Вы находитесь на странице: 1из 26

MAKALAH

DASAR ILMU GIZI KESEHATAN MASYARAKAT


ANEMIA

Nama :
1. Agda Putri Ardya Garini(10011281722087) 9. Noni Apriani (10011381722179)
2. Densi Mei Blia (10011381722193) 10. Reza Sesmiati (10011381722178)
3. Feli Intann Sari (10011181722021) 11. Sakinah Hadirama(10011181722031)
4. Hafiza Azzahra (10011381722171) 12. Siti Zaleha (10011281722112)
5. Kevin Hervianti (10011181722023) 13. Sonia Agustin (10011281722113)
6. Krisma Merinda (10011381722169) 14. Tasa Qeida Putri (10011281722081)
7. Lia Maryadi (10011181722020) 15. Yulia Yunara (10011381722191)
8.Meri Magdalena (100112817221083) 16. M. Ihfa Zulhady(10011381722176)

PROGRAM STUDY ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan. karunia-Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan- Nya, shalawat dan
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat
kemudahan yang diberikan Allah SWT, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ANEMIA” .

Adapun tujuan dari Penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Dasar Gizi Kesehtan Mayarakat. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kekurangan baik daru segi materi yang disampaikan maupun tata bahasa
dalam penulisannya. Oleh karena itu kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaikinya.

kami berharap semoga makalah yang berjudul “ANEMIA” ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembacanya.

Indralaya, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman judul

Kata pengantar .................................................................................................................. i

Daftar isi .......................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Anemia ................................................................................................ 3

2.2 Klasifikasi Anemia............................................................................................. 4

2.3 Penyebab Dan Dampak Dari Anemia ................................................................ 6

2.4 Angka Prevalensi Masalah Anemia Di Indonesia ........................................... 10

2.5 Cara Mencegah Dan Program Penanggulangan Anemia ................................. 11

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 13

3.2 Saran ................................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN (Jurnal Anemia)

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Anemia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan kulit dan membran mucosa pucat, dan
pada test laboratorium didapatkan Hitung Hemoglobin(Hb), Hematokrit(Hm), dan eritrosit
kurang dari normal. Rendahnya kadar hemoglobin itu mempengaruhi kemampuan darah
menghantarkan oksigen yang dibutuhkan untuk metabolisme tubuh yang optimal.

Dimana insidennya 30 % pada setiap individu di seluruh dunia. Prevalensi terutama tinggi di
negara berkembang karena faktor defisiensi diet dan atau kehilangan darah akibat infeksi
parasit gastrointestinal.

Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen
dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Anemia menyebabkan
berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah,
sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh .

Anemia bukan suatu penyakit tertentu, tetapi cerminan perubahan patofisiologik yang
mendasar yang diuraikan melalui anamnesis yang seksama, pemeriksaan fisik, dan
konfirmasi laboratorium (Baldy, 2006). Anemia merupakan masalah medik yang paling
sering dijumpai di klinik di seluruh dunia, disamping berbagai masalah kesehatan utama
masyarakat, terutama di negara berkembang, yang mempunyai dampak besar terhadap
kesejahteraan sosial dan ekonomi, serta kesehatan fisik (Bakta, 2006).

Masyarakat Indonesia masih belum sepenuhnya menyadari pentingnya zat gizi, karena itu
prevalensi anemia di Indonesia sekarang ini masih cukup tinggi, terutama anemia defisiensi
nutrisi seperti besi, asam folat, atau vitamin B12. Setelah menentukan diagnosis terjadinya
anemia, maka selanjutnya perlu disimpulkan tipe anemia itu sendiri. Penatalaksanaan anemia
yang tepat sesuai dengan etiologi dan klasifikasinya dapat mempercepat pemulihan kondisi
pasien.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa defenisi anemia?

2. Bagaimana klasifikasi anemia?

1
3. Apa penyebab dan dampak dari anemia?

4. Bangaimana angka prevalensi masalah anemia di Indonesia?

5. Bagaimana cara mencegah dan program penanggulangan anemia?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui defenisi anemia.

2. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.

3. Untuk mengetahui penyebab dan dampak anemia.

4. Untuk mengetahui angka prevalensi masalah anemia di Indonesia .

5. Untuk mengetahui cara mencegah dan penanggulangan anemia.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1DEFENISI ANEMIA

Anemia (dalam bahasa Yunani: Tanpa darah) adalah keadaan saat jumlah sel darah merah
atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di bawah
normal. Sel darah merah mengandung hemoglobin yang memungkinkan mereka mengangkut
oksigen dari paru-paru, dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh. Berkurangnya jumlah
sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, mengakibatkan darah tidak
dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh (kamus bahasa
indonesia). Berikut pengertian anemia menurut para ahli diantaranya :

1) Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan
sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan
ada banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta,
1999).

2) Anemia definisi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral FE
sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit (Arif Mansjoer, Kapita
Selekta, Jilid 2 edisi 3, Jakarta 1999).

Jadi, anemia merupakan keadaan di mana eritrosit dan masa hemoglobin yang
jumlahnya tidak memenuhi standar normal sehinggai fungsinya untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan tubuh menjadi terganggu.

Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya kurang dari
13,5 g/dL atau hematokrit (Hct) kurang dari 41% pada laki-laki, dan konsentrasi Hb kurang
dari 11,5 g/dL atau Hct kurang dari 36% pada perempuan.

3
2.2 KLASIFIKASI ANEMIA

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:

1) Anemia normositik normokrom.

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan
penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal
pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran
eritrosit.

2) Anemia makrositik hiperkrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH
= > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12,
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)

3) Anemia mikrositik hipokrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC
26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

a) Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.

b) Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.

c) Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

Ket : MCV (mean corpuscular volume) adalah volume rat-rata eritrosit. MCH (mean
corpuscular hemoglobin) adalah rata-rata hemoglobin di dalam eritrosit. MCHC (mean
corpuscular hemoglobin concentration) adalah rata-rata konsentrasi hemoglobin di dalam
eritrosit.

Klasifikasi Anemia berdasarkan etiologinya terbagi atas:

1) Anemia akibat Peningkatan hilangnya sel darah merah

Hilangnya sel darah merah ini dapat terjadi melalui pendarahan dan penghancuran sel
darah merah (hemolisis).Peningkatan hemolysis terbagi lagi atas dua jenis yaitu akibat

4
kelainan intrinsik (umur sel darah merah yang pendek) dan akibat kelainan eksinsik
(perubahan lingkungan sendiri yang menyebabkan peningkatan penghancuran sel darah
merah).

2) Anemia akibat Penurunan atau kelainan pembentukan sel

Setiap keadaan yang dapat menggangu fungsi dari sumsum tulang dapat
menyebabkan anemia jenis ini. Misalnya pada penderita keganasan, radiasi, penyakit kronis,
defisiensi zat pembentuk sel darah merah,dll.

Klasifikasi Anemia berdasarkan fisiologinya terbagi atas :

1) Anemia akibat kehilangan darah

Kehilangan darah yang terjadi secara akut tidak akan menyebabkan anemia dengan segera
karena volume darah total berkurang.3 Tubuh membutuhkan waktu 1-3 hari untuk
menggantikan cairan plasma, sedangkan untuk mengganti sel darah merah membutuhkan
waktu sekitar 3-6 minggu. Perbedaan waktu pembentukan cairan plasma dan sel darah merah
inilah yang akan menyebabkan terjadinya penurunan konsentrasi sel darah merah yang
kemudian menjadi anemia.

Pada kehilangan darah secara kronik, misalnya pada keganasan, tubuh tak mampu
mangabsorbsi dan membentuk sel darah merah dan hemoglobin secepat kehilangan darah
akan terbentuk sel darah merah berukuran kecil dan mengandung sedikit hemoglobin, yang
kemudian disebut dengan anemia mikrositik hipokrom.

2) Anemia aplastik

Anemia jenis ini disebabkan oleh tidak berfungsinya sumsum tulang.Hal ini dapat
terjadi pada pasien yang terpapar radiasi sel gamma akibat ledakan bom atom, atau pada
seorang yang mendapatkan terapi radiasi sinar x secara berlebihan, zat kimia tertentu pada
industri, dan bahkan obat-obatan tertentu.

3) Anemia Megaloblastik

Anemia megaloblast terjadi akibat kurangnya asupan dari asam folat, vitamin B12, dan
faktor intrinsik lain dalam pembentukan sel darah merah. Berkuranganya salah satu faktor
tersebut akan mengakibatkan terlambatnya eritropoesis (proses pembentukan sel darah
merah) yang menyebabkan sel darah merah yang terbentuk menjadi terlalu besar dan
berbentuk aneh yang disebut dengan megaloblas. Sel darah merah tersebut memiliki

5
membrane tipis dan rapuh sehingga mudah pecah. Hal ini dapat terjadi pada seorang yang
menderita atropi mukosa lambung, tak memiliki lambung (akibat gastrektomi), atau
kekurangan asupan.2

4) Anemia Hemolitik

Berbagai kelainan pada sel darah merah yang kebanyakan di dapatkan secara
herediter.Sel darah merah yang terbentuk bersifat sangat rapuh, sehingga mudah pecah saat
melewati kapiler, terutama limpa.Walaupun sel yang terbentuk dalam jumlah yang normal,
bahkan dalam jumlah yang lebih banyak, namun karena mudah hancur sehingga masa hidup
sel darah merah ini sangat singkat dan tak dapat diimbangi oleh pembentukannya.

2.3 PENYEBAB DAN DAMPAK ANEMIA

Umumnya anemia disebabkan oleh 3 kondisi, berikut penyebab anemia yang dimaksud:

1) Kehilangan darah

Pada kasus trauma atau kecelakaan yang menyebabkan perdarahan hebat, tubuh akan
mengalami banyak kehilangan darah dan hal ini akan menimbulkan anemia. Kondisi ini harus
segera diatasi dengan mengganti jumlah volume darah yang hilang dengan transfusi darah.
2) Peningkatan kerusakan sel darah merah (hemolisis)

Dalam kondisi normal, sel darah merah akan rusak dengan sendirinya setelah 120 hari
kemudian digantikan dengan sel darah merah yang baru. Pada kondisi hemolisis, sel darah
merah mengalami kerusakan dan penghancuran diri sebelum waktunya. Hal ini dapat
disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti:

• Kekurangan enzim G6PD

• Infeksi virus, misal pada hepatitis dan cytomegalovirus(CMV)

• Infeksi bakteri, misal oleh bakteri Clostridia

• Infeksi protozoa, seperti pada penyakit malaria yang merusak dan


menghancurkan sel darah merah secara langsung

• Anemia bulan sabit, di mana bentuk sel darah merah tidak sempurna dan
menyerupai bulan sabit

• Paparan terhadap obat dan zat kimia tertentu

6
• Penyakit autoimun, di mana antibodi tubuh menyerang sendiri sel darah merah
yang ada

• Keganasan, terutama pada leukemia atau keganasan sel darah putih di mana
leukosit memangsa sel darah merah sehingga jumlahnya menurun drastis

3) Penurunan produksi sel darah merah

Sel darah merah diproduksi di beberapa tempat, seperti limfa, ginjal, dan
sumsum tulang.Kelainan dan disfungsi pada organ-organ tersebut dapat menyebabkan
gagalnya produksi sel darah merah.Selain itu, kekurangan zat-zat yang digunakan dalam
pembentukan sel darah merah, seperti zat besi, vitamin B12, dan folat juga dapat
menyebabkan terjadinya anemia.

Menurut Handayani dan Haribowo (2008), pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua
hal berikut ini:

1) Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah kejaringan.

2) Mekanisme kompensasi tubuh terhadap Anemia. Menurut Anie Kurniawan, dkk


(1998), Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang di konsumsi tidak mencukupi


kebutuhan.

1) Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah: makanan yang
berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati, ayam)

2) Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau tua,


yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa
diserap dengan baik oleh usus.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi

1) Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan


tubuh akan zat besi meningkat tajam.

2) Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi
diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.

7
3) Pada penderita menahun seperti TBC.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh. Perdarahan atau kehilangan

darah dapat menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita:

1) Kecacingan (terutama cacing tambang), infeksi cacing tambang


menyebabkan perdarahan pada dinding usus, meskipun sedikit tetapi
terjadi terus menerus yang mengakibatkan hilangnya darah atau zat
besi.

2) Malaria pada penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan


anemianya.

3) Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat besi yang
ada dalam darah.

Selain dari faktor penyebab anemia, penyakit kurang darah juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor resiko lain seperti :

1) Faktor dari keturunan

2) kurangnya asupan zat gizi

3) penyakit dan gangguan usus serta operasi yang berkaitan dengan usus kecil.

4) Pendarahan Menstruasi yang berlebihan.

5) Kehamilan.

6) penyakit kronis seperti penyakit kanker , dan gagal ginjal

adapun dampak dari anemia adalah sebagai berikut :

1) Pucat

Salah satu dampak akibat kurang darah yang pertama adalah yaitu menyebabkan kita
menjadi pucat.Pucat ini tidak hanya terlihat pada bagian wajah saja tetapi juga bisa terlihat
pada telapak tangan kita. Selain wajah dan tangan pucat, biasanya orang yang mengalami
anemia kelopak mata bagian dalamnya juga akan terlihat pucat seperti tidak ada darahnya.
Pada orang normal biasanya bagian dalam kelopak mata mereka akan terlihat merah darah
dan tidak putih pucat seperti pada orang penderita anemia. Jadi, apabila Anda sudah melihat
tanda diatas maka jangan dibiarkan maka segera pergi kedokter. 2) Pusing

8
Selain pucat, dampak negatif akibat kurang darah yang paling menyebalkan
adalah pusing.Banyak orang yang menganggap rasa pusing ini sebagai demam biasa dan
mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah salah satu dampak akibat kurang darah.
Ketika seseorang mengalami anemia maka sel darah merah didalam tubuh mereka akan
berkurang, padahal fungsi darah ini adalah sebagai pengangkut oksigen. Berkurangnya darah
didalam tubuh ini tentu saja akan menghambat peredaran oksigen keseluruh tubuh termasuk
ke otak sehingga hal ini menyebabkan kepala menjadi sakit atau pusing.

3) Sering Lelah

Terhambatnya peredaran oksigen ke seluruh tubuh akibat jumlah sel darah merah
yang menurun tidak hanya membuat kepala menjadi sakit saja tetapi juga menyebabkan kita
menjadi sering lelah. Selain lelah, badan juga akan terasa lemas dan letih sehingga membuat
kita seakan tidak mampu atau tidak bersemangat untuk melakukan berbagai aktivitas,
termasuk melakukan pekerjaan ringan sekalipun.

4) Mual

Bagi Anda yang sering mengalami mual, terutama dipagi hari ketika bangun tidur
maka hal tersebut bisa dikatakan adalah salah satu tanda bahwa Anda sedang mengalami
anemia atau kurang darah.Jika tanda tersebut sering Anda rasakan maka segera pergi
kedokter agar penyakit anemia ini tidak menyiksa Anda berkepanjangan.

5) Denyut Jantung menjadi tidak teratur

Denyut jantung yang tidak teratur, terlalu kuat dan memiliki kecepatan irama denyut jantung
yang tidak normal. hal ini terjadi sebagai akibat tubuh kekurangan oksigen. sehingga jantung
berdebar secara tidak teratur. pemeriksaan ini hanya bisa dilakukan oleh petugas kesehatan.

6) Sistem Kekebalan Tubuh Menurun

Anemia juga bisa membuat sistem imun didalam tubuh menjadi lemah sehingga hal
ini dapat menyebabkan Anda sangat rentan terserang berbagai macam penyakit lainnya
seperti penyakit flu, demam, pilek, batuk dan pegal-pegal.

7) Sesak Nafas

9
Kemudian dampak negatif yang terakhir akibat dari kurang darah ini adalah yaitu bisa
menyebabkan nafas menjadi sesak dan terengah-engah ketika beraktivitas.Sesak nafas ini
disebabkan karena berkurangnya sel darah merah yang bertugas sebagai pengangkut oksigen
sehingga menyebabkan pasokan oksigen didalam tubuh Anda menjadi tidak lancar.

Menurut Yayan Akhyar Israr (2008) anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak
nafas, kurang tenaga dan gejala lainnya. Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tidak
dijumpai pada anemia jenis lain, seperti :

a. Atrofi papil lidah : permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil
lidah menghilang

b. Glositis : iritasi lidah

c. Keilosis : bibir pecah-pecah

d. Koilonikia : kuku jari tangan pecah-pecah dan bentuknya seperti sendok.

2.4 ANGKA PREVALENSI MASALAH ANEMIA DI INDONESIA

Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013, prevalensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%
dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita berumur
15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014). Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia pada balita sebesar 40,5%, ibu hamil sebesar
50,5%, ibu nifas sebesar 45,1%, remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dan usia 19- 45
tahun sebesar 39,5%. Wanita mempunyai risiko terkena anemia paling tinggi terutama pada
laki-laki. Pemberian tablet Fe di Indonesia pada tahun 2012 sebesar 85 %. Presentase ini
mengalami peningkatan dibandingkan pada tahun 2011 yang sebesar 83,3 %. Meskipun
pemerintah sudah melakukan program penanggulangan anemia pada ibu hamil yaitu dengan
memberikan 90 tablet Fe kepada ibu hamil selama periode kehamilan dengan tujuan
menurunkan angka anemia ibu hamil, tetapi kejadian anemia masih tinggi. (Kemenkes RI,
2013)

Anemia dapat terjadi pada siapa saja dan segala usia. Namun, perempuan lebih besar
risiko kemungkinan terkena anemia daripada laki-laki karena berbagai faktor.Mengacu pada
data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa pencegahan paling mudah adalah melalui

10
edukasi. Edukasi yang baik mengenai anemia dapat meningkatkan produktivitas nasional
sampai 20%.

Anemia terjadi bahkan sejak usia anak-anak, dan ini tentu berpengaruh kepada fungsi
kognitif, sehingga dalam jangka panjang mempengaruhi produktifitas nasional. Penelitian
menunjukkan 20%produktifitas nasional dipengaruhi karena anemia. Karena itu, edukasi
sangat penting, di mana semakin tinggi pengetahuan tentang anemia, semakin besar peluang
untuk mencegah dan menghindarkan diri dari gangguan kesehatan ini.

2.5 CARA MENCEGAH DAN PENANGGULANGAN ANEMIA

Mencegah anemia dapat dilakukan dengan cara:

1) meningkatkan asupan makanan yang banyak mengandung zat besi

Salah satu cara untk mencegah serangan anemia yang diakibatkan oleh kurangnya zat
besi dengan meningkatkan dan mencukupi asupan makanan yang mengandung zat besi.
Diantaranya daging, ikan, kang-kacangan, buah labu, sayuran hijau seperti bayam, dll.

2) Konsumsi Makanan Tinggi Folat

Folat adalah sebuah kebutuhan nutrisi manusia yang berbentuk sintetis. Anda bisa
menemukan folat dari berbagai jenis makanan seperti jeruk, jus, pisang dan kacang-kacangan.
Folat juga menjadi nutrisi yang sangat penting untuk ibu hamil terutama untuk mencegah
cacat spina bifida pada bayi. Kita bisa mencegah anemia karena folat berperan dalam
mengembangkan sel-sel darah merah, mempertahankan kesehatan tubuh dan sel darah putih.

3) Konsumsi Makanan Tinggi Vitamin B12

Vitamin B12 adalah jenis vitamin alami yang bisa Anda temukan pada susu, semua
olahan susu, daging, dan produk kedelai. Vitamin B12 bisa membantu mengatasi tubuh
karena bisa merubah karbohidrat yang masuk dalam tubuh menjadi gula, mendukung
produksi energi dan mengatasi tubuh yang lemah. Selain itu, vitamin B12 juga memiliki
peran penting untuk pengaturan sistem syaraf tubuh, mengatasi penurunan fungsi otak dan
stres. Dampak kekurangan vitamin B12 sangat berbahaya seperti penyakit jantung dan
kanker.

4) Konsumsi Makanan Tinggi Vitamin C

11
Tanpa disadari maka mengkonsumsi berbagai jenis makanan yang mengandung
vitamin C tinggi juga bisa membantu mencegah anemia. Anda bisa membiasakan diri untuk
makan buah jeruk, melon, papaya, dan jenis buah lain. Salah satu fungui vitamin C untuk
mencegah anemia adalah bisa membantu tubuh dalam menyerap semua jenis zat besi dari
makanan maupun suplemen yang masuk ke dalam tubuh. Selain itu beberapa jenis vitamin C
alami dari buah dan sayuran juga mengandung bahan antioksidan yang bisa mengatasi
kerusakan akibat zat radikal bebas.

Pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi besi dapat dilakukan antara lain
dengan cara (Masrizal, 2007):

1) Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan.

Mengkonsumsi pangan hewani dalam jumlah cukup.Namun karena harganya


cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan
alternatif yang lain untuk mencegah anemia gizi besi. Memakan beraneka ragam
makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi termasuk vitamin yang dapat
meningkatkan penyerapan zat besi, seperti vitamin C. Peningkatan konsumsi
vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg dapat meningkatkan penyerapan zat
besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan segar dan sayuran sumber vitamin C,
namun dalam proses pemasakan 50 - 80% vitamin C akan rusak. Mengurangi
konsumsi makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti : fitat,
fosfat, tannin.
2) Suplementasi zat besi.
Pemberian suplemen besi atau suntikan zat besi menguntungkan karena dapat
memperbaiki status hemoglobin dalam waktu yang relatif singkat.Di Indonesia pil
besi yang umum digunakan dalam suplementasi zat besi adalah frous sulfat.
3) Mengubah kebiasaan pola makanan dan hidup bersih dan pencegahan infeksi
cacing.
4) Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan defisiensi zat
besi.
Proses ini boleh ditargetkan untuk merangkul beberapa atau seluruh kelompok
masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan target harus dilatih atau
dibiasakan mengonsumsi makanan fortifikasi itu, serta harus memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya.

12
BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Anemia adalah keadaan di mana eritrosit dan atau hemoglobin yang jumlahnya tidak
memenuhi standar normal sehinggai fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan
tubuh menjadi terganggu. Anemia dapat dikasifikasikan dalam berbagai kategori diantaranya
berdasarkan gambaran morfologik, berdasrkan etiologinya, dan berdasarkan fisiologinya.
Umumnya penyebab dari anemia yaitu Kehilangan darah, peningkatan kerusakan sel darah
merah (hemolisis), penurunan produksi sel darah merah. Anemia dapat menyebabkan dampak
pada ubuh diantaranya pucat, pusing, sering mual, denyut jantung tidak teratur, sistem
kekebalan tubuh menurun, dan sesak nafas. Angka prevelensi anemia di indonesia kebanakan
diderita oleh wanita, karena wanita memang lebih rentan terkena anemia. Banyak cara
mencegah anemia ini cara yang dapat dilakukan contohnya meningkatkan konsumsi makanan
yang mengandung zat besi, karena zat besimeupakan materi utama dalam produksi sel darah.

3.2 SARAN

Karena kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan Maha Esa,
maka dari itu keseharan perlu di pelihara, dan diertahankan. Karenanya kita harus menambah
pengetahuan kita salah satunya tentang anemia agar kita dapat mencegah anemia.

13
Daftar Pustaka

Arif Mansjoer. dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta, Media Aes Cv Lapius

Laboratorium kesehatan.2009 Hitung darah lengkap. labkesehatan.blogspot.com diakses


pada 5 februari 2018

Angka kejadian anemia. 2016. Crystalxorganiknasa279.wordpress.com diakses pada 5


februari 2018

14
Lampiran jurnal
Hubungan Anemia pada Ibu Hamil dengan Kejadian Persalinan
Prematur di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado

1
Florensia S. Larumpaa
2
Erna Suparman

2
Rudy Lengkong

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado Email: florensiasarilarumpaa@yahoo.co.id

Abstract: Preterm labor is a labor that occurs at 20-<37 weeks of gestational age calculated
from the first day of the last menstrual. Until now the mortality and morbidity of preterm
labor is still high. This matter is related with the maturity of the organs in the newborn such
as lungs, brain and gastrointestinal tract. There are several factors that cause preterm labor
inter alia maternal factor. Pregnant women with anemia potentially have preterm labors.
World Health Organization (WHO) estimates that 35–37% of pregnant women in developing
countries are anemic during pregnancy. In pregnant women it is important to meet iron needs
during pregnancy by supplementation of iron and folic acid. The aim of this study was to
determine the correlation between anemia in pregnant women and preterm labor. This was
an analytical observational study with a cross-sectional design. Samples were mothers
delivered in Obstetrics and Gynecology department at Prof. Dr. R. D. Kandou General
Hospital Manado from September until November 2015. The results showed correlation
between anemia in pregnant women with preterm labor from 168 samples that met the
inclusion criteria (p value = 0.000). Conclusion: There was a significant correlation between
anemia in pregnant women and preterm labor.
Keywords: anemia, preterm labor, pregnant women

15
Abstrak: Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara usia kehamilan 20-<37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Sampai saat ini mortalitas dan morbiditas
persalinan prematur masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi
baru lahir seperti paru, otak, dan gastrointestinal. Beberapa faktor dapat menyebabkan
terjadinya persalinan prematur diantaranya faktor ibu, dimana ibu hamil dengan anemia
berpotensi mengalami persalinan prematur. World Health Organization memperkiran bahwa
35-37% ibu hamil di negara berkembang mengalami anemia selama kehamilannya. Pada ibu
hamil penting untuk memenuhi kebutuhan zat besi selama kehamilan dengan suplementasi
zat besi dan asam folat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara anemia
pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Jenis penelitian ialah analitik
observasional dengan desain potong lintang. Sampel penelitian yaitu ibu yang bersalin di
Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan
September hingga November 2015. Hasil penelitian dari 168 sampel ibu bersalin yang
memenuhi kriteria inklusi menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara anemia pada
ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur (p=0,000). Simpulan: Terdapat hubungan
bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur. Kata kunci:
anemia, persalinan prematur, ibu hamil

16
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 5, Nomor 1, Januari-Juni 2017

Menurut who persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi antara usia 20-37 minggu
dihitung dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari. Sampai saat ini mortalitas
danmorbiditas masih sangat tinggi. Hal ini berkaitan dengan maturitas organ pada bayi baru
lahir seperti paru, otak dan gastrointestinal. Di negara barat sampai 80% dari kematian
neonatus adalah akibat prematuritas dan pada bayi yang selamat 10% mengalami
permasalahan dalam jangka panjang.2

Angka kejadian persalinan prematur pada umumnya adalah sekitar 6-10%. Diperkirakan
terdapat 12.870 persalinan prematur per 1000 persalinan di seluruh dunia (9,6%), di Asia
kelahiran prematur sebanyak 6.907 per 1000 kelahiran (9,1%), sedangkan di Asia tenggara
terdapat 1.271 kelahiran prematur per 1000 kelahiran (11,1%).3 Angka kejadian persalinan
prematur di Indonesia pada tahun 1983 yaitu sebesar 18,5% dan pada tahun 1995 menurun
menjadi 14,2%. Pada tahun 2005 angka persalinan prematur di Indonesia sebesar 10%.4

Beberapa faktor mempunyai andil dalam terjadinya persalinan prematur seperti faktor
pada Ibu, faktor pada janin dan plasenta, ataupun faktor lain seperti sosioekonomik.5 Ibu
hamil dengan gizi kurang dan anemia juga berpotensi mengalami persalinan prematur. Akan
tetapi hubungan antara anemia pada Ibu hamil dengan persalinan prematur masih belum
jelas.6 World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa 35-37% Ibu hamil di
negara berkembang dan 18% Ibu hamil di negara maju mengalami anemia.7

Hasil penelitian oleh Irmawati8 menunjukkan bahwa Ibu hamil dengan anemia berisiko
sebesar 4,38 kali untuk melahirkan prematur dibandingkan dengan

Ibu yang tidak anemia selama kehamilannya. Hasil penelitian hubungan anemia terhadap
persalinan prematur di RSUD Dr. Moewadi Surakarta diperoleh nilai p=0,001 dimana
terdapat pengaruh anemia terhadap persalinan prematur.9

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara anemia
pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur di Bagian Obstetri dan Ginekologi
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan studi cross-

sectional dengan metode analisis-observasional. Penelitian dilakukan di Bagian Obstetri


dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Oktober hingga
November 2016. Sampel penelitian adalah semua ibu yang bersalin di Bagian Obstetri dan
Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan September – November
2016. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ibu dengan riwayat anemia selama
kehamilan, sedangkan variabel terikat adalah kejadian Persalinan Prematur. Jenis data yang
digunakan adalah data sekunder berupa data rekam medis ibu bersalin. Selanjutnya, data
dianalisa menggunakan SPSS versi 20.0.

17
HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan 168 sampel yang memenuhi kriteria inklusi
dari 308 jumlah kasus persalinan di Bagian Obstetri dan Ginekologi RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado pada bulan September – November 2016.
Tabel 1. Karakteristik sampel ibu
Karakteristik N %
Usia Ibu
≤20 25 14,9
21-34 104 61,9
≥35 39 23,2
Pendidikan
Rendah 21 12,5
Menengah 132 78,6
Tinggi 15 8,9
Pekerjaan
IRT 148 88,1
PNS 9 5,4
Swasta 9 5,4
Wiraswasta 2 1,2
ANC
<4 49 29,2
≥4 119 70,8

pada tingkat pendidikan mengengah yaitu

132 orang (78,6%). Berdasarkan pekerjaan ibu, yang terbanyak merupakan Ibu Rumah
Tangga (IRT) sebanyak 148 orang (88,1%). Dan berdasarkan pemeriksaan ANC yang
terbanyak adalah ibu dengan ANC >4 kali yaitu 119 orang (70,2%).

Tabel 2. Distribusi anemia pada ibu hamil

Anemia N %
Tidak Anemia 115 68,5
Anemia Ringan 22 13,1
Anemia Sedang 30 17,9

18
Anemia Berat 1 0,6
Jumlah 168 100,0

Tabel 2 menunjukkan distribusi berdasarkan anemia pada ibu hamil yang terbanyak
adalah yang tidak mengalami anemia yaitu 115 orang (68,5%).

Tabel 3. Distribusi persalinan prematur

Persalinan prematur N %
Ya 37 22,0
Tidak 131 78,0
Jumlah 168 100,0

Tabel 3 menunjukkan distribusi berdasarkan persalinan prematur yang terbanyak adalah


ibu dengan persalinan aterm yaitu 131 orang (78,0%).

Tabel 4. Hubungan anemia dengan persalinan prematur

Persalinan
prematur Jumlah
Anemia p
Ya Tidak (%)
(%) (%)

21 32 53
Ya
(39,6) (60,4) (100,0)
16 99 115
Tidak 0,000
(13,9) (86,1) (100,0)
37 131 168
Jumlah
(22,0) (78,0) (100,0)

Tabel 4 menunjukkan ibu yang mengalami persalinan prematur dengan anemia


sebanyak 21 orang (39,6%), yang tidak anemia sebanyak 16 orang (13,9%). Analisis chi-
square pada variabel diatas menunjukkan nilai p<0,05, yaitu nilai p =

19
0,000. Hasil ini menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara anemia pada
ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur.

BAHASAN

Berdasarkan karakteristik sampel menurut usia pada tabel 1 didapatkan usia ibu yang
bersalin di RSUP Prof. Dr. R. D. Manado sebagian besar pada usia 21-34 tahun yaitu 104
orang (61,9%). Menurut penelitian, usia reproduktif yang optimal untuk reproduksi sehat
adalah antara 20-35 tahun. Risiko meningkat ada usia <20 tahun maupun >35 tahun. Ibu
dengan usia muda juga memiliki risiko anak yang dilahirkan prematur.10

Pada tabel 2 terlihat bahwa ibu yang bersalin di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
yang tidak anemia sebanyak 115 orang (70,6%) merupakan yang terbanyak, anemia sedang
sebanyak 30 orang (17,9%), anemia ringan sebanyak 22 orang (13,1%) dan yang paling
sedikit anemia berat 1 orang (0,6%). Hal ini menunjukkan sebagian besar ibu tidak
mengalami anemia selama kehamilan. Hal ini dapat dihubungkan dengan keteraturan ibu
dalam melakukan ANC selama kehamilan, dimana pada penelitian ini sebagian besar ibu
melakukan ANC >4 kali yaitu sebanyak 119 orang (70,8%). Sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fatimah11 yang menyatakan bahwa semakin teratur ibu melakukan ANC
maka ibu hamil tidak akan mengalami anemia.

Wanita anemia lebih sering di jumpai dalam kehamilan. Dimana berdasarkan penelitian
terjadi perubahan konsentrasi Hemoglobin sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan. Hal
ini disebabkan karena dalam kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi, sehingga memicu
eritropoientin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah (eritrosit)
meningkat. Namun peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika
dibandingkan dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi
hemoglobin (Hb) akibat hemodelusi. Ekspansi volume plasma ini merupakan
penyebab anemia fisiologik pada kehamilan.12 Teori diatas sesuai hasil penelitian yang
dilakukan oleh Saifudin, di mana ibu masih banyak yang mengalami anemia pada
kehamilan yaitu sebanyak 39,5% ibu hamil.13

Berdasarkan Tabel 3 ibu yang bersalin di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan
persalinan aterm yaitu sebanyak 131 orang (78,0%) sedangkan ibu dengan persalinan
prematur yaitu sebanyak 37 orang (22,0%). Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar ibu hamil di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dengan persalinan aterm. Hal ini
disebabkan karena sebagian besar sampel ibu hamil yang bersalin tidak mengalami anemia
selama kehamilannya.

Berdasarkan Tabel 4 Ibu dengan persalinan prematur yaitu sebanyak 37 orang (22,0%),
dimana yang mengalami anemia selama kehamilan adalah yang terbanyak yaitu 21 orang
(39,6%) dan yang tidak mengalami anemia yaitu sebanyak 16 orang (13,9%). Hasil analisis
uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara anemia pada ibu
saat kehamilan dengan kejadian persalinan prematur dengan nilai signifikansi p<0,05 yaitu
nilai p = 0,000. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Sriwahyuni14 dimana terdapat
hubungan yang bermakna antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan
prematur (nilai p=0,007). Penelitian yang dilakukan oleh Zhang15 dengan studi kohort

20
prospektif didapatkan hubungan bermakna antara anemia dengan kejadian persalinan
prematur. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irmawati8 menunjukkan bahwa ibu hamil
dengan anemia berisiko sebesar empat kali untuk melahirkan prematur dibandingkan
dengan ibu yang tidak mengalami anemia selama kehamilannya.
Klebenoff16 juga mempelajari lebih dari

27.000 wanita dan mendapatkan peningkatan risiko persalinan prematur pada anemia
midtrimester. Hal ini berkaitan dengan peningkatan risiko infeksi dan hipoksia kronis yang
dapat menginduksi stress pada maternal dan
janin. Respon stres ini memicu pelepasan hormon kortisol. Kortisol akan mengaktif-kan aksis
hipotalamus-hipofisis-adrenal maternal ataupun janin.15 Melalui aksis hipotalamus-hipofisis-
adrenal janin, maka Corticotropin Releasing Hormon (CRH) akan terbentuk lebih banyak.
CRH memegang peranan dalam jalur persalinan secara umum. Mekanisme CRH dalam
memicu persalinan yaitu: meningkatkan prostaglandin E2 (PGE2), meningkatkan
prostaglandin 2ɑ (PG2ɑ), stimulasi adreno-kortikotropin (ACTH), serta menginduksi adrenal
janin untuk membentuk DHEAS. Semua mekanisme ini akan menyebabkan pendataran
serviks, kontraksi miometrium, sehingga akan menginduksi persalinan prematur.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian persalinan prematur.

SARAN

Bagi petugas kesehatan baik perawat, bidan dan dokter agar lebih meningkatkan promosi
dan penyuluhan kesehatan tentang dampak anemia pada kehamilan.

Bagi Ibu agar dapat melakukan kunjungan kehamilan secara rutin, mengkonsumsi
makanan yang bergizi serta suplementasi zat besi untuk mencegah anemia selama kehamilan
dan bila diperluakan dapat melakukan pemeriksaan ulang kadar hematokrit atau hemoglobin
untuk mendeteksi adanya penurunan signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 2007. Birth: Final data for 2005. [diakses
07 November 2016].
Tersedia pada :http://www.cdc.gov/nchs/data/nvsr56 _06.pdf.
2. Drife J, Mogawan BA. Clinical obstetric
andgynecology:prematurity.
London: Saunders; 2004. h.375-80.

21
3. Stacy B, Wodjdyla D, Say L, Betran A, Merialdi M, Rubens C, et al. The worldwide incidense
of preterm birth: a systematic review of maternal and morbidity. Bull World Health Organ.
2010;88:31-8.

4. The Sea-Orchid Study Group. Use of


evidence-based practices in pregnancy and childbirth: south east asia optimising
reproductive and child health in developing countries project. Plos One. 2008;3:1-6.

5. Mocthar AB. Persalinan prematur. Dalam: Saifddin AB, Rachimhadhi T, Wiknjosastro GH.
Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2014.
Hal.667-76.
6. Ren A, Wang J, Ye R, Lis, Liu J, LiZ. Low first-trimester hemoglobin and low birth weight,
preterm birth and small for gestasional age newborn. Int J Gynecol Obstet. 2007;98:124-
28.
7. World Health Organization. The prevalency of anemia in women: a tabulation of available
information. Edisi ke-2. Geneva: World Health Organization; 1992.
8. Irmawati. Pengaruh anemia ibu hamil
dengan terjadinya persalinan prematur di rumah sakit ibu dan anak budi kemuliaan jakarta.
Tesis FKM

UI. Jakarta; 2010.

9. Rahmawati. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan preterm. 29 Januari


2013 (diakses 07 November 2016). Tersedia pada : http://eprints.ums.ac.id/24128/10/NA
SKAH_PUBLIKASI.pdf.

10. Kidanto HL, Mogren I, Lindmark G, et. al. Risk for preterm delivery and low birth weight are
independently increased by severity of maternal anemia. S Afr Med J. 2009;99(2):98.

11. Fatimah, Ernawati S. Pelaksanaan antenatal care berhubungan dengan anemia pada kehamilan
trimester III. JNKI. 2015;3:134-9.

12. Abdulmuthalib. Kelainan hematologik. Dalam: Saifuddin AB, Rachimhadhi

T, Wiknjosastro GH. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2014. hal.774-99.

13. Saifudin M, Anjelina AD. Hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada kehamilan.
Surya. 2008;1:102-7.
14. Wahyuni S. Hubungan anemia dengan
kejadian persalinan prematur.
Involusi Kebidanan. 2011;1:1-10.

15. Zhang Q, Ananth CV, Li Z, Smulian JC. Maternal anema and preterm birth: a

prospective cohort study.

22
International Journal of Epidemiology. 2009; 1381-9.

16. Cunningham FG, Lenovo KJ, Bloom, SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Obstetri
williams. Edisi ke-23. Jakarta: EGC.; 2013. h. 846-76.

23

Вам также может понравиться