Вы находитесь на странице: 1из 7

KOMUNIKASI BERDASARKAN TINGKAT USIA

Manusia berkomunikasi sepanjang daur kehidupan dalam rahim – menjelang kematian.


Komunikasi tidak dapat dipisahkan dari setiap individu yang hidup komunikasi penting
dalam berinteraksi.
Komunikasi pada pelbagai tingkat usia
1. Berkomunikasi dgn kelompok yg berbeda memerlukan teknik khusus dan pemahaman
mengenai perkembangan manusia.
2. Kemampuan berkomunkasi dipengaruhi oleh kematangan individu.
3. Kematangan didukung oleh:
4. kesempurnaan indra
5. kesempurnaan dan kematangan otak mempengaruhi kemampuan abstraksi, berhitung,
membaca dan kesempurnaan indra
6. kematangan psikologis mempengaruhi emosi dan atensi.
Anak-anak mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan membentuk hubungan
bergantung pada tahap perkembangannya
A. Komunikasi pada Bayi
1. Banyak menggunakan komunikasi non verbal unt menyatakan kebutuhan (mis:
tersenyum puas; menangis sakit)
2. Usahakan memenuhi kebutuhan bayi secepat mungkin.
3. Berbicaralah dengan suara yang lembut, sentuhan dan belaian, ciuman, mendekap,
menggendong, atau dengan gerakan (seperti mengayun memberi kenyamanan / senang
4. Rangsang taktil (sentuhan) sangat kuat maknanya bagi bayi unt meningkatkan rasa
aman, melindungi bayi dan kedekatan hubungan.
5. Respon bayi thd komunikasi: ditunjukkan secara nonverbal misal: tersenyum,
menggerakkan badan, tangan dan kaki
6. Bayi lebih 6 bln: kadang terjadi stranger anxiety (cemas pada orang asing) saat
berkomunikasi jangan langsung ingin menggendong atau memangkunya, tetap lakukan
pendekatan lebih dahulu dengan mainan yang dipegangnya atau berbicara dgn ibunya.
7. Berkomunikasilah dengan bermain (cilukba, mainan berbunyi) jika bayi menerima.
 Tujuan Komunikasi Dengan Bayi
1. Memberi rasa aman kepada bayi
2. Memenuhi kebutuhan bayi akan kasih sayang
3. Melatih bayi mengembangkan kemampuan bicara, mendengar, dan menerima
rangsangan
B. Berkomunikasi dengan Balita (usia 1-2 th)
1. Panggil anak sesuai yang digunakan anak tersebut bagi dirinya.
2. Gunakan pesan yang pendek dan jelas, suara lembut
3. Pelajari dan gunakan kata-kata yang dipakai anak untuk ke kamar mandi, mandi,
makan.
4. Perilaku protes yang dilakukan anak (seperti tantrum/mengamuk) dapat digunakan
untuk mengatasi tekanan/stres pada anak.
C. Komunikasi pada Masa Prasekolah (Usia 3-5/6 th)
1. Pada masa ini anak mulai mandiri dan mengembangkan keterampilan dirinya untuk
berinteraksi dengan orang lain.
2. Anak yang lebih kecil belum fasih berbicara (ucapan dan perbendaharaan kata belum
memadai sepenuhnya)
3. Anak masih egosentris percakapan tentang dirinya.
4. Berpikir kongkrit:
a. bicara apa adanya (jujur)
b. bila perlu ijinkan untuk menyentuh, memegang, memeriksa barang yg
akan berhubungan dengan mereka.
5. Bahasa sederhana belum lancar mengungkapkan perasaan / keinginan komunikasi non
verbal
6. Takut kesakitan karena ketdiktahuannya jelaskan apa yang akan dilakukan
a. jelaskan apa yg akan dilakukan
b. jelaskan bagaimana rasanya
c. penjelasan sederhana
7. Sebagian anak mengalami stranger anxiety yang menjadi barier/penghambat dalam
komunikasi.
8. Posisi yang baik pada saat berbicara pada anak adalah: jongkok, duduk di kursi kecil,
atau berlutut pandangan mata sejajar dgn anak
9. Berikan pujian atas apa yang telah dicapainya
10. Orang tua atau perawat harus konsisten dalam berkomunikasi (verbal / nonverbal)
sesuai situasi saat itu (misal tidak tertawa saat anak mengalami kesakitan karena
tindakan tertentu)
 Tujuan komunikasi pada masa prasekolah
1. Melatih keterampilan penggunaan pancaindra
2. Meningkatkan keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotor
3. Sebagai bentuk pembelajaran dan permainan dalam melakukan hubungan dengan orang
lain.
4. Mengembangkan konsep diri
D. Komunikasi pada anak Sekolah (6-12 th)
1. Berfikir fungsional arah pertanyaan: mengapa, bagaimana, untuk apa sesuatu
dilakukan,diperlukan:
a. penjelasan yang sederhana disertai alasan
b. berikan kesempatan untuk bertanya
c. bila perlu beri kesempatan untuk mencoba melakukannya.
2. Gunakan beberapa kosa kata anak dalam penjelasan.
3. Buatlah gambar untuk mendemonstrasikan prosedur/anatomi
4. Hargai privasi anak. Mungkin ada topik pembicaraan yang tidak ingin didiskusikan.
5. Sangat memperhatikan keutuhan tubuh takut terluka perlu pendekatan shg anak dapat
mengungkapkan perasaannya kecemasannya turun.
6. Anak dengan kecemasan tinggi dapat dialihkan dgn:
a. Berbicara
b. menghadirkan orang dekat kecemasan turun dapat menerima pendapat orang lain.
7. Anak usia sekolnah yag lebih besar mampu berpikir kongkrit dapat berkomunikasi
lebih baik.

6. Komunikasi pada Usia Remaja


1) Masa ini adalah masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-anak menuju dewasa.
2) Pola pikir dan tingkah laku merupakan peralihan dari anak-anak menjadi orang dewasa
3) Bahasa dan kultur tersendiri bahasa gaul ( istilah tertentu: nyokap, bokap )

4) Peer group / kelompok sebaya yang utama lebih terbuka pada orang lain dapat orang tua /
keluarga

5) Komunikasi dengan remaja:


• memberi perhatian
• mendengarkan ungkapan remaja
• menghargai dan terbuka terhadap pendapat yang disampaikan
• hindari menghakimi / mengkritik dengan tajam
6) Hargai keberadaan identitas diri dan harga dirinya
7) Tunjukkan ekspresi wajah yang bersahabat dengannya
8) Jangan memotong pembicaraan saat anak sedang mengekspresikan pikiran dan perasaannya
9) Hormati privasinya

10) Beri dukungan pada apa yang telah dicapainya secara positif dengan memberikan penguatan
positif (pujian ).

11) Komunikasi yang baik diperlukan:

12) Kepercayaan sebagai dasar untuk berkomunikasi yang dibentuk dengan:


• meluangkan waktu bersama
• dorong agar berani mengungkapkan ide / pikiran / perasaan
• hargai, hormati pendpt / pikirannya
• toleransi terhadap perbedaan ide / pikiran
• pujian untuk hal yang baik
• hormati privasinaya
• berikan contoh yang baik
Hal yang harus diperhatikan saat berkomunikasi dgn anak:

 Rasa aman dan nyaman anak ( perawat – pasien )


 Hindari tindakan tiba-tiba yang dapat menyebabkan ketakutan (suara keras, ketawa
keras, mata melotot, dan sebagaiannya)
 Kontak mata sejajar
 Berbicara dengann jelas, suara lembut, tdk tergesa-gesa
 Bahasa sederhana
 Gunakan teknik komunikasi yg sesuai
 kejujuran
Membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaan / pikiran
1. Dgn orang ketiga ekspresi perasaan / pikiran dilakukan melalui orang lain
2. Berceritera bahasa sederhana, cerita bergambar
3. Biblioterapi menyampaikan pesan melalui buku cerita
tujuan: ekspresi perasaan; kebiasaan membaca
4. Pertanyaan
“kalau” …. mendorong anak berani mengungkapkan perasaan (contoh: kalau kamu harus
dirawat lama bagaimana?)
5. Mengungkapkan keinginan setelah keluar dari rumah sakit, apa yg akan kamu lakukan?
6. Rating scale mengkaji rentang sakit dari 0-10, termasuk rasa sedih, gembira
7. Melengkapi kalimat secara tidak langsung menanyakan perasaan anak contoh: hal apa yang
paling kamu sukai?
saya paling benci kalau ….è.. dapat digunakan untuk anak usia sekolah dan remaja
8. Menulis : anak usia sekolah dan remaja menulis buku harian,surat
9. Menggambar : biasanya mengenai diri mereka ( pengalaman dan kepribadian)
10. Bermain

 mengurangi dampak dirawat di rumah sakit;


 mengalihkan trauma.
7. Komunikasi pada masa Dewasa
1) Kematangan fisik, mental dan sosial mencapai optimal
2) Mempunyai sikap, pengetahuan, dan keterampilan yg sudah lama menetap dlm dirinya sulit
unt dirubah perilakunya.
3) Hargai sudut pandang pasien.
4) Hindari panggilan yg merendahkan spt “nenek”, “sayang” selalu mulai secara formal (Tn,
Ny, Nn, Bpk, Ibu).
Suasana komunikasi pd orang dewasa:
1) Hormat menghormati menghormati pendapat pribadinya
2) Saling menghargai pendapat, pikiran, perasaan, gagasan, sistem nilaiyg dianut.
3) Saling percaya memprcayai bahwa yg disampaikan/didengar itu benar
4) Saling terbuka terbuka unt mendengarkan orang lain.
Materi Komunikasi pd orang dewasa
1. Pekerjaan dan tugas : pembagian tugas, deskripsi kerja, dan transaksi kerja
2. Kegiatan kerumah tanggaan: pembagian tugas dalam keluarga, pendidikan anak, pemenuhan
kegiatan sosial ekonomi
3. Kegiatan profesional: pembagian kerja, transaksi
4. Kegiatan sosial: hubungan sosial, peran dan tugas sosial
8. Komunikasi pada Lansia
1) Kemampuan komunikasi pada lansia dpt mengalami penurunan akibat penurunan berbagai
fungsi sistem organ (penglihatan, pendengaran, wicara dan persepsi), perubahan psikis/emosi,
interaksi sosial & spiritual perlu pendekatan & teknik khusus dlm berkomunikasi.
2) Perubahan emosi sering nampak berupa reaksi penolakan thd kondisi yg terjadi.
Gejala penolakan yang terjadi:
1) Tdk percaya thd diagnosa, gejala, p’kembangan & keterangan yg diberikan tenaga kesehatan
2) Mengubah keterangan yg diberikan shg diterima keliru
3) Menolak membicarakan perawatan di RS
4) Menolak iut serta dalam perawatan dirinya, khususnya tindakan yang melibatkan dirinya
5) Menolak nasehat (istirahat baring, berganti posisi tidur untuk kenyamanan dirinya)
Pendekatan dalam komunikasi dengan lansia
1) Pendekatan fisik mencari informasi tentang kesehatan objektif, kebutuhan, kejadian yang
dialami, perubahan fisik / organ tubuh, tingkat kesehatan yg masih bisa dicapai dan
dikembangkan.
2) Pendekatan psikologis mengarah pd perubahan perilaku. Dalam pendekatan ini perawat
berperan sebagai: konselor, advokat, suporter, interpreter, sahabat dekat klien
3) Pendekatan sosial diskusi, tukar pikiran, berceritera, bermain, kegiatan kelompok agar klien
dapat berinteraksi dgn sesama klien / petugas
4) Pendekatan spiritual memberikan kepuasan batin dalam hubungan dengan Tuhan; efektif
bagi klien dengan latar belakang keagamaan yg baik.

Teknik komunikasi pd lansia


1) Teknik asertif sikap yang dapat menerima, peduli, sabar untuk mendengarkan dan
memperhatikan ketika pasangan sedang berbicara komunikasi dapat dimengerti
2) Responsif perawat segera bereaksi secara aktif ketika ada perubahan sikap / kebiasaan klien
dengan menanyakan / klarifikasi tentang perubahan tersebut.
3) Klarifikasi mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari 1 kali agar
maksud pembicaraan dapat diterima dan dipersepsikan sama oleh lansia / klien.
4) Sabar dan iklas perawat bersikap sabar dan iklas menghadapi perubahan klien lansia
sehingga tercipta komunikasi yang terapeutik.
Hambatan komunikasi pada lansia
Lansia bersikap:
1) Agresif ditandai dgn perilaku:
o berusaha mengontrol & mendominasi lawan bicara
o meremehka orang lain
o mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
o menonjolkan diri sendiri
o mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan kata-kata atau tindakan.
2) Nonasertif dgn tanda-tanda:
 menarik diri bila diajak bicara
 merasa tidak sebaik orang lain (rendah diri)
 merasa tdk berdaya
 tidak berani mengungkapkan keyakinannya
 membiarkan orang lain membuat keputusan unt dirinya
 pasif
 mengikuti kehendak orang lain
 mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dgn orang lain.
Mengatasi hambatan sehingga komunikasi efektif
1) Mulai komunikasi dengan mengecek pendengaran klien
2) Keraskan suara bila perlu
3) Dapatkan perhatian dari klien sebelum berbicara. Pandanglah klien sehingga klien dapat
melihat gerakan mulut perawat
4) Atur lingkungan yang kondusif, kurangi gangguan visual dan auditory, pastikan pencahayaan
cukup
5) Jika komunikasi macet, jangan anggap bahwa klien tidak kooperatif
6) Bertindaklah sebagai partner yang memfasiltasi klien untuk mengungkapkan perasaannya
7) Berbicara pelan dan jelas, kalimat pendek, bahasa sederhana
8) Bantu kata-kata dengan isyarat visual
9) Serasikan bahasa tubuh dengan pembicaraan berita yg menggembirakan diiringi senyuman,
tertawa secukupnya, dan sebagainnya.
10) Berilah kesempatan klien untuk bertanya
11) Jika klien salah, jangan menegur secara langsung
12) Jadilah pendengar yang baik
13) Arahkan suatu topik pada suatu saat
14) Ikutkan keluarga (yang menunggu) untuk berpartisipasi

Вам также может понравиться