Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGUKURAN POTENSIAL AIR JARINGAN TUMBUHAN

KELOMPOK I

SASA
1603409024

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2018

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan praktikum Fisiologi Tumbuhan “Pengukuran Potensial Air Jaringan


Tumbuhan” yang di susun oleh:

Nama : Sasa
Nim : 1603409024
Kelas : Biologi/ IVA
Kelompok : I (Satu)

Telah diperiksa dan dikoreksi oleh dosen penanggung jawab yang


bersangkutan serta dinyatakan diterima.

Palopo, Juni 2018

Dosen Penanggung Jawab

Sunarti Cambaba, S.Si., M.Sc.


NIDN: 0917028501

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang


maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan ini. Tidak
lupa saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga laporan ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi laporan ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.

Palopo, Juni 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... ............iii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
C. Manfaat ........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
BAB III METODE PRAKTIKUM ......................................................................... 6
A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 6
B. Alat dan Bahan..............................................................................................6
C. Prosedur Kerja ............................................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 8
A. Hasil ............................................................................................................. 8
B. Analisis Data..................................................................................................9
C. Pembahasan .................................................................................................. 9
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12
LAMPIRAN .......................................................................................................... 13

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta aktif
apabila sel-selnya dipenuhi air. Suatu ketika apabila pada waktu
perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam
tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh laju semua
fungsi-fungsi yang juga menurun. Jika keadaan kekeringan ini berlangsung lama
maka dapat mematikan tumbuhan.
Sekalipun dalam tumbuhan yang sedang tumbuh aktif, kekurangan air dapat
menjadi faktor pembatas bagi perkembangannya, tetapi keadaan kekeringan masih
memiliki dampak positif bagi hidup dan ketahanan hidup suatu oganisme.
Bersamaan dengan menurunnya aktivitas sel, kepekaannya terhadap faktor-faktor
fisik dan kimia dari lingkungannya juga berkurang. Oleh karena itu, walaupun
biji-biji kering tidak akan berkecambah, mereka juga tidak akan mati oleh suhu
tinggi atau suhu rendah yang dapat menjadikan letal bagi tumbuhan vegetatif.
Pada kenyataannya adaptasi tumbuhan pada keadaan kering maupun suhu rendah
sering melibatkan keadaan kandungan air rendah.
Potensial kimia air atau basa dinyatakan sebagai potensial air. PA (Ψ, Psi)
penting untk diketahui agar dapat mengerti pergerakan air di dalam sistem
tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar,
atm, seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih
rendah. Jadi difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam
energi bebas dari partikel-partikel yang berdifusi.
Nilai absolut dari PA tidak mudah diukur, tetapi perbedaannya dapat diukur.
Sebagai pegangan atau dasar diambil potensial air murni. Jadi PA adalah
perbedaan dalam energi bebas atau potensial kimia per satuan molal volume
antara air murni dan suatu larutan pada suhu yang sama. PA air murni pada
tekanan atmosfir adalah nol, dan PA dalam sel dan larytan kurang dari nol atau
negatif.
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu
ukuran daya yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti

1
jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain
dalam suatu sistem. Potensial mungkin merupakan parameter yang paling
bermanfaat untuk diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan
atmosfir.
Potensial osmotik adalah potensial yang disebabkan oleh zat-zat terlarut.
Tandanya selalu negatif. Potensial tekanan adalah potensial yang disebabkan oleh
tekanan hidrostatik isi sel pada dinding sel. Nialinya ditandai dengan bilagan
positif, nol atau dapat juga negatif. Penambahan tekanan (terbentuknya tekanan
turgor) mengakibatkan potensial tekanan lebih positif. Potensial matriks
disebabkan oleh ikatan air pada koloid protoplasma dan permukaan (dinding sel).
Potensial matriks bertanda negatif, tetapi pada umumnya pada sel-sel yang
bervakuola, nilainya dapat diabaikan.
Potensial air jaringan ditentukan dengan cara merendam potongan jaringan
dalam suatu larutan sukrosa atau mannitol (non elektrolit) yang diketahui
konsentrasinya.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah mengukur nilai
potensial air jaringan umbi kentang.

C. Manfaat
Adapun manfaat diperoleh dengan melakukan praktikum ini adalah
mahasiswa akan lebih memahami tentang fisiologi tumbuhan khususnya pada
pengukuran nilai potensial air pada jaringan tumbuhan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman kentang (Solanum tuberosum) merupakan tanaman semusim yang


berbentuk semak, termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas
Magnoliopsida, sub kelas asteridae, ordo solanales, famili solanaceae, genus
solanum dan spesies solanum tuberosum (Nurmayulisun, 2009).
Menurut Sunaryono (2008), bentuk morfologi dari tanaman kentang
(Solanum tuberosum) dimana bentuk morfologi batangnya ada yang berbentuk
bulat, slindris, pada bagian pucuk berbulu dan berwarna hijau muda. Memiliki
sistem perakaran tunggang dan berwarna putih kekuningan. Daun dari tanaman
kentang merupakan daun majemuk, berbulu dengan ujung meruncing, tepi rata,
bagian pangkal daun runcing, panjang daun 12-15 cm, lebar 6-8 cm, memiliki
pertulangan menyirip dan daun berwarna hijau.
Tanaman kentang memiliki bunga yang majemuk, bercabang dan berbentuk
garpu di ujung serta di ketiak daun, memiliki kelopak dengan panjang 8.5-15 mm,
bunga berwarna hijau keputih-putihan. Mahkota bunga pendek, berbentuk lonjong
dan berwarna putih. Benang sari melekat pada tabung mahkota, memiliki bakal
buah dengan 2-6 ruang di dalam mahkota bunga yang mengandung banyak bakal
biji. Tangkai putik berbentuk jarum dengan kepala putik yang kecil dan berwarna
putih. Buah dari tanaman kentang berbentuk bulat lonjong dan berwarna coklat.
Memiliki biji dengan bentuk pipih atau berbentuk ginjal dan berwarna kuning
(Nurmayulisun, 2009).
Air merupakan 85-98% berat tumbuhan herba yang hidup di air. Dalam sel,
air diperlukan sebagai pelarut unsur hara sehingga dapat digunakan untuk
mengangkutnya, selain itu air diperlukan juga sebagai substrat atau reaktan untuk
berbagai reaksi kimia misalnya fotosintesis, dan air dapat menyebabkan
terbentuknya enzim dalam tiga dimensi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas
katalisnya. Tanaman yang kekurangan air akan menjadi layu, dan apabila tidak
diberikan air secepatnya akan terjadi layu permanen yang dapat menyebabkan
kematian (Syarif, 2009).
Potensial kimia air atau potensial air (PA) merupakan konsep yang sangat
penting dalam fisiologi tumbuhan. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A

3
Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air
digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara.
Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam
suatu sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan
atmosfir dan suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni
dinyatakan sebagai (0) nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa
tekanan (atm, bar) atau satuan energi (Ismail, 2006).
Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah
adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder,
diantara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya,
terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel
secara bersama-sama untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai
diantara sel-sel primer yang berdekatan (Adnan, 2008).
Karena air begitu sangat penting dan jumlahnya sangat banyak (konsentrasi
sekitar 50 M), difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis.
Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan
gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan
tinggi (Ismail, 2006).
Tumbuhan banyak mengandung air dalam sel-selnya. Hal ini menyebabkan
suhu tumbuhan relatif stabil walaupun menerima atau kehilangan energi. Panas
laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi molekul air
merupakan energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada suhu
20oC, sedangkan panas laten fusi, merupakan energi yang dibutuhkan untuk
mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC. Besarnya energi panas laten vaporisasi air
adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi adalah 80 cal (Lakitan, 2004).
Potensial air memiliki dua komponen yaitu, potensial tekanan dan potensial
osmotik. Potensial tekanan timbul karena adanya tambahan tekanan dan sama
dengan tekanan nyata di bagian sistem tertentu. Potensial osmotik disebut juga
potensial linarut, yang terjadi karena adanya unsur terlarut. Karena potensial
tekanan merupakan tekanan nyata untuk mudahnya kita sebut tekanan (Salisbury,
1992).

4
Membran sel memungkinkan molekul air melintas lebih cepat dari pada
unsur terlarut. Dinding sel primer biasanya sangat permiabel terhadap keduanya.
Membran sel tumbuhan memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel
yang tegar itulah yang menimbulkan tekanan di dalamnya, sel tersebut sering
pecah, seperti yang terjadi saat sel darah merah dimasukkan ke dalam air
(Salisbury, 1992).
Osmosis merupakan proses gerak air pelarut melewati membran yang
bersifat permiabel selektif, beberapa partikel yang terlarut (substansi dalam cairan
tubuh dan cairan sel) seperti protein tidak dapat melewati mebran. Pada keadaan
tersebut, supaya kedua sisi membran mempunyai tekanan seimbang, air harus
bergerak melewati membran untuk memperbaiki perbedaan kadar yang
disebabakan substansi yang tidak dapat melewati membran. Sebagai contoh, bila
sel mempunyai kadar partikel yang lebih tinggi dari pada cairan intertisial di
sekeliling sel, maka air dari cairan intertisial akan bergerak masuk ke dalam sel
sampai tercapai keseimbangan tekanan di kedua sisi membran. Karena adanya
gerak air, maka volume sel akan meningkat, dengan demikian tekanannya
meningkat (Frandson, 1996).
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem
osmosis, dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut
tinggi), larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan
isotonik (dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat
dua larutan yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran
sampai kedua larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik,
sebagian besar molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga
hanya sedikit molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan
pada larutan hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak
terikat oleh molekul terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati
membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari
larutan hipotonik ke hipertonik (Anonim, 2009).

5
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Adapun waktu dilaksanakan praktikum pada hari Sabtu tanggal 26 Mei
2018 pada pukul 08.00 WITA-selesai bertempat di Laboratorium Sel dan Jaringan
Kampus II Universitas Cokroaminoto Palopo.

B. Alat dan Bahan


a. Alat
1. Pisau
2. Mistar
3. Tissue
4. Timbangan analitik
5. Cawan petri
6. 4 buah gelas kimia
b. Bahan
1. Bahan tumbuhan : Umbi kentang (Solanum tuberosum)
2. Bahan kimia : Larutan sukrosa: 0,1 M; 0,5 M; 0,9 M dan air destilat

C. Prosedur Kerja
1. Siapkan 4 buah gelas kimia (150 atau 250 ml), masing-masing diisi dengan
100 ml dari larutan sukrosa berikut: 0,1 M; 0,5 M; 0,9 M dan air destilat.
2. Tahap-tahap berikut ini dilakukan dengan cepat: buat 6 silinder umbi
kentang yang berdiameter 0,6-0,8 cm, masing-masing dengan panjang 4 cm.
Hilangkan bagian kulitnya. Sebaiknya semua silinder umbi kentang berasal
dari 1 umbi saja. Letakkan di dalam sebuah wadah tertutup.
3. Dengan pisau silet, potong satu silinder umbi kentang menjadi irisan-irisan
tipis dengan tebal 1-2 mm.
4. Bilas irisan kentang dengan air destilat dengan cepat, keringkan dengan
tissue dan timbang. Selanjutnya masukkan ke dalam salah satu larutan
sukrosa yang telah disiapkan. Lakukan ini pada tiap-tiap silinder umbi
kentang untuk masing-masing larutan berikutnya.

6
5. Setelah tepat 1 jam direndam, keluarkan irisan-irisan tersebut dari masing-
masing gelas kimia, lalu keringkan dengan tissue dan timbang. Lakukan hal
ini pada semua percobaan.
6. Untuk menghitung perubahan berat, gunakan rumus berikut:
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
7. Kemudian buat grafik dan plotkan persen perubahan berat pada ordinat dan
konsentrasi larutan sukrosa (dalam molar) pada basis.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel hasil pengamatan
Larutan Sukrosa Air
Perlakuan
0,1 M 0,5 M 0,9 M 100 ml
Berat Awal (gr) 4,108 4,073 4,155 3,859
Berat Akhir (gr) 4,491 3,257 2,794 4,419
Presetase
9,32% 20,03% 32,57% 14,51%
Perubahan Berat

1. Grafik perubahan berat pada kentang pada larutan sukrosa dan air

4.5
4
3.5
3
2.5 Berat Awal
2 Berat Akhir
1.5
1
0.5
0
0,1 M 0,5 M 0,9 M 100 ml

8
2. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dan persentase
perubahan berat.

Presentase Perubahan Berat


35.00%
30.00%
25.00%
20.00% Presentase Perubahan
15.00% Berat

10.00%
5.00%
0.00%
0,1 M 0,5 M 0,9 M 100 ml

B. Analisis Data
Menghitung persentase berat
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

4,491−4,108
1. Larutan Sukrosa 0,1 M = × 100% = 9,32%
4,108
3,257−4,073
2. Larutan Sukrosa 0,5 M = × 100% = 20,03%
4,073
2,794−4,155
3. Larutan Sukrosa 0,9 M = × 100% = 32.57%
4,155
4,419−3,859
4. Larutan air = × 100% = 14,51%
3,859

C. Pembahasan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dengan menggunakan umbi kentang
(Solanum tuberosum) dengan melakukan proses perendaman ke dalam sukrosa
dengan kosentrasi 0,1 M; 0,5 M; 0,9 M, serta air. Dimana dengan penimbangan
umbi kentang yang memiliki konsentrasi yang berbeda. Dimana terlihat dari hasil
pengamatan diperoleh adanya pengurangan berat pada umbi kentang. Contohnya
pada larutan sukrosa 0,5 M dengan berat awal 4,073 gram menjadi 3,257 gram,
sehingga persentase beratnya adalah 20,03% dan pada larutan sukrosa 0,9 M

9
dengan berat awal 4,155 gram menjadi 2,794 gram sehingga presentase perubahan
32,57%.
Adanya pengurangan berat pada umbi kentang, disebabkan karena potensial
air pada umbi kentang lebih tinggi dibandingkan dengan potensial air larutan
sukrosa, sehingga air yang berada dalam kentang bergerak keluar sehingga terjadi
pengurangan berat pada umbi kentang, hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa air bergerak dari potensial air (PA) tingi ke potensial air (PA)
yang rendah.
Pada perendaman umbi kentang dengan larutan sukrosa 0,1 M terjadi
penambahan berat, pada berat awal 4,108 gram menjadi 4,491 gram sehingga
presentase perubahan 9,32%. Penambahan berat ini disebabkan oleh masuknya air
di dalam larutan sukrosa ke dalam sel kentang dengan cara osmosis. Proses
osmosis akan berhenti ketika telah terjadi kesetimbangan antara potensial air sel
tumbuhan dengan potensial air larutan.
Pada perendaman umbi kentang dengan air 100 ml terjadi penambahan
berat, pada berat awal 3,859 gram menjadi 4,419 gram sehingga presentase
perubahan 14,51%. Berdasarkan hal ini diketahui, bahwa potensial air di dalam
sel tidak sama dengan potensial air murni yang bernilai nol, melainkan lebih
negatif. Maka air yang berada di luar lingkungan sel dapat masuk dan berosmosis
ke dalam sel kentang (Harso, 2010).

10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa: pada
jaringan umbi kentang air akan bergerak dari PA yang tinggi ke PA yang lebih
rendah. Jika konsentrasi larutan tinggi, potensial osmotic rendah dan sebaliknya
potensial air akan tinggi.

B. Saran
Diharapkan kepada para praktikan agar lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan praktikum sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal dan bersabar
selama proses praktikum berjalan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2008. Biologi Sel. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

Anonim. 2009. Osmosis. http://bima.ipb.ac.id/%7Etpbipb/materi/bio100//osmosis/


Diakses tanggal 18 Maret 2009

Frandson, D. 1996. Anatomi dan Fisiologi. Universitas Gajahmada Press.


Jogjakarta.

Harso . 2010. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar.

Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo


Persada. Jakarta.

Nurmayulisun, M. 2009. Botani Umum II. Angkasa Putra. Bandung.

Salisbury, Frank B. 1992. Fisiologi Tumbuhan. ITB Bandung. Bandung.

Sunaryono. A. R., 2008. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah


Tropik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Syarif, Hidayat A. 2009. Laporan Pengukuran Potensial Air Jaringan Tumbuhan.


Universitas Negeri Makassar. Makassar.

12
LAMPIRAN

Potongan kentang dengan Kentang di rendam dalam larutan


diameter 0,6-0,8 cm sukrosa 0,1 M selama 1 jam

Kentang di rendam dalam larutan Kentang di rendam dalam larutan


sukrosa 0,5 M selama 1 jam sukrosa 0,9 M selama 1 jam

Kentang di rendam dalam air 100 Berat akhir kentang pada larutan
ml selama 1 jam sukrosa 0,1 M setelah
perendaman 1 jam

13
Berat akhir kentang pada larutan Berat akhir kentang pada larutan
sukrosa 0,5 M setelah sukrosa 0,9 M setelah
perendaman 1 jam perendaman 1 jam

Berat akhir kentang pada air 100


ml setelah perendaman 1 jam

14

Вам также может понравиться