Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MODUL 3
CONDENSING VAPOR
TUJUAN
TEORI
Condensing vapour (pengembunan uap) terjadi akibat peristiwa perpindahan panas
yang diikuti terjadinya perubahan fasa yaitu dari fasa uap menjadi fasa cair. Berdasarkan
jenis embun yang terbentuk, ada dua macam pengembunan dari uap jenuh murni, yaitu :
a. Pengembunan berbentuk titik-titik (Drop Wise Condensation)
b. Pengembunan berbentuk lapisan (Film Wise Condensation)
Besarnya koefisien pengembunan dipenaruhi oleh panas laten pengembunan, densitas
fluida, perbedaan suhu uap dengan dinding dalam, viskositas fluida medan gravitasi, juga
tergantung pada posisi kondensornya (vertical atau horizontal).
Bila suatu permukaan kondensasi tercampur oleh suatu bahan yang mencegah
kondensat membasahi permukaan, maka uap akan berkondensasi dalam tetesan-tetesan
dan bukan sebagai lapisan yang kontinue, hal ini dikenal sebagai kondesasi tetes ( Drop
Wise Condesation).
Pada kondensasi (uap air) pembentukannya sering didorong oleh adanya tetesan
minyak yang terdapat sebagai kotoran didalam minyak. Kondensasi jenis ini lebih mudah
terdapat pada permukaan licin dari pada permukaan kesetimbangan.
Film Wise Condensation
Besarnya koefisien pemngembunan dipengaruhi oleh panas laten pengembunan,
densitas fluida, perbedaan suhu uap dengan diding dalam, viskositas fluida, medan
gravitasi, juga tergantung pada posisi kondensornya (vertikal atau horizontal).
Aliran liquid turun dari atas permukaan kondensat dengan kecepatan u dari o pada
lapisan dalm dan mempengaruhi permukaan luar dari condensator. Aliran samping dari
permukaan pendingin vertikal adalah tenaga tangensial keatas dan membantu dari tube.
Untuk aliran dalam pendingin vertikal adalah tangensial penurunan laju dari zat cair.
Differensial tangensial mungkin dapat dipengaruhi gaya gravitasi.
= dx dy 1 = (T – dT/dy . dy/2) – (T + dT/dy . dy/2) = -dT (2.3)
pada unit area , dx. Dz = 1
x - 1/y’ U dy = g / 3 . y’2
0
(2.9)
Ketika arah x dari ats dinding vertikal adalh diambil dari salah satu unit seperti
terlihat pada gambar , jumlah dari laju penurunan melewati area horizontal y’ dari kondensat
adalah :
Persamaan (2.9) jika dideferensialkan dengan menggabungkan y dari x ke x + dx.
d(y’) = d (py’2 / 3) = (2p y’2 / ) dy (2.10)
dx W’
Dan persamaan ini berpengaruh pada kondensasi luaran dari uap dan menuju lapisan
kondensat.
d(y’) = W’ 1 dx
dimana W’ adalah aliran luar kondensat dari uap dan normal untuk penurunan kondensat
per unit luasan . Dari persamaan (2.2) dimana W’ telah didefinisikan dalam suhu pada
proses perpindahan panas.
W’ = k(t’-t) / y’
Substitusi dari W’ pada persamaan (2.10) dan (2.2).
k/y’(t’-t)dx = (2p y’2 / ) dy’ (2.11)
(t’-t)dx = (2g y’2 / k) dy’ (2.12)
Untuk setiap perubahan t’ – t, , , dan k konstan lalu diintegralkan ketika y’ = 0, x = 0.
Y’2 (2g y’2 / 4k) = (t’ – t) x (2.13)
Koefisien perpindahan panas yang melewati lapisan kondensat pada arah x dari luas
permukaan setiap unit pers. . (2.1).
Qx / A x
hx = = k / y’ (2.14)
t' - t
Substitusi y’ dari persamaan (2.14).
hx = [ k3 2 g / 4(t’ – t) ]1/4 . 1/x1/4 (2.15)
Total panas aliran kondensat dari o sampai x adalah Qx.
x
Z = 1/sin 3/4 α ( 4/3 sin1 / 3 d Cg ) (2.21)
Ketika α = o, Cg = 0
hα
=k/m1/4(α1 - α2)
dα/ (2.25)
2 2
Menurut methoda grafik sebelumnya, dimana Do adalah diameter luar dari tube (pipa)
koefisien perpindahan panas rata - rata dapat dicari dengan :
900
hα = 0,860 (k32 g / Dotf)1/4
00
1800
hα = 0,589 (k32 g / Dotf)1/4
900
Dari 00 sampai 1800 adalah hanya untuk satu pipa, sedangkan untuk yang lain sama.
ħ = 0,725 (kf3f2 g / Dotf)
PROSEDUR
b. Termometer
c. Stop watch
d. Beaker glass
e. Gelas ukur
a. Air
b. Uap air
1
7 7
5B
7
7 7
2
7
7 7 4B 4A
6
5A
7 7
Keterangan Gambar :
2. Memanaskan tangki pembangkit uap yang berisi air kurang lebih ¾ bagian, tunggu
3. Selanjutnya mengalirkan uap dengan cara membuka kran aliran uap. Bersamaan
dengan mengalirkan uap, alirkan juga air pendingin dengan cara mem buka pula
kran aliran air pendingin ke pipa pengembunan, dengan laju alir yang ditentukan.
4. Mencatat suhu uap masuk dan keluar , suhu air pendingin masuk dan keluar.
5. Mencatat pula laju alir pendingin dan kondensat yang terbentuk tiap selang waktu
6. Mengulangi percobaan diatas dengan variasi diameter pipa , letak pipa (vertikal dan
horizontal) dan laju alir fluida yang berbeda ( dengan bukaan / putaran kran (valve)
yang berbeda.