Вы находитесь на странице: 1из 4

GAGAL JANTUNG AKUT DAN KRONIK

No.Dokumen : SOP/199/UKP-NGT
No.Revisi :
SOP
Tanggal terbit : 24 Mei 2018
Halaman :
PUSKESMAS YUPITA
NANGA NIP.19670703
TAYAP 1989012 003

1. Pengertian Gagal jantung (akut dan kronik) merupakan masalah kesehatan


yang menyebabkan penurunan kualitas hidup, tingginya
rehospitalisasi karena kekambuhan yang tinggi dan peningkatan
angkan kematian.
Kode ICD X : I50.9
Tingkat kemampuan
 Gagal jantung akut 3B
 Gagal jantung kronik 3A
1. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga medis untuk melakukan identifikasi
dan penatalaksanaan gagal jantung akut dan kronik
2. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 30/KAPUS/IV/2018
Tentang Penetapan Dokumen Esternal Yang Menjadi Acuan
Dalam Penyusunan Standar Pelayanan Klinis
3. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Hk.02.02/Menkes/514/2015 Tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
4. Prosedur 1. Petugas menerima pasien
2. Petugas melakukan anamnesa keluhan pasien yang
disesuaikan dengan gejala delirium, yaitu:
a. Sesak pada saat beraktifitas (dyspneu d’effort)
b. Gangguan napas pada perubahan posisi (ortopneu)
c. Sesak napas malam hari (paroxysmal nocturnal dyspneu)
Keluhan tambahan: lemas, mual, muntah dan gangguan
mental pada orangtua.
Faktor resiko:
a. Hipertensi
b. Dislipidemia
c. Obesitas
d. Merokok
e. Diabetes melitus
f. Riwayat gangguan jantung sebelumnya
g. Riwayat infark miokard
3. Petugas melakukan pemeriksaan vital sign yang diperlukan.
4. Petugas melakukan pemeriksaan fisik sebagai berikut:
a. Peningkatan tekanan vena jugular
b. Frekuensi pernapasan meningkat
c. Frekuensi nadi dan regularitasnya
d. Tekanan darah
e. Kardiomegali
f. Gangguan bunyi jantung (gallop)
g. Ronkhi pada pemeriksaan paru
h. Hepatomegali
i. Asites
j. Edema perifer
Pemeriksaan penunjang esential: EKG (hipertrofi ventrikel
kiri, atrial fibrilasi, perubahan gelombang T, dan gambaran
abnormal lainnya.
5. Petugas menegakkan diagnosis berdasarkan Diagnosis
ditegakkan berdasarkan kriteria Framingham: minimal 1
kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Kriteria Mayor:
a. Sesak napas tiba-tiba pada malam hari (paroxysmal
nocturnal dyspneu)
b. Distensi vena-vena leher
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Ronkhi
e. Terdapat kardiomegali
f. Edema paru akut
g. Gallop (S3)
h. Refluks hepatojugular positif
Kriteria Minor:
a. Edema ekstremitas
b. Batuk malam
c. dyspneu d’effort (sesak ketika beraktifitas)
d. Hepatomegali
e. Efusi pleura
f. penurunan kapasitas vital paru sepertiga dari normal
g. takikardi >120 kali per menit
Diagnosis banding yaitu:
a. Penyakit paru: obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia,
infeksi paru berat (ARDS), emboli paru
b. Penyakit Ginjal: Gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
c. Penyakit Hati: sirosis hepatik
6. Petugas melakukan penatalaksanaan, yaitu:
Pada gagal jantung akut:
a. Terapi oksigen 2-4 ltr/mnt
b. Pemasangan iv line untuk akses dilanjutkan dengan
pemberian furosemid injeksi 20 s/d 40 mg bolus.
c. Cari pemicu gagal jantung akut.
d. Segera rujuk.
Pada gagal jantung kronik:
a. Diuretik: diutamakan Lup diuretik (furosemid) bila perlu
dapat dikombinasikan Thiazid (HCT), bila dalam 24 jam
tidak ada respon rujuk ke Layanan Sekunder.
b. ACE Inhibitor (ACE-I) atau Angiotensine II receptor
blocker (ARB) mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis
sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa
minggu. Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal
dan target tidak tercapai, dirujuk.
c. Beta Blocker (BB): mulai dari dosis terkecil dan titrasi dosis
sampai tercapai dosis yang efektif dalam beberapa minggu.
Bila pengobatan sudah mencapai dosis maksimal dan target
tidak tercapai, dirujuk.
Digoxin diberikan bila ditemukan fibrilasi atrial untuk menjaga
denyut nadi tidak terlalu cepat.
7. Petugas memberikan konseling dan edukasi yaitu:
a. Edukasi tentang penyebab dan faktor risiko penyakit
gagal jantung kronik. Penyebab gagal jantung kronik yang
paling sering adalah tidak terkontrolnya tekanan darah,
kadar lemak atau kadar gula darah.
b. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda-tanda
kegawatan kardiovaskular dan pentingnya untuk
kontrol kembali setelah pengobatan di rumah sakit.
c. Patuh dalam pengobatan yang telah direncanakan.
d. Menjaga lingkungan sekitar kondusif untuk pasien
beraktivitas dan berinteraksi.
e. Melakukan konferensi keluarga untuk mengidentifikasi
faktor-faktor pendukung dan penghambat penatalaksanaan
pasien, serta menyepakati bersama peran keluarga pada
masalah kesehatan pasien.
8. Pasien dengan gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas
peayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis
jantung atau Sp. Penyakit Dalam untuk perawatan maupun
pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi. Pada kondisi
akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam
waktu cepat harus segera dirujuk Layanan Sekunder (Sp.
Jantung/Sp. Penyakit Dalam) untuk dilakukan penanganan
lebih lanjut.
9. Petugas memberikan resep kepada pasien untuk diserahkan
ke apotik.
10. Petugas mendokumentasikan semua hasil anamnesa,
pemeriksaan fisik, diagnosa dan penatalaksanaan yang telah
dilakukan dalam rekam medis pasien.
11. Petugas menyerahkan rekam medis ke petugas rekam medis.
5. Unit 1. Pendaftaran dan Rekam Medis
Terkait 2. Poli Umum
3. IGD
4. Apotik

Вам также может понравиться