Вы находитесь на странице: 1из 30

CARA MENJADI KUNCI

PEMBUKA BERBAGAI KEBAIKAN

https://muslim.or.id/
1
2
3
4
CARA MENJADI KUNCI / PEMBUKA
BERBAGAI KEBAIKAN

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu dari Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya ada diantara manusia menjadi kunci-
kunci kebaikan, penutup keburukan dan ada di antara
manusia yang menjadi kunci-kunci keburukan,
penutup kebaikan. Maka beruntunglah orang-orang
yang Allah jadikan sebagai kunci kebaikan di atas
tangannya dan celakalah orang yang Allah jadikan
kunci keburukan di atas tangannya (HR Ibnu Majah,
Ibnu Abi Ashim, Ath Thayalisi, Al Baihaqi dan
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Ash
Shahihah no.1332). Sesungguhnya setiap muslim
sangat menginginkan kebahagiaan, dan kesuksesan
dirinya di dunia dan akhirat, ketika mendengar hadits
Anas di atas pasti hatinya tergerak dan berharap agar

5
dirinya menjadi kunci-kunci kebaikan dan tidak
menjadi kunci-kunci keburukan. Maka wajib baginya
berusaha, memahami dan meminta pertolongan serta
bersandar pada Allah untuk merealisasikan sebab-
sebab tersebut, tidak hanya mengkhayal saja.

Pembicaraan dalam masalah ini sangat penting dan


kita butuhkan dalam berbagai perkara. Syaikh Prof.
Dr. Abdurrazzaq al Badr dalam kutaibnya
menyebutkan 16 langkah bagaimana caranya
menjadi pembuka berbagai kebaikan, yaitu:

1. Langkah awal untuk menjadi kunci berbagai


kebaikan adalah bergantung kepada Al Fattah (Maha
Pemberi Anugerah), bertawassul dengan Nama Al
Fattah dan merendahkan diri kepada-Nya. Al Fath
(anugerah) semuanya dari Allah. Anugerah ilmu
bermanfaat, beramal shalih, dan berakhlaq yang

6
mulia. Tidak mungkin Anda memperoleh ilmu dan
pemahaman kecuali dengan anugerah dari Allah.
Allah berfirman: (Apa saja yang Allah anugerahkan
kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada
seorangpun yang dapat menahannya, dan apa saja
yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang
sanggup melepaskannya sesudah itu) QS Fathir: 2.

2. Tauhid dan Ikhlas


Sesungguhnya pembuka berbagai kebaikan yang
paling agung adalah mentauhidkan Allah dan
mengikhlaskan agama kepada-Nya. Tauhid
(Mengesakan Allah) adalah kunci dari banyaknya
kebaikan, dan merupakan kunci surga. Terdapat
hadits dalam riwayat Al Bazzar di musnadnya dari
Muadz bin Jabal sesungguhnya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda : (Kunci surga adalah
syahadat La Ilaha Illallah). Hadits ini dalam sanadnya

7
diperbincangkan, tetapi maknanya benar; tidak
diragukan lagi dan ia memiliki banyak penguat hadits-
hadits yang lain. Tidak mungkin seseorang memasuki
surga kecuali dengan mentauhidkan Allah. La Ilaha
Illallah (Tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah) adalah kalimat Tauhid dan
merupakan kunci surga, tetapi kunci ini tidak akan
berfungsi dan seorang hamba tidak bisa masuk surga
kecuali dengan cara merealisasikan syarat2
kalimatnya.
Oleh sebab itu Imam Bukhari menyebutkan dalam
kitab shahihnya dari wahb bin munabbih (ulama
tabiin)- beliau ditanya, dikatakan kepadanya :
“Bukankah La Ilaha Illallah adalah kunci surga ?
Beliau jawab : Iya, tetapi tidaklah ada kunci melainkan
bergerigi (memiliki gigi-gigi), jika engkau membawa
kunci yang bergerigi maka akan dibukakan bagimu,
jika tidak maka tidak dibukakan bagimu”.
8
Para Ulama dalam berbagai kitab Tauhid
menyebutkan syarat La Ilaha Illallah ada 7 yaitu : 1.
Ilmu (mengetahui) dalam bentuk peniadaan semua
yang disembah selain Allah dan menetapkan Allah-
lah satu-satunya Dzat yang berhak disembah dan
tidak boleh disekutukan 2. Yakin 3. Jujur 4. Ikhlas 5.
Cinta 6. Tunduk 7. Menerima. Maka wajib bagi siapa
yang ingin menjadi kunci berbagai kebaikan atas
dirinya dan orang lain untuk merealisasikan Tauhid
dan ikhlas kepada Allah dan meniatkan semua amal,
ketaatan untuk wajah Allah agar memperoleh pahala
di surga.
3. Ilmu yang bermanfaat yang berlandaskan Al Quran
dan As Sunnah
Ilmu adalah asas yang harus dipenuhi agar seorang
hamba menjadi pembuka kebaikan, dan barang siapa
yang tidak memiliki ilmu yang bermanfaat bagaimana
ia bisa membedakan antara kunci-kunci kebaikan dan
9
kunci-kunci keburukan? Bagaimana membedakan
antara kebenaran dan kebatilan? Bagaimana
membedakan antara sunnah dan bid’ah? Bagaimana
membedakan antara petunjuk dan kesesatan?
Sebagaimana Allah berfirman dalam QS Yusuf : 108
‫يرة‬
َ ‫ص‬ِ َ‫علَى ب‬ ُ ‫س ِبي ِلي أ َ ْد‬
ِ ‫عو ِإلَى ه‬
َ ‫َّللا‬ َ ‫قُ ْل َه ِذ ِه‬
(Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-
orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata).

Barang siapa yang menginginkan dirinya menjadi


pembuka kebaikan, hendaklah ia bersemangat
meraih ilmu yang bermanfaat dan benar-benar
memperhatikannya. Rasulullah bersabda: “Barang
siapa yang meniti jalan untuk menuntut ilmu, niscaya
Allah mudahkan baginya jalan ke surga” (HR Muslim).
Jika seorang hamba tidak menghiasi dirinya dengan
ilmu, bisa jadi ia akan terjerumus pada berbagai

10
perkara kesesatan, bid’ah dan hawa nafsu dan ia
menyangka telah berbuat hal yang baik. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Betapa
banyak orang yang menginginkan kebaikan tapi tidak
mendapatkannya” (HR Ad Darimi No.204).

4. Memperhatikan Hal-hal yang wajib/fardhu dalam


agama Islam
Barang siapa yang memperhatikan hal-hal yang
wajib/fardhu dalam agama Islam dan berusaha keras
melaksanakannya, niscaya akan dibukakan pintu-
pintu kebaikan yang tidak disangka-sangka. Banyak
dalil yang menunjukkannya. Dalam shahih Bukhari
dari Ummu Salamah, istri Nabi berkata: Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bangun pada suatu
malam lalu beliau berucap: “La Ilaha Illallah, dalam
riwayat lain: Subhanallah! Fitnah apa yang Allah
turunkan malam ini? Perbendaharaan apa yang Allah

11
turunkan malam ini?”
Perhatikan pembaca yang mulia, fitnah telah turun
dan pintu-pintu perbendaharaan kebaikan telah
dibuka, maka apa yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam anjurkan:
“Barang siapa yang membangunkan para pemilik
kamar kemudian mereka shalat”
Jika engkau ingin menjauhi fitnah dan mengingginkan
menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan maka hal itu
terdapat dalam shalat. Rasulullah juga mengajarkan
َ ‫الل ُه هم ا ْفت َ ْح ِلي أَب َْو‬
kita ketika masuk masjid dengan doa: ‫اب‬
‫( َر ْح َمتِ َك‬Ya Allah, bukakanlah pintu-pintu rahmat-Mu
kepadaku)
Dan lihat juga terbukanya pintu-pintu kebaikan dalam
ibadah puasa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
“Jika datang malam pertama bulan ramadhan
dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu
12
neraka dan setan-setan dibelenggu, dan berserulah
orang yang berseru: wahai pencari kebaikan
datanglah, dan wahai pencari keburukan, diamlah di
tempat” (HR Tirmidzi, dan selainnya dan dihasankan
oleh al-Albani).
5. Berjuang untuk menjauhi dosa
Barang siapa yang menginginkan dirinya menjadi
pembuka kebaikan dan penutup keburukan
hendaklah ia mengetahui bahwa ia berjalan di atas
jalan yang lurus menuju surga, dan di samping kiri-
kanan jalan terdapat jalan-jalan yang banyak yang
tidak terkunci/tertutup yaitu pintu-pintu menuju hal-hal
yang haram. Maka hendaklah ia berhati-hati, sekali ia
masuk maka ia telah membuka satu pintu keburukan
kemudian akan terbuka pintu-pintu yang lain karena
jiwa itu jika telah masuk pada hal yang haram, ia tidak
mau sendirian sehingga ia berubah dari pelaku
keharaman menjadi da’i/orang yang mengajak untuk
13
mengerjakan hal yang haram dan menyenanginya.
Sebagaimana terjadi pada pelaku kebatilan dan
kesesatan, awalnya menjadi pelaku kemudian
menjadi da’i (penyeru) kepada kebatilan. Khalifah
Utsman pernah mengatakan: “Wanita pezina
menginginkan seandainya seluruh wanita berzina”
(Al-Itiqamah, 2/257)
6. Berdoa
Berdoa adalah pembuka berbagai kebaikan, salah
seorang salaf berkata: “Aku telah merenungkan
kumpulan kebaikan maka aku mendapati kebaikan itu
memiliki pintu-pintu yang banyak: Shalat itu kebaikan,
puasa itu kebaikan, haji itu kebaikan, pintu-pintu
kebaikan itu banyak dan aku mendapati semuanya
berada di Tangan Allah, maka aku berkeyakinan
bahwa doa adalah kunci/pembuka semua kebaikan”.
Doa-doa dalam hal ini sangatlah banyak, diantaranya
doa keluar rumah:
14
‫ظ ِل َم أ َ ْو أ ُ ْ‬
‫ظلَ َم‪ ،‬أ َ ْو أ َ ْج َه َل أ َ ْو يُ ْج َه َل‬ ‫ض هل‪ ،‬أ َ ْو أ َ ِز هل‪ ،‬أ َ ْو أ َ ْ‬
‫عوذُ ِب َك أ َ ْن أ َ ِ‬
‫الله ُه هم إِنِي أ َ ُ‬
‫عل َ ه‬
‫ي‬ ‫َ‬
‫‪Doa setelah shalat shubuh:‬‬
‫ع َم ًًل ُمتَقَب ًهًل‬ ‫الله ُه هم إِنِي أ َ ْسأَلُ َك ِع ْل ًما نَافِعًا‪َ ،‬و ِر ْزقًا َ‬
‫ط ِيبًا‪َ ،‬و َ‬
‫‪Doa yang diajarkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam‬‬
‫‪kepada Aisyah:‬‬
‫ع ِل ْمتُ ِم ْنهُ َو َما لَ ْم أ َ ْعلَ ْم‪،‬‬
‫آج ِل ِه‪َ ،‬ما َ‬
‫اج ِل ِه َو ِ‬
‫ع ِ‬‫الله ُه هم إِنِي أ َ ْسأَلُ َك ِمنَ ْال َخي ِْر ُك ِل ِه َ‬
‫ع ِل ْمتُ ِم ْنهُ َو َما لَ ْم أ َ ْعلَ ْم‪ ،‬الله ُه هم إِنِي‬
‫آج ِل ِه‪َ ،‬ما َ‬
‫اج ِل ِه َو ِ‬
‫ع ِ‬‫ش ِر ُك ِل ِه َ‬ ‫َوأ َ ُ‬
‫عوذُ ِب َك ِمنَ ال ه‬
‫ع ْبد َُك َونَ ِبي َُّك‪َ ،‬وأ َ ُ‬
‫عوذُ ِب َك ِم ْن ش َِر َما َ‬
‫عاذَ ِب ِه َ‬
‫ع ْبد َُك‬ ‫سأَلَ َك َ‬
‫أ َ ْسأَلُ َك ِم ْن َخي ِْر َما َ‬
‫َونَ ِبي َُّك‪ ،‬الله ُه هم إِنِي أ َ ْسأَلُ َك ْال َجنهةَ َو َما قَ هر َ‬
‫ب إِلَ ْي َها ِم ْن قَ ْول أ َ ْو َ‬
‫ع َمل‪،‬‬
‫ع َمل‪َ ،‬وأ َ ْسأَلُ َك أ َ ْن ت َ ْجعَ َل ُك هل‬
‫ب ِإلَ ْي َها ِم ْن قَ ْول أ َ ْو َ‬ ‫َوأ َ ُ‬
‫عوذُ ِب َك ِمنَ النه ِ‬
‫ار َو َما قَ هر َ‬
‫ضاء قَ َ‬
‫ض ْيتَهُ ِلي َخي ًْرا‬ ‫قَ َ‬
‫‪7. Menjauhi Sumber-sumber fitnah dan syubhat serta‬‬
‫‪berhati-hati terhadap hal tersebut‬‬
‫‪Hal ini akan mendatangkan keselamatan bagi diri‬‬
‫‪seorang hamba dan Keselamatan sehingga ia tidak‬‬
‫‪menjadi pembuka keburukan bagi manusia. Dari‬‬
‫‪Abdullah bin Mas’ud berkata: “Seunggguhnya akan‬‬
‫‪15‬‬
datang perkara-perkara yang musytabihat (samar),
maka tetaplah kalian perlahan-lahan (jangan tergesa-
gesa) karena sesungguhnya kalian menjadi pengikut
kebaikan lebih baik daripada menjadi tokoh
keburukan” (HR Ibnu Abi syaibah dalam Al-
Mushannaf, 15/34 dan al-Baihaqi dalam Asy-Syu’ab
7/297).
Maka barang siapa yang menginginkan dirinya
menjadi pembuka kebaikan, penutup keburukan
hendaklah ia berhati-hati terhadap perkara
musytabihat dan fitnah dan tidak tergesa-gesa dan
dia perlu menghubungi/komunikasi dengan ulama
kibar untuk bermusyawarah, dan meminta bimbingan
mereka dan janganlah ia cepat-cepat mengambil
pendapatnya sendiri atau perkataan yang ia kagumi
karena jika ia tergea-gesa maka ia telah
menjerumuskan dirinya pada keburukan dan bisa
menjadi pembuka keburukan bagi orang lain.
16
8. Bijaksana dan bergaul bersama manusia dengan
akhlak yang mulia
Hal tersebut merupakan sebaik-baik pendukung untuk
menjadi pembuka berbagai kebaikan. Dan percayalah
-wahai saudaraku- seungguhnya orang yang
berperangai jahat dan bermuamalah dengan buruk
tidak akan mungkin membuka hati-hati manusia. Allah
berfirman kepada Nabi-Nya pemuka Bani Adam:
(“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” QS Ali
Imran:159)
9. Bergegas menuju kebaikan
Seorang hamba tidak akan mampu untuk membuka
kebaikan kepada manusia kecuali jika ia
memperhatikan kebaikan, melakukannya dan
bergegas menuju kepadanya, lihat apa kata Syu’aib
17
ketika berbicara pada kaumnya: (“Dan aku tidak
berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan)
apa yang aku larang” QS Hud: 88). Berdasarkan hal
tersebut, seorang yang mengajak manusia pada
kebaikan hendaknya ia bergegas melaksanakan
kebaikan.
Allah berfirman dalam Al-Ahzab: 21, “Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap
(rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah”. Maka tidak cukup
seseorang menjadi dai dengan ucapan-ucapannya
padahal realitanya ia lalai dengan perbuatan-
perbuatan yang ia lakukan; seharusnya perbuatannya
menjadi teladan bagi manusia.
10. Mengingat akhirat dan saat menghadap di
hadapan Allah
Diantara perkara yang dapat menjadikan seseorang
18
menjadi pembuka kebaikan adalah mengingat akhirat
dan saat menghadap di hadapan Allah, serta ketika
pembalasan amal dimana semua perkataan dan
perbuatannya akan dipertanggung jawabkan di
hadapan Allah.
Dan ingatlah bahwa surga itu ada delapan pintu, dan
neraka ada tujuh pintu. Setiap pintu memiliki kunci-
kunci. Kunci-kunci surga dan neraka berada di dunia
bukan di akhirat. Di akhirat tidak lain hanyalah
pembalasan amal dan hisab, adapun di dunialah
terdapat kunci-kuncinya. Kunci surga adalah
bertauhid, shalat, puasa, taat kepada Allah,
melakanakan perintah-Nya. Dan kunci neraka adalah
syirik kepada Allah, kufur kepada-Nya, melakukan
perbuatan dosa dan maksiat.
Jika seeorang mati dalam keadaan Syirik dan kufur
kepada Allah maka akan dibuka pintu-pintu neraka
dan ia kekal selama-lamanya. Jika ia bermaksiat dan
19
melakukan perbuatan dosa maka ia akan masuk
neraka lalu diadzab sesuai kadar dosanya dan ia
tidak kekal di neraka kecuali jika ia berbuat syirik.
11. Berteman dengan orang-orang yang baik dan
duduk dengan orang-orang yang shalih
Barang siapa yang ingin menjadi pembuka kebaikan
hendaklah ia bersabar bersama orang-orang yang
baik dan yang melakukaan ketaatan. Allah berfirman
dalam QS Al Kahfi:28, (Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru
Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu
berpaling dari mereka (karena) mengharapkan
perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti
orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari
mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan
adalah keadaannya itu melewati batas).
Hendaknya ia juga berhati-hati untuk berteman
20
dengan orang-orang yang jahat dimana ia nanti akan
menyesal pada hari kiamat dan penyesalannya tidak
akan bermanfaat.
(Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zalim
menggigit dua tangannya, seraya berkata: “Aduhai
kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama
Rasul.” Kecelakaan besarlah bagiku; kiranya aku
(dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akrab(ku).
Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al
Quran ketika Al Quran itu telah datang kepadaku.
Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia).
QS Al Furqan:27-29
12. Bersemangat menyebarkan kebaikan
Memberikan nasihat kepada manusia ketika ia
bergaul, dan bermuamalah dengan mereka dengan
cara menyibukkan pada hal yang baik dan
memalingkan dari hal-hal yang buruk. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: (Agama
21
adalah nasihat, agama adalah nasihat, agama adalah
nasihat). HR Muslim
Seseorang tidak akan bisa menjadi pembuka
kebaikan kecuali jika dalam setiap majlis ia selalu
bersemangat menyebarkan kebaikan. Oleh karena itu
Ibnul Qayyim menjelaskan arti dari ayat Al Quraan
surat Maryam:31 “ Dia menjadikan aku seorang yang
diberkati di mana saja aku berada” beliau berkata
maksudnya adalah menjadi orang yang mengajarkan
kebaikan, dai/ mengajak kepada Allah, mengingatkan
kebaikan dan senang melakukan ketaatan kepada-
Nya, dan ini merupakan barakah seeorang, jika tidak
terpenuhi hal ini maka ia tidak memperoleh barakah
dan hilanglah barakah pertemuan dan
perkumpulannyaa”
Rasululah bersabda: “sebaik-baik kalian adalah orang
yang diharapkan kebaikannya dan selamat dari

22
kejelekannya” (HR Tirmidzi dan lainnya, dishahihkan
oleh Al Albani).
13. Pintu-pintu kebaikan itu Saling mengikuti
Barang siapa yang telah dibukakan satu pintu maka
akan terbukalah pintu-pintu yang lain, dan ini
merupakan nikmat dari Allah. Para ulama berkata:
“sesungguhnya kebaikan itu memanggil saudara-
saudaranya dan mengajak kepadanya”. Jika engkau
telah dilapangkan terhadap satu pintu kebaikan maka
sambutlah, karena ini nikmat Allah untukmu karena
kebaikan itu memanggil kebaikan lain. (“Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” QS Ar
Rahman:60). Dan jika engkau mendapati dirimu
semangat dalam satu pintu dari pintu-pintu kebaikan
maka manfaatkanlah sebelum engkau terpisah
darinya walaupun kebaikan itu tergolong perkara
yang kecil.

23
14. Janganlah meremehkan pintu-pintu kebaikan
yang dibukakan pada orang lain
Barang siapa yang telah dibukakan pintu-pintu
kebaikan, maka janganlah ia meremehkan pintu-pintu
kebaikan pada orang lain. Kamu di atas kebaikan dan
dia di atas kebaikan karena bisa jadi amalan orang
lain lebih baik daripada amalan yang engkau lakukan.
Ada kisah yang bagus yang terjadi antara Imam Malik
dan salah satu ahli ibadah, kisah tersebut disebutkan
oleh Ibnu Abdil Bar dalam At Tamhid dan Adz
Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala: bahwasanya
Abdullah bin Abdul Aziz Al Umari Ahli Ibadah menulis
kepada Malik agar dia menyendiri dan bekerja serta
membenci majlis ilmu, maka Malik menulis
kepadanya: “Sesungguhnya Allah telah membagi-
bagi amal sebagaimana membagi-bagi rizki, betapa
banyak orang yang dibukakan pintu shalat akan tetapi
tidak dibukakan pintu untuk puasa; ada yang
24
dibukakan pintu untuk bersedekah, tetapi tidak
dibukakan pintu untuk berpuasa; ada yang dibukakan
pintu berjihad, tetapi tidak dibukakan pintu untuk
shalat; dan menyebarkan ilmu serta mengajarkannya
adalah termasuk amalan kebaikan yang paling utama.
Dan aku telah ridha terhadap apa yang Allah
anugerahkan kepadaku dari hal tersebut; dan aku
tidak menganggap bahwa aku tidak termasuk di
dalam kebaikan tanpa adanya kamu di dalamnya, dan
aku berharap kita semua di atas kebaikan, dan wajib
bagi setiap dari kita untuk ridha terhadap apa yang
dibagikan kepadanya.”
Lihatlah perkataan Orang yang berilmu (Malik) ini:
dan aku berharap kita semua di atas kebaikan dan ia
tidak berkata: kamu tidak paham; atau kamu tidak
memiliki seperti yang aku miliki dari ilmu dan
urusanmu sangat remeh. Akan tetapi ia berkata
dengan perkataan yang indah serta tawadhu’ : “dan
25
aku berharap kita semua di atas kebaikan”, saya di
atas kebaikan dan kamu di atas kebaikan, tetapi
kebaikan yang aku lakukan adalah lebih besar karena
manfaatnya tidak terbatas pada satu orang, berbeda
dengan ahli ibadah yang manfaatnya hanya terbatas
pada dirinya saja.
15. Mengobati jiwanya dari penyakit hati
Barang siapa yang menginginkan dirinya menjadi
pembuka kebaikan maka hendaknya ia bersungguh-
sungguh mengobati dirinya dari penyakit hati dngan
meminta pertolongan kepada Allah. Dada jika
terdapat di dalamnya kedengkian, maka bagaimana
pemiliknya bisa menjadi pembuka kebaikan bagi
orang lain? Ambilllah permisalan : Imamnya para
pendengki yaitu Iblis ketika ia dengki/hasad terhadap
Bapak kita Adam, apa yang ia lakukan? Ia datang
dalam bentuk sebagai pemberi nasihat yang
terpercaya, lalu mulailah ia membujuknya dan
26
menyebutkan perkara-perkara seolah-olah ia pemberi
nasihat. Allah berfirman:
(“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada
keduanya untuk menampakkan kepada keduanya
apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan
syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan
mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua
tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-
orang yang kekal (dalam surga).” Dan dia (syaitan)
bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya
adalah termasuk orang yang memberi nasehat
kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk
keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu
daya” … QS Al A’raf:20-22)
Dengan demikian, barang siapa yang di hatinya
terdapat bibit-bibit keburukan, kedengkian dan
semisalnya maka ia tidak akan bisa menjadi pembuka
kebaikan, bahkan akan menjadi pembuka keburukan.
27
Maka hati membutuhkan pengobatan yang terus
menerus dan berharap kepada Allah agar dijauhkan
dari hati yang penuh kedengkian dan dibersihkan dari
perkara-perkara yang semisal dengan ini. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita
untuk berdoa:
َ ‫ أ َ ْن‬،‫ت َخي ُْر َم ْن زَ هكاهَا‬
‫ت َو ِليُّ َها َو َم ْو ََلهَا‬ َ ‫ َوزَ ِك َها أ َ ْن‬،‫ت نَ ْف ِسي ت َ ْق َواهَا‬
ِ ‫الل ُه هم آ‬
16. Senang dalam kebaikan dan memberikan
manfaaat bagi orang lain
Sebagai penutup dari cara menjadi pembuka
berbagai kebaikan adalah senang dalam kebaikan
dan memberikan manfaaat bagi orang lain. Jika
terdapat kesenangan, tetapnya niat, tekad yang kuat
dan meminta pertolongan kepada Allah dan ia
mendatangi berbagai perkara dari pintu-pintunya,
dengan izin Allah ia menjadi pembuka kebaikan dan
penutup keburukan.

28
Semoga Allah menganugerahkan kepada kita untuk
menjadi kunci/pembuka pintu-pintu kebaikan dan
tidak menjadikan kita sebagai pembuka pintu-pintu
keburukan.
————————————————————————
—————————–
(Faidah dari kutaib “kaifa takunu miftahan lil khair?”
oleh Syaikh Prof. Dr. Abdurrazzaq Al Badr)
Muhammad Taufik
Kota Nabi, 15 Dulhijjah 1435 H

29
30

Вам также может понравиться