Вы находитесь на странице: 1из 22

ABLASIO RETINA

Definisi

Ablasio retina adalah lepasnya retina dari tempatnya (lepasnya hubungan antara retina

dan lapisan pigmen epitel dibawahnya).

Gambar 1. Ablasio (pelepasan) Retina

Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch.

Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural

dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas

secara embriologis.

Ablasio retina akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid

yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Ablasio retina

dikenal dalam 3 bentuk yaitu regmatogenosa, eksudatif, dan traksi.


Epidemiologi

Ablasio retina dapat menyerang satu dari 10.000 orang setiap tahun di Amerika Serikat.

Kejadian ini merupakan masalah mata yang serius dan dapat terjadi pada usia berapapun,

walaupun biasanya terjadi pada orang usia setengah baya atau lebih tua sehingga keadaan ini

termasuk ke dalam kasus gawat darurat dalam bidang kesehatan mata. Kejadian ini lebih besar

kemungkinannya terjadi pada orang yang menderita rabun jauh (miopia) derajat tinggi atau

berkacamata minus tinggi (karena aksis bola mata lebih panjang sehingga retina lebih tipis dan

rapuh) dan pada orang-orang yang anggota keluarganya pernah mengalami ablasio retina.

Ablasio retina dapat pula terjadi akibat pukulan keras di mata yang apabila mengalami sikatriks

akan terjadi penarikan retina dari lapisan di bawahnya. Selain itu, walaupun agak jarang, kondisi

ini dapat merupakan penyakit keturunan yang bahkan dapat terjadi pada bayi dan anak-anak. Bila

tidak segera dilakukan tindakan, ablasio retina akan mengakibatkan cacat penglihatan atau

kebutaan.

Anatomi dan Fisiologi Retina

Anatomi Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan dan multilapis yang

melapisi bagian dalam dua per tiga posterior dinding bola mata. Retina membentang ke depan

hampir sama jauhnya dengan korpus siliare dan berakhir di tepi ora serrata. Permukaan luar

retina sensorik bertumpuk dengan lapisan epitel berpigmen retina sehingga juga tertumbuk

dengan membrane Bruch, khoroid dan sclera. Disebagian besar tempat, retina dan epitellium

pigmen retina mudah terpisah hingga membentuk suatu ruang subretina. Tetapi pada discus

optikus dan ora serrata, retina dan epithelium pigmen retina saling melekat kuat, sehingga

membatasi perluasan cairan sub retina.


Lapisan – lapisan retina, mulai dari sisi dalamnya adalah :

1. Membrana limitans interna, merupakan membrana hialin antara retina dan badan

kaca.

2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson – akson sel ganglion yang berjalan

menuju nervus optikus. Di dalam lapisan – lapisan ini terletak sebagian besar

pembuluh darah retina.

3. Lapisan sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

4. Lapisan pleksiform dalam,yang mengandung sambungan – sambungan sel ganglion

dengan sel amakrin dan sel bipolar.

5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal.

6. Lapisan pleksiform luar, yang mengandung sambungan – sambungan sel bipolar dan

sel horisontal dengan fotoreseptor.

7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan

batang. Ketiga lapisan dibawahnya avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler

koroid.

8. Membrana limitans eksterna yang merupakan membrana ilusi.

9. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas selbatang yang

mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.

10. Epitelium pigmen retina


Gambar 2. Anatomi lapisan retina

(a) (b)

Gambar 3a. Anatomi dan Perjalanan Cahaya menuju Retina


Gambar 3b. Anatomi Mata dan Retina

Ditengah – tengah retina posterior terdapat makula. Ditengah makula, sekitar 3.5 mm di

sebelah lateral diskus optikus,terdapat fovea, yang secara klinis jelas – jelas merupakan suatu

cekungan yang memberikan pantulan khusus bila dilihat dengan oftalmoskop. Fovea merupakan

zona avaskular di retina. Foveala adalah bagian paling tengah pada fovea, disini fotoreseptornya

adalah sel kerucut, dan bagian retina yang paling tipis.Semua gambaran histologis ini

memberikan diskriminasi visual yang halus.


Retina menerima darah dari dua sumber: Khoriokapilaria yang berada tepat di luar

membran Bruch, yang mendarahi sepertiga luar retina, termasuk lapisan pleksiformis luar,

lapisan inti luar, fotoreseptor dan lapisan epitelium pigmen retina; sertacbang – cabang dari arteri

sentralis retinae, yang mendarahi dua per tiga sebelah dalam. Fovea sepenuhnya diperdarahi oleh

khoriokapilaria dan mudah terkena kerusakan yang tak dapat diperbaiki kalau retina mengalami

abrasi.

Pada bayi dan anak-anak, korpus vitreus yang menyerupai agar-agar putih telur melekat

erat pada retina di beberapa lokasi disekeliling dinding mata bagian belakang. Seiring dengan

pertumbuhan anak, korpus vitreus tersebut akan mengalami perubahan konsistensi menjadi lebih

cair, lebih tipis (menyusut) dan akan memisah dari retina. Kejadian ini dikenal dengan

”posterior vitreus detachment” . Keadaan ini sebenarnya tidak berbahaya, namun pada keadaan

tertentu dapat menyebabkan traksi (robekan) retina yang menyebabkan penyisipan cairan ke

lapisan di bawah retina, dan mengakibatkan terpisahnya retina dari jaringan di bawahnya. Bagian

retina yang terlepas tidak akan berfungsi dengan baik dan di daerah itu timbul penglihatan kabur

atau daerah buta. Perlu diketahui bahwa ada beberapa jenis ablasio retina yang disebabkan oleh

penyakit mata lain, seperti tumor, peradangan hebat, atau sebagai komplikasi dari diabetes. Ini

disebut ablasio retina sekunder. Dalam hal ini tidak ditemukan robekan ataupun lubang-lubang di

retina, dan retina hanya bisa kembali ke posisinya yang normal dengan mengobati penyakit yang

menyebabkan ablasio retina.

Fisiologi Retina

Retina adalah jaringan paling kompleks di mata. Untuk melihat, mata harus berfungsi

sebagai suatu alat optis, sebagai suatu reseptor kompleks dan sebagai suatu transducer yang
efektif. Sel – sel batang dan kerucut di lapisan fotoreseptor mampu mengubah rangsangan

cahaya menjadi suatu saraf impuls yang dihantarkan lapisan serat saraf retina melalui saraf

optikus dan akhirnya ke korteks penglihatan. Makula bertanggung jawab untuk ketajaman

penglihatan yan terbaik dan untuk penglihatan warna, dan sebagian besar selnya adalah sel

kerucut. Di fovea centralis, terdapat hubungan hampi 1:1 antara fotoreseptor kerucut, sel

gangglionnya dan serat saraf yang keluar,dan hal ini menjamin penglihatan paling tajam. Di

retina perifer, banyak fotoreseptor dihubungkan ke sel ganglion yang sama,dan diperlukan sistem

pemancar yang lebih kompleks. Akibat dari susunan seperti itu adalah bahwa makula terutama

digunakan untuk penglihatan sentral dan warna (penglihatan fototopik) sedangkan bagian retina

lainnya, yang sebagian besar terdiri dari fotoreseptor batang, digunakan terutama untuk

penglihatan perifer dan malam (skotopik) .

Klasifikasi

Berdasarkan patogenesisnya, ablasio retina diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

A. Rhegmatogenous ablasio retina (ablasio retina regmatogen)

Rhegma berasal dari bahasa Yunani yang berarti putus. ablasio retina regmatogen

merupakan jenis ablasio retina yang paling sering terjadi. Pada jenis ini, terjadi robekan pada

retina (yang dapat terjadi karena proses degenerasi ataupun trauma) sehingga memungkinkan

vitreus yang telah mengalami pengenceran masuk ke celah potensial antara lapisan sensorik

retina dan RPE.


Gambar 4. ablasio retina regmatogen

Berdasarkan penyebabnya, ablasio retina regmatogen dapat dikelompokkan menjadi 2,

yaitu nontraumatik dan traumatik ablasio retina regmatogen:

a. Nontraumatic ablasio retina regmatogen

Ablasio retina seringkali menyerupai suatu penyakit akut karena munculnya gejala berat

yang tiba-tiba, yang merupakan hasil penyebaran ablasio retina atau perdarahan vitreus. Pada

kenyataannya, episode akut tersebut merupakan bagian dari suatu proses kronik yang melibatkan

dua area utama, yaitu vitreus dan lapisan dalam retina, dan epitel pigmentosa dan kapiler koroid :

1. Degenerasi vitreoretina lokal dapat disebabkan oleh oklusi kapiler retina (yang dapat

disebabkan oleh defisiensi metabolit yang dibutuhkan oleh vitreus), yang diikuti oleh

obliterasi arteriol dan venula. Hal ini akan menyebabkan suatu proses degeneratif yang

pada akhirnya mengakibatkan atrofi lapisan dalam retina. Pada proses ini akan terjadi

penebalan hialoid lokal yang berhadapan dengan fokus degeneratif, diikuti oleh adhesi

hialoid tersebut pada retina dan sineresis gel vitreus.

2. Defisiensi pada epitel pigmentosum ataupun kapiler koroid, akan menyebabkan gangguan

pada mekanisme yang bertanggungjawab pada adhesi antara fotoreseptor dan epitel

pigmentosum. Penyebab terjadinya defisiensi ini masih belum diketahui.

Kedua mekanisme di atas bergantung pada satu faktor tunggal yang mungkin merupakan
penyebab penting ablasio retina regmatogen, yaitu defisiensi sirkulasi seperti yang terjadi pada

penyakit kardiovaskular, glaukoma.

5 faktor utama yang dapat mempresipitasi terjadinya ablasio retina, yaitu :

 Myopia

Peran myopia dalam patogenesis ablasio retina masih belum jelas. Myopia akan

mempercepat proses aging sehingga meningkatkan proses perubahan yang dapat

menyebabkan ablasio retina. Pada mata myopia, dapat terjadi defisiensi matrix yang

mempersatukan fotoreseptor dengan epitel pigmentosum. Selain itu, epitel pigmentosum

juga dapat mengalami defek dalam mekanisme pompa sehingga ikatan retino-koroidal

lebih lemah.

 Membran preretinal

Adanya membran preretinal (yang terdiri atas sel dengan nukleus yang kecil dan

mengandung sedikit protoplasma) merupakan faktor penting yang menyebabkan ablasio

retina. Jika retina yang mengandung membran preretinal robek, membran ini akan

mempresipitasi ablasio retina dengan lipatan retina yang terfiksasi. Membran preretina

yang luas akan menyebabkan retraksi preretina yang masif, hal ini akan mengakibatkan

prognosis menjadi sangat buruk.

 Perdarahan vitreus

Perdarahan vitreus akan menstimulasi degenerasi vitreus dan retina. Komponen

hemoglobin, terutama besi akan menyebabkan kerusakan sel retina (terjadi degenerasi sel

batang, sel ganglion, dan serabut saraf). Perdarahan vitreus seringkali diikuti oleh

likuefaksi vitreus yang kemudian juga diikuti oleh pembentukan membran preretina atau

meningkatnya retraksi membran preretina yang sebelumnya sudah ada.


 Inflamasi korioretinal

Korioretinitis dan uveitis perifer menyebabkan sineresis dan likuefaksi parsial gel vitreus

dan menstimulasi pembentukan membran preretina. Mekanisme pasti proses di atas masih

belum diketahui. Eksudasi vitreus akan menyebabkan sineresis dan likuefaksi, diikuti oleh

pembentukan rongga vitreus yang mengandung fibrin, membran, dan terkadang jaringan

vaskularisasi baru. Hal ini akan menyebabkan traksi vitreoretina sehingga terjadi robekan

pada retina.

 Operasi intraokuler

Beberapa operasi intraokuler (seperti cyclodiathermy perforasi dan ekstraksi katarak) dapat

mempresipitasi terjadinya ablasio retina. Cyclodiathermy perforasi dapat menyebabkan

ablasio retina melalui 2 cara, pertama pada operasi ini dibuat lubang pada epitel siliar,

namun jika terjadi kesalahan, lubang tersebut dapat terjadi pada retina perifer. Kedua,

adanya perforasi dapat menyebabkan terbentuknya jaringan baru pada vitreus, sehingga

mengakibatkan traksi vitreoretina yang terlokalisir. Ekstraksi katarak dapat menyebabkan

ablasio retina melalui 3 mekanisme yang saling berhubungan, yaitu efek mekanik

pemindahan katarak, efek pada komposisi vitreus, dan melemahnya ikatan korioretina.

Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan ablasio retina antara lain :

1. Ras dan jenis kelamin

Orang kaukasian memiliki risiko ablasio retina sepuluh kali lebih besar daripada orang

negro. Menurut survei, terdapat perbedaan yang tidak signifikan antara pria dan wanita

yang mengalami ablasio retina, namun peranan jenis kelamin pada terjadinya ablasio

retina masih dalam penelitian lebih lanjut.

2. Herediter
Beberapa proses yang menyebabkan ablasio retina dapat diturunkan, seperti myopia,

degenerasi vitreoretina Wagner.

3. Anomali mata kongenital

Beberapa anomali mata kongenital merupakan predisposisi terjadinya ablasio retina,

antara lain coloboma koroid, coloboma lensa, hiperplasia vitreus posterior, optic pit, dan

lain-lain.

4. Pemakaian agen miosis

Agen miosis kuat seringkali diduga menyebabkan ablasio retina. Efek agen miosis kuat

diduga berhubungan dengan kontraksi otot siliaris yang menyebabkan penarikan koroid

ke depan.

5. Penyakit dan anomali sistemik

Kondisi sistemik yang merupakan predisposisi ablasio retina antara lain deformitas

kongenital, penyakit metabolik jaringan ikat herediter dan penyakit sirkulasi.

b. Traumatic ablasio retina regmatogen

Ablasio retina regmatogen dapat terjadi karena suatu trauma, baik trauma indirek atau

trauma ringan, kontusio, ataupun trauma perforasi yang menyebabkan robeknya retina.

Gambaran klinis : 50% pasien ablasio retina regmatogen mengalami fotopsia (terlihatnya

bercak seperti pijaran atau kilatan cahaya) atau floaters /muscae volitantes (endapan dalam

vitreus mata, biasanya bergerak-gerak dan mungkin menunjukkan agregat halus protein vitreus).

Pada mata yang mengalami defek, biasanya memiliki tekanan intraokuler yang rendah daripada

mata sebelahnya, namun dapat juga lebih tinggi.


Gambar 5. Traumatic ablasio retina

Pemeriksaan penunjang : Oftalmoskopi binokuler tidak langsung dengan depresi sklera

memperlihatkan peninggian retina sensorik translusen yang terlepas. Pemeriksaan yang teliti

biasanya memperlihatkan satu atau lebih pemutusan retina, misalnya robekan berbentuk tapal

kuda, lubang atrofik bundar, atau robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak

pemutusan retina bervariasi sesuai dengan jenisnya; robekan tapal kuda paling sering terjadi di

kuadran superotemporal, lubang atrofik di kuadran temporal, dan dialisis retina dai kuadran

inferotemporal. Apabila terdapat robekan retina multipel, maka defek biasanya terletak dalam

90° satu sama lain.

B. Nonrhegmatogenous ablasio retina

Nonrhegmatogenous (exudative/secondary) ablasio retina merupakan hasil dari

penimbunan cairan di bawah retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit pada RPE
dan koroid. Ablasio ini dapat terjadi walaupun tanpa pemutusan retina atau traksi vitreo-retina.

Penyakit degeneratif, inflamasi, dan infeksi yang terbatas pada makula, termasuk

neovaskularisasi subretina yang disebabkan oleh bermacam-macam hal, mungkin berkaitan

dengan ablasio retina jenis ini.

Penting untuk mengenali ablasio retina dengan eksudasi yang cukup banyak, karena tidak

seperti tipe ablasio retina yang lain, terapi untuk jenis ablasio retina ini pada umumnya bukanlah

pembedahan. Pelepasan retina karena eksudat terjadi ketika pembuluh darah retina atau RPE

rusak (misal pada neoplasia dan inflamasi), sehingga memungkinkan cairan memasuki ruang

subretina. Cairan subretina dipengaruhi oleh gravitasi, bagian retina yang lepas adalah bagian

inferior, dan ketika pasien telentang, cairan akan bergerak ke posterior (dalam beberapa detik

atau menit) sehingga terjadi pelepasan makula. Pada ablasio retina jenis ini, pelepasan retina

memiliki permukaan yang rata.

C. Traksi ablasio retina

Traksi ablasio retina akibat traksi adalah jenis ablasio retina tersering kedua. Pada jenis ini,

ablasio retina terjadi karena adanya proliferasi membran vitreus yang mengkontraksi dan

mengelevasi retina, sehingga lapisan neurosensorik retina terlepas dari RPE. Ablasi jenis ini

terutama disebabkan oleh retinopati diabetes proliferatif, retinopati pada prematuritas atau

trauma mata.

Pemeriksaan penunjang : Ciri khas ablasio retina yang terjadi karena traksi adalah permukaan

retina rata dan immobile. Pelepasan retina berbentuk konkaf menghadap ke arah depan mata dan

jarang meluas ke ora serrata. Pada kebanyakan kasus, membran vitreus dapat dilihat dengan

biomikroskop. Pada beberapa kasus, traksi dapat menyebabkan robekan pada retina sehingga

terjadi ablasio retina regmatogen, pada kasus ini, retina menjadi lebih mobile dan memiliki
lipatan ireguler dan bergelombang yang merupakan ciri ablasio retina regmatogen.

Gambar 6. Traksi retina

Pengobatan pada jenis ini adalah dengan kombinasi vitrektomi untuk membebaskan traksi

dan scleral buckle untuk menutup robekannya.

Gejala Ablasio Retina

Gejala pertama penderita ini melihat kilatan - kilatan bintik hitam mengapung dan

cahaya. Pada beberapa penderita ablasio retina mungkin terjadi tanpa didahului oleh terlihatnya

bintik bintik hitam, benda yang menyerupai sarang laba-laba, seperti serangga, ataupun kilatan

cahaya yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatannya seolah - olah

tertutup tirai. Perkembangan ablasio retina yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan

sentral dan menimbulkan kemunduran penglihatan.

Beberapa kasus ablasio retina mungkin terjadi tanpa adanya bintik-bintik hitam ataupun

kilatan-kilatan yang nyata. Dalam hal ini penderita mungkin menyadari penglihatan mereka

seolah bergelombang atau berair atau pada penglihatan pinggir terdapat bayangan hitam.

Perkembangan ablasio retina yang lebih lanjut akan mengaburkan penglihatan sentral dan

menimbulkan cacat penglihatan berat pada satu mata kecuali bila retina yang lepas itu diperbaiki.

Ada beberapa ablasio retina yang terjadi tiba-tiba dan pasien buta total pada satu mata dengan
mendadak. Cacat penglihatan yang muncul cepat seperti ini dapat pula disebabkan oleh

pendarahan ke korpus vitreum ketika retina robek.

Gambar 7. Penglihatan penderita ablasio retina

Orang-orang berusia setengah baya dan lebih tua kadang-kadang melihat bintik-bintik

hitam mengapung dan kilatan-kilatan cahaya. Keadaan ini biasanya lebih jarang ditemukan pada

anak-anak ataupun dewasa muda. Pada sebagian besar kasus keluhan-keluhan ini tidak

menunjukkan adanya masalah serius. Tetapi pada beberapa mata bintik-bintik dan kilatan-kilatan

cahaya yang muncul tiba-tiba mungkin menunjukkan penyusutan korpus vitreum yang cukup

banyak sampai menimbulkan robekan di retina.

Pemeriksaan dan Diagnosis

Untuk menentukan apakah ada robekan retina maka dokter spesialis mata harus

memeriksa bagian dalam mata dan melakukan pemeriksaan mata menyeluruh. Pemeriksaan

seperti ini sebaiknya dilakukan segera setelah keluhan ditemukan, karena robekan retina yang
masih baru mungkin dapat diobati tanpa melakukan operasi yang lama dan sebelum ia

berkembang menjadi retina lepas yang lebih hebat.

Penemuan dan diagnosa ablasio retina tidak dapat dilihat dari luar mata. Karena itu bila

ada keluhan seperti di atas, pasien harus segera memeriksakan diri ke dokter spesialis mata.

Dokter akan memeriksa dengan teliti retina dan bagian dalam dengan alat yang disebut

oftalmoskop. Dengan cahaya yang terang dan pembesaran dari alat tersebut, dokter dapat

menentukan lokasi daerah retina robek atau daerah yang lemah yang perlu diperbaiki dalam

pengobatan. Dalam pemeriksaan yang paling penting diketahui adalah apakah makula masih

utuh atau tidak, hal ini sangat penting untuk diketahui karena makula merupakan bagian

terpenting dalam penglihatan sentral.

Gambar 8. Ablasio fovea and macula

Alat-alat diagnostik khusus lainnya yang mungkin perlu digunakan adalah lensa-lensa

khusus, mikroskop, dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).


Gambar 9. USG retina pada ablasio

Terapi

Bila retina robek tetapi belum lepas, maka ablasio retina itu dapat dicegah dengan

tindakan segera. Bila retina telah lepas maka retina itu harus diperbaiki dengan tindakan operasi

oleh dokter spesialis mata. Penempelan kembali retina yang sukses, terdiri dari penempelan

robekan retina, dan pencegahan agar retina tidak tertarik lepas lagi. Ada beberapa prosedur

bedah yang dapat digunakan. Prosedur yang dipilih tergantung pada beratnya ablasio retina dan

pertimbangan dokter.

Fotokoagulasi laser bila ditemukan robekan-robekan kecil di retina dengan sedikit atau

tanpa ablasio retina, maka robekan ini dapat direkatkan lagi dengan sinar laser. Laser akan

menempatkan luka bakar-luka bakar kecil di sekeliling pinggir robekan. Luka bakar ini akan

menimbulkan jaringan parut yang mengikat pinggiran robekan dan mencegah cairan lewat dan

berkumpul di bawah retina. Bedah laser oftalmologi sekarang biasanya dilakukan sebagai

tindakan pada pasien berobat jalan dan tidak memerlukan sayatan bedah.
Gambar 10. Fotokoagulasi laser retina

Buckling sklera atau retinopeksi pneumatik merupakan dua teknik bedah yang paling

populer dan efektif untuk perbaikan ablasio retina regmatogen. Pada scleral buckling, retina yang

robek ditumpangkan pada sklera yang cekung oleh suatu eksplan. Komplikasi yang dapat terjadi

adalah diplopia dengan fibrosis, perubahan pada penglihatan.

Gambar 11. Sclera Buckling

Retinopeksi pneumatik adalah tindakan yang terdiri atas penyuntikan udara atau gas yang

dapat memuaikan intraokular sehingga dapat terlihat bagian yang rusak. Bagian retina yang
rusak dapat rekatkan kembali dengan teknik laser. Tingkat keberhasilan teknik ini tidak terlalu

tinggi dibanding dengan metode lain. Terapi ini hanya pada ablasi retina dengan kerusakan

ringan, tidak ada atau sedikit cairan subretina, dan tidak terjadinya retraksi vitreoretinal.

Gambar 12. Pnematic retinopexy

Tindakan bedah bila cukup banyak cairan telah terkumpul di bawah retina dan

memisahkan retina dengan mata bagian belakang, maka diperlukan operasi yang lebih rumit

untuk mengobati ablasio retina itu. Teknik operasinya bermacam-macam, tergantung pada

luasnya lapisan retina yang lepas dan kerusakan yang terjadi, tetapi semuanya dirancang untuk

menekan dinding mata ke lubang retina, menahan agar kedua jaringan itu tetap menempel

sampai jaringan parut melekatkan bagian robekan. Kadang-kadang cairan harus dikeluarkan dari

bawah retina untuk memungkinkan retina menempel kembali ke dinding belakang mata.

Seringkali sebuah pita silikon atau bantalan penekan diletakkan di luar mata untuk dengan

lembut menekan dinding belakang mata ke retina. Dalam operasi ini dilakukan pula tindakan

untuk menciptakan jaringan parut yang akan merekatkan robekan retina, misalnya dengan

pembekuan, dengan laser atau dengan panas diatermi (aliran listrik dimasukkan dengan sebuah

jarum). Pada ablasio retina yang lebih rumit mungkin diperlukan teknik yang disebut vitrektomi.
Gambar 13. Vitrektomi

Dalam operasi ini korpus vitreum dilepaskan dari serat-serat jaringan ikat di dalam retina, dan

korpus vitreum yang menciut dikeluarkan dari mata. Pada beberapa kasus bila retina itu sendiri

sangat berkerut dan menciut maka retina mungkin harus didorong ke dinding mata untuk

sementara waktu dengan mengisi rongga yang tadinya berisi korpus vitreum dengan udara atau

gas. Lebih dari 90% ablasio retina dapat direkatkan kembali dengan teknik-teknik bedah mata

modern. Kadang-kadang diperlukan lebih dari satu kali operasi. Bila retina berhasil direkatkan

kembali mata akan mendapatkan kembali sebagian fungsi penglihatan dan kebutaan dapat

dicegah. Tetapi seberapa jauh penglihatan dapat dipulihkan dalam jangka enam bulan sesudah

tindakan operasi yang berhasil akan tergantung pada sejumlah faktor. Pada umumnya fungsi

penglihatan akan lebih sedikit pulih bila retina telah cukup lama terlepas atau muncul

pertumbuhan jaringan di permukaan retina. Empat puluh persen dari ablasio retina yang berhasil

direkatkan kembali akan dapat menghasilkan penglihatan yang baik. Sedang kasus-kasus sisanya

masih mendapatkan penglihatan yang cukup untuk membaca dan atau berjalan dalam berbagai

derajat. Sayangnya korpus vitreum yang terus menyusut dan munculnya pertumbuhan lapisan di

permukaan retina menyebabkan tidak semua retina yang terlepas dapat direkatkan kembali. Bila

retina tidak dapat direkatkan kembali, maka mata akan terus menurun penglihatannya dan

akhirnya menjadi buta.


Operasi dapat dilakukan baik dengan bius setempat maupun dengan bius umum,

tergantung pada kesehatan penderita dan waktu yang diperkirakan diperlukan untuk merekatkan

kembali retina. Jarang sekali perlu menahan penderita ablasio retina untuk tidak bergerak dalam

jangka panjang sebelum ataupun sesudah operasi. Tetapi penderita yang memerlukan injeksi

udara atau gas harus mempertahankan posisi kepala tertentu sampai beberapa hari sesudah

operasi. Penderita dengan ablasio retina sederhana biasanya sudah dibolehkan berjalan sehari

sesudah operasi dan dipulangkan dari rumah sakit dalam beberapa hari. Biasanya setelah pulang

dari rumah sakit maka yang dibutuhkan hanyalah salep dan obat tetes mata. Kadang-kadang

diperlukan kacamata atau lensa kontak bila setelah bedah retina ternyata penglihatan perlu

koreksi..

Pencegahan

Orang-orang yang menderita rabun jauh (miopia) dengan kaca mata minus tinggi atau

yang anggota keluarganya pernah mengalami ablasio retina, sebaiknya memeriksakan matanya

secara berkala ke dokter dan memperhatikan adanya perubahan penglihatan sesuai gejala ablasio

retina agar perubahan pada korpus vitreum dapat dideteksi sedini mungkin, sehingga disamping

diagnosa, dokter dapat mencegah ablasio retina yang mungkin akan terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Vaughan D. Et all. Kornea. In:Oftalmologi Umum. Widya Medika. Jakarta. 2000.

Ilyas, S, Prof. dr, SpM. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal

183-186

Wu, Gloria. M. D. 1995. Retina the Fundamentals. USA: W.B Saunders Company. p. 237-239

Abert and Jakobiec. 1994. Principles and Practice of Ophtalmology. Volume II. USA: W. B

Saunders Company. p. 1274-1280.

www.eyemdlink.com

www.itd.umich.edu

www.doereport.com

www.tehranlasik.com

www.nwkec.org

www.aivision.com.au

www.visionsimulations.com

www.eye-imaging.com

www.webvision.med.utah.edu

Вам также может понравиться