Вы находитесь на странице: 1из 13

PENGGUNAAN MERKAPTAN SEBAGAI BAHAN PEMANTAP

DALAM PEMBUATAN KARET VISKOSITAS MANTAP

Hani Handayani, Santi Puspitasari, M. Irfan Faturrahman, Dadi R. Maspanger,


dan Yoharmus Syamsu

Balai Penelitian Teknologi Karet Bogor, Jalan Salak No.1 Bogor 16151
E-mail: hani_180284@yahoo.com

ABSTRACT

Natural rubber after being kept for quite some time, its viscosity will increase.
Rubber with high viscosity was less desired by the consumer because it is difficult to
process and requires more energy. To maintain rubber viscosity in order to stay
constant usually it was added with viscosity stabilizer, HNS (Hidroksilamin Netral
Sulfat) compound at the time of the processing. However this compound had several
weaknesses therefore it is necessary to find an alternative material which could
replace this compound. Mercaptan in Cureo-TS (as peptiser in the rubber industry)
could blockade aldehyde and prevent cross-linked of aldehid-amine that cause an
increase in viscosity also known as storage hardening in rubber. This research was
aimed to studying the possibility of mercaptan as material to produce CV rubber
(Constant Viscosity) and also to determine the optimum condition to produce a good
quality of CV rubber. Crepe rubber was sprayed with the mercaptan solution at
concentration varies of 5, 10, and 15% in emulgen, afterwards its extruded in the
temperature of 100, 120, and 140ºC for 3, 4, and 5 minutes. The plasticity of rubber
before and after the treatment was measured to obtain the ASHT (Accelerated
Storage Hardening Test) and PRI (Plasticity Retention Index) value. Results showed
that mercaptan 5% could be used as material for CV rubber production because it
could keep the ASHT value under 8 in the temperature 100ºC with extrusion time 5
minutes.

Keywords: Mercaptan, constant viscosity rubber, and storage hardening.

ABSTRAK

Karet alam setelah disimpan lama, viskositasnya akan meningkat. Karet dengan
viskositas tinggi kurang dikehendaki konsumen karena menyulitkan dalam proses
pengolahan dan membutuhkan energi yang cukup besar. Untuk menjaga viskositas
karet agar tetap konstan biasanya ditambahkan bahan pemantap HNS (Hidroksilamin
Netral Sulfat) pada saat pengolahan. Namun senyawa tersebut memiliki beberapa
kelemahan oleh karena itu perlu dicari alternatif bahan lain yang bisa menggantikan
senyawa tersebut. Keberadaan merkaptan di dalam Cureo-TS (sebagai peptiser dalam
industri karet) dapat memblokade gugus aldehid dan mencegah terbentuknya ikatan
silang aldehid-amina penyebab terjadinya kenaikan viskositas atau yang lebih dikenal

1
dengan storage hardening pada karet. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
kemungkinan penggunaan merkaptan sebagai bahan pembuat karet CV (Constant
Viscosity = viskositas mantap) serta menemukan kondisi optimum untuk
menghasilkan karet CV berkualitas baik. Karet krep disemprot dengan larutan
merkaptan pada variasi konsentrasi 5, 10, dan 15% dalam emulgen, kemudian
diekstrusi pada suhu 100, 120, and 140ºC selama 3, 4, and 5 menit. Plastisitas karet
sebelum dan sesudah perlakuan diukur untuk mendapatkan nilai ASHT (Accelerated
Storage Hardening Test) dan PRI (Plasticity Retention Index). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa merkaptan 5% dapat digunakan sebagai bahan pembuat karet
CV karena larutan tersebut dapat menjaga nilai ASHT karet di bawah 8 pada suhu
100ºC dengan waktu ekstrusi selama 5 menit.
Kata kunci: Merkaptan, karet viskositas mantap, dan storage hardening.

PENDAHULUAN

Viskositas karet alam dinyatakan sebagai viskositas Mooney yang menunjukkan


panjangnya rantai molekul karet atau bobot molekul serta derajat ikatan silang
molekulnya1. Pada umumnya semakin tinggi berat molekul (BM) hidrokarbon karet,
semakin panjang rantai molekul dan semakin tinggi tahanan terhadap aliran dengan
kata lain karetnya semakin viskos dan keras. Derajat ikatan silang rantai molekul
yang tinggi menyatakan semakin banyak reaksi ikatan silang yang terjadi, sehingga
dapat meningkatkan nilai viskositas Mooney karet alam 2. Karet alam sebelum diolah
biasanya mempunyai nilai viskositas Mooney sekitar 60-70. Setelah diolah, karet
mengalami peningkatan viskositas menjadi sekitar 90-100 selama masa penyimpanan.
Fenomena ini dikenal dengan storage hardening atau pengerasan dalam
penyimpanan3. Karet dengan viskositas tinggi tidak dikehendaki oleh konsumen
karena memerlukan energi yang cukup besar untuk tahap premastikasi. Energi yang
diperlukan untuk tahap premastikasi ini sebesar 33-35% dari total energi untuk
pembuatan kompon. Karet viskositas mantap (Constant Viscosity = CV) dapat
menjadi salah satu alternatif solusi untuk menghemat pemakaian energi pada tahap
tersebut2.
Storage hardening terjadi secara spontan dan irreversibel akibat peningkatan
viskositas. Peningkatan nilai viskositas Mooney dipengaruhi oleh tingkat kadar air
yang terdapat di dalam karet. Semakin rendah kelembabannya, semakin cepat reaksi
ikatan silang dari gugus aldehid. Aldehid pada rantai poliisoprena karet alam berasal

2
dari degradasi oksidatif asam lemak tak jenuh yang terikat pada molekul karet. Satu
polimer isoprena dalam karet alam mengandung 9 - 35 gugus aldehid. Semakin
banyak jumlah gugus aldehid yang terdapat pada setiap rantai poliisoprena, maka
proses pengerasan akan semakin cepat. Mekanisme reaksi ini dimulai dari gugus
aldehid yang berada pada rantai poliisoprena bereaksi dengan asam amino atau
protein yang terdapat pada bagian bukan karet membentuk kondensasi ikatan aldehid-
amina. Kemudian ikatan aldehid-amina tersebut membentuk ikatan silang dengan
gugus aldehid pada rantai poliisoprena yang lain.
Beberapa regensia yang mengandung senyawa amina misalnya hidroksilamin
netral sulfat (HNS) dapat mencegah proses storage hardening apabila ditambahkan ke
dalam lateks dalam jumlah yang cukup sebelum pemisahan partikel karetnya. Proses
tersebut dikatalisa oleh adanya asam-asam amino di dalam lateks. Setiap bahan kimia
yang dapat bereaksi dengan gugus aldehid dapat berfungsi sebagai pencegah
terbentuknya gel karena gugus aldehid pada rantai poliisoprena terlebih dahulu diikat
sebelum gugus-gugus aldehid tersebut melakukan reaksi-reaksi selanjutnya.
Penggunaan HNS sebagai bahan pemantap memiliki beberapa kelemahan,
diantaranya karena HNS bersifat korosif. Senyawa semikarbazida (NH 2NHCONH2),
dan dimedon (1,1-dimetilsikloheksana-3,5-dion) dapat digunakan sebagai pemantap
lateks disamping HNS. Toratani & Hirata4 telah melakukan penelitian membuat
bahan pemantap karet dari senyawa hidrazida. Penelitian tersebut menggunakan
enam senyawa hidrazida, yaitu: acetic hydrazide, propionic hydrazide, caproic
hydrazide, 2-ethylhexanoic hydrazide, napthenic hydrazide, dan benzoic hydrazide.
Senyawa-senyawa tersebut diterapkan pada karet, kemudian diuji viskositas Mooney
sebelum dan sesudah mastikasi serta resilience-nya. Honggokusumo & Rahman5
telah melakukan penelitian mengenai pembuatan karet viskositas mantap dengan
menggunakan senyawa propionik hidrazida (PHZ). Senyawa-senyawa tersebut masih
jarang digunakan karena harganya relatif mahal serta ketersediaannya di dalam negeri
masih sulit dan harus impor.
Senyawa lain yang diperkirakan dapat digunakan untuk membuat karet CV
adalah merkaptan. Merkaptan atau sering juga disebut tiol adalah analog belerang
dari suatu alkohol. Merkaptan mempunyai rumus umum RSH dengan gugus –SH
disebut gugus tiol atau gugus sulfhidril. Merkaptan dapat bereaksi dengan aldehid

3
membentuk senyawa merkaptal6. Keberadaan merkaptan dalam Cureo-TS yang
selama ini telah umum digunakan sebagai peptiser pada industri karet memungkinkan
senyawa ini lebih mudah didapat dengan harga yang relatif murah. Dengan demikian,
bahan tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pemantap dalam
pembuatan karet CV. Hasil penelitian pendahuluan memperlihatkan bahwa karet
yang telah diberi senyawa merkaptan mengalami penurunan nilai Accelerated Storage
Hardening Test (ASHT) walaupun tidak terlalu signifikan. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mempelajari kemungkinan penggunaan senyawa merkaptan dalam
Cureo-TS sebagai bahan untuk pembuatan karet viskositas mantap dan mengetahui
kondisi optimum dalam pembuatannya.

TINJAUAN PUSTAKA

Komponen utama dari molekul karet alam adalah hidrokarbon cis-poliisoprena.


Struktur dari polimer karet alam ini lebih rumit dibandingkan dengan struktur dari
poliisoprena sintetis karena pada molekul karet alam terdapat gugus non rubber atau
yang biasa disebut gugus abnormal yang terikat pada rantai utama molekul karet.
Salah satu gugus abnormal yang terdapat pada karet alam adalah aldehid 2.
Keberadaan aldehid sebagai salah satu gugus abnormal yang terdapat pada unit-unit
isoprena selain epoksida dan lakton menyebabkan adanya reaksi pembentukan ikatan
silang dan percabangan dalam karet alam. Protein dalam karet adalah substansi
reaktif untuk memproduksi percabangan karena reaksi dengan gugus-gugus
abnormal3.
Ikatan silang antara gugus aldehid dari rantai poliisoprena satu dengan gugus
aldehid pada rantai poliisoprena yang lain menyebabkan terbentuknya gel.
Pembentukan gel ini menyebabkan peningkatan viskositas dari karet sehingga terjadi
pengerasan pada karet tersebut (storage hardening). Mekanisme pembentukan gel
selama penyimpanan pada karet kering berbeda dengan mekanisme pembentukan
mikrogel dalam lateks. Pembentukan gel terjadi pada kondisi dengan kelembaban
rendah, sedangkan mikrogel terbentuk dalam medium air.
Viskositas memegang peranan penting dalam proses pengolahan karet alam
karena menentukan konsistensi sifat barang jadi karet bagi kompon yang diolah

4
dengan internal mixer yang telah diprogramkan dengan waktu mastikasi tertentu 2.
Viskositas Mooney karet alam menunjukkan panjangnya rantai molekul karet atau
berat molekul serta derajat ikatan silang rantai molekulnya. Faktor-faktor yang dapat
menyebabkan bervariasinya nilai viskositas Mooney adalah1:
1. Jenis klon
Setiap klon mempunyai jumlah gugus aldehid yang berbeda-beda. Semakin
banyak jumlah gugus aldehid yang terdapat pada setiap rantai poliisoprena, maka
proses pengerasan akan semakin cepat. Oleh karena jumlah gugus aldehid dari
setiap klon tidak sama, maka nilai viskositas untuk setiap klon juga berbeda.
2. Pengawetan lateks kebun
Penggunaan amonia dengan kadar tinggi akan menaikkan nilai plastisitas awal
(Po/Wallace Plasticity). Semakin tinggi kadar amonia yang diberikan maka akan
semakin banyak terjadi rantai hidroperoksida pada molekul karetnya. Selanjutnya
molekul-molekul karet membentuk ikatan silang melalui reaksi radikal bebas,
akibatnya nilai viskositas meningkat.
3. Cara dan pH pembekuan
Cara pembekuan dengan asam format menghasilkan viskositas Mooney
rendah dibandingkan dengan cara yang lain. Perubahan pH pembekuan dengan
asam format tidak banyak pengaruhnya terhadap kenaikan viskositas Mooney.
4. Pengaruh pengenceran
Pengenceran lateks dengan air akan sedikit menurunkan viskositas karet.
5. Pengolahan
Pengolahan yang tidak segera dilakukan akan dapat meningkatkan viskositas
Mooney karena akan semakin banyak kondensasi gugus aldehida membentuk
ikatan silang antara molekul karet. Oleh karena itu dianjurkan untuk segera
mengolah bekuan dan remahan.
6. Suhu pengeringan
Ketika karet alam dipanaskan, akan terjadi dua macam reaksi. Pertama,
kondensasi aldehid yang menyebabkan terjadinya ikatan silang pada rantai
molekul karet. Pengeringan pada suhu tinggi dapat meningkatkan maupun
menurunkan viskositas karet. Biasanya pengeringan pada suhu tinggi selalu

5
menghasilkan penurunan viskositas jika kandungan gugus aldehid dalam karet
tersebut sedikit.
7. Suhu bandela
Suhu tinggi pada waktu membuat bandela dari karet remah yang baru keluar
dari alat pengering akan meningkatkan viskositas Mooney karet. Semakin tinggi
suhu bandela dan semakin lama waktu penyimpanan akan semakin tinggi nilai
viskositas Mooney-nya. Hal ini disebabkan karena reaksi ikatan silang gugus
aldehid semakin cepat. Oleh karena itu dianjurkan setelah karet remah keluar dari
alat pengering harus langsung didinginkan sampai suhu mendekati suhu
lingkungan, sehingga pada waktu membuat bandela, karet remah sudah dalam
keadaan dingin. Hal ini juga untuk menghindari terjadinya uap air (kondensasi) di
dalam plastik yang digunakan untuk membungkus bandela.
8. Kontaminasi ion logam
Ion logam seperti Cu2+, Mn2+, dan Fe2+ merupakan katalisator degradasi karet
pada waktu pemanasan, sehingga menyebabkan viskositas Mooney karetnya
menjadi lebih rendah. Oleh karena itu dilakukan pencegahan kontaminasi dari
logam-logam tersebut dan dihindari pemakaian wadah yang terbuat dari logam
tembaga dan besi.
Bahan non rubber yang ada di dalam karet alam dapat bertindak sebagai gugus
aldehid terkondensasi (aldehyde condensing group). Bahan non rubber tersebut
adalah asam-asam amino basa seperti arginin, lisin, dan ornitin yang mengeraskan
karet pada suhu kamar, serta asam-asam amino netral atau asam (alanin, glisin, dan
prolin) yang mengeraskan karet pada waktu pemanasan dengan suhu 100oC1.
Storage hardening pada karet alam melibatkan interaksi antara molekul-molekul
karet dengan bahan non rubber yang ada di dalam serum-C dan fraksi bawah, dalam
hal ini protein yang terikat pada partikel karet. Disamping dipengaruhi oleh adanya
bahan non rubber yang tergantung dari jenis klon dan kondisi sekeliling juga
dipengaruhi oleh kondisi selama pengolahan 1. Pengeringan karet alam pada suhu
tinggi dapat menyebabkan penurunan massa molekul dari karet alam tersebut. Karet
alam dengan berat molekul rendah menyebabkan dispersi carbon black menjadi kecil.
Untuk mendapatkan suatu karet CV dengan berat molekul tinggi dilakukan
pengeringan pada suhu rendah yaitu sekitar 40-60oC dengan penambahan suatu

6
viscosity stabilizer atau senyawa pemantap viskositas seperti HNS (Hidroksilamin
Netral Sulfat), semikarbazida, dimedon, dan senyawa hidrazida.

7
METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, BPTK Bogor dari bulan


Februari 2008 sampai dengan Januari 2009. Bahan utama yang digunakan dalam
penelitian ini adalah lateks kebun klon campuran yang diperoleh dari kebun
percobaan Ciomas Unit Penelitian Bioteknologi Perkebunan (UPBP).

Pembuatan karet viskositas mantap dengan menggunakan merkaptan


Merkaptan disemprotkan pada karet yang sebelumnya telah digumpalkan dan
digiling menggunakan mesin giling creeper sehingga membentuk lembaran krep.
Karet tersebut diberi perlakuan melalui penambahan larutan uji yang terdiri dari
campuran merkaptan (5, 10, dan 15% dalam emulgen) dengan asam klorida 10% dan
seng klorida 10%5. Untuk menghomogenkan larutan uji, karet yang telah diberi
perlakuan diekstrusi dengan menggunakan mesin ekstruder pada suhu 100, 120, dan
140ºC dengan lama waktu ekstrusi bervariasi (3, 4, dan 5 menit) 7. Karet yang telah
mengalami perlakuan kemudian diuji plastisitas sebelum dan sesudah perlakuan untuk
mengetahui nilai ASHT dan PRI guna mengetahui ketahanan karet terhadap oksidasi5.

Pengujian nilai ASHT


Nilai ASHT diperoleh dengan mengukur selisih plastisitas karet mula-mula (Po)
dengan plastisitas karet akhir (Pa). Pengukuran plastisitas dilakukan dengan
Plastimeter Wallace. Pa adalah plastisitas karet alam yang telah disimpan di dalam
botol yang didalamnya diisi enam gram P2O5 dan berpenyekat aluminium. Karet
diletakkan diatas aluminium itu dan botol ditutup rapat. Botol dipanaskan didalam
oven pada suhu 60 ± 1°C selama 24 ± 1 jam, setelah itu karet dikeluarkan dari oven
dan dibiarkan selama 15 menit pada suhu kamar sebagai pendinginan2.

8
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan karet viskositas mantap dengan menggunakan merkaptan


Reaksi antara merkaptan dengan aldehid berlangsung lambat. Agar reaksi dapat
berlangsung lebih cepat diperlukan katalis untuk mempercepat reaksi. Katalis yang
digunakan adalah kombinasi asam Lewis dengan garam logam (HCl/ZnCl 2). Ion
hidrogen dari asam lewis akan memprotonasi gugus karbonil dalam aldehid sehingga
menjadi reaktif dan dapat bereaksi dengan gugus merkaptan (Gambar 1)8.
Melalui mekanisme reaksi tersebut, terlihat bahwa merkaptan dapat bereaksi
memblokade gugus aldehid pada karet alam membentuk senyawa baru sehingga
gugus aldehid tidak dapat bereaksi dengan gugus amina membentuk ikatan silang
aldehid-amina penyebab terbentuknya gel pada proses storage hardening.

:O : :OH+ .. OH OH
H+ RSH
.. -H+
CH3 CH CH3 CH CH3 CH CH3 CH

RSH RS
+
(1) hemi merkaptal

.. +
:OH OH2+ .. RSH
H+ -H2O RSH
..
CH3 CH CH3 CH CH3 CH CH3 CH

RS RS: :SR RS
.. +
RS
-H+
CH3 CH

RS
(2) merkaptal

Gambar 1. Mekanisme reaksi penyerangan gugus merkaptan kepada gugus aldehid:


(1) terbentuk hemi merkaptal terlebih dahulu dan (2) terbentuk merkaptal
yang dapat menyebabkan gugus aldehid menjadi tidak aktif.

Pengujian nilai ASHT


Nilai ASHT adalah parameter yang digunakan untuk menguji kekerasan karet.
Apabila suatu sampel karet mempunyai nilai kenaikan ASHT sebanyak 8 unit atau

9
kurang (setara dengan kenaikan nilai VR atau viskositas Mooney sebanyak 9-12 unit),
akan dinyatakan sebagai karet viskositas mantap2.

Tabel 1. Hasil pengujian sifat fisika karet pada fase lateks

Volume
ASHT
merkaptan (ml)
0 29,0
25 28,0
50 23,0
75 24,5
100 27,5

Studi pendahuluan pada fase lateks memperlihatkan bahwa merkaptan dapat


menurunkan nilai ASHT namun masih belum bisa dikategorikan sebagai karet mantap
karena nilai ASHT-nya masih lebih tinggi dari 8. Penurunan nilai ASHT kurang
signifikan jika dibandingkan dengan lateks kontrol yang tidak diberi perlakuan seperti
terlihat pada Tabel 1.
Penelitian pendahuluan yang dilakukan pada fase lateks memperlihatkan nilai
ASHT yang sangat besar yang berarti bahwa karet CV tidak dapat dibuat dalam fase
lateks. Hal ini disebabkan karena lateks masih mengandung partikel karet dan bukan
karet. Partikel bukan karet dalam lateks jumlahnya relatif besar yang terdiri dari
protein, karbohidrat, ion-ion anorganik, ion-ion logam, dan air. Partikel bukan karet
ini menjadi selubung untuk partikel karet sehingga gugus merkaptan sulit untuk
bereaksi dengan aldehid yang terikat pada partikel karet Untuk dapat bereaksi dengan
aldehid, gugus merkaptan harus menembus selubung tersebut. Sementara itu, gugus
merkaptan terlalu lemah untuk dapat masuk ke dalam selubung tersebut.
Pada fase padat, molekul protein dan bahan-bahan bukan karet lainnya sebagian
besar hilang ketika mengalami penggumpalan dan larut di dalam serum lateks.
Dengan demikian gugus merkaptan dapat masuk dan bereaksi dengan gugus aldehid
penyebab storage hardening. Pada fase padat, reaksi berlangsung dalam mesin
ekstruder sambil dipanaskan agar campurannya homogen7. Penggunaan panas pada
reaksi fase padat diduga dapat mempercepat terjadinya reaksi antara aldehid dengan
gugus merkaptan.
Waktu Dosis 100ºC    

10
120ºC 140ºC
(menit) Merkaptan
(%) Po PRI ASHT Po PRI ASHT Po PRI ASHT
0 50,0 44,1 9,0 51,0 35,3 10,0 53,0 39,6 9,0
5 49,5 42,2 6,5 51,0 39,3 8,5 48,0 25,0 8,5
3
10 48,5 41,3 5,0 49,5 36,4 8,0 49,5 30,3 5,5
15 44,0 38,6 5,0 48,0 32,9 5,5 49,0 38,8 5,0
0 49,0 46,0 8,5 46,5 40,8 9,5 46,5 41,9 9,0
5 47,0 42,6 7,0 46,0 37,5 9,0 40,5 56,0 6,0
4
10 46,0 40,2 7,0 45,5 31,3 8,5 41,5 31,9 6,0
15 46,0 39,1 6,0 45,0 34,7 7,0 40,5 36,7 5,0
0 49,0 50,5 8,0 48,0 48,0 8,0 53,0 41,5 8,0
5 47,0 48,9 7,0 45,5 48,6 6,5 47,0 34,0 6,5
5
10 44,0 40,9 4,5 44,0 50,0 5,5 47,0 31,9 3,5
15 45,0 46,2 4,0 45,0 48,9 5,0 43,0 32,6 2,5
Dosis merkaptan yang ditambahkan divariasikan untuk melihat dosis optimal
yang diperlukan dalam pembuatan karet CV. Suhu dan waktu ekstrusi juga
divariasikan untuk melihat pengaruh suhu dan lama reaksi terhadap penurunan nilai
ASHT karet.

Tabel 2. Pengaruh penambahan merkaptan terhadap nilai ASHT, Po, dan PRI karet
CV pada berbagai suhu dan waktu ekstrusi

Dari Tabel 2 terlihat bahwa semakin besar dosis merkaptan yang ditambahkan
nilai ASHT semakin menurun dalam berbagai variasi waktu dan suhu ekstrusi.
Semakin besar dosis merkaptan yang ditambahkan berarti semakin banyak gugus
aldehid yang bereaksi dengan gugus merkaptan sehingga ikatan silang aldehid-amina
yang terbentuk semakin sedikit. Namun, semakin besar dosis merkaptan yang
ditambahkan menurunkan harga Po dan PRI karet yang berarti menurunkan plastisitas
dan ketahanan karet terhadap oksidasi. Hal ini disebabkan karena selain bereaksi
dengan aldehid, senyawa merkaptan juga dapat bereaksi dengan senyawa antioksidan
yang ada di dalam molekul karet sehingga ketahanan karet terhadap oksidasi
berkurang.
Dosis merkaptan 5% memberikan hasil yang paling baik dibandingkan dengan
dosis yang lainnya. Dosis tersebut dapat menghasilkan karet viskositas mantap

11
namun sifat plastisitas dan ketahanan karet terhadap oksidasi masih dapat
dipertahankan.

Pengaruh waktu terhadap penurunan nilai ASHT


Tabel 2 memperlihatkan bahwa semakin lama waktu ekstrusi, penurunan nilai
ASHT semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin lama ekstrusi, berarti
semakin lama waktu reaksi sehingga senyawa merkaptan yang berikatan dengan
aldehid semakin banyak. Dengan demikian pembentukan ikatan aldehid-amin akan
terhambat sehingga peningkatan viskositas karet selama masa penyimpanan tidak
terlalu besar.
Sementara itu untuk parameter lainnya, semakin lama waktu ekstrusi harga Po
semakin menurun dan PRI semakin tinggi. Ini menandakan bahwa plastisitas semakin
menurun, tetapi penurunannya tidak terlalu signifikan. Hal ini disebabkan karena
pemanasan dapat memutuskan rantai poliisoprena karet namun ketahanan karet
terhadap oksidasi lebih baik dibandingkan dengan ekstrusi yang berlangsung lebih
singkat.
Ekstrusi yang berlangsung selama 5 menit memberikan hasil yang paling baik.
Nilai ASHT karet mengalami penurunan (sampai dibawah 8) tetapi plastisitas dan
ketahanan karet terhadap oksidasi masih dapat dipertahankan.

Pengaruh suhu terhadap penurunan nilai ASHT


Tabel 2 memperlihatkan bahwa semakin tinggi suhu, penurunan nilai ASHT
semakin besar. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi suhu, maka molekulnya
semakin reaktif sehingga semakin banyak molekul aldehid yang berikatan dengan
gugus merkaptan. Akibatnya ikatan silang aldehid-amin yang terbentuk semakin
sedikit. Selain itu, tingginya suhu juga menurunkan kelembaban sehingga mencegah
terjadinya pembentukan gel.
Kenaikan suhu menyebabkan turunnya nilai Po dan PRI karet. Hal ini
disebabkan karena pada suhu yang tinggi akan menyebabkan putusnya rantai
poliisoprena sehingga rantai polimer karet menjadi lebih pendek akibatnya plastisitas
karet menjadi berkurang. Selain itu pada suhu tinggi dapat menyebabkan rusaknya
senyawa-senyawa antioksidan yang ada di dalam karet sehingga ketahanan karet
terhadap oksidasi menjadi berkurang. Oleh karena itu, suhu yang digunakan untuk

12
proses pembuatan karet CV tidak boleh terlalu tinggi. Suhu 100ºC memberikan hasil
yang paling baik. Pada suhu tersebut dapat dihasilkan karet viskositas mantap namun
sifat plastisitas dan ketahanan terhadap oksidasi masih dapat dipertahankan.

KESIMPULAN

1. Penambahan merkaptan ke dalam karet menurunkan nilai ASHT hingga kurang


dari 8. Dengan demikian, merkaptan berpeluang untuk digunakan sebagai bahan
pemantap dalam pembuatan karet viskositas mantap.
2. Kondisi terbaik diperoleh dengan dosis merkaptan 5%, pada suhu ekstrusi 100ºC
selama 5 menit.

DAFTAR PUSTAKA

1
Solichin, M. 2000. Pengaruh Bahan Nonrubber Terhadap Oksidasi, Storage
Hardening dan Sifat Vulkanisat Karet. Warta Pusat Penelitian Karet 19 (1) : 63-
71.
2
Refrizon. 2003. Viskositas Mooney Karet Alam. USU Digital library. Universitas
Sumatera Utara, Medan.
3
Bristow, G. M. 1974. Storage hardening of Natural Rubber. Journal of NR
Technology, 5(1) : 202-208.
4
Toratani, H. & Hirata, Y. 1997. Natural Rubber Containing Viscosity Stabilizer and
Method for Manufacturing The Same. US Patent No US005693695.
5
Honggokusumo, S. dan N. Rahman. 2000. Pembuatan Karet Viskositas Mantap
dengan PHZ (Propionik Hidrazida). Laporan Tahunan Proposal Penelitian
RPTP. Badan Litbang Deptan.
6
Fessenden, R.J. dan J.S. Fessenden. 1998. Organic Chemistry. John Willey & Sons
Inc., London.
7
Budianto, E., Y. Syamsu, A. Cifriadi, dan M. I. Fathurrohman. 2008. Pengembangan
Proses Pembuatan Karet Viskositas Mantap Jenis SIR 20 dalam Fasa Padat.
Laporan Penelitian KKP3T. Badan Litbang Deptan.
8
Gilman. 1953. Organic Chemistry and Advanced Treatise. 2nd edition. 1, 849-850.
John Wiley & Sons, Inc. New York.

13

Вам также может понравиться