Вы находитесь на странице: 1из 8

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

MODUL 3
CONDENSING VAPOR

LABORATORIUM RISET DAN OPERASI TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UPN”VETERAN” JAWA TIMUR
SURABAYA
CONDENSING VAPOR

TUJUAN

Menentukan koefisien perpindahan panas (koefisien pengembunan) dari uap pada


pipa pengembunan vertical dan horizontal dengan menggunakan persamaan Nusselt.

TEORI
Condensing vapour (pengembunan uap) terjadi akibat peristiwa perpindahan panas
yang diikuti terjadinya perubahan fasa yaitu dari fasa uap menjadi fasa cair. Berdasarkan
jenis embun yang terbentuk, ada dua macam pengembunan dari uap jenuh murni, yaitu :
a. Pengembunan berbentuk titik-titik (Drop Wise Condensation)
b. Pengembunan berbentuk lapisan (Film Wise Condensation)
Besarnya koefisien pengembunan dipenaruhi oleh panas laten pengembunan, densitas
fluida, perbedaan suhu uap dengan dinding dalam, viskositas fluida medan gravitasi, juga
tergantung pada posisi kondensornya (vertical atau horizontal).

Drop Wise Condensation

Bila suatu permukaan kondensasi tercampur oleh suatu bahan yang mencegah
kondensat membasahi permukaan, maka uap akan berkondensasi dalam tetesan-tetesan
dan bukan sebagai lapisan yang kontinue, hal ini dikenal sebagai kondesasi tetes ( Drop
Wise Condesation).
Pada kondensasi (uap air) pembentukannya sering didorong oleh adanya tetesan
minyak yang terdapat sebagai kotoran didalam minyak. Kondensasi jenis ini lebih mudah
terdapat pada permukaan licin dari pada permukaan kesetimbangan.
Film Wise Condensation
Besarnya koefisien pemngembunan dipengaruhi oleh panas laten pengembunan,
densitas fluida, perbedaan suhu uap dengan diding dalam, viskositas fluida, medan
gravitasi, juga tergantung pada posisi kondensornya (vertikal atau horizontal).

Kondensasi pada Kondensat Vertikal


Laju dari perpindahan panas air pendingin yang melewati fase uap yang kemudian
pada kondensat akan terbentuk lapisan film, untuk laju dari air pendingin diberikan
persamaan, yaitu :
Q / A = k (t’ – t) / y’ =  W’ = h (t’ – t) (2.1)
Dimana:  = panas latent dari penguapan
W’ = berat kondensat (lbm / hr ft)
y’ = tebal dari kondensat film
Sedangkan untuk kondensating vapour diberikan persamaan :
W’ = k (t’ – t) /  y’ (2.2)

Aliran liquid turun dari atas permukaan kondensat dengan kecepatan u dari o pada
lapisan dalm dan mempengaruhi permukaan luar dari condensator. Aliran samping dari
permukaan pendingin vertikal adalah tenaga tangensial keatas dan membantu dari tube.
Untuk aliran dalam pendingin vertikal adalah tangensial penurunan laju dari zat cair.
Differensial tangensial mungkin dapat dipengaruhi gaya gravitasi.
 = dx dy 1 = (T – dT/dy . dy/2) – (T + dT/dy . dy/2) = -dT (2.3)
pada unit area , dx. Dz = 1

Dari dasar definisi dari viscositas Tangensial Stress didefinisikan sebagai dU / dy


2
= V / Y (lbf) (hr) / ft dimensi dari viscositas namun pada bab ini menggunakan dimensi (lbm) /
(hr) (ft)
T =  dU / g dy (2.4)
DT / dy =  d2U / g dy2 = - P (2.5)
 /  konstan, maka :
d2U / g dy2 = - g /  (2.6)
U = - gy2 / 2 + C1y + C2 (2.7)
Pada lapisan luar (permukaan kondensat) tidak ada tegangan tangensial dan dari T =
 dU/dy dimana y = y’
(dU/dy)y=y’ = 0 = -gy1 /  + C1 C1 = gy1 /  (2.8)
U = g /  (yy’ – y2/2)
Pada jarak x dari atas pada permukaan kondensing kecepatan rata-rata penurunan 
adalah :
y'


x - 1/y’ U dy = g / 3 . y’2
0
(2.9)
Ketika arah x dari ats dinding vertikal adalh diambil dari salah satu unit seperti
terlihat pada gambar , jumlah dari laju penurunan melewati area horizontal y’ dari kondensat
adalah :
Persamaan (2.9) jika dideferensialkan dengan menggabungkan y dari x ke x + dx.
d(y’) = d (py’2 / 3) = (2p y’2 / ) dy (2.10)

dx W’

Dan persamaan ini berpengaruh pada kondensasi luaran dari uap dan menuju lapisan

kondensat.
d(y’) = W’ 1 dx
dimana W’ adalah aliran luar kondensat dari uap dan normal untuk penurunan kondensat
per unit luasan . Dari persamaan (2.2) dimana W’ telah didefinisikan dalam suhu pada
proses perpindahan panas.
W’ = k(t’-t) / y’
Substitusi dari W’ pada persamaan (2.10) dan (2.2).
k/y’(t’-t)dx = (2p y’2 / ) dy’ (2.11)
(t’-t)dx = (2g y’2 / k) dy’ (2.12)
Untuk setiap perubahan t’ – t, , ,  dan k konstan lalu diintegralkan ketika y’ = 0, x = 0.
Y’2 (2g y’2 / 4k) = (t’ – t) x (2.13)
Koefisien perpindahan panas yang melewati lapisan kondensat pada arah x dari luas
permukaan setiap unit pers. . (2.1).
Qx / A x
hx = = k / y’ (2.14)
t' - t
Substitusi y’ dari persamaan (2.14).
hx = [ k3 2  g / 4(t’ – t) ]1/4 . 1/x1/4 (2.15)
Total panas aliran kondensat dari o sampai x adalah Qx.
x

 hx (t' - t) dx =  [ k  2  g / 4 (t' - t) ]1/4 (t' - t) dx/x 1/4


3
Qx =
0

= 43/4 / 3 (k 32  g / )1/4 [(t’ – t)]1/4 (2.16)


Rata-rata koefisien pada bab II persamaan diatas adalah
ĥ = (Qx)x=L = 43/4 / 3 (kf 3f2  g / f)1/4 [(t’ – t)]1/4 / (t’ –t)L
ĥ = 0,943 (kf  f2  g /  f L 4 t f) 1/4 (2.17)

Kondensasi pada Kondensat Horizontal


Aliran massa dari uap menuju lapisan kondensator pada area r dx dan dengan
tebal lapisan y’ dihubungkan dengan persamaan konduktivitas.
W’ = k (t’ – t) r dx / y’
Luasan dari kondensasi jika didefernsailkan r dx adalah d( y’) dan untuk
persamaan (2.10)
d(y’) =  2 g d(y’ 2 sin ) = W’ dx
Substitusi untuk W’ dengan persamaan (2.11) adalah :
k (t’ – t) r dx / y’ = = 2 g d(y’2 sin ) / 3
k3 (t’ – t) r dx / 2g = = y’ d(y’2 sin )
jika m = k3 (t’ – t) r / 2g
m dx = y’ d(y’2 sin )
dideferensialkan, maka :
m dx = y’ (3y’2 sin α dy’ + y’2 cos α dx)
= 3y’2 sinα + y’2 cosα dx (2.18)
Pada persamaan (2.18)
3y’2 dy’ = ¾ dy’2
Masukkan persamaan (2.18) dan substitusikan.
dx = 3/4m . sin α dy’4 + y’2/m . cos α dx
dengan y’4/m = 4 = z
d α= 3/4m.sin αdz+ z cos α dx (2.19)
3/4 sin α dz/d + z cos α - 1 = 0 (2.20)
Persamaan (2.20) adalah persamaan differensial linier dimana persamaannya adalah :


Z = 1/sin 3/4 α ( 4/3 sin1 / 3  d  Cg ) (2.21)

Ketika α = o, Cg = 0

Z = 4/3 . 1/sin 4/3 α  sin  d


1/3
(2.22)

Dari substitusi pada persamaan (2.19)


Y’ = m1/4 =  [ 3 k (t’ – t) r / 2 g  ]1/4 (2.23)
Seperti terlihat pada persamaan (2.15), hx = k / y’
Pertukaran panas local pada tiap saat adalah :
h α=k/y’=1/ [k32 g  / 3 k (t’ – t) r] (2.24)
Rata-rata koefisien perpindahan panas h dari segment antara 1 dan 2 adalah :
1 1



 =k/m1/4(α1 - α2)

 dα/ (2.25)
2 2

Menurut methoda grafik sebelumnya, dimana Do adalah diameter luar dari tube (pipa)
koefisien perpindahan panas rata - rata dapat dicari dengan :
900
hα  = 0,860 (k32  g / Dotf)1/4
00

1800
hα  = 0,589 (k32  g / Dotf)1/4
900

Dari 00 sampai 1800 adalah hanya untuk satu pipa, sedangkan untuk yang lain sama.
ħ = 0,725 (kf3f2  g / Dotf)

PROSEDUR

Peralatan Yang Dipakai

a. Satu unit peralatan condensing vapour

b. Termometer

c. Stop watch

d. Beaker glass

e. Gelas ukur

Bahan Yang Digunakan

a. Air

b. Uap air
1

7 7
5B
7
7 7
2
7
7 7 4B 4A
6
5A
7 7

Gambar Seperangkat Alat Condensing Vapour

Keterangan Gambar :

1. Penampung Air 5. A. dan 5.B. Kondensor Horizontal

2. Penampung Uap 6. Barometer

3. Bejana Penguap 7. Termometer

4. A. dan 4.B. Kondensor Vertikal 8. Elemen Pemanas

Cara melakukan percobaan

1. Mengisi tangki penampung air pendingin sampai over flow

2. Memanaskan tangki pembangkit uap yang berisi air kurang lebih ¾ bagian, tunggu

hingga terbentuk uap yang cukup.

3. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap. Bersamaan

dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan cara mem buka pula

kran aliran air pendingin ke pipa pengembunan, dengan laju alir yang ditentukan.

4. Mencatat suhu uap masuk dan keluar , suhu air pendingin masuk dan keluar.
5. Mencatat pula laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang waktu

yang ditentukan dan amati jenis (embun) yang terbentuk

6. Mengulangi percobaan diatas dengan variasi diameter pipa , letak pipa (vertikal dan

horizontal) dan laju alir fluida yang berbeda ( dengan bukaan / putaran kran (valve)

yang berbeda.

Вам также может понравиться