Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“ KIMIA FARMASI”
DISUSUN OLEH :
Nirm : 1603042
Kelas : Farmasi B
Semester :4
Obat jantung atau bisa juga disebut obat kardiovaskuler adalah senyawa
yang digunakan untuk mencegah atau mengobati penyakit kardiovaskuler
(jantung). (Harpola Cartika, 2016)
1. KARDIOTONIK
2. OBAT ANTIARITMIA
1). Ar adalah merupakan cincin aromatis yang bersifat lipofil, dapat berinteraksi
dengan rantai alkil fosfolipid membran melalui ikatan hidrofob dan van der
waals
2). Rantai alkil bersifat polar yang dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
bagian polar fosfolipid membran
3). Gugus amino kationik yang terionisasi pada pH tubuh dapat berinteraksi dengan
gugus anion fosfolipid atau polipeptida membran.
(Harpola Cartika, 2016)
3. OBAT ANTIHIPERTENSI
4. OBAT ANTIANGINA
5. VASODILATOR
a) Vasodilator perifer
Digunakan untuk pengobatan payah jantung kongestif kronik yang sulit
disembuhkan, dengan cara mengembangkan fungsi miokardial tanpa
meningkatkan kebutuhan energi.
b) Vasodilator sistemik
Senyawa yang dapat menimbulkan efek vasodilatasi pada semua bagian sistem
pembuluh darah.
c) Vasodilator perier dan selebral
Obat golongan dapat menimbulkan dilatasi pada pembuluh darah dikulit dan
diotak.
B. OBAT DIURETIK
1. Diuretika Osmotik
Keterangan :
1) R1 : Gugus aromatik, heterosiklik atau alisiklik yang terikat pada rantai propil
melalui gugus karbamoil. Gugus R sangat menentukan distribusi dan kecepatan
ekskresi diuretika
2) R2 : biasanya gugus metil, dapat pula gugus etil, secara umum pengaruh gugus
terhadap sifat senyawa adalah kecil.
3) X : substituen yang bersifat hidrofil. Biasanya X adalah gugus teofilin, yang
dapat menurunkan toksisitas obat, mengurangi efek iritasi setempat,
meningkatkan kecepatan absorpsi, dan juga mempunyai efek diuretik (terjadi
potensiasi). Bila X adalah gugus tiol, seperti asam merkaptoasetat atau
tiosorbitol, dapat mengurangi toksisitas terhadap jantung dan efek iritasi
setempat.
(Harpola Cartika, 2016)
Diuretika turunan tiazida adalah saluretik, yang dapat menekan absorpsi kembali
ion-ion Na+, Cl-, dan air. Turunan ini juga meningkatkan eksresi ion-ion K+, Mg2+
dan HCO3- dan menurunkan ekskresi asam urat. Diuretika turunan tiasida terutama
digunakan untuk pengobatan sembab pada keadaan dekompensasi jantung dan
sebagai penunjang pada pengobatan hipertensi karena dapat mengurangi volume
darah dan secara langsung menyebabkan relaksasi otot polos arteriola. (Harpola
Cartika, 2016)
1. Pada posisi 1 cincin heterosiklik adalah gugus SO2 atau CO2. Gugus SO2
mempunyai aktivitas yang lebih besar.
2. Pada posisi 2 ada subsituen gugus alkil yang rendah, biasanya gugus metil.
3. Pada posisi 3 ada subsituen lipofil, seperti alkil terhalogenasi (CH2Cl,
CH2SCH2CF3), CH2-C6H5 dan CH2SCH2-C6H5.
4. Ada ikatan C3-C4 jenuh. Reduksi ikatan rangkap pada C3-C4 dapat
meningkatkan aktivitas diuretik ± 10 kali.
5. Subtitusi langsung pada posisi 4, 5, atau 8 dengan gugus alkil akan menurunkan
aktivitas diuretik.
6. Pada posisi 6 ada gugus penarik elektron yang sangat penting, seperti Cl dan
CF3. Hilangnya gugus tersebut menyebabkan senyawa kehilangan aktivitas.
Penggantian gugus Cl dengan CF3 dapat meningkatkan kelarutan senyawa
dalam lemak sehingga memperpanjang masa kerja obat.
7. Pada posisi 7 ada gugus sulfamil yang tidak tersubstitusi. Turunan mono dan
disubstitusi dari gugus sulfamil tidak mempunyai aktivitas diuretic.
8. Gugus sulfamil pada posisi meta (1) dapat diganti dengan gugus-gugus elektro
negative lain, membentuk gugus induk baru yang dinamakan diuretika seperti
tiazid (thiazide like diuretics) seperti turunan salisilanilid, turunan benzhidrazid
dan turunanp talimidin.
(Harpola Cartika, 2016)
b) Triamteren adalah diuretika turunan pteridin, absorpsi dalam saluran cerna cepat
tetapi tidak sempurna. Ketersediaan hayatinya sebesar 30 – 70%, pada cairan
tubuh ± 45 – 75% dan terikat oleh protein plasma.Kadar protein tertinggiobat
dicapai dalam 1 – 2 jam setelah pemberian oral, dengan waktu paruhbiologis 2
– 4 jam.Dosis diuretik Triamteren adalah 150 – 300 mg/hari. (Harpola Cartika,
2016)
7. Diuretika LOOP
Diuretika loop merupakan senyawa saluretik yang sangat kuat, aktifitasnya jauh
lebihbesar dibanding turunan tiasida dan senyawa saluretik lain. Turunan ini dapat
memblok pengangkutan aktif NaCl pada loop Henle sehingga menurunkan absorbsi
kembali NaCl dan meningkatkan ekskresi NaCl lebih dari 25% .Model kerja
diuretika loop pada tingkat molekul belum diketahui secara pasti, tetapi ada 3
hipotesis yang kemungkinan dapat digunakan untuk menjelaskan model kerja
tersebut yaitu:
Berikut ini ialah struktur kimia dan aktivitas struktur dari golongan ini :
Hubungan struktur dan aktivitas pada asam etakrinat sebagai diuretik dijelaskan
sebagai berikut:
1) Reduksi gugus α,β-keton tidak jenuh akan menghilangkan aktivitas, karena
senyawa tidak mampu berinteraksi dengan gugus SH enzim;
2) Substitusi H pada atom Cα dengan gugus alkil akan menurunkan aktivitas;
3) Adanya gugus etil pada atom Cβ membuat senyawa mempunyai aktivitas
maksimal. Makin besar jumlah atom C, aktivitasnya makin menurun;
4) Substitusi pada cincin aromatik. Adanya gugus Cl pada posisi orto c incin
aromatik, dapat meningkatkan aktivitas lebih besar dibandingkan substitusi
pada posisi meta, karena efek induktif gugus penarik elektron tersebut dapat
menunjang serangan nukleofil terhadap gugus SH. Disubstitusi gugus Cl
ataumetil pada posisi orto dan meta akan lebih meningkatkan aktivitas. Adanya
gugus pendorong elektron kuat pada cincin aromatik, seperti gugus amino atau
alkoksi, akan menurunkan aktivitas secara drastis.
5) Adanya gugus oksiasetat pada posisi para dapat meningkatkan aktivitas, letak
gugus pada posisi orto atau meta akan menurunkan aktivitas.
a) Vitamin B 1 (Tiamin)
Vitamin B1 atau thiamin merupakan vitamin yang terdapat dalam kulit luar
gandum/beras. Yang berfungsi sebagai koenzim, memperlancar sirkulasi darah, dan
mencegah kesehatan saraf. Didalam tubuh vitamin ini diubah menjadi tiamin
pirofosfat yang aktif. Struktur kimia tiamin terdiri atas dua cincin, yaitu cincin tiazol
dan cincin pirimidin yang dihubungkan oleh jembatan metilen. (Harpola Cartika,
2016)
b) Vitamin B 2 (Riboflavin)
c) Vitamin B 3 (Niasin)
Vitamin B 5 atau asam pantotenat dapat diperoleh dari daging, susu, hati, dan
kacang hijau. Vitamin ini berperan dalam proses metabolisme. Bentuk aktif dari
vitamin ini ialah isomer D dan terlibat dalam berbagai reaksi enzimatik. (Harpola
Cartika, 2016)
e) Vitamin B 6 (Piridoksin)
Vitamin B 6 atau piridoksin terdapat dalam daging, kedelai, telur, dan pisang.
Vitamin ini berperan dalam metabolism protein dan asam amino. (Harpola Cartika,
2016)
f) Vitamin B 7 (Biotin)
Vitamin B 7 atau biotin terdapat
dalam kuning telur, daging, pisang, dan kacang-kacangan. Vitamin ini berperan
dalam metabolisme lemak, protein, dan karbohidrat. (Harpola Cartika, 2016)
g) Asam Folat
Asam folat banyak terdapat dalam sayuran hijau, biji bunga matahari, lobak
cina, dan buncis. Vitamin ini berperan aktif dalam pembentukan DNA dan RNA.
(Harpola Cartika, 2016)
h) Vitamin B 12 (Sianokobalamin)
Vitamin B 12 atau sianokobalamin merupakan vitamin yang memiliki
struktur paling kompleks dan mengandung unsur kobalt. Struktur kimia vitamin ini
mirip dengan porfirin dengan 8 cincin yang saling terikat. Sumber vitamin ini ialah
daging, telur, dan susu. Vitamin ini sangat berperan dalam proses pembentukan
DNA dan RNA. (Harpola Cartika, 2016)
Vitamin B 13 atau asam orotat dapat diperoleh oleh susu sapi, kambing dan
domba. Vitamin ini berfungsi dalam metabolism folat pada pembentukan DNA,
membantu memperbaiki toleransi jantung. (Harpola Cartika, 2016)
a) Vitamin A (Retinol)
Vitamin A atau retinol terdapat pada wortel, dan sayuran-sayuran lainnya.
Vitamin ini berperan dalam kesehatan mata karena mampu memelihara kesehatan
mata. (Harpola Cartika, 2016)
b) Vitamin D (Kulsiferol)
Vitamin D atau kulsiferol dapat diproduksi oleh tubuh dalam keadaan tubuh
yang tersinari oleh sinar matahari. Vitamin ini berperan dalam penyerapan kalsium
kedalam tulang. (Harpola Cartika, 2016)
c) Vitamin E (Tokoferol)
Vitamin E atau tokoferol banyak terkandung dalam minyak nabati, kuning telur,
dan sayur-sayuran. Vitamin ini terdapat dalam bentuk alfa, beta, dan gamma.
(Harpola Cartika, 2016)
d) Vitamin K (Quinon)
D. HORMON
1. HORMON ADRENOKORTIKOID
Secara garis besar metode yang digunakan dalam analisis kuantitatif dibagi
menjadi dua macam yaitu kimia analisis kuantitatif instrumental, yaitu metode
analisis bahan-bahan kimia menggunakan alat-alat instrumen, dan analisa kimia
konvensional. Metode dalam analisa kuantitatif dibedakan menjadi 2 bagian:
a) Metode Gravimetri
b) Metode Volumetri
Volumetri merupakan suatu cara analisis kuantitatif dan reaksi kimia. Pada
analisis ini zat yang akan ditentukan kadarnya direaksikan dengan zat lainnya telah
diketahui konsentrasinya sampai tercapai suatu titik ekuivalensi hingga kepekatan
zat yang kita cari dapat dihitung. Larutan yang kita ketahui konsentraasinya dengan
teliti disebut larutan standar. Larutan ini biasanya diteteskan dari buret ke dalam
erlenmeyer yang mengandung reaksinya selesai. Proses ini dinamakan titrasi. Titik
dimana terjadi perubahan karena indikator disebut titik titrasi. Titik ini seharusnya
jatuh pada titik yang bersamaan, tetapi hal ini sulit karena kesulitan dalam mencari
indikator yang pH intervalnya mendekati pH ekuivalen. Perbedaan antara titik
ekuivalen dengan titik titrasi disebut kesalahan titrasi. Indikator adalah asam
organik lemah atau basa organik lemah yang dalam larutan akan terionisasi
sebagian dimana warna yang terionisasi berbeda dengan warna yang tak terionisasi
(Sumardjo, 1994).