Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Spondilosis servikalis merupakan suatu penyakit yang menyerang usia pertengahan
dan usia lanjut, dimana diskus dan tulang belakang di leher mengalami kemunduran
(degenerasi) sehingga menyebabkan terjadinya gangguan truktur dan fungsi tulang belakang.
Spondilosis servikalis merupakan kelompok campuran patologi yang melibatkan diskus
intervertebralis, tulang belakang, serta sendi yang terkait dan dapat juga disebabkan oleh
penuaan ("Keausan", degenerasi) atau pengaruh sekunder karena trauma.
2.2 Epidemiologi
Spondylosis cervicalis kebanyakan menyerang pada usia di atas 40 tahun. Penderita
spondylosis cervicalis sering ditemukan pada usia 49 tahun yaitu 60% pada wanita dan 80%
pada laki-laki. Sedangkan usia 70 tahun kejadian terjadi sampai 95%. Dalam sebuah survei
nasional Belanda, terdapat kejadian 23,1 per 1.000 orang per tahunnya untuk nyeri leher dan
19,0 per 1.000 orang per tahun untuk gejala bahu . Dokter umum di Belanda mendapatkan
konsultasi sekitar tujuh kali seminggu untuk keluhan yang berhubungan dengan leher atau
ekstremitas atas ini. Kejadian tahunan nyeri leher terdapat 14,6% di penelitian kohort dari
1.100 orang dewasa yang dipilih secara acak. Lima puluh satu persen dari subyek nyeri leher
juga memiliki nyeri pinggang kronis. Riwayat cedera leher dilaporkan oleh 25% pasien
dengan nyeri leher. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUP Sanglah Denpasar
menunjukkan jumlah kunjungan pasien spondylosis cervicalis tahun 2009 sebanyak 149
pasien, tahun 2010 sebanyak 215 pasien.
a. Kolumna Vertebralis
Columna Vertebralis terdiri atas 33 vertebra, antara lain sebagai berikut :
1. 7 vertebra Servikalis
2. 12 vertebra thorakalis
3. 5 vertebra lumbalis
4. 5 vertebra sacralis
5. 4 vertebra coccygis
Cervical spine terdiri atas 7 vertebra dan 8 saraf servikal. Fungsi utama leher adalah
menghubungkan kepala dengan tubuh. Leher merupakan bagian spina/tulang belakang yang
paling bergerak (mobile), mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
1. menopang dan memberi stabilitas pada kepala;
2. memungkinkan kepala bergerak di semua bidang gerak;
3. melindungi struktur yang melewati spina, terutama medula spinalis, akar saraf, dan
arteri vertebra.
Stabilitas kepala tergantung pada 7 buah vertebra servikal. Hubungan antara vertebra
servikal melalui suatu susunan persendian yang cukup rumit. Gerakan leher dimungkinkan
karena adanya berbagai pensendian, facet joint yang ada di posterior memegang peranan
penting. Sepertiga gerakan fleksi dan ekstensi dan setengah dari gerakan laterofleksi terjadi
pada sendi atlantooccipitalis (dasar tengkorak dengan VC1). Sendi atlantoaxialis (VC1-VC2)
memegang peranan pada 50% gerakan rotational. VC2 hingga VC7 memegang peranan pada
dua per tiga gerakan fleksi dan ekstensi, 50% gerakan rotasi dan 50% gerakan laterofleksi.
Delapan saraf servikal berasal dari medulla spinalis segmen servikal, 7 saraf servikal
keluar dari medula spinalis di atas vertebra yang bersangkutan, namun saraf servikal ke 8
keluar dari medulla spinalis di bawah VC7 dan di atas VTh1 serta costa pertama. Saraf-saraf
ini memberikan layanan saraf sensorik pada tubuh bagian atas dan ekstremitas superior
berdasarkan pola dermatom. Sedangkan layanan motoris dan refleks dapat dilihat pada table
di bawah ini
Tabel 1. Layanan innervasi motorik dan refleks dari akar saraf servikal
Gambar 2.3 Perubahan terkait umur dapat menyebabkan herniasi diskus, spondylosis servikal, pembentukan osteofit,
osteoarthritis sendi facet, dan kelainan dari akar saraf yang keluar serta saraf tulang belakang.
4. Myelopathy
Menimbulkan nyeri mielogenik. Rasa nyeri terasa seperti gelombang shock merujuk
ke bagian bawah spinal, adakalanya merujuk ke keempat ekstremitas. Myelopathy timbul
akibat adanya HNP dan servikal spondylosis yang menekan medulla spinalis. Myelopathy
pada umumnya berkembang lambat dan gejala memburuk secara perlahan-lahan. Namun
pada beberapa kasus dapat berkembang progresif cepat. Tanpa pembedahan, dua per tiga
akan memburuk, secara bertahap akan terjadi gangguan BAB dan BAK, pasien akan hidup di
atas kursi roda akibat gangguan koordinasi, kelemahan dan sering jatuh. Adanya HNP,
osteofit, sklerosis dan hipertrofi kapsul, jaringan lunak dan ligamentum flavum dapat
menyempitkan kanalis servikalis, hal ini dapat menekan medulla spinalis secara langsung
atau menekan arteri spinalis anterior dan posterior dengan akibat timbul mielopati.
2.5 Patofisiologi
Spondilosis servikal merupakan hasil dari degenerasi diskus intervertebralis. Umur
diskus, fragmen dan fraktur. Awalnya terjadi dalam nucleus pulposus yang menyebabkan
lamella annular pusat tekuk kedalam sedangkan band luar konsentris tonjolan luar annulus
fibrosis. Hal ini menyebabkan peningkatan stress mekanik pada kartilago vertebral.
Pembentukan tulang subperiosteal terjadi berikutnya, membentuk bar osteofit yang
memperpanjang aspek ventral dari kanal tulang belakang kadang dapat juga melewati batas
jaringan saraf. Ini kemungkinan besar untuk menstabilkan vertebra yang berdekatan, yang
pergerakkannya berlebihan sebagai hasil dari hilangnya material diskus. Selain itu hipertropi
dari proses uncinate terjadi, sering melewati dibagian ventrolateral dari foramina
intervertebralis. Iritasi saraf dapat juga terjadi sebagai proteoglikan diskus intervertebralis
yang terdegradasi.
Patologi yang mengenai Lesi primer mungkin kolapsnya diskus dengan protrusi
anuler sekitar kelilingnya. Ligamen terdorong dari perlekatannya pada tepi badan ruas
tulang belakang, terbentuk osteofit reaktif, dan ligamennya sendiri menebal. Bersamaan
dengan protrusi anuler, osteofit dan ligament megurangi diameter anteroposterior kanal
spinal. Perubahan osteoartritik pada sendi neuro-sentral, yang berdekatan dengan foramina
C3 hingga C7, menyebabkan proliferasi tulang selanjutnya, yang mempersempit foramina
intervertebral yang sudah sempit oleh protrusi diskus dan osteofit.
Mobilitas tulang belakang sendiri juga terganggu, terbatas karena perubahan diskus
memberat dan meluas pada tingkat yang tidak terkena diatas dan dibawahnya. Beberapa
faktor berperan pada terbentuknya tanda dan gejala. Kord spinal, terletak terikat pada kanal
spinal yang menyempit, terancam akan tambahan kompresi bahkan saat gerak leher normal.
Misalnya pada ekstensi, ligamen flava melipat dan dapat menjadi penyebab kompresi
posterior. Karena gerakan ekstrem yang mencapai kord merupakan bahaya yang besar,
gejala mendadak bisa terjadi setelah fleksi atau ekstensi berlebihan akibat kecelakaan atau
endoskopi dengan anesthesia
Myelopathy spondylotik servikal terjadi akibat dari beberapa faktor patofisiologi
penting. Ini merupakan statis-mekanis, dinamis-mekanis, iskemia saraf tulang belakang. Pada
osteofit, saraf servikal menjadi menyempit yang cenderung untuk mengembangkan terjadinya
myelopathy spondylotic servikal.
2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis yang menyeluruh dan pemeriksaan fisik memungkinkan diagnosis
radiculopathy dan myelopathy dalam sebagian besar kasus. Dalam hal ini, studi pencitraan
sangat membantu dalam mengidentifikasi tingkat yang benar pada saraf yang mengalami
gangguan. Sebaliknya, Diagnostik work-up untuk nyeri leher tetap menantang karena
perubahan degeneratif sering terjadi pada seseorang tanpa menunjukkan gejala. Penyebab
perubahan struktural pada nyeri leher sering memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Bahkan
dengan suntikan tulang belakang, sumber nyeri leher aksial tidak dapat diidentifikasi dengan
pasti.
Spondilosis servikalis menyebabkan menyempitnya kanal spinalis (tempat lewatnya
medula spinalis) di leher dan menekan medula spinalis atau akar saraf spinalis, sehingga
menyebabkan kelainan fungsi. Gejalanya bisa menggambarkan suatu penekanan medula
spinalis maupun kerusakan akar sarafnya. Jika terjadi penekanan medula spinalis, maka
pertanda awalnya biasanya adalah
a) perubahan pada cara berjalan.
b) Gerakan kaki menjadi kaku dan penderita berjalan dengan goyah.
c) Leher terasa nyeri, teutama jika akar sarafnya terkena.
d) Abnormalitas reflex
e) Mati rasa dan kelemahan pada lengan, tangan, dan kaki
f) Kehilangan kontrol kandung kemih atau usus atau retensi urin
Kelemahan dan penciutan otot pada salah satu atau kedua lengan bisa terjadi sebelum
maupun sesudah timbulnya gejala penekanan medula spinalis. Pasien biasanya berumur 40
tahun, mengeluh nyeri leher dan kekakuan. Gejala timbul perlahan – lahan dan sering
semakin buruk pada saat bangun tidur. Nyeri dapat menjalar luas kebelakang kepala, otot
scapula dan turun kesalah satu atau kedua lengan. Parestesia, kelemahan dan kekakuan
kadang- kadang timbul. Secara khas terjadi eksaserbasi gangguan yang semakin berat, dan
terdapat periode reda yang relatif lama. Penampilan pasien adalah normal. Nyeri tekan terasa
pada otot leher posterior dan daerah scapula, semua gerakan terbatas dan nyeri. Pada salah
satu atau kedua lengan kadang-kadang dapat ditemukan baal atau kelemahan dan salah satu
refleknya dapat tertekan.
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan nyeri leher, tanda-tanda radicular, dan tanda-tanda
myelopathi. Pasien dengan nyeri leher dari spondilosis sering hadir dengan leher kaku. Ini
merupakan tanda spesifik dan penyebab lain dari nyeri leher dan kekakuan (misalnya nyeri
miopasial, patologi bahu intrinsik) harus dipertimbangkan.
a. Uji kompresi leher, jika positif sangat berguna untuk menilai pasien dengan radikulopati
servikal
Tes ini sebaiknya dilakukan dengan memiliki pasien aktif, mengikuti intruksi untuk
menegakkan leher, lateral fleksi, dan memutar ke sisi yang sakit.selanjutnya pada
kompresi perlu kehati-hatian dalam memberikan beban aksial. Maneuver ini bekerja
dengan mempersempit foramina syaraf ipsilateral selama fleksi dan rotasi sedangkan
ekstensi menyebabkan awal diskus posterior menonjol.
b. Dalam myelopathy spondilosis servikal, temuan pemeriksaan yang paling khas adalah
disfungsi motorik atas, termasuk hiperaktif reflex tendon dalam, pergelangan kaki dan
atau klonus patella, kelenturan ( terutama bagiab bawah kaki), tanda babizki, tanda tanda
Hoffman
c. Sebuah tes lain kadang – kadang berguna seperti tes otot pectoralis reflexs.
Hal ini dilakukan dengan menekan tendon pectoralis dialur deltopektoralis, yang
menyebabkan adduksi dan internal rotasi bahu jika hiperaktif. Hasil yang positif
menunjukkan kompresi ditulang belakang leher bagian atas (C2-C4).
Diagnosis banding sangat penting karena sejumlah besar patologi lain mungkin
menyerupai servikal radiculopathy dan myelopathy. Diagnosis banding yang paling sering
adalah:
Sindrom nerve entrapment
Gangguan pada girdle bahu (rotator cuff robekan, sindrom impingement,
tendinitis)
Plexopathy brachial akut (sindrom Parsonage-Turner, neuralgic amyotrophy)
Sindrom outlet thoracic
Brachial Plexitis / neuritis (misalnya herpes zoster)
Amyotrophic lateral sclerosis
Tumor (misalnya Pancoast tumor)
Penyakit jantung coroner
Diagnosis banding ini dapat disingkirkan dalam sebagian besar kasus melalui Pemeriksaan
klinis neurologis dan neurofisiologis menyeluruh.
2.9 Penatalaksanaan
Tanpa pengobatan, tanda-tanda dan gejala spondilosis servikalis biasanya menurun
atau stabil. Kadang–kadang ada yang memburuk. Tujuan pengobatan adalah untuk
mengurangi nyeri, membantu untuk mempertahankan kegiatan yang biasa dilakukan dan
mencegah ke sumsum tulang belakang dan saraf. Terapi standar pada pasien dengan
spondylosis cervicalis di Rumah Sakit selain pemberian analgesic dan muscle relaxant
biasanya diberikan modalitas Micro Wave Diathermi (MWD, Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS), dan pemberian massage. Penambahan stretching exercise dapat lebih
menurunkan nyeri penderita spondylosis cervicalis dimana pada kondisi ini terjadi akibat
berkurangnya kekenyalan diskus yang kemudian menipis dan diikuti dengan lipatan ligamen
di sekeliling korpus vertebra, selanjutnya pada lipatan ini terjadi pengapuran dan terbentuk
osteofit (Garrison, 2003). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa
intervensi MWD, TENS, Massage dan stretching exercise dapat memberikan penurunan nyeri
yang bermakna pada kondisi spondylosis cervicalis
TENS
TENS atau Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation, adalah bentuk
elektroanalgesia menggunakan stimulasi listrik frekuensi-tinggi intensitas-rendah dengan
rentang 50-100 Hz. Menurut teori kendali gerbang Melzack dan Wall, TENS secara khusus di
tingkat tanduk dorsal mengaktifkan serabut A-beta perifer sehingga memodulasi serabut A-
delta dan C yang mengangkut nyeri. Di samping itu TENS diperkirakan melepas opioid
endogen di situs susunan saraf pusat (CNS). TENS frekuensi rendah meningkatkan pelepasan
metencephalin dan beta-endorphin. TENS frekuensi-tinggi menyebabkan peningkatan
dynorphin A.
Pemberian TENS setelah intervensi MWD dapat menghasilkan efek penurunan nyeri
yang besar. TENS menghasilkan arus listrik frekuensi rendah yang digunakan untuk
menghasilkan kontraksi otot atau modifikasi impuls nyeri melalui efekefek pada saraf
motorik dan sensorik. Bahwa kondisi nyeri tengkuk kronik seperti spondylosis cervicalis
dapat diobati dengan berhasil melalui intervensi TENS dan Interferential Current. TENS atau
Interferential Current dapat menghentikan transmisi impuls nyeri sehingga nyeri akan
berkurang dan pada akhirnya terjadi peningkatan lingkup gerak sendi cervical.
Stetching Exercise
Penerapan Stretching exercise dengan teknik kontraksi isometrik – relaks – stretching
dapat menghasilkan efek penurunan ketegangan otot yang besar. Teknik ini melibatkan proses
autogenic inhibisi atau inverse stretch refleks dimana adanya kontraksi isometrik yang
maksimal akan diikuti oleh relaksasi yang optimal. Dalam mekanisme inverse stretch refleks
atau autogenic inhibisi dijelaskan bahwa proses kontraksi maksimal akan diikuti dengan
relaksasi (Kisner, 2007. Murtagh, 1997). Jika terjadi relaksasi pada serabut otot maka otot
akan lebih mudah di stretching. Efek stretching dapat menghasilkan pemanjangan pada
jaringan kontraktil dan jaringan non kontraktil. Pemanjangan terjadi pada sarkomer otot
(jaringan kontraktil) serta jaringan fibrous pembungkus otot (perimyesium, epimyesium, dan
endomyesium) dan tendon (nonkontraktil). Pemanjangan tersebut secara langsung akan
menghasilkan peningkatan lingkup gerak sendi (LGS) cervical. Teori ini didukung oleh
penelitian Rahman (2008)
Traksi servikal dapat membantu mengurangi gejala yang berkaitan dengan penekanan
akar saraf. Hot packs, massage, atau stimulasi listrik, atau kombinasi modalitas tersebut harus
diberikan sebelum traksi untuk membantu mengurangi nyeri dan memberi relaksasi otot.16
Traksi servikal dapat dilakukan dengan menggunakan beban berat secara intermiten atau
beban ringan secara kontinu. Posisi leher dalam fleksi. Traksi servikal juga dapat diberikan
melalui tarikan manual. Pemisahan vertebra posterior dimungkinkan berkaitan dengan sudut
tarikan dan pemisahan maksimum terjadi pada fleksi 24º.16 Beban sekurangnya 10 lb (4 kg)
diperlukan untuk melawan efek gravitasi pada kepala, dan tarikan sebesar 25 lb (10 kg)
diperlukan untuk meluruskan kurva lordotik servikal serta pemisahan awal segmen vertebra
posterior. Setelah dipastikan bahwa pasien mendapat manfaat traksi maka penggunaan traksi
rumah dengan beban ringan secara kontinu dapat disarankan.2 Kontraindikasi absolut untuk
traksi adalah keganasan; penyakit infeksi seperti TBC, osteomielitis atau discitis;
osteoporosis; rheumatoid arthritis; penekanan medulla spinalis; hamil; dan hipertensi atau
penyakit kardiovaskuler. Herniasi diskus tengah (midline) daerah servikal juga merupakan
kontraindikasi karena traksi dapat menarik medulla sampai kontak dengan diskus. Traksi
harus dihentikan apabila terjadi mual, pusing, eksaserbasi disfungsi sendi
temporomandibuler, atau peningkatan nyeri di jaringan lunak leher.
Namun, tiga RCT gagal menunjukkan keunggulan fiksasi plat tambahan untuk fusi
satu tingkat dalam hal klinis atau radiologis. Untuk fusi bertingkat, terdapat beberapa bukti
bahwa penambahan plat tampaknya menghasilkan tingkat fusi yang lebih tinggi. Wang et
al menunjukkan bahwa fusi tiga tingkat masih terkait dengan tingginya non-union
(18%), meskipun penggunaan pelat cervical menurunkan Tingkat pseudarthrosis. Bolesta
melaporkan bahwa tiga dan empat-tingkat modifikasi discectomy cervical dan fusion oleh
Robinson memiliki tingkat pseudarthrosis yang tinggi dimana hal ini tidak meningkat
dengan plate cervical spine saja. Tambahan fiksasi posterior disarankan dalam fusi tiga
tingkat dan lebih untuk mengurangi tingkat non-union.
Salah satu kelemahan dari teknik fusi konvensional (Smith-Robinson atau Cloward)
adalah tidak bisa diatasi dengan plating, yaitu nyeri pada sisi yang dilakukan bone graft.
Nyeri persisten dari iliac crest anterior dilaporkan sebanyak 31% dari pasien. Selama
dekade terakhir, cage telah menjadi semakin populer dalam menstabilkan dan menyatukan
tulang belakang cervical setelah anterior discectomy. dibandingkan dengan teknik fusi
konvensional, keuntungan teoritis dari cage adalah untuk:
Mengembalikan ketinggian diskus
Mengembalikan lordosis cervical
Mencegah keruntuhan cangkok
Menghindari nyeri pada daerah donor
Mengurangi waktu operasi
Banyak desain cage dengan bahan yang berbeda (misalnya silinder, mesh, cincin
atau berbentuk kotak) pada bahan (misalnya dilapisi titanium, karbon,
polyetheretherketone, hidroksiapatit) telah diperkenalkan. Debat terus berlanjut pada
fakta pengisian cage dengan tulang (autograft atau allograft), pengganti bone graft dan
hasil klinis yang menguntungkan telah dilaporkan dengan masing-masing teknik.
Penelitian secara acak sejauh ini belum mampu mengungkapkan secara
signifikan mana hasil klinis yang lebih baik dari pasien yang menjalani fusi cage
dibandingkan dengan teknik konvensional meskipun tingkat non-union tampaknya lebih
tinggi dan nyeri pada sisi donor bone graft yang lebih rendah.
e. Anterior Corpectomy
Pada pasien yang menderita CSM, discectomy anterior dan osteophyectomy
mungkin tidak cukup untuk mendekompresi spinal cord. Spinal cord mungkin tidak
hanya terganggu oleh tonjolan diskus dan spondylophytes tetapi juga oleh
malalignment dari tulang belakang (kyphosis) atau kanal tulang belakang yang sempit.
Dalam kasus ini, diperlukan tindakan subtotal corpectomy. Parsial reseksi vertebral
bodydan dekompresi pertama kali digunakan untuk mengobati gangguan cervikal yang
diakibatkan trauma dan teknik ini kemudian diadopsi untuk gangguan degeneratif.
Dibandingkan dengan ACDF, corpectomy memberikan keuntungan berupa:
Memperbesar kanal tulang belakang
Memungkinkan untuk dekompresi lebih radikal
Meningkatkan tingkat fusi
Berbagai teknik telah dikembangkan untuk menstabilkan tulang cervical setelah
dekompresi melalui vertebrectomy. Sejauh mana dekompresi yang harus dilakukan
tergantung pada patologi dan ukuran kanal tulang belakang. Sebagian penulis menganjurkan
pengambilan osteofit posterior secara lengkap dan PLL untuk mencapai dekompresi
maksimal. Dibandingkan dengan multilevel ACDF, corpectomy memberikan keuntungan
mengurangi pergesekan antara host-graft. Swank et al telah menunjukkan bahwa tingkat
nonunion pada ACDF dua tingkat adalah 36% sedangkan satu tingkat corpectomy
menghasilkan non-union sebesar 10%. Hasil yang sama diperoleh byHilibrand et al, yang
melaporkan tingkat non-union 34% untuk ACDF (1-4 tingkat) dan 7% untuk corpectomy.
Corpectomies satu tingkat yang terbaik direkonstruksi menggunakan iliac crest
autograft. Angulasi dari krista iliaka membatasi penerapan corpectomies untuk rekonstruksi
anterior yang lama. Oleh karena itu, fibula strut Allografts telah digunakan dengan hasil
yang memuaskan. Namun, tingkat fusi allograft fibula agak lebih rendah dibandingkan
dengan autograft. Keterbatasan ini dapat diatasi dengan penambahan instrumentasi fusi di
posterior. Baru-baru ini, konstruksi cage telah digunakan untuk rekonstruksi kolom anterior
yang panjang. Kekurangan dari buttressing cage untuk rekonstruksi cervical anterior
meliputi penurunan, penilaian status fusi yang terbatas, dan operasi revisi yang sulit
karena sering terjadi penggabungan parsial.
Anterior plating saat ini dianjurkan untuk meningkatkan tingkat fusi dan
menurunkan kejadian dislokasi graft. Namun, kemampuan plat fiksasi untuk menstabilkan
corpectomy tiga tingkat terbatas dan tambahan stabilisasi posterior dianjurkan untuk
menghindari kegagalan implan dan terjadinya non-union.
f. Anterior Discectomy tanpa Fusi
Retrospektif case series tidak melaporkan hasil klinis yang lebih buruk
dibandingkan dengan discectomy dan fusi. Kelemahan dari metode ini adalah:
Herniasi yang berulang
Degenerasi Segmen gerak
Ketidakstabilan segmental
Nyeri leher kronis
Fusi secara spontan
Dalam sebuah studi acak prospektif pada 91 pasien dengan single- level kompresi
serabut cervical, Savolainen et al menganalisis tiga kelompok perlakuan yang berbeda:
discectomy tanpa fusi, fusi dengan bone graft autologous, dan fusi dengan bone graft
autologous ditambah plating. Hasil klinisnya baik untuk 76%, 82%, dan 73% pasien dari
masing-masing percobaan. kyphosis ringan terjadi pada 62,5% dari pasien yang telah
menjalani discectomy, 40% dari pasien yang menjalani fusi, dan 44% dari pasien yang
menjalani fusi ditambah plating. Studi ini menunjukkan bahwa discectomy tanpa fusi tidak
kalah dibandingkan ACDF.
Teknik tersebut dikembangkan untuk mempertahankan cakram intervertebralis.
Verbiest menyarankan pendekatan lateral sementara Hakuba menyarankan pendekatan
trans-unco-diskusal. Pendekatan terakhir merupakan gabungan dari pendekatan anterior
dan lateral diskus cervical. fusi Interbody tidak dilakukan kecuali untuk kasus-kasus
khusus dengan kyphosis ysng signifikan atau dengan ketidakstabilan. teknik invasif
Minimal disarankan oleh Jho dan Saringer et al, melaporkan mikro anterior foraminotomy
yang menyebabkan dekompresi anatomi langsung dari serabut saraf yang mengalami
kompresi dengan menghilangkan spondylotic spur atau fragmen diskus. Saringer et al
memodifikasi teknik ini dengan menggunakan Pendekatan endoskopi. Penulis lain
menghilangkan diskus yang herniasi di bawah tampilan endoskopi dengan menggunakan
rute transdiskusal.
Hilibrand et al mengikuti 374 pasien yang memiliki total 409 fusi cervical anterior selama
20 tahun. gejala Penyakit pada segmen yang berdekatan terjadi pada sejumlah 2,9% per
tahun selama 10 tahun setelah operasi. Sekitar seperempat dari pasien yang memiliki fusi
cervical anterior memiliki resiko terkena gejala penyakit segmen yang berdekatan
dalam waktu 10 tahun. Sebuah single level arthrodesis yang melibatkan C5 / 6 atau C6 / 7
dan bukti radiografi yang sudah terdapat sebelumnya dari degenerasi pada tingkat yang
berdekatan tampaknya menjadi faktor risiko terbesar untuk timbulnya penyakit baru. Yang
penting, tidak terdapat penelitian sejauh ini yang mampu membedakan efek sejarah alam
dengan efek arthrodesis pada perkembangan degenerasi segmen yang berdekatan.
Lebih dari 15 desain yang berbeda sekarang sedang dalam evaluasi pra-klinis dan
klinis (misalnya Prestige II, Bryan, PCM, Prodiskus-C, Cervicore, Diskusover). desain
TDA sekarang termasuk one-piece implan dan implan dengan artikulasi gliding tunggal
atau ganda dengan logam -on- logam atau metal-on-polimer sebagai permukaan bantalan
(Studi Kasus 3). untuk saat ini Indikasi dan kontraindikasi TDA adalah :
Data hasil awal menunjukkan bahwa TDA mampu mempertahankan gerakan
segmental dalam waktu singkat dan sangat menguntungkan dibandingkan dengan
ACDF.Namun, sejauh ini tidak terdapat data meyakinkan yang menyatakan TDA akan
mencegah degenerasi segmen yang berdekatan.
h. Posterior Laminectomy
cervical Laminektomi pertama kali dilakukan oleh Sir Victor Horsley (1857-1916)
untuk pengobatan tumor related myelopathy. Laminektomi merupakan Pendekatan teknis
serbaguna dan lancar untuk dekompresi spinalcord.
j. Posterior Foraminotomy
k. Laminoplasty
Tulaar, Angela. 2008. Nyeri Leher dan Punggung. Majalah Kedokteran Indonesia Volume 58
Nomor 5. Jakarta: FK UI.
Neck pain - cervical radiculopathy, Clinical Knowledge Summaries (January 2009) Binder
AI; Cervical spondylosis and neck pain. BMJ. 2007 Mar 10;334(7592):527-31.
Kuijper B, Tans JT, Beelen A, et al; Cervical collar or physiotherapy versus wait and see
policy for recent onset BMJ. 2009 Oct 7;339:b3883. doi: 10.1136/bmj.b3883. [abstract]
RINI UTAMI, Staf Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit Umum Sanglah Denpasar
Penambahan Stretching Exercise Pada Intervensi Micro Wave Diathermi, Transcutaneous
Electrical Nerve Stimulation Dan Massage Dapat Lebih Mengurangi Nyeri Penderita
Spondylosis Cervicalis
Barnsley L, Lord SM, Wallis BJ, Bogduk N; Lack of effect of intraarticular corticosteroids
for cronic pain in the cervical zygapophyseal joints. N Engl J Med 1994.(free full text).
Retrieved October.2,2007,from http : / / www . healthtology.com / science/science4.htm
Basmajian, JV., 1979 ; Muscle Alive; Baltimore: the Wililliam and Wilkins Co., pp. 175-239.
Calabrit, Bob., 1999; Stretching and Flexibility ; Retrieved October, 2, 2007, from
http:www.journalnews. healthology.comlfocus_article.
Calliet,Renne., Soft Tissue Pain and Dissability, F.A Davis Company, Piladelphia, 1978.
Clare et al ; A Systemic review of efficacy of Mc Kenzie Therapy for Spinal Pain; Retrieved
desember, 12, 2007, from Australian journal of physiotherapy, http ://www.journal-
news/focusarticle.
Cyrisc, James., 1950 ; Treatment by Manipulation and Deep Massage; Cassel and Company
Ltd., London
Daniels, Wesley., 2003 ; Managing Miofacial Pain Syndrome ; Retrieved October, 2, 2007,
from http://www/.physsportsmed.comlissues/2003/daniels.htm
Evans RW., Some observations on whiplash injuries. Neurol Clin 1992; (Medline), Retrieved
Desember, 2, 2007 from http:www.ptjournal. org.
Falla,Deborah ; Jule, Gwendolen; 2005, Effect of neck exercise on sitting Posture in patients
with cronic neck pain ; Retrieved October, 2, 2007, from
http://www.physportsmed.comlissuesl.htm
Guyton, Arthur C., 1996 ; Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ; EGC, Jakarta.
K. Freburger, Janet., 2005; Management of Back and Neck Pain; who seeks care from
physical therapist?; Retrieved Desember 2, 2007, from http:www. journalnews,
healthology.com/focus_article.
Kapandji, J. A., 1974 ; The Physiology of The Joint, Volume 3 The Trunk and Vertebra
Column Second Edition, Churchill Livingstone, London. Karen,Grimmer ; 2005; An
Investigation of poor cervical resting posture; ;Retrieved desember, 12, 2007, from Australian
journal of physiotherapy, http ://www.journal-news/focusarticle.
Kendall Ho, Kendall Fp and Boyton DA., 1952; Posture and pain New York : RE Kneiger
Poh Co.,pp 1-11.
Ridge B. 2010. Diagnosis and Treatment of Cervical Radiculopathy from Degenerative
Disorders. America : North American Spine Society.
Binder AI. 2007. Cervical Spondylosis And Neck Pain. Clinical Review. Volume 334. 10
March 2007 : 525 – 531
Eubanks JD. 2010. Cervical Radiculopathy : Nonoperative Management of Neck Pain and
Radicular Symptoms. American Family Physician. 1 Januari 2010 : 33-40.
Henderson Cm, Hennessy RG, Shuey HM, Jr., and Shackelford EG. 1983. Posterior-lateral
Foraminotomy as an exclusive operative technique for Cervical Radiculopathy : A Review of
846 Consecutively Operated Cases. Ridge (ed). Diagnosis and Treatment of Cervical
Radiculopathy from Degenerative Disorders. America : North American Spine Society.
Jackson R. 2010. The Classic The Cervical Syndrome. Clinical Orthopaedics and Related
Research. Vol 268 : 7. July 2010 : 1740.
Zundert JV, Harney D, Elbert AJ, Durieux ME, Patijn J, Prins MH and Kleef MV. 2006. The
Role of the Dorsal Root Ganglion in Cervical Radicular Pain : Diagnosis, Pathophysiology,
and Rationale for Treatment. Regional Anesthesia and Pain Medicine. Vol 31 : 2. March –
April 2006 : pp 157-167.