Вы находитесь на странице: 1из 12

Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

[JDS]
JOURNAL OF SYIAH KUALA
DENTISTRY SOCIETY
Journal Homepage : http://jurnal.unsyiah.ac.id/JDS/
E-ISSN : 2502-0412

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK PROPOLIS ALAMI DARI SARANG


LEBAH TERHADAP PERTUMBUHAN Enterococcus faecalis

Zaki Mubarak1*, Santi Chismirina1, Hafizah Humairah Daulay2


1
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Syiah Kuala
2
Mahasiswa Fakultas Kedookteran Gigi, Universitas Syiah Kuala

Abstract
The major cause of endodontic failure is the survival of microorganisms in the root filled teeth.
Enterococcus faecalis (E. faecalis) is primary bacterium in patients with post treatment endodontic
infection because Ca(OH)2 as a medicament unable to eliminate this bacteria. Propolis, sometimes
called bee glue, is a natural resinous substance collected by honey bee from plants. Propolis contains
many flavonoids and other compounds like tannin, steroid, and essential oil that have antibacterial
properties. This study was aimed to clarify the antibacterial activity of propolis extracts against E.
faecalis. In this laboratory experimental study, natural propolis from bee hives was extracted by
maceration method and 96% ethanol solvent. Propolis that had been phytochemicals test, was tested
using Standard Plate Count (SPC) method to know the antibacterial activity it has. Results showed a
decrease colony of E. faecalis after treated with various concentrations of propolis extract. The highest
quantity of colonies was founded in concentration 20% is 74.7 x 106 CFU / mL and the least quantity
of colonies at a concentration 100% is 7.3 x 106 CFU / mL. Conclusion of this study is natural propolis
extract from the bee hives showed antibacterial activity against of E. faecalis.

Keyword: Endodontic treatment, Enterococcus faecalis, propolis, bee hives

PENDAHULUAN Keterbatasan tersebut terjadi akibat


anatomi ruang pulpa yang rumit, selain itu
Perawatan endodontik pada dasarnya jauhnya penetrasi bakteri ke dalam tubulus
bertujuan untuk mengeliminasi bakteri dentin juga menyebabkan perawatan saluran
semaksimal mungkin dari saluran akar. Hal akar dan irigasi tidak dapat membebaskan
ini dapat dilakukan melalui proses saluran akar dari bakteri.
pembersihan saluran akar secara Oleh karena itu, untuk mengatasi hal-
kemomekanis yang bertujuan untuk hal tersebut diperlukan pemberian medikamen
menurunkan jumlah mikroorganisme. saluran akar.1,2,3
Eliminasi mikroorganisme melalui proses Tujuan pemberian medikamen saluran
tersebut kurang sempurna dikarenakan masih akar adalah untuk memperoleh aktivitas
tersisanya mikroorganisme dalam saluran antimikroba di dalam pulpa dan periapeks,
akar. menetralkan sisa-sisa debris di saluran akar,
serta mengontrol dan mencegah nyeri pasca-
perawatan. Medikamen yang biasa digunakan
 Corresponding author ada beberapa macam, yaitu phenolic biocides,
Email address : zakimubarak54@yahoo.com non-phenolic biocides , formokresol, iodin,
175
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

kalsium hidroksida, dan antibiotik.4,5 organik, dan mineral. Resin di dalam propolis
Medikamen saluran akar yang banyak banyak mengandung flavonoid.9 Flavonoid ini
digunakan saat ini adalah kalsium hidroksida mempunyai sifat sebagai antibakteri,
(Ca(OH)2). Bahan tersebut memiliki efek antifungal, antivirus, antioksidan, dan
antimikroba lebih kuat, dapat bertahan lama antiinflamasi. Propolis diketahui sangat
dan dapat menghambat pertumbuhan kembali efektif melawan bakteri Gram positif
dari bakteri.5,6 Staphylococcus aureus dan bakteri Gram
Kalsium hidroksida ini memiliki negatif Salmonella. Penelitian Kujumgiev dan
kekurangan. Bahan tersebut memiliki kawan-kawan (1999), menyimpulkan propolis
kemampuan terbatas untuk mengeliminasi sangat efektif melawan Escherichia coli dan
mikroba dari saluran akar dan membutuhkan Candida albicans (cit. Parolia et al, 2010).11
waktu panjang untuk mencapai aktivitas Dalam penelitian Koru dan kawan-kawan
antimikrobanya.5,7 (2007), menemukan bahwa propolis juga
Penelitian menunjukkan bahwa sangat efektif melawan bakteri anaerob seperti
Enterococcus faecalis (E. faecalis) resisten Fusobacterium nucleatum (cit. Parolia et al,
2010).11
terhadap Ca(OH)2 pada pH 11,1 sedangkan
dalam dentin radikular, sifat alkalin Ca(OH)2
hanya mencapai pH 10,3 setelah dressing BAHAN DAN METODE
saluran akar.7
Enterococcus faecalis adalah bakteri Sebelum dilakukan uji daya hambat,
yang paling banyak ditemukan dalam kasus terlebih dahulu dilakukan sterilisasi alat dan
infeksi periradikular dan kegagalan perawatan bahan yang akan digunakan. Seluruh alat
endodontik dengan bahan medikamen yang terbuat dari kaca dan tahan panas,
kalsium hidroksida.6,8 Enterococcus faecalis seperti gelas ukur, jarum ose, batang L,
memiliki kemampuan untuk berinvasi ke cawan petri, tabung reaksi, dan labu
dalam tubulus dentin, sehingga medikamen Erlenmeyer dicuci bersih, dikeringkan, dan
saluran akar sangat sulit untuk dibungkus dengan kertas tahan panas. Lalu
mengeliminasinya. Bakteri tersebut juga alat-alat ini disterilisasi di dalam sterilisator
memiliki kemampuan untuk bertahan di (Hot air oven) sampai suhu mencapai 160oC.
lingkungan asam dan basa di dalam saluran Bahan yang akan digunakan seperti media
akar. Faktor ini menjadi alasan mengapa MHA, TSB, dan akuades disterilisasi dengan
mikroorganisme ini sering ditemukan sebagai
patogen yang resisten terhadap perawatan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.
endodontik.3,8 Alat-alat yang lainnya disterilisasikan dengan
Penelitian saat ini banyak berfokus alkohol 70% dan api spiritus.12
pada bahan herbal medikamen saluran akar
yang bekerja cepat dan efektif dalam Propolis yang digunakan pada
mengeliminasi E. faecalis. Salah satunya pada penelitian didapatkan dari peternakan lebah
penelitian Awawdeh dan kawan-kawan Jambi dengan jenis lebah yaitu Apis dorsata.
(2009), menyatakan bahwa propolis secara Adapun teknik pembuatan ekstrak etanol
signifikan lebih efektif daripada non-setting propolis adalah dengan teknik maserasi.
calcium hydroxide dalam melawan E. faecalis Perbandingan propolis dan etanol adalah 1:10.
setelah aplikasi jangka pendek.9 Propolis direndam dengan larutan etanol 96%,
Propolis merupakan bahan resin yang lalu didiamkan di dalam gelas kaca kedap
dikumpulkan lebah dari berbagai jenis udara selama 5 hari pada suhu 37oC,
tumbuhan dan digunakan untuk menghambat selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
pertumbuhan bakteri di dalam sarang lebah.10 kertas saring untuk memisahkan filtrat dari
Propolis mengandung senyawa yang meliputi ampas. Filtrat yang diperoleh diuapkan
resin dan balsam (50-70%), minyak essensial dengan rotary evaporator dengan kecepatan
dan lilin (30-50%), pollen (5-10%), senyawa 180 rpm pada suhu 70oC hingga kandungan
176
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

etanolnya menguap sehingga diperoleh


ekstrak etanol propolis dengan konsistensi Konsentrasi ekstrak 20% :
yang kental. Lalu dilakukan uji fitokimia13
20%  g 100
Pemeriksaan tanin dilakukan dengan 20mL
mengambil 1 mL larutan ekstrak propolis lalu 20  g 100
ditambahkan 1 – 2 tetes FeCl3. Warna biru 100 20mL
tua atau hitam kehijauan yang terbentuk
menunjukkan adanya tanin.14 0,8  g
Pemeriksaan flavonoid dilakukan 20 mL
dengan mengambil 2 ml ekstrak propolis lalu
ditambahkan 1 mL HCl dan 0,5 g serbuk Mg. Berdasarkan rumus di atas untuk
Larutan dikocok dan dibiarkan memisah. mendapat konsentrasi 20%, diambil 0,8 g
Flavonoid positif jika terjadi warna merah, ekstrak propolis dan ditambahkan 20 mL
kuning, atau jingga.15 Uji steroid dilakukan akuades karena volume yang diinginkan
dengan menambahkan ekstrak propolis adalah 20 mL. Demikian seterusnya sehingga
dengan dietil eter. Lapisan eter ditambahkan didapat konsentrasi yang akan digunakan
dengan pereaksi Liebermen-Burchard. yaitu 40%, 60% dan 80%.
Warna kehijauan menunjukkan adanya Kultur dilakukan dengan teknik
steroid.14 Uji senyawa minyak atsiri dilakukan goresan T (streak T). Kultur Enterococcus
dengan menguapkan propolis yang telah faecalis dilakukan pada media CHROMagar
direndam etanol sampai kering. Jika residu VRE.28 Cawan petri dibagi menjadi 3 bagian
yang diperoleh berbau enak, menunjukkan menggunakan spidol. Cara mengkultur adalah
ekstrak positif mengandung minyak atsiri.16 dengan memanaskan jarum ose dan ditunggu
Ekstrak propolis diencerkan menjadi berbagai dingin, kemudian 1 ose biakan murni diambil
konsentrasi yaitu 20%, 40%, 60%, dan 80%. untuk diinokulasi di daerah 1 dengan goresan
Konsentrasi 100% tidak dilakukan zig-zag. Setelah itu dilanjutkan goresan zig-
pengenceran. Bahan pengencer yang zag di daerah 2, tegak lurus dengan goresan
digunakan adalah akuades. Chlorhexidine pertama, kemudian dilanjutkan ke daerah 3,
2% digunakan sebagai variabel kontrol tegak lurus daerah 2. Cawan petri yang telah
positif dan akuades steril sebagai kontrol digoreskan bakteri kemudian ditutup rapat dan
negatif, sehingga jumlahnya menjadi 7 diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.12,17
variabel. Pengenceran dilakukan dengan Tahap selanjutnya adalah pewarnaan
menggunakan rumus : Gram untuk menentukan bakteri yang tumbuh
yaitu Enterococcus faecalis. Cara pewarnaan
Gram adalah dengan membuat preparat ulas
(smear) yang telah difiksasi oleh E. faecalis.
%  W 100 Kristal violet sebagai pewarna utama
V diteteskan pada seluruh preparat agar
terwarnai seluruhnya, lalu ditunggu 1 menit,
Keterangan : lalu dicuci dengan akuades mengalir.
Selanjutnya Mordant (lugol’s iodine)
% = Persentase ekstrak yang diteteskan, lalu ditunggu 1 menit, dicuci
dibutuhan dengan akuades yang mengalir, lalu diberi
W = Berat (g) larutan etanol 96% setetes demi setetes hingga
V= Volume pelarut yang diinginkan (mL) etanol yang jatuh berwarna jernih, lalu dicuci
dengan akuades mengalir.
Counterstain (safranin) diteteskan ke
preparat, lalu ditunggu selama 45 detik, dan
dicuci dengan akuades mengalir. Preparat

177
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

dikeringkan dengan kertas tissue yang positif), tabung 2 diisi akuades steril (kontrol
ditempelkan di sisi ulasan lalu dibiarkan negatif), tabung 3 diisi ekstrak konsentrasi
mengering di udara. Preparat yang kering 20%, tabung 4 diiisi ekstrak konsentrasi 40%,
diamati di bawah mikroskop cahaya untuk tabung 5 diisi ekstrak konsentrasi 60%,
mengkonfirmasi warna Enterococcus faecalis. tabung 6 diisi ekstrak konsentrasi 80%, dan
Bakteri Gram positif akan tampak berwarna tabung 7 diisi ekstrak konsentrasi 100%.
ungu.12 Masing-masing tabung tersebut diisi sebanyak
Koloni Enterococcus faecalis yang 3,5 mL dan ditambah 1 mL TSB (Tryptic Soy
sudah tumbuh pada media CHROM agar Broth). Kemudian setiap tabung diisi 0,5 mL
VRE, diambil dengan jarum ose sebanyak 1-2 suspensi E. faecalis yang telah diencerkan
ose dan disuspensikan ke dalam tabung dengan metode serial dilution lalu dikocok
berisi NaCl 0,9% 5 mL. Kekeruhan bakteri hingga homogen.12,18
dihitung menggunakan spektrofotometer Kemudian dari setiap tabung diambil
dengan panjang gelombang 625 nm dan nilai 0,1 mL suspensi dengan menggunakan pipet
absorbansi 0,08-0,1 atau setara dengan eppendorf dan diteteskan pada media MHA
larutan Mc Farland 0,5 atau 1,5x108 Colony untuk ditanam dengan metode spread plate.
Forming Unit (CFU)/mL.12 Kemudian diratakan dengan metode sebar
Siapkan 7 tabung reaksi yang sudah menggunakan batang L dan diinkubasi
diisi dengan 9 mL NaCL ke dalam setiap selama 48 jam pada suhu 37oC. Setelah 48
tabung. Kemudian dari tabung yang sudah jam pengamatan dilakukan dengan
diukur dengan spektrofotometer diambil 1 mL menghitung jumlah koloni yang tumbuh
suspensi E. faecalis lalu dicampur dengan dengan menggunakan colony counter.12
tabung pengenceran 1 (10-1) dan
dihomogenkan. Dari tabung I diambil 1 mL HASIL
dengan pipet eppendorf kemudian
Hasil Ekstraksi Propolis dengan Pelarut
dipindahkan ke tabung pengenceran 2 (10-2) Etanol
lalu dihomogenkan. Dari tabung 2 diambil 1
mL dengan pipet eppendorf kemudian Pada penelitian ini sampel yang
digunakan adalah propolis alami dari sarang
dipindahkan ke tabung pengenceran 3 (10-3) lebah. Ekstrak propolis didapat dengan
lalu dihomogenkan. Dan seterusnya hingga proses maserasi menggunakan pelarut etanol
tabung terakhir dari seri pengenceran (seri 96%. Pada proses tersebut, didapatkan
dilusi).12 ekstrak propolis kental berwarna kuning
Setelah itu, ambil 0,1 mL suspensi E. sebanyak 42 gram (Gambar 1).
faecalis menggunakan pipet eppendorf pada
tabung pengenceran terakhir (10-7) sampai
pengenceran 2 (10-2) dan diteteskan ke cawan
petri untuk ditanam di media MHA dengan
metode spread plate menggunakan batang L.
Lalu diinkubasi dalam inkubator selama 24
jam pada suhu 370C. Pengamatan dilakukan
setelah 24 jam dengan cara menghitung
koloni E. faecalis yang tumbuh pada media
dengan colony counter. Tabung yang dipilih
adalah yang memiliki jumlah koloni 30 -300 Gambar 1. Ekstrak Propolis
koloni bakteri.12
Tujuh tabung reaksi disiapkan dan
ditandai sesuai konsentrasi yang digunakan.
Tabung 1 diisi chlorhexidine 2% (kontrol

178
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Propolis Hasil Kultur dan Identifikasi Enterococcus
Hasil uji fitokimia menunjukkan faecalis
bahwa ekstrak propolis mengandung Hasil kultur Enterococcus faecalis
senyawa flavonoid, steroid, tanin, dan yang dilakukan pada media CHROM Agar
minyak atsiri. Hal tersebut dibuktikan dengan VRE setelah diinkubasi selama 24 jam pada
adanya pembentukan warna keunguan pada suhu 37oC dalam kondisi anaerob terlihat
endapan larutan setelah penambahan Mg dan koloni bakteri berwarna hijau kebiruan
HCl pada uji flavonoid, pembetukan warna seperti pada Gambar 3.
kehijauan setelah penambahan dietil eter dan Hasil pewarnaan Gram terhadap E.
pereaksi Liberman-Bourchard pada uji faecalis menunjukkan bahwa koloni bakteri
steroid, perubahan warna ekstrak menjadi berwarna ungu. Hasil pewarnaan Gram pada
hijau kehitaman setelah penambahan FeCl3 E. faecalis dapat dilihat pada Gambar 4.
pada uji tanin, dan adanya bau khas madu
pada ekstrak propolis setelah larutan etanol
diuapkan pada uji minyak atsiri (Gambar 2).

Gambar 2. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Propolis. (A). Uji Flavonoid, (B). Uji Steroid, (C). Uji Tanin.

Gambar 4. Hasil Pewarnaan Gram E. faecalis


Gambar 3. Kultur E. faecalis pada Media
CHROMAgar VRE.

179
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

Hasil Suspensi Enterococcus faecalis Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak


Proses penghitungan kadar kekeruhan Propolis terhadap Pertumbuhan
suspensi E. faecalis dilakukan dengan alat Enterococcus faecalis dengan Metode
spektrofotometer dengan panjang gelombang Standard Plate Count (SPC)
625 nm dan nilai absorbansi 0,08 – 0,1 yang
nilainya setara dengan larutan Mc Farland 0,5 Uji pengaruh ekstrak propolis
(1,5x108 CFU/ml). Nilai suspensi yang terhadap pertumbuhan koloni E. faecalis
didapat adalah 0,089. pada media MHA pada setiap perlakuan
dilakukan tiga kali pengulangan. Jumlah
Jumlah Koloni Enterococcus faecalis Hasil rata-rata pertumbuhan koloni bakteri E.
Pengenceran Bertingkat faecalis setelah dibagi dengan tingkat
Hasil pengenceran bertingkat yang pengencerannya (10-5) yaitu pada
dilakukan pada suspensi E. faecalis pada 6
konsentrasi 20% adalah 74,7 x 10 CFU/mL,
tingkat pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5, 10-6,
konsentrasi 40% adalah 59,7 x 106 CFU/mL,
10-7, dapat dilihat pada Tabel 1
konsentrasi 60% adalah 25,7 x 106CFU/mL,
Tabel 1. Data Jumlah Koloni E. faecalis Hasil konsentrasi 80% adalah 20,3 x 106 CFU/mL,
Pengenceran Bertingkat
dan konsentrasi 100% adalah 7,3 x 106
Jumlah Pertumbuhan CFU/mL. Jumlah pertumbuhan koloni E.
Tingkat Koloni
Pengenceran faecalis pada kontrol positif (CHX 2%)
(CFU/cawan) adalah 0 CFU/mL, sedangkan pada kontrol
10 -2
TBUD negatif (akuades) adalah 176,7 x 106
10-3 TBUD CFU/mL. Nilai rata-rata dari hasil
-4 perhitungan koloni E. faecalis dapat dilihat
10 311 pada Tabel 2 dan grafik pertumbuhan koloni.
-5
10 222
-6 Tabel 2. Jumlah Koloni E. faecalis Setelah Diuji
10 74
dengan Ekstrak Propolis.
10-7 18
Jumlah
Koloni Rata-Rata
Keterangan : TBUD = Terlalu Banyak Untuk Dihitung
(CFU/m Jumlah
Konsentrasi L) Koloni E.
Berdasarkan tabel di atas faecalis
Bahan Uji
-5
menunjukkan bahwa pengenceran 10 dan P1 P2 P3 (CFU/mL)

pengenceran 10-6 memenuhi syarat koloni 30- 150 x 242 x


Akuades 106 138 x 106 106 176,7 x 106
300. Jika terdapat 2 cawan, masing-masing
dari pengenceran rendah dan tinggi yang 20% 78 x 106 56 x 106 90 x 106 74,7 x 106
6 6 6
berurutan dengan jumlah koloni 30-300 dan 40% 65 x 10 51 x 10 63 x 10 59,7 x 106
hasil bagi dari jumlah koloni pengenceran 60% 41 x 106 12 x 106 24 x 106 25,7 x 106
tertinggi dan terendah >2, maka jumlah yang 80% 33 x 106 10 x 106 18 x 106 20,3 x 106
dilaporkan adalah cawan dengan pengenceran 100% 10 x 10 6
4 x 10 6
8 x 10 6
7,3 x 106
terendah. Berdasarkan penjelasan tersebut, CHX 2% 0 0 0 0
pengenceran 10-5 yang dapat digunakan untuk
uji sampel dengan metode Standard Plate Uji statistik pada penelitian ini
Count (SPC). menggunakan one way ANOVA dengan
syarat penelitian memiliki lebih dari dua
kelompok tidak berpasangan, distribusi data
normal dan varians data sama. Jumlah
kelompok perlakuan pada penelitian ini

180
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

adalah tujuh kelompok dan distribusi data adanya perbedaan bermakna antara
pada penelitian ini normal, dengan nilai p > kelompok perlakuan terhadap pertumbuhan
0,05, sedangkan untuk varians data pada koloni E. faecalis. Sehingga dapat
penelitian ini tidak sama,dengan nilai p=0,02 disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian
(p<0,05). Hasil analisis statistik dengan ini dapat diterima yaitu ekstrak propolis
menggunakan one way ANOVA terhadap alami dari sarang lebah memiliki aktivitas
pertumbuhan koloni E. faecalis tidak dapat bakteri dalam menghambat pertumbuhan E.
dilakukan karena data tidak memenuhi faecalis. Hasil uji Mann-Whitney
syarat yaitu varians data tidak sama menunjukkan bahwa jumlah koloni E.
(p<0,05). Oleh karena itu, digunakan uji faecalis memiliki perbedaan bermakna
non-parametrik yaitu uji Kruskal-Wallis terhadap kelompok perlakuan antara
sebagai alternatif uji one way ANOVA konsentrasi 20% - CHX 2% (p=0,037),
dengan post hoc yaitu uji Mann-Whitney. konsentrasi 40% - CHX 2% (p=0,037),
konsentrasi 60% - CHX 2% (p=0,037),
Berdasarkan hasil analisis statistik konsentrasi 80% - CHX 2% (p=0,037),
dengan uji Kruskal-Wallis diperoleh nilai konsentrasi 100% - CHX 2% (p=0,037), dan
p<0,05 yaitu p=0,004. Hal ini menunjukkan- akuades - CHX 2% (p=0,037) (Tabel 3).

Tabel 3. Hasil Uji Lanjut Mann-Whitney Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Pertumbuhan E. faecalis

Kelompok CHX
20% 40% 60% 80% 100% Akuades
Perlakuan 2%
20% - 0,275 0,050 0,050 0,050 0,050 0,037*

40% 0,275 - 0,050 0,050 0,050 0,050 0,037*

60% 0,050 0,050 - 0,513 0,050 0,050 0,037*

80% 0,050 0,050 0,513 - 0,077 0,050 0,037*

100% 0,050 0,050 0,050 0,077 - 0,050 0,037*

Akuades 0,050 0,050 0,050 0,050 0,050 - 0,037*

CHX 2% 0,037* 0,037* 0,037* 0,037* 0,037* 0,037* -

Keterangan : * = p<0,05, terdapat perbedaan bermakna

PEMBAHASAN
Tahap pertama penelitian ini adalah tersebut dilakukan agar tidak terjadi
pembuatan ekstrak propolis. Ekstrak propolis penguapan senyawa aktif yang terkandung
yang digunakan dalam penelitian ini didalamnya.19,20,21 Penyimpanan propolis
dihasilkan melalui proses maserasi. Maserasi
pada suhu tidak lebih dari 25oC juga
adalah metode ekstraksi yang dilakukan
dengan cara merendam propolis di dalam bertujuan untuk menjaga kestabilan senyawa
suatu pelarut selama beberapa hari pada suhu aktif propolis karena pemanasan dengan suhu
kamar. Penyimpanan pada suhu kamar tinggi dapat merusak propolis. Oleh karena
itu, teknik ekstraksi yang digunakan untuk
181
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

mengekstraksi propolis pada penelitian ini aktif dalam propolis secara kualitatif, tahap
adalah teknik maserasi.22 penelitian ini dilanjutkan dengan uji
Pada proses ekstraksi dengan metode antibakteri propolis terhadap E. faecalis.
maserasi, pelarut yang digunakan adalah Namun sebelum dilakukan uji antibakteri,
etanol 96%. Penggunaan etanol 96% terlebih dahulu dilakukan pengkulturan dan
sebagai pelarut pada proses ekstraksi pewarnaan Gram pada E. faecalis.
karena sifat dari etanol yang semipolar, Enterococcus faecalis ini merupakan
sementara propolis mengandung senyawa- bakteri kokus Gram positif, fakultatif anaerob,
senyawa aktif dengan nilai kepolaran yang dan bakteri yang tidak membentuk spora.
beragam. Pelarut yang memiliki sifat Enterococcus faecalis berbentuk ovoid dan
semipolar mampu menarik senyawa-senyawa berdiameter 0,5 – 1 m.25,26,27 Bakteri ini
aktif dari bahan ekstrak baik yang bersifat
dapat tumbuh pada suhu 10oC dan 40oC, pada
polar maupun semipolar. Sehingga
penggunaan etanol 96% pada ekstraksi pH 9,6, dalam 6,5% NaCl, dan dapat bertahan
propolis mampu menarik senyawa-senyawa pada suhu 60oC selama 30 menit.29,30 Hasil
aktif lebih banyak. Selain itu, etanol mudah pengkulturan E. faecalis pada media
menguap sehingga jumlah etanol yang CHROMAgar VRE menghasilkan koloni E.
terbawa dalam ekstrak sangat sedikit. Propolis faecalis yang berwarna hijau kebiruan.28
banyak mengandung flavonoid. Berdasarkan CHROMagar VRE memiliki komponen
penelitian Pine dan kawan-kawan, kadar chromogenic mix yang mengandung x-
flavonoid yang diperoleh secara maserasi glucoside sebagai chromogen. Chromogen x-
menggunakan pelarut etanol 96% tergolong glucoside ini digunakan untuk
tinggi. 21,22 mengidentifikasi E. faecalis. Enterococcus
Metode pengujian kandungan propolis faecalis memiliki enzim -glukosidase yang
pada penelitian ini adalah menggunakan uji dapat memecah chromogen x-glucoside yang
fitokimia. Uji fitokimia adalah uji kualitatif ada pada media, sehingga menghasilkan
untuk mengetahui keberadaan golongan pewarnaan biru kehijauan.31
senyawa-senyawa aktif yang terkandung Hasil identifikasi dengan pewarnaan
dalam ekstrak propolis. Hasil uji fitokimia Gram pada bakteri E. faecalis yang telah
ekstrak propolis dalam penelitian ini dikultur menunjukkan warna keunguan.
menunjukkan bahwa ekstrak propolis Morfologi bakteri tersebut berbentuk kokus
mengandung senyawa tanin, flavonoid, dan berantai pendek. Warna ungu yang
steroid, dan minyak atsiri. Hal tersebut tampak dari hasil pewarnaan Gram
dibuktikan dengan adanya pembentukan menunjukkan bahwa E. faecalis adalah
warna keunguan pada endapan larutan setelah bakteri Gram positif. Warna ungu ini
penambahan Mg dan HCl pada uji flavonoid, terbentuk dikarenakan bakteri Gram positif
pembetukan warna kehijauan setelah memiliki struktur dinding sel yang tebal dan
penambahan dietil eter dan pereaksi membran sel selapis yang sedikit mengandung
Liberman-Bourchard pada uji steroid, lapisan lemak. Pemberian kristal violet akan
perubahan warna ekstrak menjadi hijau mewarnai seluruh permukaan bakteri baik
kehitaman setelah penambahan FeCl3 pada uji bakteri Gram positif atau Gram negatif.
tanin, dan adanya bau yang enak pada ekstrak Pemberian lugol’s iodine akan menghasilkan
propolis setelah larutan etanol diuapkan pada ikatan kristal violet dengan iodine yang akan
uji minyak atsiri.14,15,16 Hasil ini juga sesuai meningkatkan pengikatan zat warna oleh
dengan penelitian Melly (2007) yang bakteri. Penetesan etanol 96% akan
menunjukkan hasil uji fitokimia propolis menyebabkan denaturasi protein pada dinding
Trigona spp mengandung tanin, flavonoid, selnya, sehingga pori-pori jadi mengecil dan
steroid, terpenoid, minyak atsiri, dan kompleks kristal violet-iodine yang berwarna
saponin.24,22 ungu dapat dipertahankan. Sedangkan bagi
Setelah dilakukan uji fitokimia untuk bakteri Gram negatif yang memiliki banyak
memastikan keberadaan senyawa - senyawa lapisan lipid, etanol 96% akan melarutkan
182
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

lipid tersebut sehingga pori-pori membesar propolis banyak mengandung senyawa-


lalu zat warna mudah terlepas dan bakteri senyawa aktif seperti flavonoid, tanin, steroid,
menjadi tidak berwarna. Pemberian safranin dan minyak atsiri yang memiliki sifat
yang berwarna merah menjadi pengontras antibakteri. Masing-masing senyawa tersebut
untuk melihat pewarnaan bakteri Gram positif memiliki mekanisme dalam menghambat
dan menjadi zat pewarna utama bagi bakteri pertumbuhan bakteri. Flavonoid merupakan
Gram negatif.12,26,33,34 senyawa fenol yang bersifat koagulator
Metode penentuan aktivitas antibakteri protein pada bakteri. Protein yang
ekstrak propolis pada penelitian ini terkoagulasi ini adalah protein yang
menggunakan metode serial dilution terhadap mengalami denaturasi dan tidak dapat
pertumbuhan E. faecalis. Metode serial berfungsi dalam sintesis protein yang
dilution atau pengenceran bertingkat adalah akhirnya menyebabkan bakteri mati. Tanin
proses pengenceran bertahap dari suatu zat memiliki aktivitas antibakteri karena sifat
dalam larutan. Metode ini lebih teliti dan toksisitas tanin dapat merusak membran sel
masih dapat menghitung jumlah koloni bakteri, dapat mengkerutkan dinding sel atau
dengan pengenceran tinggi.12 membran sel kemudian mengganggu
Metode penghitungan jumlah bakteri permeabilitas sel bakteri sendiri sehingga sel
dalam penelitian ini menggunakan Standard bakteri tidak mampu melakukan aktivitas
Plate Count (SPC). Metode ini didasarkan hidup, pertumbuhan terhambat, dan mati.
pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme Steroid dapat menghambat pertumbuhan
hidup di dalam suspensi akan tumbuh menjadi bakteri dengan mekanisme penghambatan
satu koloni setelah ditumbuhkan dalam media sintesis protein dan menyebabkan perubahan
yang sesuai. Koloni yang tumbuh tidak selalu komponen penyusun sel bakteri. Minyak atsiri
berasal dari satu sel karena mikroorganisme sebagai antibakteri dengan cara mengganggu
cenderung membentuk kelompok. Atas dasar proses terbentuknya membran atau dinding
itu digunakan istilah Colony Forming Unit sel sehingga terbentuk tidak sempurna.21,22
(CFU) per mL. Syarat dari metode ini adalah Penelitian ini menggunakan dua jenis
memilih cawan yang ditumbuhi koloni dengan kontrol sebagai pembanding hasil penelitian,
jumlah 30-300 koloni/cawan. Hal ini yaitu kontrol negatif adalah akuades dan
dimaksudkan agar hasil perhitungan lebih kontrol positif adalah CHX 2%. Akuades
akurat.12 sebagai kontrol negatif tidak memiliki zat
Hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak antibakteri sama sekali sehingga tidak
propolis alami terhadap E. faecalis dengan mempunyai daya hambat dan memiliki pH 7
metode SPC menunjukkan bahwa ekstrak sehingga E. faecalis dapat tumbuh bebas
propolis alami dapat menghambat dengan jumlah koloni yang tumbuh lebih
pertumbuhan E. faecalis pada setiap banyak dibandingkan jumlah koloni pada
konsentrasi. Hal ini dibuktikan dengan kelompok perlakuan. CHX digunakan sebagai
menurunnya jumlah koloni E. faecalis yang kontrol positif karena diketahui memiliki
tumbuh di tiap konsentrasi perlakuan jika aktivitas antibakteri spektrum luas melawan
dibandingkan dengan kontrol negatif. Hasil bakteri aerob dan anaerob juga Candida
perhitungan rata-rata jumlah koloni E. albicans. CHX memiliki aktivitas antibakteri
faecalis yang tumbuh secara berurutan pada lebih besar dalam melawan bakteri Gram
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80%, 100%, positif dibandingkan bakteri Gram negatif.
kontrol negatif, dan kontrol positif yaitu 74,7 CHX dalam konsentrasi rendah bersifat
x 106 CFU/mL, 59,7 x 106 CFU/mL, 25,7 x 106 bakteriostatik dan pada konsentrasi tinggi
bersifat bakteriosidal.4
CFU/mL, 20,3 x 106 CFU/mL, 7,3 x 106
Berdasarkan hasil uji statistik Mann-
CFU/mL, 176,7 x 106 CFU/mL, dan 0 Whitney menunjukkan bahwa jumlah koloni
CFU/mL. E. faecalis memiliki perbedaan bermakna
Berdasarkan hasil penelitian diatas antar kelompok perlakuan dengan kontrol
propolis memiliki daya hambat bagi positif. Hal ini ditunjukkan dengan nilai p
pertumbuhan E. faecalis. Hal ini disebabkan
183
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

(nilai signifikan) yang sama dari tiap 2. Peters LB, van Winkelhoff A-J, Buijs JF,
kelompok perlakuan baik 20%, 40%, 60%, Wesselink PR. Effects of Instrumentation,
80%, dan 100% terhadap kontrol positif yaitu Irrigation and Dressing with Calcium
p=0,037. Dari nilai ini dapat ditarik Hydroxide on Infection in Pulpless Teeth
kesimpulan bahwa kelompok perlakuan dari with Periapical Bone Lesions. Inter
semua konsentrasi memiliki perbedaan Endod J 2002; 35:13– 21.
bermakna terhadap CHX 2%. Penelitian
Ercan et al. menunjukkan bahwa gel CHX 2% 3. Love RM. Invasion of Dentinal Tubules
paling efektif dalam melawan E. faecalis di by Root Canal Bacteria. Endodontic
dalam tubulus dentin, diikuticampuran Topics 2004; 9:52-65.
Ca(OH)2 dan CHX 2%, Ca(OH)2 sendiri
sangat tidak efektif bahkan setelah 30 hari 4. Athanassiadis B, Abbott PV, Walsh LJ.
penggunaan.(cit. Athanassiadis et al, 2007).4 The Use of Calcium Hydroxide,
Berdasarkan hasil statistik Kruskal- Antibiotics and Biocides as Antimicrobial
Wallis dengan nilai p=0,004 (p<0,050), Medicaments in Endodontics. Aust Dent J
menunjukkan ekstrak propolis alami memiliki 2007; 52:64-82.
perbedaan bermakna terhadap pertumbuhan E.
faecalis. Hal ini juga sejalan dengan hipotesis 5. Walton RE, Torabinejad M. Prinsip dan
penelitian ini bahwa ekstrak propolis alami Praktik Ilmu Periodonsia. Edisi ke-3.
dari sarang lebah memiliki aktivitas Jakarta: EGC; 2008; 258-261.
antibakteri terhadap pertumbuhan E. faecalis.
6. Ahangari Z, Eslami G, Ghannad S. In Vitro
Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan
Antimicrobial Activity of Propolis in
adanya hasil positif pada uji fitokimia yang
Comparison with Calcium Hydroxide
menunjukkan adanya senyawa flavonoid,
Against Enterococcus Faecalis. J Dent Sch
tanin, steroid, dan minyak atsiri dalam ekstrak
2012; 30(1):9-17.
propolis. Pada penelitian Melly (2007)
tentang potensi propolis sebagai antibakteri 7. Evans M, Davies JK, Sundqvist G, Figdor
juga menunjukkan bahwa ekstrak propolis D. Mechanisms Involved in The Resistance
memiliki potensi antibakteri dalam melawan of Enterococcus faecalis to Calcium
bakteri Enterococcus faecalis.22 Penelitian Hydroxide. Inter Endod J 2002; 35: 221-
Oncag et al (2006) juga menunjukkan bahwa 228.
propolis efisien melawan E. faecalis (cit.
Ahangari et al, 2012).6 8. Nakajo K, Komori R, Ishikawa S, Ueno T,
Suzuki Y, Iwami Y, et al. Resistance to
KESIMPULAN Acidic and Alkaline Environments in The
Ekstrak propolis alami dari sarang Endodontic Pathogen Enterococcus
lebah memiliki aktivitas antibakteri yang faecalis. Oral Microbiol Immunol 2006;
dapat menghambat pertumbuhan 21: 283–288.
Enterococcus faecalis. Jumlah koloni
terbanyak ditemukan pada konsentrasi 20% 9. Awawdeh L, Al-Beitawi M, Hammad
yaitu 74,7 x 106 CFU/mL dan jumlah paling M. Effectiveness of Propolis and
sedikit ditemukan pada konsentrasi 100% Calcium Hydroxide as a Short-Term
yaitu 7,3 x 106 CFU/mL Intracanal Medicament Against
Enterococcus faecalis : A Laboratory
DAFTAR PUSTAKA study. Aust Endod J 2009; 35:52–58.
1. Ramani N, M. Comparative Evaluation of
10. Coutinho A. Honeybee Propolis Extract in
Antimicrobial Efficacy of Chlorhexidine
Periodontal Treatment: A Clinical and
Digluconate and Propolis when Used as
Microbiological Study of Propolis in
an Intracanal Medicament: Ex Vivo
Periodontal Treatment. Indian J Dent Res
Study. J Inter Oral Health 2012; 4:17-24.
2012; 23:294.

184
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

11. Parolia A, Thomas MS, Kundabala M, 21. Pine ATD, Alam G, Attamim F.
Mohan M. Propolis and Its Potential Uses Standardisasi Mutu Ekstrak Daun Gedi
in Oral Health. Inter J of Medicine and (Abelmoschus manihot (L.) Medik) dan
Medical Sciences 2010; 2(7):210-215. Uji Efek Antioksidan dengan Metode
DPPH. Accessed on http://pasca.unhas-
12. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Dasar. .ac.id/jurnal/files/d1043b1ce802ee8dbcb6
Purwokerto: Laboratorium Mikrobiologi f1dbb5626d55.pdf (20 feb 2012)
Universitas Jendral Sudirman, 2008.
22. Lasmayanty M. Potensi Antibakteri
13. Sabir A. Respons Inflamasi pada Pulpa
Propolis Lebah Madu Trigona spp.
Gigi Tikus Setelah Aplikasi Ekstrak Etanol
Propolis (EEP). Maj Ked Gigi (Dent. J) terhadap Bakteri Kariogenik
2005; 38(2): 77–83. (Streptococcus mutans). Bogor: Institut
Pertanian Bogor. 2007. Skripsi.
14. Kristina NN, Kusumah ED, Lailani PK.
Analisis Fitokimia dan Penampilan 23. Jaya F, Radiati LE, Al Awwaly KU,
Polapita Protein Tanaman Pegangan Kalsum U. Pengaruh Pemberian Ekstrak
(Centella asiatica) Hasil Konservasi In Propolis Terhadap Sistem Kekebalan
Vitro. Bul. Littro 2009; 20(1): 11-20. Seluler pada Tikus Putih (Rattus
norvegicus) Strain Wistar. J Tek
15. Mustikasari K, Ariyani D. Skrining Pertanian 2008; 9: 1-9.
Fitokimia Ekstrak Metanol Biji
Kalangkala (Litsea angulata). Sains dan 24. Suchitra U, Kundabala M. Enterococcus
Terapan Kimia 2010; 4(2): 131-136. faecalis: An Endodontic Pathogen. J.
Endod 2002; 3:11-3.
16. Soetjipto H, Kristijanto AI, Asmorowati
RS. Toksisitas Ekstrak Kasar Bunga dan 25. Sood S, Malhotra M, Das BK, Kapil A.
Daun Ketepeng Cina (Senna alata L. Enterococcal Infections & Antimicrobial
Roxb.) terhadap Larva Udang Artemia Resistance. Indian J Med Res 2008: 111-
salina Leach. Biota 2007; 12(2): 78-82. 121.

17. Kaiwar A, Nadig G, Hegde J, Lekha S. 26. Anonymous. Enterococcus faecalis.


Assessment of Antimicrobial Activity of Available in http://www.sciencephoto
Endodontic Sealers on Enterococcus .com. Accessed on February 2013.
faecalis: An in vitro Study. World J Dent
2012;3(1):26-31. 27. Anonymous. CHROMagar VRE.
Accessed on: http://www.drg-
18. Adnyana IK, Yulinah E, Sigit JI, Fisheri international.com/ifu/CHROMagar%20V
NK, Insanu M. Efek Ekstrak Daun Jambu RE%20IFU%20USA.pdf, 22 Oktober
Biji Daging Buah Putih dan Jambu Biji 2012.
Daging Buah Merah Sebagai Antidiare.
Acta Pharmaceutica Ind 2004; 29(1): 19- 28. Mathew S, Boopathy. Enterococcus
27. faecalis – An Endodontic Challenge. J
Ind Aca Dent Spec 2010; 1(4):46-48.
19. Nurdiansyah, Redha A. Efek Lama
Maserasi Bubuk Kopra Terhadap 29. Athanassiadis B, Abbott PV, George N,
Rendamen, Densitas, dan Bilangan Asam Walsh LJ. An In Vitro Study of The
Biodiesel yang Dihasilkan dengan Antimicrobial Activity of Some
Metode Transesterifikasi In Situ. Jurnal Endodontic Medicaments Against
Belian 2011; 10 (2): 218-224. Enteroccocus faecalis Biofilms.
Australian Dent J 2010; 55: 150–15.
20. Melawati. Optimasi Proses Maserasi
Panili (Vanilla planifolia A) Hasil 30. Anonymous. Chromogenic Listeria
Modifikasi Proses Kuring. Bogor: Institut Differential Supplement. Accassed on:
Pertanian Bogor. 2006. Skripsi. http://www.toku-
e.com/ProductPDF/MS086%20MS081%
20MS079.pdf. 25 Februari 2013.
185
Mubarak et al/J Syiah Kuala Dent Soc, 2016, 1 (2):175-186

31. Stuart CH, Schwartz SA, Beeson TJ. Companies, 2002. p. 117-120.
Owatz CB. Enterococcus faecalis: Its
Role in Root Canal Treatment Failure 33. Juliantina R, Citra DA, Nirmani B,
and Current Concepts in Retreatment. J Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat Sirih
Endod 2006; 32: 93-98. Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial terhadap Bakteri Gram
32. Harley-Prescott. Laboratory Exercise in Positif dan Gram Negatif. J Kedokt
Microbiology. 5th ed. The McGraw-Hill Kesehatan Ind 2009; 1(1): 15-30.

186

Вам также может понравиться