Вы находитесь на странице: 1из 5

SEJARAH DESA PENGLIPURAN

Desa Penglipuran, terletak di Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli,


dengan ketinggian 500-600 m di atas permukaan laut dan koordinat dari Desa Penglipuran
adalah 8,0292893 derajat LS, 115,03036 derajat BT. Desa Penglipuran berjarak 5 km arah utara
kota Bangli dan 45 km dari kota Denpasar. Jarak dari Bandara Internasional Ngurah Rai menuju
Desa Penglipuran sekitar kurang lebih 56 km.
Dikatakan pada jaman Kerajaan Bangli, keberadaan Desa Penglipuran sudah ada. Para
leluhur desa ini berasal dari Desa Bayung Gede dan menetap hingga sekarang ini. Kata
Penglipuran sendiri memiliki makna yaitu Penghibur atau penglipur hati raja yang pada saat itu
raja sedang merasa sedih. Penglipuran memiliki dua pengertian, yaitu pangeling yang kata
dasarnya “eling” atau mengingat. Sementara pura artinya tanah leluhur. Jadi, penglipuran
artinya mengingat tanah leluhur. Kata itu juga bisa berarti “penghibur” yang berkonteks makna
memberikan petunjuk bahwa ada hubungan sangat erat antara tugas dan tanggung jawab
masyarakat dalam menjalankan dharma agama.
Menurut para sesepuh, kata Penglipuran berasal dari kata “Pengeling Pura” yang berarti
tempat suci mengenang para leluhur. Tempat ini sangat berarti sejak leluhur mereka datang dari
desa Bayung Gede ke Penglipuran yang jaraknya cukup jauh, oleh karena itu masyarakat
Penglipuran mendirikan pura yang sama sebagaimana yang ada di desa Bayung Gede. Dalam hal
ini berarti masyarakat Penglipuran masih mengenal asal usul mereka. Pendapat lain mengatakan
bahwa Penglipuran berasal dari kata “Penglipur” yang berarti “penghibur” karena pada jaman
kerajaan tempat ini dijadikan tempat peristirahatan.
Masyarakat desa adat penglipuran percaya bahwa leluhur mereka berasal dari Desa
Bayung Gede, Kintamani. Sebelumnya desa Panglipuran bernama Kubu Bayung. Pada jaman
dahulu raja bali memerintahkan pada warga-warga di Bayung Gede untuk mengerjakan proyek
di Kubu Bayung, tapi akhirnya para warga tersebut memutuskan untuk menetap di desa Kubu
Bayung. Dilihat dari segi tradisi, Desa Penglipuran ini menggunakan sistem pemerintahan hulu
apad. Pemerintahan desa adatnya terdiri dari prajuru hulu apad dan prajuru adat. Prajuru hulu
apad terdiri dari jero kubayan, jero kubahu, jero singgukan, jero cacar, jero balung dan jero pati.
Prajuru hulu apad otomatis dijabat oleh mereka yang paling senior dilihat dari usia perkawinan
tetapi yang belum ngelad. Ngelad atau pensiun terjadi bila semua anak sudah menikah atau
salah seorang cucunya telah kawin. Mereka yang baru menikah duduk pada posisi yang paling
bawah dalam tangga keanggotaan desa adat. Yang membedakan Desa Penglipuran dengan
desa yang lain yaitu tidak adanya kasta, karena kasta yang ada di desa ini hanya Kasta Sudra.

RUMAH ADAT DESA PENGLIPURAN

Rumah-rumah yang ada di Desa Penglipuran ini terlihat indah dengan gaya tradisional
Bali. Struktur Rumah-rumah yang ada di Desa Penglipuran memiliki keunikan yaitu memiliki
kesamaan dalam kondisi tertentu, bentuk, ukuran dan fungsi kecuali rumah untuk ruang tidur
keluarga. Pemimpin Desa di Desa Penglipuran ini disebut Bendesa Adat dan dibantu oleh
Penyarikan. Sebutan dari sistem organisasi yang digunakan adalah Ulu Apad. Uluh Apad adalah
salah satu sistem organisasi Bali tertua dimana dalam sistem Ulu Apad, ada 76 anggota menjadi
wakil desa dan bagian atas 12 anggota disebut Kanca Roras. Jero Kubayan merupakan sebutan
dari Imam desa. Jero Kubayan dibagi menjadi 2, yaitu Jero Kubayan Mucuk dan Jero Kubayan
Nyoman.
SISTEM ADAT
Terdapat dua jenis sistem adat di Desa Penglipuran, yaitu Sistem Pemerintah/Formal
yang terdiri dari RT dan RW dan Sistem Otonom atau Desa Adat yang artinya desa adat
mempunyai aturan-aturan sendiri menurut adat istiadat dari Desa Penglipuran itu sendiri yang
aturan-aturan tersebut tidak bertentangan denga Pancasila dan Undang-Undang. Kedudukan
dari Desa Adat dan Desa setara dan berdiri sendiri-sendiri. Awig-awig merupakan sebutan dari
aturan yang ada di Desa Penglipuran. Awig-awig merupakan implementasi dari Tri Hita Karana.
Berikut bagian dari Tri Hita Karana:
a) Prahyangan : Hubungan manusia dan tuhan. Contoh : Tempat suci, penentuan hari suci, dll.
b) Pawongan : Hubungan manusia dan manusia. Contoh : Hubungan masyarakat Desa
Penglipuran dengan masyarakat desa lainnya maupun dengan antar umat
beragam.hubungan masyarakat penglipuran dengan masyarakat desa lain, maupun
hubungan dengan orang yang bedaagama.
c) Palemahan : Hubungan manusia dan lingkungan. Contoh : Masyarakat desa penglipuran
menyadari pentingnya mencintai alam dan lingkungannya dan selalu merawatnya.

TATA RUANG
Desa Penglipuran memiliki Tata Ruang yang unik. Tata Ruang dari Desa Penglipuran
dikenal dengan Tri Mandala. Berikut penjelasan dari 3 bagian Tri Mandala:
a) Utama Mandala
Utama Mandala artinya tempat suci. Utama Mandala adalah tempat dimana masyarakat
Desa Penglipuran melakukan kegiatan persembahyangan kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa.
b) Madya Mandala
Rumah-rumah di Desa Penglipuran berbanjar sepanjang jalan utama, menghadap ke Barat
dan Timur. Sebelah Utara atau Timur pemukiman di Desa Penglipuran adalah pura keluarga
yang telah dilakukan upacara Ngaben. Madya Mandala merupakan rumah keluarga. Tata
ruang rumah keluarga Desa Penglipuran juga sudah diatur oleh adat. Sebelah utara rumah
dijadikan sebagai tempat tidur. Bagian tengah rumah sebagai ruang keluarga. Sebelah timur
sebagai tempat MCK. Dan terakhir bagian nista biasanya berupa jemuran, garasi, dll.
c) Nista Mandala
Nista Mandala merupakan setra atau kuburan dari masyarakat Desa Penglipuran.
Tanah permukiman masyarakat Desa Penglipuran dibagi menjadi tiga bagian. Halaman depan
terdapat bangunan angkul-angkul dan ruang kosong yang disebut natah; bagian tengah adalah
tempat berkumpulnya keluarga; dan di bagian paling belakang terdapat toilet, tempat jemuran,
atau kandang ternak, dll.

PERKAWINAN

Desa Penglipuran memberlakukan Hukum Adat mengenai perkawinan yaitu melarang


poligami bagi masyarakat di Desa Penglipuran. Apabila masyarakat Desa Penglipuran ada yang
berpoligami, maka mendapatkan sanksi yaitu orang tersebut ditempatkan di Nista Mandala dan
dilarang melewati dari arah Selatan ke Utara karena wilayah utara merupakan tempat yang
paling suci. Masyarakat Desa Penglipuran juga tidak untuk menikahi tetangganya yang di sebelah
kanan-kiri-depan karena sudah dianggap sebagai keluarga sendiri. Bagi masyarakat Desa
Penglipuran yang menikah dengan orang di luar Desa Penglipuran, harus mengikuti ketentuan
yang berlaku. Bagi mempelai laki-laki dari Desa Penglipuran, maka mempelai wanitanya yang
dari luar desa harus menjadi bagian dari Desa Penglipuran. Sedangkan, bagi mempelai wanita
dari Desa Penglipuran dan laki-lakinya dari luar desa, maka mempelai laki-laki bisa masuk ke
dalam Desa Penglipuran dan tinggal di Desa Penglipuran dengan syarat mempelai laki-laki
tersebut dianggap wanita oleh warga lainnya. Yang artinya tugas-tugas adat dilaksanakan oleh
mempelai laki-laki karena tugas-tugas adat dilaksanakan oleh para wanita.

Вам также может понравиться