kekerasan yang tinggi dan batu lempung. Adapun teknis pengupasan

lapisan tanah penutup yang digunakan yaitu metode backfilling

dimana tanah penutup yang sudah digali selanjutnya diangkut menuju

area disposal pada lokasi penambangan yang sudah dinyatakan mine

out.

5) Menyingkap Batubara (Coal Expose)

Kegiatan coal expose dilakukan dengan menggunakan alat Komatsu

PC 300. Saat melakukan kegiatan ini , alat tidak boleh merusak

permukaan lapisan batubara. Karena itu penggalian tanah ke dekat

lapisan batubara harus dilakukan secara hati-hati dengan menyisakan

material tanah seitar 0,5 m. Nantinya material tersebut akan

dibersihkan ketika mulai menambang batubara.

6) Pembersihan Batubara (Coal Cleaning)

Coal cleaning adalah kegiatan pembersihan batubara dari parting


56

yang menempel pada batubara. Kegiatan ini dilakukan dengan

menggunakan Komatshu PC 200 cutting edge agar pembersihannya

maksimal dan tidak merusak permukaan batubara di ply tersebut.

Adapun parting yang di cleaning memiliki ketebalan > 0,05 m.

Sedangkan parting antara lapisan ply – ply batubara yang memiliki

ketebalan < 0,05 m lapisan tersebut di gabung (composite).

7) Pengambilan Batubara(Coal Getting)

Kegiatan ini adalah penggalian/pengambilan batubara yang dilakukan

dengan alat gali yaitu Komatshu PC 200 teeth bucket dengan

maksimal 3 dump truck.

8) Pengangkutan Batubara (Hauling Coal)

Batubara yang sudah digali/diambil akan diangkut ke tempat

penumpukan yaitu ROM(Run Of Mine). Kegiatan ini dilakukan

dengan kombinasi alat gali muat dan alat angkut.

9) Perataan Dan Rehabilitasi Tanah (Spreading)

Kegiatan ini dilakukan untuk menyiapkan lahan yang akan di

reklamasi, dimana disposal yang sudah final RL (Request level) di

spreading dengan ketebalan lapisan top soil ± 0,6 m. Adapun alat

yang digunakan pada kegiatan spreading top soil adalah Dozer.

10) Penanaman Kembali (Revegetation)

Pada tahap ini adalah usaha atau kegiatan penamanam kembali lahan

bekas tambang.PT. Kapuas Tunggal Persada sudah melaksanakan

sebagian revegetasi atau penghijauan kembali.


57

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang dipergunakan selama melakukan Tugas Akhir di area

penambangan PT. Kapuas Tunggal Persada yaitu :

1. GPS (Garmin) Montana 650

2. Kompas geologi

3. Alat Pengukuran berupa Meteran

4. Buku Lapangan

5. Alat Tulis

6. Kamera

7. Tas Lapangan

8. Perlengkapan APD

3.5 Tata Laksana Penelitian

3.5.1 Langkah Kerja

Langkah – langkah kerja yang akan dilakukan dalam penelitian

tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan Orientasi Lapangan terlebih dahulu sebelum melakukan

pengambilan data-data yang diperlukan dalam penyusunan laporan

Tugas Akhir.

2. Melakukan dokumentasi pada kegiatan pengambilan batubara (coal

getting) sampai pengangkutan menuju ROM (Run Of Mine) yang

dilakukan di PT. Kapuas Tunggal Persada.


58

3. Melakukan Pengambilan data berupa fhoto-fhoto dan pengukuran

terhadap komponen-komponen ROM (Run Of Mine) seperti dimensi

drainase, kolam pengendapan (settling pond),tanggul,base ROM, dan

pengukuran arah angin untuk mengetahui arah penumpukan serta

kapasitas batubara yang ada di ROM (Run Of Mine) .

4. Melakukan Pengamatan terhadap prosedur penumpukan batubara di

ROM (Run Of Mine) termasuk mengukur slope pada tumpukan

batubara dengan alat kompas geologi.

5. Melakukan Penghitungan pada data kualitas batubara hasil sampling

yang diperoleh dari perusahaan untuk melihat perubahan kualitas yang

terjadi.

6. Melakukan Penyusunan Laporan.

3.5.2 Metode Penelitian

Di dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan

metode kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti

kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti adalah instrumen kunci

dengan bekal teori yang dimiliki mampu menganalisis dan mengkonstruksi

obyek yang diteliti sehingga menjadi jelas dan bermakna. Penelitian

kualitatif bersifat deskriptif dimana analisis data yang dilakukan bersifat

induktif berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan

kemudian diolah menjadi sebuah hipotesis atau teori. Hasilnya lebih


59

menekankan pada kedalaman informasi atau makna. Dalam metode

kualitatif, teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu :

a. Observasi (pengamatan)

Metode ini dilakukan dengan melakukan kegiatanPenambangan hingga

penumpukkan batubara di ROM (Run Of Mine) secara langsung pada

PT.Kapuas Tunggal Persada.

b. Interview (Wawancara)

Metode ini dilakukan dengan cara mencari data melalui penjelasan

secara langsung dari nara sumber yang menangani manajemen ROM

(Run Of Mine) pada PT.Kapuas Tunggal Persada.

c. Studi Pustaka

Metode ini dilakukan dengan studi literatur yang berkaitan dengan

kegiatan Analisa manajemen ROM (Run Of Mine) dan pengaruhnya

terhadap kualitas batubara.

d. Pengumpulan Data

Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data yang

telah di peroleh dari lapangan, baik dari hasil wawancara dengan

karyawan di lapangan, data dokumentasi berupa foto-foto maupun data

hasil pengukuran yang diperoleh langsung dari lapangan.

e. Pengolahan Data

Metode ini dilakukan dengan mengolah data yang telah dikumpulkan

sebelumnya dan melakukan analisis data mengenai permasalahan-

permasalahan yang telah diamati.


60

f. Penyusunan Laporan.

Pada tahap ini data-data yang telah didapatkan baik itu berupa hasil

wawancara maupun pengamatan langsung dilapangan, disusun dalam

bentuk laporan dan dipresentasikan di Jurusan.


61

3.6 Rencana Analisis Hasil


Mulai

Perumusan Masalah:
1. Bagaimana Manajemen ROM (Run Of Mine) yang diterapkan di PT. Kapuas Tunggal
Persada?
2. Bagaimana Perbandingan Kualitas Batubara di PIT, ROM (Run Of Mine),dan Barging di
PT. Kapuas Tunggal Persada?
3. Bagaimana upaya penanganan yang dilakukan untuk menjaga kualitas batubara di ROM
(Run Of Mine) pada PT. Kapuas Tunggal Persada?

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Pengumpulan Data

Data Primer: Data Sekunder:


- Skema ROM (Run Of Mine) - Peta Geologi Regional
- Sistem Penumpukan Batubara Di ROM (Run Of - Peta Geologi Daerah Penelitian
Mine) - Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah
- Fhoto aktivitas penambangan - Gambaran Umum Perusahaan
- Data Curah Hujan
- Data Kualitas Batubara

Pengolahan dan Analisis Data:


1. Mendeskripsikan manajemen ROM (Run Of Mine) yang
diterapkan berdasarkan hasil pengambilan data dilapangan
2. Menganalisa parameter yang menjadi spesifikasi kualitas
batubara dan menghitung data sample kualitas batubara untuk
mengetahui perubahan kualitas yang terjadi dan upaya
penanganan yang dilakukan.

Hasil dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.3 Diagram Alir Analisis Hasil Penelitian


62

3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.7.1 Lokasi Penelitian

Penelitian Tugas Akhir ini dilakukan pada PT. Kapuas Tunggal

Persada site Desa Supang, Kecematan Kapuas Hulu dan Desa Tumbang

Tukun, Kecematan Pasak Talawang, Kabupaten Kapuas.

3.7.2 Waktu Penelitian

Setelah disesuaikan dengan jadwal akademik, maka jadwal

kegiatan penelitian yang diusulkan adalah ±3 bulan. Terhitung dari bulan

Desember minggu ke - 4 sampai dengan bulan Maret minggu ke – 4 tahun

2014.
63

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tugas Akhir

Bulan
Desember Januari Februari Maret April – Juni Juli Agustus
No Kegiatan
2013 2014 2014 2014 2014 2014 2014
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1. Persiapan
2. Studi Literatur
3. Seminar Proposal
4. Revisi Proposal
5. Presentasi Prapenelitian
6. Observasi Lapangan
7. Pengambilan Data
8. Pengolahan Data
8. Pembuatan Laporan
9. Presentasi Laporan (diperusahaan)
10. Revisi & konsultasi (diperusahaan)
11. Konsultasi Tugas Akhir
12. Seminar Hasil
13 Revisi

63

Вам также может понравиться