Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hukum adalah sekumpulan peraturan yang berisi perintah dan larangan yang dibuat oleh
pihak yang berwenang sehingga dapat dipaksakan pemberlakuannya berfungsi untuk mengatur
masyarakat demi terciptanya ketertiban disertai dengan sanksi bagi pelanggarnya.

Salah satu bidang hukum yang mengatur hak dan kewajiban yang dimiliki pada subyek
hukum dan hubungan antara subyek hukum. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau
hukum sipil sebagai lawan dari hukum publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang
berkaitan dengan negara serta kepentingan umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata
negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari (hukum administrasi atau tata usaha negara),
kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata mengatur hubungan antara penduduk atau
warga negara sehari-hari, seperti misalnya kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian,
kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata
lainnya.

Ada beberapa sistem hukum yang berlaku di dunia dan perbedaan sistem hukum tersebut
juga memengaruhi bidang hukum perdata, antara lain sistem hukum Anglo-Saxon (yaitu sistem
hukum yang berlaku di Kerajaan Inggris Raya dan negara-negara persemakmuran atau negara-
negara yang terpengaruh oleh Inggris, misalnya Amerika Serikat), sistem hukum Eropa
kontinental, sistem hukum komunis, sistem hukum Islam dan sistem-sistem hukum lainnya.
Hukum perdata di Indonesia didasarkan pada hukum perdata di Belanda, khususnya hukum
perdata Belanda pada masa penjajahan.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, Kami membahas beberapa masalah mengenai sistem
hukum, diantaranya:

1. Apa yang dimaksud dengan sistem hukum?


2. Apa sajakah macam-macam sistem hukum di dunia?

1
C. Tujuan Penulisan

Makalah ini ditulis dengan tujuan-tujuan tersendiri, diantaranya yaitu:

1. Dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan sistem hukum.
2. Dapat mengetahui dan menganalisis macam-macam sistem hukum di dunia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Hukum

Berbicara mengenai sistem hukum, walaupun secara singkat, hendaknya harus diketahui
terlebih dahulu arti dari sistem itu. Dalam suatu sistem terdapat ciri-ciri tertentu, yaitu terdiri dari
komponen-komponen yang saling berhubungan, saling mengalami ketergantungan dalam
keutuhan organisasi yang teratur serta terintegrasi. Kaitannya dengan hukum, prof. Subekti, S.H.
(dalam Seminar Hukum Nasional IV Maret 1979 di Jakarta) berpendapat bahwa “suatu sistem
adalah suatu susunan atau tataan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian
yang berkaitan satu sama lain tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu
penulisan untuk mencapai suatu tujuan”.

Dalam suatu sistem yang baik tidak boleh terdapat suatu pertentangan atau benturan antara
bagian-bagian. Selain itu, juga tidak boleh terjadi duplikasi atau tumpang tindih (over lapping)
diantara bagian-bagian itu. Dicontohkan, Prof. B ter Haar Bzn dalam bukunya yang terkenal
berbicara tentang “beginselen” en”stelsel” itu adalah sistem yang kita maksudkan. Sementara itu
“beginselen adalah asas-asas (basic principles) atau pondasi yang mendukung sistem.

Setiap sistem mengandung beberapa asas yang menjadi pedoman dalam pembentukannya.
Dapat dikatakan bahwa suatu sistem tidak terlepas dari asas-asas yang mendukungnya. Dengan
demikian, sifat sistem itu menyeluruh dan berstruktur yang keseluruhan komponen-
komponennya bekerja sama dalam hubungan fungsional. Jadi, hukum adalah suatu sistem.
Artinya, suatu susunan atau tataan taratur dari aturan-aturan hidup ,keseluruhannya terdiri dari
bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain. Misalnya saja dalam “hukum perdata” sebagai
sistem hukum positif. Sebagai keseluruhan, didalam terdiri dari bagian-bagian yang mengatur
tentang hidup manusia sejak lahir sampai meninggal dunia. Dari bagian-bagian itu dapat dilihat
kaitan aturannya sejak seseoranag dilahirkan, hidup sebagai manusia yang memiliki hak dan
kewajiban, dan suatu waktu keinginan untuk melanjutkan keturunan dilaksanakan dengan
membentuk keluarga.

3
Dalam kehidupan sehari-hari manusia juga memiliki kekayaan yang dipelihara dan
dipertahankan dengan baik. Pada saat meninggal dunia semuanya akan ditinggalkan dan
diwariskan untuk yang berhak. Dari bagian-bagian sistem hukum perdata itu,ada aturan-aturan
hukumnya yang berkaitan secara teratur keseluruhannya merupakan peraturan hidup manusia
dalam keperdataan (hubungan manusia dengan lainnya demi hidup).

B.Macam-macam Sistem Hukum


1. Sistem Hukum Eropa Kontinental

Sistem hukum ini berkembang dinegara Eropa daratan yang sering disebut sebagai “Civil Law”
sebenarnya semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran Romawi pada
masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad VI sebelum masehi. Peraturan-peraturan hukumnya
merupakan kumpulan dari berbagai kaidah hukum yan ada sebelum masa Justinianus yang
kemudian disebut “Corpus Juris Civilis”. Dalam perkembangannya, prinsip-prinsip hukum yang
terdapat pada Corpus Juris Civilis itu dijadikan dasar perumusan dan kodifikasi hukum dinegara-
negara Eropa daratan. seperti Jerman, Belanda, Prancis dan Italia juga Amerika Latin dan Asia
termasuk Indonesia pada masa penjajahan pemerintah Belanda.

Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental itu ialah “hukum
memperoleh kekuatan mengikat,karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk
undang-undang yang tersusun secara sistematik didalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”.
Prinsip dasar ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
“kepastian hukum”. Kepastian hukum hanya dapat diwujudkan kalau tindakan-tindakan hukum
manusia dalam pergaulan hidup diatur dengan peraturan-peraturan hukum yang tertulis. Dengan
tujuan hukum itu dan berdasarkan sistem hukum yang dianut, hakim tidak dapat leluasa
menciptakan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat umum. Hakim hanya berfungsi
“menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan dalam batas-batas wewenangnya”. Putusan
seorang hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang berperkara saja (doktrins
Res Ajudicata).

Sejalan dengan pertumbuhan negara-negara nasional di Eropa yang bertitik tolak kepada
unsur kedaulatan (sovereignty) nasional termsuk kedaulatan untuk menetapkan hukum, maka
yang menjadi sumber hukum di dalam sistem hukum Eropa Kontinental adalah “undang-

4
undang.” Undang-undang itu dibentuk oleh pemegang kekuasaan legeslatif. Selain itu, diakui
“peraturan-peraturan” yang dibuat pemegang kekuasaan eksekutif berdasarkan wewenang yang
telah ditetapkan oleh undang-undang (peraturan-peraturan hukum administrasi negara) dan
“kebiasaan-kebiasaan” yang hidup dan diterima sebagai hukum oleh masyarakat selama tidak
bertentangan dengan undang-undang. Berdasarkan sumber-sumber hukum itu, maka sistem
hukum Eropa Kontinental penggolongannya ada dua yaitu penggolongan ke dalam bidang
“hukum publik” dan “hukum privat”. Hukum public mencakup peraturan-peraturan hukum yang
mengatur kekuasaan dan wewenang penguasa /negara serta hubungan-hubungan antara
masyarakat dan negara. Termasuk dalam hukum publik ini ialah:

a. Hukum Tata Negara;


b. Hukum Administrasi Negara;
c. Hukum pidana.

Hukum privat mencakup peraturan-peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan


antara individu-individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya. Yang termasuk
dalam hukum privat ialah:

a. Hukum Sipil; dan


b. Hukum Dagang

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia sekarang, batas-batas yang jelas antara
hukum publik dan hukum privat itu semakin sulit ditentukan. Hal itu disebabkan faktor-faktor
berikut:

a. Terjadinya proses sosialisasi di dalam hukum sebagai akibat dari makin banyaknya bidang-
bidang kehidupan masyarakat. Hal itu pada dasarnya memperlihatkan adanya unsur
“kepentingan umum/masyarakat” yang perlu dilindungi dan dijamin. Misalnya saja bidang
hukum perburuhan dan hukum agrarian.
b. Makin banyaknya ikut campur negara di dalam bidang kehidupan yang sebelumnya hanya
menyangkut hubungan perorangan. Misalnya saja bidang perdagangan, bidang perjanjian,,
dan sebagainya.

5
2. Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)

Sistem hukum Anglo Saxon kemudian dikenal dengan sebutan “Anglo Amerika.” Sistem
hukum mulai berkembang di Inggris pada abad XI yang sering disebut sebagai sistem “Common
Law” dan sistem “Unwritten Law” (tidak tertulis. Walaupun disebut sebagai unwritten law, hal
ini tidak sepenuhnya benar. Alasannya adalah di dalam sistem hukumini dikenal pula adanya
sumber-sumber hukum yang tertulis (statuse).

Sistem hukum Anglo Amerika ini dalam perkembangannya melandasi pula hukum positif
di negara-negara Amerika Utara, seperti Kanada dan beberapa negara Asia yang termasuk
negara-negara persemakmuran Inggris dan Australia, selain di Amerika Serikat sendiri.

Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Amerika ialah “putusan-putusan


hakim/pengadilan” (Judicial decisions). Melalui putusan-putusan hakim yang mewujudkan
kepastian hukum, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang
mengikat umum. Di samping putusan hakim, kebiasaan-kebiasaan dan peraturan-peraturan
tertulis undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui, walaupun banyak landasan
bagi terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-putusan dalam
pengadilan. Sumber-sumber hukum itu (putusan hakim, kebiasaan, dan peraturan administrasi
negara) tidak tersusun secara sistematis dalam hierarki tertentu seperti pada sistemhukum Eropa
Kontinental. Selain itu, dalam sistem hukum Anglo Amerika ada “Peranan” yang diberikan
kepada seorang hakim yang berbeda dengan sistem hukum Eropa Kontinental. Hakim berfungsi
tidak hanya sebagai pihak yang bertugas menetapkan dan menafsirkan peraturan-peraturan
hukum saja. Hakim juga berperan besar dalam membentuk sluruh tata kehidupan masyarakat.
Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang
berlaku. Selain itu, menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi
hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang sejenis.

Sistem hukum Anglo Amerika menganut suatu doktrin yang dikenal dengan nama “the
doctrine of precedent/Stare Decisis”. Pada hakikatnya doktrin ini menyatakan bahwa dalam
memutuskan suatu perkara, seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum
yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya (preseden). Dalam hal
itu tidak ada putusan hakim lain dari perkara atau putusan hakim yang telah ada sebelumnya.

6
Kalau itu dianggap tidak sesuai lagi dengan perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan
putusan baru berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common sense) yang
dimilikinya. Melihat kenyataan bahwa banyak prinsip-prinsip hukum yang timbul dan
berkembang dari putusan-putusan hakim untuk suatu perkara atau kasus yang dihadapi, sistem
hukum Anglo Amerika, secara berlebihan, sering disebut sebagai Case Law.

Dalam perkembangannya, sistem hukum Anglo Amerika itu mengenal pula pembagian
“Hukum Publik dan Hukum Privat”. Pengertian yang diberikan kepada hukum publik hampir
sama dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Sementara itu
bagi hukum privat pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Anglo Amerika agak berbeda
dengan pengertian yang diberikan oleh sistem hukum Eropa Kontinental. Dalam sistem hukum
Eropa Kontinental “hukum privat lebih dimaksudkan sebagai kaidah-kaidah hukum perdata dan
hukum dagang yang dicantumkan dalam kodifikasi kedua hukum itu.” Berbeda dengan itu bagi
sistem hukum Anglo Amerika pengertian “hukum privat lebih ditujukan kepada kaidah-kaidah
hukum tentang hak milik (law of property), hukum tentang orang (lawof persons), hukum
perjanjian (law of contract), dan hukum tentang perbuatan melawan hukum (law of torts).
Seluruhnya tersebar di dalam peraturan-peraturan tertulis, putusan-putusan hakim dan hukum
kebiasaan.

3. Sistem Hukum Adat

Sistem hukum ini hanya terdapat dalam lingkungan kehidupan sosial di Indonesia dan
negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, India, Jepang, dan negara lain. Istilahnya berasal dari
bahasa Belanda “Adatrecht” yang untuk pertama kali dikemukakan oleh Snouck Hurgronje.
Pengertian hukum adat yang digunakan oleh Mr. C. Van Vollenhoven (1928) mengandung
makna bahwa hukum Indonesia dan kesusilaan masyarakat merupakan hukum adat. Adat tidak
dapat dipisahkan dan hanya mungkin dibedakan dalam akibat-akibat hukumnya. Kata “hukum”
dalam pengertian hukum adat lebih luas artinya dari istilah hukum di Eropa. Hal itu karena
terdapat peraturan-peraturan yang selalu dipertahankan keutuhannya oleh berbagai golongan
tertentu dalam lingkungan kehidupan sosialnya, seperti masalah pakaian, pangkat pertunangan
dan sebagainya.

7
Sementara itu, istilah “Indonesia” digunakan untuk membedakan dengan hukum adat
lainnya di kawasan Asia. Kata Indonesia untuk pertama kali dipakai pada tahun 1850 oleh James
Richardson Logan dalam salah satu karangannya di Penang yang dimuat dalam Journal of the
Indian Archipelago and Eastern Asia. Sebutan itu untuk menunjukkan adanya nama bangsa-
bangsa yang hidup di Asia Tenggara.

Sistem hukum adat bersumber peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.hukum adat itu
mempunyaitipe yang bersifat tradisional dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang.
Untuk ketertiban hukumnya selalu diberikan penghormatan yang sangat besar bagikehendak suci
nenek moyang itu.

Oleh karena itu, keinginan untuk melakukan sesuatu selalu dikembalikan kepada
pangkalnya – kehendak suci nenek moyang – sebagai tolok ukur terhadap keinginan yang akan
dilakukan. Peraturan-peraturan hukum adat juga dapat berubah tergantung dari pengaruh
kejadian-kejadian dan keadaan hidup yang silih berganti. Perubahannya sering tidak diketahui,
bahkan kadang-kadang tidak disadari masyarakat. Hal itu karena terjadi pada situasi sosial
tertentu di dalam kehidupan sehari-hari.

Dari sumber hukum yang tidak tertulis itu, hukum adat dapat memperlihatkan
kesanggupannya untuk menyesuaikan diri dan elastis. Misalnya saja kalau seorang dari
Minangkabau datang ke daerah Sunda dengan membawa ikatan-ikatan trdisinya, secara cepat ia
dapat menyesuaikan dengan tradisi daerah yang didatangi.

Keadaan ini berbeda dengan hukum yang peraturan-peraturannya ditulis daan


dikodifikasikan dalam sebuah kitab undang-undang atau peraturan perundangan lainnya.
Undang-undang sulit dapat diubah secara cepat untuk penyesuaian dalam situasi sosial tertent,
karena dalam perubahannya masih diperlakukan alat pengubah. Perubahan harus melalui
seperangkat alat-alat perlengkapan negara yang berwenang untuk itu dengan membuat
perundangan baru.

Berdasarkan sumber hukum dan tipe hukum adat, dari sembilan belas daerah
lingkunganhukum (rechtskring) di Indonesia sistem hukum adat dibagi dalam tiga kelompok:

8
a. Hukum adat mengenai tata negara (tata susunan rakyat).

Hukum adat ini mengatur tentang susunan dari dan ketertiban dalam persekutuan-
persekutuan hukum (rechtsgemenschappen) serta susunan dan lingkungan kerja alat-alat
perlengkapan, jabatan-jabatan dan penjabatnya.

b. Hukum adat mengenai warga (hukum warga) terdiri dari:


1) Hukum pertalian sanak (perkawinan, waris);
2) Hukum tanah (hak ulayat tanah, transaksi-transaksi tanah);
3) Hukum perhutangan (hak-hak atasan, transaksi-transaksi tentang benda selain tanah dan
jasa).
c. Hukum adat mengenai delik (hukum pidana), memuat peraturan-peraturan tentang berbagai
delik dan reaksi masyarakat terhadap pelanggaran hukum pidana itu.

Yang berperan dalam melaksanakan sistem hukum adat ialah pengemuka adat sebagai
pemimpin yang sangat disegani, besar pengaruhnya dalam lingkungan masyarakat. Adat untuk
menjaga keutuhan hidup sejahtera. Pengemuka adat itu dianggap sebagai orang yang paling
mampu menjalankan dan memelihara peraturan serta selalu ditaati oleh anggota masyarakatnya
berdasarkan kepercayaan kepada nenek moyanng. Peranan inilah yang sebenarnya dapat
mengubah hukum adat sesuai kebutuhan masyarakat tanpa menghapus kepercayaan dan
kehendak suci nenek moyang.

Hukum adat merupakan pencerminan kehidupan masyarakat Indonesia. Masyarakat itu


sendiri selalu berkembang, dengan tipe yang mudah berubbah dan elastis. Maka, sejak
penjajahan Belanda banyak mengalami perubahan sebagai akibat dari politik hukum yang
ditanamkanoleh pemerintah penjajah itu. Perubahan secara formal terjadi dalam penghapusan
berlakunya hukum adat mengenai delik (hukum pidana).

Diberlakukan pula peraturan-peraturan hukum pidana tertulis yang dikodifikasikan di


samping perundangan tertulis lainnya bagi seluruh masyarakat Indonesia. Keadaan ini
berlangsung sampai Indonesia merdeka dan masih diberlakukan untuk mengisi kekosongan
dalam bidang hukum pidana nasional. Selain hukum pidana adat dihapus,juga diperkenalkan
adanya peraturan-peraturan hukum dalam hukum perdata bidang perikatan yang secara lambat
laun menghapuskan dengan sendirinya sebagian besar hukum perutangan adat. Sementara itu,

9
dalam perkembangan selanjutnya untuk hukum tanah ditanamkan kesadaran hukum tentang
kegunaan tanah seperti yang dituangkan dalam Undang-Undang Pokok Agraria. Mengenai
hukum pertalian sanak, dalam segi tertentu dikembangkan melalui yurisprudensi.

4. Sistem Hukum Islam

Sistem hukum ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari timbulnya dan
penyebaran agama Islam. Kemudian berkembang ke negara-negara lain di Asia, Afrika, Eropa,
dan Amerika secara individual atau kelompok. Sementara itu untuk beberapa negara di Afrika
dan Asia perkembangannya sesuai dengan pembentukan negara yang berasaskan ajaran Islam.
Bagi negara Indonesia, walaupun mayoritas warga negaranya beragama Islam, pengaruh agama
itu tidak besar dalam bernegara. Hal itu karena asas pembentukan negara bukanlah menganut
ajaran Islam.

Berikut ini sumber hukum dalam sistem hukum Islam:

1. Al-quran, yaitu kitab suci dari kaum Muslimin yang diwahyukan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad Rasul Allah, dengan perantaraan Jibril.
2. Sunnah nabi, ialah cara hidup dari Nabi Muhammad atau cerita-cerita (hadis) mengenai
Nabi Muhammad.
3. Ijma’ ialah kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara bekerja
(berorganisasi).
4. Qiyas, ialah analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.

Cara ini dapat dijelmakan melalui metode ilmu hukum berdasarkan deduksi. Hal itu
dilakukan dengan menciptakan atau menarik suatu garis hukum baru dari garis hukum lama
dengan maksud memberlakukan yang baru itu kepada suatu keadaan karena persamaan yang ada
di dalamnya.

Agama Islam dengan sengaja diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad dengan maksud menyusun ketertiban dan keamanan serta keselamatan umat
manusia. Oleh karena itu, dasar-dasar hukumnya mengatur mengenai segi-segi pembangunan,
politik,sosial ekonomi, dan budaya. Di samping itu,mengatur hukum-hukum pokok tentang

10
kepercayaan dan kebaktian atau ibadah kepada Allah. Karena itu berdasarkan sumber-sumber
hukumnya, sistem hukum Islam dalam “Hukum Fiqh” terdiri dari dua hukum pokok:

1. Hukum rohaniah, lazim disebut “ibadat”, yaitu cara-cara menjalankan upacara tentang
kebaktian terhadap Allah, seperti shalat, puasa, zakat, dan menjalankan haji. Kelima
kegiatan menjalankan upacara kebaktian kepada Allah itu lazim disebut “Al-Arkanul Islam
Al-Hamzah”.
2. Hukum duniawi, terdiri dari:
a. Muamalat, yaitu tata tertib hukum dan peraturan mengenai hubungan antar
manusiadalam bidang jual-beli, sewa-menyew, perburuhan, hukum tanah,hukum
perikatan, hak milik, hak kebendaan dan hubungan ekonomi pada umumnya;
b. Nikah, yaitu perkawinan dalam arti membentuk sebuah keluarga yang terdiri dari syarat-
syarat dan rukun-rukun-nya, hak dan kewajiban, dasar-dasar perkawinan monogami dan
akibat-akibat hukum perkawinan:
c. Jinayat, yaitu hukum pidana yang meliputi ancaman hukuman terhadap hukum Allah
dan tindak pidana kejahatan.

Dalam perkembangan hukum Islam, lahir cabang hukum lain-nya. Hukum itu meliputi
sebagai berikut:

1. Aqdiyah, ialah peraturan hukum pengadilan, meliputi kesopanan hakim, saksi, beberapa
hak peradilan, dan cara-cara memerdekakan budak belian (kalau masih ada).
2. Al-Khilafah, ialah mengatur mengenai kehidupan bernegara, meliputi bentuk negara dan
dasar-dasar pemerintahan, hak dan kewajiban warga negara, kepemimpinan, dan
pandangan Islam terhadappemeluk agama lain.

Sistem hukum Islam ini menganut suatu keyakinan dari ajaran agama Islam dengan
keimanan lahir batin secara individual. Negara-negara yang menganut asas hukum Islam, dalam
bernegara melaksanakan peraturan-peraturan hukumnya secara taat. Hal itu berdasarkan
peraturan perundangan negara yang dibuat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dari
sistem-sistem hukum seperti tersebut di atas yang perlu diketahui dalam mempelajari hukum
Indonesia akan diuraikan jenis-jenisnya yang penting saja.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Prof. Subekti, S.H. (dalam Seminar Hukum Nasional IV Maret 1979 di Jakarta)
berpendapat bahwa “ suatu sistem adalah suatu susunan atau tataan yang teratur, suatu
keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain tersusun menurut
suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan”.

Sistem Hukum Eropa Kontinental

Prinsip utama yang menjadi dasar sistem hukum Eropa Kontinental itu ialah “hukum
memperoleh kekuatan mengikat, karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk
undang-undang yang tersusun secara sistematik didalam kodifikasi atau kompilasi tertentu”.
Prinsip dasar ini dianut mengingat bahwa nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah
“kepastian hukum.

Sistem Hukum Anglo Saxon (Anglo Amerika)

Sumber hukum dalam sistem hukum Anglo Amerika ialah “putusan-putusan


hakim/pengadilan” (Judicial decisions). Melalui putusan-putusan hakim yang mewujudkan
kepastian hukum, prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang
mengikat umum.

Sistem Hukum Adat.

Sistem hukum adat bersumber peraturan-peraturan hukum tidak tertulis yang tumbuh
berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya.hukum adat itu
mempunyai tipe yang bersifat tradisional dengan berpangkal kepada kehendak nenek moyang.
Untuk ketertiban hukumnya selalu diberikan penghormatan yang sangat besar bagikehendak suci
nenek moyang itu.

Sistem Hukum Islam

12
Sistem hukum ini semula dianut oleh masyarakat Arab sebagai awal dari timbulnya dan
penyebaran agama Islam. Kemudian berkembang ke negara-negara lain di Asia, Afrika, Eropa,
dan Amerika secara individual atau kelompok. Sementara itu untuk beberapa negara di Afrika
dan Asia perkembangannya sesuai dengan pembentukan negara yang berasaskan ajaran Islam.
Sedangkan sumber hukumnya berasal dari Al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas.

B. Saran

Agar sistem hukum semakin terarah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan
pembangunan yang berkelanjutan, maka perlu ada kesatuan hukum yang memadai dalam
masing-masing sistem. Juga adanya pengawasan independen dan berkualitas agar hukum
nasional maupun internasional semakin tegak. Banyaknya pembelajaran mengenai sistem hukum
yang berlaku agar sistem hukum tidak hanya tertuliskan tapi diterapkan dalam masyarakat yang
dapat mengurangi tindakan criminal yang semakin merajalela.

13

Вам также может понравиться