Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Abstrak
Diagnosis dan manajemen pasien koma memerlukan penilaian klinis meliputi
anamnesis, pemeriksaan sistemik dan pemeriksaan neurologis. Resusitasi segera dan
manajemen akut, harus terlebih dahulu menilai tingkat kesadaran, tanda
meningismus, tanda lateralisasi dan gangguan di batang otak. Prognosis tergantung
pada penyebab yang mendasari dan kesesuaian dari manajemen akut. Diagnosis
kematian otak tergantung pada etiologi kerusakan otak ireversibel, tidak termasuk
penyebab reversibel dan menegakkan tidak adanya refleks batang otak
Kata Kunci: kematian batang otak, koma, perawtan kritis neurologis
Pendahuluan
Perbedaan jalur arousal dan awareness sangat kompleks dan bervariasi, tetapi
karakteristiknya dapat mengklasifikasikan spektrum tingkat kesadaran. Mulai dari
kesadaran penuh hingga koma. Meski sejumlah istilah telah diterapkan pada keadaan
ini, masih terdapat istilah yang tumpang tindih
Kesadaran Normal
Kesadaran adalah keadaan sadar terhadap diri dan lingkungan yang memberikan
stimulus dari dalam dan dari luar lingkungan. Hal tersebut tergantung pada komponen
berikut:
-Arousal atau alertness, berupa refleks integritas dari sistem aktivasi reticular
batang otak.
-Isi kognitif dari fungsi mental. yang memungkinkan kesadaran diri dan
lingkungan, dan ekspresi fungsi psikologis berupa sensasi, emosi dan pikiran.
Poin Kunci
Koma dapat diakibatkan oleh kerusakan
hemisfer bilateral atau lesi struktural kesadaran normal tergantung pada dua
komponen penting yaitu araousal dan isi
atau metabolik pada sistem aktivasi kognitif dari fungsi mental.
reticular batang otak. Disfungsi Koma dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan neurologis dan gangguan
unilateral pada hemisfer tidak dengan
medis umum
sendirinya, menyebabkan stupor atau Hal ini penting untuk mendapatkan
koma. Koma bisa didefinisikan sebagai riwayat secara rinci dan akurat
mungkin, dan pemeriksaan medis
keadaan unresponsiveness di mana umum harus lengkap dan segera
subjek berbaring dengan mata tertutup. dilakukan setelah resusitasi
Glasgow Coma Scale membantu
Belum ditemukan pemahaman respon
menilai perubahan tingkat kesadaran,
terhadap rangsangan eksternal atau tetapi tidak rinci dan hati-hati dalam
pemeriksaan neurologis
internal, dan pasien tidak dapat
Pendekatan kepada pasien dalam
melokalisasi rangsangan berbahaya. keadaan koma melibatkan resusitasi
Dengan demikian, ketidaksadaran total dan perawatan darurat, penilaian medis,
menentukan tingkat kesadaran,
terhadap diri dan lingkungan bahkan mengidentifikasi aktivitas batang otak
ketika subjek dirangsang secara dan menilai fungsi motorik
Diagnosis kematian otak melibatkan
eksternal. Tidak ada pembukaan mata
tiga tahap: menentukan bahwa pasien
secara spontan, respon terhadap suara, telah menderita suatu peristiwa dari
lokalisasi terhadap rangsangan nyeri atau etiologi yang diketahui menyebabkan
kerusakan otak ireversibel, tidak
output verbal. termasuk penyebab reversibel dan
melakukan serangkaian tes klinis
ditempat tidur mengenai fungsi batang
Koma dapat disebabkan oleh berbagai
otak untuk mengkonfirmasi ada
gangguan neurologis dan gangguan tidaknya refleks batang otak
medis umum. Hal terpenting pada
penilaian assesmen dapat dilihat pada tabel 1 dan klasifikasikan kedalam :
- Tanda lateralisasi
- Terdapat meningisme
- Refleks batang otak
Managemen gawat darurat pada koma dirangkum pada tabel 2.
Asesemen pada Pasien Koma (Tabel 3)5
Riwayat: sangat penting dan perlu ditanya secara rinci dan akurat.
Pemeriksaan pemeriksaan keadaan umum secara detail dapat dilakukan setelah
melakukan resusitasi.
Pemeriksaan dapat memeperlihatkan :
Retinopati disebabkan oleh diabetes melitus atau hipertensi.
Papil edem, yang menandakan peningkatan tekanan intrakranial. retinopati
hipertensi atau retensi karbon dioksida
Perdarahan subhyaloid, yang mengindikasikan perarahan subarakhnoid.
Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan otorea atau hemotimpani dari fraktu
dasar tulang otak.
Tabel 1.
Penyebab Koma
Koma dengan fungsi batang otak utuh, tidak ada meningismus dan
tidak ada tanda-tanda motorik lateralisasi
hipoksia-cedera otak iskemik
toksin -karbon monoksida, metanol, lead, sianida, talium
Alkohol
toksisitas obat -sedatif, barbiturat, penenang, opioid,
psikotropika, amfetamin
penyebab ekstrapiramidal - Gangguan gerakan akut
(status dystonicus), sindrom ganas neuroleptik, sindrom
serotonin
kejang
penyebab psikiatri -katatonia, reaksi konversi
penyebab pernafasan -hipoksia, hiperkapnia
elektrolit - hiponatremia, hipernatremia, hiperkalsemia,
hipokalsemia, hipermagnesamia
Diabetes mellitus -hipoglikemia, ketoasidosis, laktat asidosis,
hiperosmolar non-ketotik koma diabetes
penyebab ginjal -uremia
penyebab hati - ensefalopati hepatik
penyebab endokrin -hipopituitarisme, hipotiroidisme, hypertiroidisme,
hipoadrenalisme, ensefalopati Hashimoto
Suhu -hipotermia, hiperpireksia
makanan- ensefalopati Wernicke
kesalahan metabolisme bawaan
Lainnya - porfiria, sindrom Reye (hati), stupor idiopatik rekuren
Koma dengan meningisme (fungsi batang otak dan tanda-tanda lateralisasi)
penyebab vaskular
infarction - iskemia, emboli; hipoperfusi / hipotensi; pendarahan -
ekstradural, subdural, subarachnoid, intraserebral (primer atau sekunder);
vaskulitis, trombosis vena, eklampsia toxaemia, endokarditis
Infeksi - abses, empiema subdural
Tumor
Penyakit materi putih - multiple sclerosis, akut disebarluaskan
encephalomyelitis, posterior reversibel leucoencephalopathy,
leucoencephalopathy toksin
sindrom herniasi
Penyakit intrinsik batang otak
myelinolysis pontine sentral
vaskular -vertebrobasilar oklusi, diseksi, perdarahan
Tumor - fossa posterior
Glasgow Coma Scale: paling banyak digunakan yaitu skala untuk menilai tingkat
kesadaran. Perlu pengamatan rutin dan serial. penilaian penuh tidak dapat dilakukan
pada pasien yang diintubasi atau ketika pembengkakan jaringan lunak mencegah
mata membuka.
Kelopak mata: pada pasien dalam keadaan koma, pembukaan kelopak mata oleh
pemeriksa diikuti oleh penutupan spontan ulang secara lambat, sedangkan koma
psikogenik biasanya terdapat resistensi kuat untuk membuka kelopak mata dan
penutupan aktif.
Tabel.2
Respon pupil: okular atau cedera neurologis, atau obat topikal atau sistemik yang
sudah ada, dapat menyebabkan asimetri pupil atau bahkan dilatasi pupil. Pupil yang
reaktif terhadap cahaya menunjukkan bahwa jalur refleks utuh, dan reaksi pupil yang
normal terhadap cahaya pada pasien koma lebih menunjukkan metabolisme daripada
struktural penyebab koma.
- Pengecilan pupil unilateral atau bilateral dengan reaksi yang normal terhadap
cahaya dapat disebabkan oleh sindrom Horner.
- Bilateral pinpoint pupil dengan refleks cahaya juga terjadi akibat lesi pontine
di tegmentum yang mengganggu jalur simpatik desending.
- Pupil pada posisi tengah, yang tidak respon cahaya namun refleks akomodasi
terhindar, terkait dengan dorsal tectal, pretectal atau lesi tegmental.
- Pada progesifitas lesi nervus III, tanda awal adalah respon pupil lambant, yang
diikuti dengan pengembangan dilatasi.
- oval tidak teratur, pupil yang tidak sama mengikuti herniasi transtentorial
batang otak mengarah ke infark otak tengah.
- Pupil dilatasi tetap dan sedang terlihat pada kematian batang otak karena
kehilangan pengaruh simpatis dan parasimpatis.
Posisi dan Gerakan Mata: posisi mata saat istirahat, pola gerakan mata spontan dan
kehadiran refleks oculocephalic dan oculo-vestibular memberikan penilaian fungsi
oculomotor dan distribusi batang otak atau keterlibatan kortikal yang lebih tinggi.
mempertahankan gerakan normal okular menyiratkan integritas batang otak dari inti
vestibular di persimpangan pontomedullary ke nukleus oculomotor di otak tengah dan
serebelum.
- kelumpuhan komplit saraf kranial III, menghasilkan dilatasi pupil, ptosis
dan penyimpangan mata ke bawah dan lateral, terjadi akibat lesi otak tengah,
akibat trauma langsung atau sebagai manifestasi dari herniasi transtentorial .
- ophthalmoplegia internuklear, disebabkan oleh lesi fasciculus longitudinal
medial, ditandai dengan terisolasi kegagalan adduksi okular ipsilateral dengan
tidak adanya perubahan pupil tetapi dengan gerakan mata vertikal yang
normal dan nistagmus ataksis pada abduksi mata.
- Dysconjugate vertical gaze dapat disebabkan oleh palsi saraf cranial IV
akibat trauma; deviasi dikaitkan dengan lesi otolitik, cerebellar atau batang
otak atau dengan ensefalopati metabolik dan intoksikasi obat.
- Deviasi kedalam dan kegagalan abduksi, yang disebabkan oleh
kelumpuhan saraf kranial VI, adalah tanda lokalisasi yang buruk yang
biasanya terjadi akibat trauma atau disebabkan oleh tekanan intrakranial yang
meningkat.
- Mata mungkin deviasi jauh dari iritasi, fokus epilepsi dan juga dari lesi
thalamic. Lesi di bawah jalur pontomesencephalic, deviasi mata dari sisi lesi
dan melihat ke arah hemiparesis.
Bulbar: penilaian klinis fungsi bulbar pada pasien dengan tingkat kesadaran yang
berubah tidak bisa diandalkan. Pada pasien dengan intubasi, refleks batuk dapat diuji
dengan memanipulasi tabung endotrakeal atau dengan pipa hisap. Gangguan refleks
bermanifestasi sebagai batuk yang buruk atau tidak ada distres dan lakrimasi.
Respirasi: respirasi ataksia ditandai dengan siklus pernapasan tidak teratur dengan
variabel frekuensi dan volume tidal bergantian dengan periode apnea. Hal ini
terutama terkait dengan gangguan meduler yang disebabkan oleh stroke batang otak
atau kompresi karena lesi berkembang pesat, dan bisa menjadi tanda penting akan
terjadinya henti napas.
Respons motorik: memeriksa respons motor yang terlibat termasuk penilaian postur
istirahat dari tungkai dan kepala, gerakan spontan dan tanpa sadar, dan respon
motorik terhadap rangsangan eksternal dan internal dan stimulus nyeri.
Postur dekortikasi: fleksi pada siku dan pergelangan tangan dengan adduksi bahu
dan rotasi internal dan perpanjangan dari ekstremitas bawah. Postur ini hasil dari lesi
hemisfer kontralateral atau talamus, dengan struktur di bawah otak tengahnya masih
utuh.
Tone: kerusakan struktural akut di atas batang otak atau ensefalopati metabolik yang
biasanya menghasilkan hipotonia dan flaksiditas, sementaras pastisitas menyiratkan
lesi yang terbentuk. terdapatnya refleks graps unilateral menunjukkan gangguan
lobus frontal ipsilateral.
Gerakan involunter: toni klonik atau gerakan stereotip lainnya menunjukkan kejang
umum atau fokal, atau epilepsi partialis continua.
Myoclonic menyentak - ditandai dengan gerakan menyentak non-ritmik
dalam kelompok otot tunggal atau ganda. Bisa dilihat diensefalopati anoksik, pada
koma metabolik (misalnya ensefalopati hepatik)dan, kadang-kadang, mengikuti
infark pontine.
Mioklonik seizure biasanya kekurangan komponen tonik dan dapat melibatkan
otot wajah dan struktur aksial lainnya karena lesi hemisfer fokal.
Pengulangan Tes
Di Inggris, diagnosis mati dengan pengujian batang otak harus dilakukan oleh
minimal dua praktisi medis yang telah terdaftar untuk> 5 tahun, telah dilatih di
lapangan dan bukan anggota tim transplantasi. Penting untuk kerabat, mitra dan wali
untuk sepenuhnya diberitahu tentang kondisi klinis pasien dan bahwa mereka
diberikan penjelasan kondisi dan prognosis. Sepanjang proses penentuan kematian
batang otak, investigasi dan interpretasi hasil tes mereka harus dijelaskan secara
simpatik, tepat waktu dan tepat oleh mereka yang peduli dengan manajemen pasien.
KEY REFERENCES
1 Young GB. Coma. In: Laureys S, Tononi G, eds. The neurology of consciousness.
Amsterdam: Academic Press, 2009; 137e51.
2 Howard RS, Hirsch N, Kitchen N, Kullmann D, Walker M. Disorders of
consciousness, intensive care neurology and sleep. In: Clarke C, Howard R, Rossor
M, Shorvon S, eds. Neurology e a queen square textbook. Oxford: Wiley-Blackwell,
2009; 723e70.
3 Posner JB, Saper CB, Schiff N, Plum F. Plum and Posner’s diagnosis of stupor and
coma. New York: Oxford University Press, 2007.
4 Howard RS. Coma and stupor. Handbook of Neurology; G.B. Young &
E.F.M.Wijdicks, eds. Elsevier Edinburgh 2008; 90: 57e78.
5 Wijdicks EFM, Rabinstein AA, Manno EM, Atkinson JD. Pronouncing brain death.
Neurol 2008; 71: 1240e4.