Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Oleh :
D-IV KEPERAWATAN TINGKAT 4.A
SEMESTER VII
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Kegawatdaruratan Pada Pediatri”. Meskipun banyak tantangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengkajian dalam kegawatdaruratan pediatric
1.3.2 Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic dan kolaborasi
kegawatdaruratan pediatric
1.3.3 Untuk mengetahui diagnose keperawatan kegawatdaruratan pediatrik
BAB II
PEMBAHASAN
2) Upaya napas
Upaya napas merefleksikan usaha anak mengatasi gangguan oksigenasi dan
ventilasi. Karakteristik hal yang dinilai adalah :
Suara napas yang tidak normal
Posisi tubuh yang khas
Retraksi
Cuping hidung
Tabel 2. Penilaian Upaya Napas
Karakteristik Hal yang dinilai
Suara napas yang tidak normal Mengorok, parau, stridor, merintih, menangis
Posisi tubuh yang tidak normal Sniffing, tripoding, menolak berbaring, head
bobbing
Retraksi Supraklavikula, interkosta, subternal
Cuping hidung Napas cuping hidung
3) Sirkulasi kulit
Sirkulasi kulit mencerminkan kecukupan curah jantung dan perfusi ke organ
vital. Hal yang dinilai (tabel 5):
Pucat
Mottling
Sianosis
Tabel 3. Penilaian Sirkulasi Kulit
Karakteristik Hal yang dinilai
Pucat Kulit atau mukosa tampak kurang merah karena kurangnya
aliran darah ke darah tersebut
Mottling Kulit berbecak kebiruan akbiat vasokontriksi
Sianosis Kulit dan mukosa tampak biru
Penilaian ketiga hal ini, tanpa menyentuh anak, telah dapat memberikan
gambaran kasar tentang kegawatan anak dengan cepat. Secara ringkas
penggunaan PAT dapat dilihat pada gambar dibawah.
Gawat Napas
Gagal Napas
Syok
Sirkulasi kulit
b. Metoda ‘ABCDE’
Teknik ini dilakukan dengan pemeriksaan fisik pada anak. Komponen
pemeriksaan:
1) Airway (Jalan Napas)
Sekalipun dengan teknik ‘PAT’ telah diketahui adanya obstruksi jalan napas,
namun derajat obstruksi perlu lebih terinci, antara lain untuk tindakan resusitasi.
Menilai jalan napas (airway) pada anak dengan kesadaran menurun dilakukan
dengan teknik ‘look, listen, feel’ yaitu membuka jalan napas dengan posisi
sniffing, lalu melihat pengembangan dada sambil mendengar suara napas dan
merasakan udara yang keluar dari hidung/mulut (gambar 2).
Penilaian jalan napas diekspresikan sebagai:
Jalan napas bebas
Jalan napas masih dapat dipertahankan
Jalan napas harus dipertahankan dengan intubasi
Obstruksi total jalan napas
Tekanan darah dipengaruhi ukuran manset. Lebar manset yang benar adalah
duapertiga panjang lengan atas. Pemeriksaan tekanan darah membutuhkan kooperasi
anak. Tekanan darah tinggi pada anak yang tidak berkooperasi baik mungkin dapat
menyesatkan. Namun tekanan darah rendah menandakan syok. Formula tekanan darah
sistolik terendah:
Skala lain yang banyak digunakan untuk menilai fungsi korteks adalah skala
koma Glasgow. Penggunaan skala koma Glasgow untuk pasien gawat di lapangan
seringkali di anggap tidak praktis dan kontroversial.
Untuk mengevaluasi fungsi batang otak dilakukan pemeriksaan pola napas
sentral, postur tubuh (dekortikasi/deserebrasi/flacid), pupil dan reaksinya terhadap
cahaya serta evaluasi syaraf kranial lain. Refleks pupil dapat menjadi tidak normal
akibat hipoksia, obat-obatan, kejang atau herniasi batang otak.
Penilaian lebih lanjut dilakukan atas gerakan motorik. Perhatikan gerakan-
gerakan asimetrik, kejang, posture atau flasiditas. Pemeriksaan neurologis lebih
lengkap dilakukan pada tahap pemeriksaan tambahan.
5) Exposure (paparan)
Untuk melengkapi perlu juga dinilai hal lain yang dapat langsung terlihat,
contoh: ruam akibat morbili, hematoma akibat trauma, dan sebagainya. Ketika
melakukan pemeriksaan jagalah agar anak (terutama bayi) tidak kedinginan.
Setelah melengkapi tahap ‘PAT’ dan ‘ABCDE’, sekaligus resusitasi bila dibutuhkan,
petugas medis harus memutuskan tindakan selanjutnya yang meliputi:
Meneruskan resusitasi
Melakukan pemeriksaan / pemantauan lebih lanjut
Merujuk
Proses ini amat tergantung pada kemampuan petugas, fasilitas yang ada dan
sistim penanggulangan kegawatan medis setempat. Bila fasilitas terbatas, lebih
baik untuk cepat melakukan rujukan untuk anak berisiko, antara lain:
Cedera berat
Riwayat penyakit berat (contoh: serangan asma yang berat yang tidak
memberikan respon adekuat terhadap pengobatan)
Kelainan fisiologi yang terdekteksi pada pengamatan awal
Kelainan anatomis yang dapat memberikan akibat fatal
Nyeri hebat
2. Pengkajian Sekunder
a. Jalan Napas
Nilai dan bebaskan jalan napas sambil melakukan imobilisasi tulang
servikal jika diperlukan
1) Gunakan metode jaw thrust tanpa head tilt jika dicurigai terdapat
cedera tulang servikal
2) Siapkan alat pengisap setiap saat
3) Tentukan perlu-tidaknya pemasangan jalannapas definitif (intubasi)
4) Indikasi pemasangan intubasi:
a) Tidak mampu mempertahankan jalan napas
b) Memerlukan ventilasi tekanan positif
c) Luka bakar pada jalan napas atau cedera inhalasi
d) Cedera kepala berat GCS <8
e) Trauma maksilofasial mayor
b. Pernapasan
Cari penyebab gagal napas:
1) Hipoventilasi akibat cedera otak
2) Pneumothoraks atau tension pneumothoraks
3) Hematotoraks
4) Dada gail (fail chest)
5) Kontusio paru
6) Kebanyakan cedera otak dapat di diagnosis melalui anamnesis,
pemeriksaan, dan rontgen toraks
7) Pneumotoraks terbuka
c. Sirkulasi
Cari tanda syok, tentukan penyebab, dan laksanakan terapi:
1) Nilai adanya perdarahan, cari perdarahan aktif luar dan dalam
(terjadi pada cedera organ dalam yang padat)
2) Pasagang akses pembuluh darah dengan dua akses IV berdiameter
besar dan lakukan resusitasi volume
3) Cari adanya ketidakstabilan hemodinamik, yang dapat tetap ada
eskipun sudah dilakukan resusitasi volume; perimbangkan adanya
perdarahan yang tidak terlihat serta syok spinal.
4) Cegah atau segera atasi penyebb potensial cedera otak sekunder,
seperti hipovolemia, hipetensi, dan hipoksia
d. Disabilitas
Lakukan penilaian neurologik secara cepat untuk engetahui kondisi yang
memerlukan intervensi segera::
1) Terapkan skala respons AVPU:
a) Alert – awas
b) Verbal – responsi terhadap rangsangan verbal
c) Painful – responsiif terhadap rangsangan nyeri
d) Unresponse
e) Pikirkan indikasi
2) Tentukan skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale, GCS)
3) Periksalah pupil lihat adakah perbedaan ukuran, diatasi, atau
respons yang ambat terhadap cahaya.
4) Pikirkan indikasi pemberian ventilasi bantuan (termasuk GCS < 8)
e. Pemeriksaan daerah yang tertutup pakaian dan pengendalian lingkungan
luar
1) Lepas semua baju, cari adanya cedera, ukur suhu inti tubuh, dan
pertahankan lingungan dalam suhuh netral.
2) Cegah dan atasi hipotermia yang signifikan.
Resusitasi awal
1. Darah tepi lengkap dan hitung jenis, golongan darah dan skrining
2. Elektrolit, glukosa, kreatinin, urea
3. Fungsi hati: AST ALT, fisfatase alkali
4. Profil koagulasi: PT, PTT, INR
5. Amilase
6. Kadar alkohol darah
7. Urinalisis.
5. Jika frekuensi denyut jantung, tingkat kesadaran, pengisisan kapiler
kembali, dan tanda perfusi sistemik lainnya tidak membaik, segera beri
bolus kedua NS atau RL 20 ml/kg
6. Jika perfusi sistemik tidak berespins terhadap pemberian kristaloid 60
ml/kg, pertimbangakan transusi PRBC 10-15 ml/kg
4. Pengkajian sekunder
Membahas mengenai proses anamnesis riwayat kesehatan sekarang, riwayat
kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik head to
toe untuk menilai perubahan bentuk, luka dan cedera yang dialami pasien
dewasa.
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Debora, Oda. 2017. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika