Вы находитесь на странице: 1из 63

LAPORAN

LABORATORIUM UJI BAHAN (LUB)

TENTANG

PENGUJIAN BETON DAN ASPAL

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 / 1C

1. Adelia Fransiskatama (1731310147)


2. Dhea Eka Safitri (1731310111)
3. Irfan Dwi Hananta (1731310152)
4. Kukuh Bambang P. S (1731310074)
5. M. Danastain Anshori (1731310036)
6. Nadiyah Rahmawati (1731310096)
7. Wisnu Pujitama (1731310026)

D-III TEKNIK SIPIL


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKIKNIK NEGERI MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur, kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Laboratorium Uji Bahan Agregat tepat waktu
dan dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini ditujukan guna memenuhi tugas
akhir dalam mata kuliah Laboratorium Uji Bahan. Laporan Hasil Laboratorium Uji Bahan
Agregat ini diambil dari berbagai sumber atau refrensi yang terkait dan disusun
sesederhana mungkin untuk dapat cepat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan laporan ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Tuhan yang maha ESA.
2. Bpk. Suryadi selaku dosen pembimbing laboratorium uji bahan.
3. Bpk. Yunus dan tim selaku laboran laboratorium uji bahan.
4. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberikan fasilitas dan biaya
pendidikan.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam proses uji bahan dan
penyusunan laporan sehingga selesai dengan baik
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Malang, 12 juli 2018

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PASIR

1.1Latar Belakang

Berat jenis dan penyerapan merupakan hal yang sangat penting dalam
mengetahui komposisi pasir dalam beton atau mortar.Dalam hal ini pemeriksaan SSD
pasir sangat di anjurkan untuk mengetahui pasir tersebut layak di gunakan atau tidak
sebagai bahan campuran adukan beton.Berat jenis pasir perlu di ketahui untuk dapat
menghitung berat jenis gabungan agregat (pasir dan kerikil), dan penyerapan air pasir
perlu diketahui, untuk mengkoreksi (koreksi jumlah air) pada hasil perhitungan Mix
Design beton.Karena berat jenis pasir sangat mempengaruhi berat sendiri beton.

1.2 Tujuan Pengujian

Berikut ini tujuan dari hasil pengujian:

1.2.1 Menentukan berat jenis dan penyerapan pasir hitam.

1.2.2 Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan pasir
hitam.

1.2.3 Menggunakan peralatan pasir hitam dengan terampil.

1.2.4 Mengetahui perhitungan berat jenis dan penyerapan pasir hitam.

1.3 Dasar Teori Pengujian

Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering
(SSD = Saturated Surface Dry)

Jenis agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenis :

1. Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 – 2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt dan kuarsa.
2. Agregat berat
Berat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ), barites ( BaSO4 ) atau
serbuk besi.

3. Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5

Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga
membutuhkan jumlah bahan perekat yang banyak. Nilai berat jenis yang disarankan
adalah > 2,50 dan penyerapan < 3% berat.

Tabel 1.1 Standart SNI Berat Jenis

Pengujian Standart Pengujian Spesifikasi

Agregat halus

Berat Jenis SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

SSD SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

Berat Jenis Semu SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

Penyerapan SNI 03-1970-1990 Maks. 3%

Penyerapan Hot Bin SNI 03-2417-1991 Maks. 3%


1.4 Alat dan Bahan

1.4.2 Alat pengujian

Gambar 1.1 Kerucut terpancung Gambar 1.2 Sendok Speci

Gambar 1.3 Picnometer Gambar. 1.4 Cawan

1.4.3 Bahan Pengujian

Gambar 1.5 Pasir Gambar 1.6 Air


1.5 Prosedur Pengujian

1.5.1 Masukkan pasir hitam dalam kerucut sebanyak 3 lapis, setiap lapisnya 25 kali
tusukan

Gambar 1.7 Pemasukan pasir ke kerucut

1.5.2 Tumbuk pada tiap lapisan sebanyak 8 kali ditambah 1 kali tumbuk untuk bagian
atasnya. Lalu lakukan pengujian SSD

Gambar 1.8 Penumbukan


1.5.3 Timbang agregat dalam keadaan SSD sebanyak 500 gr masukkan dalam
piknometer

Gambar 1.9 Berat SSD

1.5.4 Masukkan air suling sampai 90% isi piknometer dan putar sampai gelembung
hilang

Gambar 1.10 Pemasukan Air Suling

1.5.5 Tambahkan air suling sampai tanda batas, timbang piknometer berisi air dan benda
uji sebagai B1

Gambar 1.11 Penimbangan picnometer +Air +BU


1.5.6 Keluarkan dan keringka benda uji dengan cawan didalam oven selama 26-24 jam,
kemudian dinginkan 5 menit lalu timbang sebagai B2

Gambar 1.12 Benda Uji dan air

1.5.7 Isi kembali air suling sampai tanda batas kemudian timbang beratnya sebagai B3

Gambar 1.13 Penimbangan Picnometer + Air


1.6 Hasil pengujian

1.2 Tabel Hasil Pengujian

Benda Uji
Pemeriksaan
1 2

Berat Cawan A 68,5 74,5

Berat Benda Uji JPK/SSD B 500,0 500,0

Berat Cawan+ Benda uji Kering C 554 568,5

Berat Benda Uji Kering Oven B2 485,5 494,0

Berat Piknometer + Air B3 697,0 697,0

Berat Piknometer + Air + Benda Uji B1 1006,5 1012,5

1.7 Pembahasan

1.7.1 Pembahasan Data I:

Berat benda uji B2 = Berat cawan dan benda uji kering –berat cawan

= 554 – 68,5

= 485,5 g

B2 485,5
𝐵𝐽 𝑏𝑢𝑙𝑘 = (𝐵3+500−𝐵1) = = 2,814
(679+500−1006,5)

500 500
𝐵𝐽 𝑆𝑆𝐷 = (𝐵3+500−𝐵1) = (679+500−1006,5) = 2,898

B2 485,5
𝐵𝐽 𝐴𝑃𝑃 = (𝐵3+𝐵2−𝐵1) = (679+485,5−1006,5) = 3,077
500−B2 500−485,5
Penyerapan = 100 % = = 100 %= 2,987 %
B2 485,5

1.7.2 Pembahasan Data II:

Berat benda uji B2 = Berat cawan dan benda uji kering –berat cawan

= 568,5 – 74,5

= 494 g

B2 494
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,966
(679+500−1012,5)

500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (679+500−1012,5) = 3,003

B2 494
BJ APP = (B3+B2−B1) = (679+494−1012,5) = 3,077

500−𝐵2 500−494
Penyerapan = 100 % = 100 %= 1,214%
𝐵2 494
1.8 Hasil Perhitungan

1.9.1 Kesimpulan
NO Perhitungan Benda Uji Rerata

I II

1. B2 2,814 2,966 2,890


BJ BULK =
(B3 + 500 − B1)

2. 500 2,898 3,003 2,950


BJ JPK/SSD =
(B3 + 500 − B1)

3. 500 3,072 3,077 3,074


BJ JPK/SSD =
(B3 + 500 − B1)

4. 500 − B2 2,987% 1,214% 2,100%


PENYERAPAN = X100%
B2

Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat disimpulkan :

1. 𝐵𝐽 𝑏𝑢𝑙𝑘 = 2,890
BJ APP = 3,074

𝐵𝐽 𝐽𝑃𝐾/𝑆𝑆𝐷 = 2,980
Penyerapan = 2,100 %
2. Agregat yang diuji termasuk golongan agregat tidak normal berdasarkan berat
jenisnya
3. Berat jenis yang diuji lebih dari 2,5 gr dan termasuk jenis agregat berat
1.9.2 Saran

Ketelitian dan kesesuaian dengan apa yang dosen mau dan tidak kalah
pentingnya bukti pengerjaan berupa foto-foto pelaksaanan pengujian harus di
cantumkan.

16
BAB II : PENGUJIAN KADAR AIR PASIR

2.1 Latar Belakang

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

2.2 Tujuan Pengujian

Berikut ini tujuan dari hasil pengujian:

2.2.1.Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat:

2.2.2.Menentukan kadar air pasir

2.2.3. Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air pasir

2.2.4.Menggunakan peralatan dengan terampil.

2.3 Dasar Teori Pengujian

Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam
rancangan campuran beton kondisi agregat dalam keadaan kering permikaan atau
jenuh oleh karena itu kadar air agregat harus diperiksa sebelum dipergunakan. Jika
agregatnya tidak jenuh air , maka agregat akan menyerap air campuran beton yang
menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan mengetahui kadar air
agregat dapat ditaksir/diperhitungkan untuk penambahan maupun pengurangan air
dalam suatu campuran beton.

Kadar air yang baik dalam standar spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-
97 adalah 0,5%-2,0%. Apabila kadar air agregat melebihi atau kurang 10 dari
standart spesifikasi maka kita perlu untuk memperhitungkan nya kembali. Dengan
demikian apabila kadar air agregat tidak diperhitungkan maka akan berdampak
pada beton yang akan dihasilkan.

17
2.4 Peralatan dan Bahan

2.4.1.Peralatan pengujian

Gambar2.1 Cawan

Gambar 2.2 Oven

Gambar 2.3 Timbangan

2.4.2 Bahan-bahan Pengujian

Gambar 2.4 Bahan pengujian kadar air pasir

18
2.5 Prosedur Pengujian

1. timbang berat cawan (W1)

Gambar 2.5 Menimbang berat kosong cawan.

2. Masukkan benda uji ke cawan dan timbang beratnya (W2)

Gambar 2.6 menimbang pasir

3. Hitung berat benda uji (W3 = W2 - W1)


4. Masukkan benda uji ke dalam oven dengan suhu (110±5)°C, oven selama ±24 jam.

Gambar 2.7 Meletakkan cawan berisi Pasir Hitam ke dalam oven. Durasi
untuk oven ±24 jam.

19
5. Keluarkan benda uji dan tunggu selama ±5 menit. Timbang berat cawan + benda
uji yang telah dikeluarkan dari oven.

Gambar 2.8 Menimbang Pasir Hitam, setelah dioven ±24 jam.

2.6 Hasil Pengujian

Tabel 2.1 hasil pengujian kadar air


benda uji (gr)
pemeriksaan
I II

berat cawan W1 29 34

berat cawan + benda uji W2 241,5 339

berat cawan + benda uji kering oven W3 232,5 327

20
2.7 Pembahasan

Tabel 2.2 pembahasan pengujian kadar air

Pemeriksaan Benda uji (gr)

I II

Berat cawan W1 29,0 34,0

Berat cawan + benda uji W2 241,5 339,0

Berat benda uji W3=W2-W1 212,5 305,0

Berat cawan+ benda uji W4 232,5 327,0


kering oven

Berat benda uji kering oven W5=W4-W1 203,5 239,0

kadar air 4,422 4,095

Kadar air rata-rata 4,259

2.8 Hasil perhitungan

2.8.1 Benda uji 1

Berat cawan kosong (w1) = 29,0 gr

Berat cawan+ pasir (w2) = 241,5 gr

Berat benda Uji (W3=W2-W1) = 241,5-29 = 212,5 gr

Berat cawan +pasir setelah dioven (w4) = 232,5 gr

Berat benda uji sesudah dioven (w5=w4-w1) = 232,5-29 = 203,5 gr

21
(𝑤3−𝑤5)
Kadar air = 𝑥 100% = 4,235
𝑤3

2.8.2 benda uji 2

Berat cawan kosong (w1) = 34,0 gr

Berat cawan+ pasir (w2) = 339,0 gr

Berat benda Uji (W3=W2-W1) = 339-34 = 305 gr

Berat cawan +pasir setelah dioven (w4) = 327 gr

Berat benda uji sesudah dioven (w5=w4-w1) = 327-34 = 293 gr

(𝑤3−𝑤5)
Kadar air = 𝑥 100% = 3,934
𝑤3

Kadar air rata-rata = (4,235+3,934)/2 = 4,0845

2.8 Penutup

2.8.1 Kesimpulan

Hasil yang diperoleh dari pengujian kadar air agregat kasar tidak memenuhi
standart spesifikasi yaitu 4,0845%. Standart spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-
97 adalah 0,55-2,0%.

2.8.2 Saran-saran

Untuk pengujian selanjutnya untuk alat dan tempat harap dijaga lebih bersih lagi
karena banyak alat yang kurang memadai.

22
BAB III: PENGUJIAN BERAT ISI PASIR

3.1 Latar Belakang


Agregat merupakan material granural, yang dipakai secara bersama-sama dengan
suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen didraulik atau adukan.
Agregat dibagi menjadi dua, yaitu agregat kasar (kerikil) dan agregat halus (pasirmerah,
pasir besi, pasir hitam dan lain– lain). Praktikum pemeriksaan berat isi agregat
merupakan salah satu praktikum Perkerasan Jalan Raya (PJR) atau bahan konstruksi.
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus dan kasar yang
didefinisikan sebagai perbandingan antara berat material kering dengan volume.
3.2 Tujuan Pengujian
Berikut adalah tujuan dari pengujian berat isi pasir :
3.2.1 Untuk menentukan berat isi pasir hitam.
3.2.2 Untuk menjelaskan prosedur pengujian berat isi pasir hitam.
3.2.3 Untuk mengetahui peralatan dan bahan yang akan digunakan untuk pengujian berat
isi pasir .
3.2.4 Untuk menghitung pengujian berat isi pasir hitam.
3.3 Dasar Teori
Berat isi atau disebut juga sebagai berat satuan agregat merupakan rasio antara
berat agregat dan isi/volume. Berat isi agregat diperlukan dalam perhitungan bahan
campuran beton, apabila jumlah bahan ditakar dengan ukuran volume.
Berat volume agregat ditinjau dalam dua keadaan, yaitu berat volume gembur dan berat
volume padat. Berat volume gembur merupakan perbandingan berat agregat dengan
volume literan, sedangkan berat volume padat adalah perbandingan berat agregat dalam
keadaan padat dengan volume literan.

23
3.4 Peralatan dan Bahan
3.4.1 Peralatan Pengujian

Gambar 3.1 Mould Gambar 3.2 Penusuk

Gambar 3.3 Sendok Speci Gambar 3.4 Timbangan

3.4.2 Bahan Pengujian Berat Isi

Gambar 3.5 Bahan Pengujian Berat Isi Pasir

24
3.5 Prosedur Pengujian
3.5.1 Pengujian Berat Isi dengan cara tusuk
3.5.1.1 Mengisi mould dengan pasir 1/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x

Gambar 3.6 Mengisi mould dengan pasir 1/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.2 Mengisi mould dengan pasir 2/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.3 Mengisi mould dengan pasir 3/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x

Gambar 3.7 Mengisi mould dengan pasir 3/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.4 Menimbang mould yang telah diisi pasir dengan metode tusuk

Gambar 3.8 Penimbangan Mould dan Pasir

25
3.5.2 Pengujian Berat Isi dengan cara goyang
3.5.2.1 Mengisi pasir 1/3 bagian kedalam mould dan digoyang selama 25x

Gambar 3.9 Mengisi pasir 1/3 bagian kedalam mould dan digoyang selama 25x
3.5.2.2 Mengisi pasir 2/3 bagian kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x

Gambar 3.10 Mengisi pasir 2/3 bagian kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x
3.5.2.3 Mengisi pasir 3/3 bagian atau penuh kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x

Gambar 3.11 Mengisi pasir 3/3 bagian atau penuh kedalam mould dan digoyang
sebanyak 25x
3.5.2.4 Menimbang mould yang telah diisi pasir dengan metode penggoyangan

Gambar 3.12 Penimbangan Mould dan Pasir

26
3.5.3 Pengujian Berat Isi dengan cara lepas
3.5.3.1 Mengisi mould dengan pasir dan meratakan

Gambar 3.13 Pengisian mould dengan pasir dan meratakannya


3.5.3.2 Menimbang mould yang telah diisi pasir dengan metode lepas

Gambar 3.14 Penimbangan mould yang telah diisi pasir dengan metode lepas
3.6 Hasil Pengujian
3.6.1 Hasil Pengujian Berat Isi dengan cara tusuk
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Berat Isi Tusuk
Benda Uji
Pemeriksaan
I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6421 6437

Berat Mould + Air W4 6270 6270

27
3.6.2 Hasil Pengujian Berat Isi dengan cara goyang
Tabel 3.2 Hasil Pengujuan Berat Isi goyang
Benda Uji
Pemeriksaan
I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6485 6525

Berat Mould + Air W4 6270 6270

3.6.3 Hasil Pengujian Berat Isi Lepas


Tabel 3.3 Hasil Pengujian Berat Isi Lepas
Benda Uji
Pemeriksaan
I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6224 6230

Berat Mould + Air W4 6270 6270

3.7 Pembahasan
3.7.1 Pembahasan pengujian berat isi pasir dengan cara tusuk
Benda Uji I Volume Mould = W4-W1
Berat benda Uji(W3) = W2-W1 = 6270-2222
= 6421 – 2222 = 4048
= 4196

28
W3
Berat Isi Agregat = V
4196
= 4048

= 1,037
Benda Uji 2 Volume Mould = W4-W1
Berat benda Uji(W3) = W2-W1 = 6270-2222
= 6437 – 2222 = 4048
= 4215
W3
Berat Isi Agregat = V
4215
= 4048

= 1,041
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 1,039

3.7.2 Perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara goyang


Benda Uji I
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6485 – 2222
= 4263
Volume Mould = W4-W1
= 6270-2222
= 4048

29
W3
Berat Isi Agregat = V
4263
= 4048

= 1,053
Benda Uji 2
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6525 – 2222
= 4303

Volume Mould = W4-W1


= 6270-2222
= 4048
W3
Berat Isi Agregat = V
4303
= 4048

= 1,063
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 1,058

3.7.3 Perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara lepas


Benda Uji I
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6224 – 2222
= 4002
Volume Mould = W4-W1
= 6270-2222
= 4048
W3
Berat Isi Agregat = V
4002
= 4048

= 0,989
Benda Uji 2
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6230 – 2222

30
= 4008
Volume Mould = W4-W1
= 6270-2222
= 4048
W3
Berat Isi Agregat = V
4008
= 4048

= 0,990
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 0,9895

3.8 Hasil Perhitungan


3.8.1 Berat Isi Tusuk
Tabel 3.3 Hasil data perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara tusuk
Pemeriksaan Benda Uji

I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6421 6437

Berat Benda Uji W3 = W2 – W1 W3 = 6421 – 2222 W3 = 6437– 2222

= 4196 = 4215

Berat Mould + Air W4 6270 6270

Berat Air / Volume Mould V = W4 –W1 V = 6270 – 2222 V = 6270 – 2222

= 4048 = 4048

Berat Isi Agregat (Pasir) 𝑊3


𝑉
4196 4215
= 1,037 = 1,041
4048 4048

31
Rata – Rata Berat Isi 1,039

3.8.2 Berat Isi Goyang


Tabel 3.4 Hasil data perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara goyang
Pemeriksaan Benda Uji

I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6485 6525

Berat Benda Uji W3 = W2 – W1 W3 = 6485 – 2222 W3 = 6525 – 2222

= 4263 = 4303

Berat Mould + Air W4 6270 6270

Berat Air / Volume Mould V = W4 –W1 V = 6270 – 2222 V = 6270 – 2222

= 4048 = 4048

Berat Isi Agregat (Pasir) 𝑊3


𝑉
4263 4303
= 1,053 = 1,063
4048 4048

Rata – Rata Berat Isi 1,058

32
3.8.3 Berat Isi Lepas
Tabel 3.5 Hasil data perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara lepas
Pemeriksaan Benda Uji

I II

Berat Mould W1 2222 2222

Berat Mould + Benda Uji W2 6224 6230

Berat Benda Uji W3 = W2 – W1 W3 = 6224 – 2222 W3 = 6230 – 2222

= 4002 = 4008

Berat Mould + Air W4 6270 6270

Berat Air / Volume Mould V = W4 –W1 V = 6270 – 2222 V = 6270 – 2222

= 4048 = 4048

Berat Isi Agregat (Pasir) 𝑊3


𝑉
4002 4008
= 0,989 = 0,990
4048 4048

Rata – Rata Berat Isi 0,9895

3.8 Penutup
3.8.1 Kesimpulan

33
Dari percobaan pengujian berat isi pasir yang telah dilakukan, diperoleh berat
isi tusuk sebesar 1,039 kg/liter, berat isi goyang sebesar 1,508 kg/liter dan berat isi
lepas sebesar 0,9895 kg/liter.
Besar kecilnya berat isi agregat terkandung pada berat butiran agregat dan
volume agregat. Semakin berat butiran agregat makasemakin besar pula berat isi
agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat
butiran agregat sedangkan semakin besar volume agregat maka semakin kecil berat
isi sgregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding terbalik dengan
besarnya volume agregat.

3.8.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pengujian di laboratorium harus memeriksa
peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu. Lalu menyiapkan bahan dan
melakukan pengujian dengan teliti dan sesuai dengan prosedur pengujian. Setelah
melakukan pengujian berat isi pasir, data dari hasil pengujian tersebut harus dicek
kembali supaya tidak terhindar dari kekeliruan dan menyimppan data dengan baik
sebagai bukti bahwa telah melakukan praktikum pengujian berat isi pasir.

34
BAB IV : PENGUJIAN GRADASI PASIR

4.1 Latar Belakang

Gradasi atau susunan butir pasir adalah perbedaan modulus butiran pasir.
Perbedaan ini akan mempengaruhi penggunaan pasir dalam campuran beton. Pasir
harus dilakukan penyaringan sesuai gradasi yang disyaratkan.

Agregat halus adalah agregat yang memiliki butiran dengan diameter terbesar
4,75mm. Modulus kehalusan adalah jumlah persen tertinggal kumulatif pada tiap-tiap
ayakan yang diameter lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan
berukuran lubang 0,15 mm, dibagi dengan 100.

4.2 Tujuan Pengujian

Berikut ini tujuan dari hasil pengujian:

4.2.1 Mengetahui nilai gradasi pasir hitam.

4.2.2 Menentukan modulus kehalusan pasir hitam.

4.2.3 Mengetahui peralatan, bahan, prosedur gradasi pasir hitam.

4.2.4 Memperoleh distribusi besaran attau jumlah persentase butiran agregat halus.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan dalam tabel atau grafik.

4.3 Tinjauan Pustaka

Pada umumnya pasir dapat dikelompokkan menjadi 3 macam tingkat kehalusan,


yaitu :

1. Pasir halus : m.h.b 2,20 – 2,60


2. Pasir sedang : m.h.b. 2,60 – 2,90
3. Pasir kasar : m.h.b. 2,90 – 3,20

35
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil. Penggolongan
gradasi pasir dapat diperoleh dari grafik modulus halus butiran pasir.

Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus (pasir)
berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal) dan ASTM C-33 (Standard Specification for Concrete Aggregate) :

Tabel 4.1 Standart SNI gradasi pasir

4.4 Peralatan dan Bahan

4.4.1 Peralatan pengujian

Gambar 4.1 Ayakan dan alat pengguncang

36
4.4.2 Bahan

Gambar 4.2 Pasir Hitam

4.5 Prosedur Pengujian


1. Siapkan semua peralatan dan bahan yang akan digunakan.

Gambar 4.3 Persiapan alat dan bahan

2. Keringkan benda uji terlebih dahulu dibawah terik matahari

Gambar 4.4 Pengeringan Pasir


3.Siapkan timbangan, timbang dan catat berat Loyang
4. Masukkan 3000 gr pasir ke dalam loyang dan timbang berat loyang + pasir.

Gambar 4.5 Penimbangan BU

37
5. Susun saringan mulai dari saringan paling besar di atas hingga terkecil dibawah
dan pan paling bawah. Setelah itu masukkan pasir ke dalam saringan.

6.Tutup saringan dan tempatkan susunan saringan pada alat pengguncang. Perangkat
saringan diguncang selama 15 menit.

Gambar 4.6 Peletakan Ayakan ke mesin pengguncang

7. Setelah digoncangkan, timbang masing-masing pasir yang tertahan pada masing-


masing saringan hingga wadah/pan saringan , dan catat berat masing-masing pasir
tersebut.

8. Bersihkan kembali semua peralatan yang telah digunakan dengan sikat atau kuas
hingga bersih dan kering, kembalikan peralatan ke tempat semula.

38
4.6 Hasil Pengujian

Tabel 4.2 Hasil Pengayakan


Diameter berat
Berat
lubang saringan
NO saringan
saringan + bahan

(mm) (gr) (gr)

1 4.75 586 602

2 2.36 545.5 729

3 1.18 515.5 1302

4 0.6 476 1554

5 0.3 431 1141

6 0.15 405.5 506.5

7 PAN 443 462

39
4.7 Pembahasan

4.7.1 Individu (gram) :

Berat pasir = (Berat saringan + ayakan) – Berat saringan

1. 602 – 586 = 16 5. 1141 – 43 = 710


2. 729 – 545.5 =183.5 6. 506.5 – 405.5 = 101
3. 1302 – 515.5 = 786.5 7. 462 – 443 = 19
4. 1554 – 476 = 1078
Jumlah : 16+183.5+786.5+1078+710+101+19 = 2894

4.7.2 individu (%)

𝟏𝟔 𝟕𝟏𝟎
1. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟓𝟓𝟑 5. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟒, 𝟓𝟑𝟒
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟏𝟖𝟑,𝟓 𝟏𝟎𝟏
2. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟔, 𝟑𝟒𝟏 6. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟑, 𝟒𝟗𝟎
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟕𝟖𝟔,𝟓 𝟏𝟗
3. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟕, 𝟏𝟕𝟕 7. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟔𝟓𝟕
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟏𝟎𝟕𝟖
4. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟑𝟕, 𝟑𝟒𝟗
𝟐𝟖𝟗𝟒

Jumlah : 0,553+6,341+27,177+37,349+24,534+3,490+0,657 = 100

4.7.3 Komulatif Tertinggal

1. 0,553 5. 71,320 + 24,534 = 95,853


2. 0.553+6,431 = 6.894 6. 95,853+3,490 = 99,343
3. 6,894 + 27,177 = 34,070 7. 99,343 + 0,657 = 100
4. 34,070 + 37,347 = 71,320

4.7.4 Komulatif Tembus

1. 100-0,553 = 99,447
2. 99,447 - 6,341 = 93,106
3. 93,106 – 27,177 = 65,930
4. 65,930 – 37,249 = 28,680
5. 28,680 – 24,534 = 4,147

40
6. 4,147 – 3,490 = 0,657
7. 0,657 – 0, 657 = 0

4.7.5 Modulus Kehalusan


𝟎, 𝟓𝟓𝟑 + 𝟔, 𝟖𝟗𝟒 + 𝟑𝟒, 𝟎𝟕𝟎 + 𝟕𝟏, 𝟑𝟐𝟎 + 𝟗𝟓, 𝟖𝟓𝟑 + 𝟗𝟗, 𝟑𝟒𝟑 𝟑𝟎𝟖, 𝟎𝟑𝟒
=
𝟏𝟎𝟎 𝟏𝟎𝟎
= 𝟑, 𝟎𝟖𝟎

4.8 Hasil Perhitungan

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan

Diameter berat tertahan % komulatif


Berat
lubang saringan +
NO saringan
saringan bahan individu individu
tertinggal tembus
(gr) (%)
(mm) (gr) (gr)

1 4.75 586 602 16 0.553 0.553 99.447

2 2.36 545.5 729 183.5 6.341 6.894 93.106

3 1.18 515.5 1302 786.5 27.177 34.070 65.930

4 0.6 476 1554 1078 37.249 71.320 28.680

5 0.3 431 1141 710 24.534 95.853 4.147

6 0.15 405.5 506.5 101 3.490 99.343 0.657

7 PAN 443 462 19 0.657 100.000 0.000

JUMLAH 2894 100.000

41
4.8 Penutup
4.8.1 Kesimpulan

Gambar 4.7 Grafik gradasi pasir zona 2


4.8.1 Saran
Untuk menjaga mutu pasir baik kandungan fisik maupun kimiannya agar tetap
stabil, sebaiknya pasir disimpan di tempat yang tidak lembab atau kering.
Untuk pasir dengan gradasi halus, dapat digunakan untuk dasar paving block
(untuk meratakan tanah) atau pasir tersebut dicampur dengan mutu pasir yang
bagus hingga menaikkan mutu pasir yang memenuhi standar PBI 1971 N.1-2.

42
BAB V: PENGUJIAN KADAR ORGANIK PASIR
5.1 Latar Belakang
Kadar organik adalah bahan-bahan yang terdapat didalam pasir dan
menimbulkan efek kerugian terhadap suatu mortar atau beton. Pemeriksaan zat
organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik
dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan
organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.
5.2 Tujuan Pengujian
Dapat menentukan kandungan bahan organik dalam agregat halus,
menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organik agregat halus, dan
menggunakan peralatan dengan terampil.
5.3 Dasar Teori
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu. Sebagai salah satu
komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan organik.
Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif
pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses
pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi.

43
5.4 Peralatan dan Bahan
5.4.1 Peralatan Pengujian

Gambar 5.1 Botol Gambar 5.2 Standart warna Hellige Tester

Gambar 5.3 Timbangan Gambar 5.4 Larutan NaOH

Gambar 5.5 Cawan


5.4.2 Bahan Pengujian

Gambar 5.6 Pasir

5.5 Prosedur Pengujian Kadar Organik Pasir


5.5.1 Menyiapkan alat dan bahan
5.5.2 Menimbang Berat cawan + Pasir

44
5.5.3 Isikan pasir ke botol
5.5.4 Mengukur cairan NaOH sebanyak 125 ml, lalu tambahkan ke botol

Gambar 5.9 Mengukur cairan NaOH sebanyak 125 ml.


5.5.4 Mengocok tabung selama 10 menit. Setelah itu mendiamkan campuran pasir
dan larutan NaOH selama ±24 jam

Gambar 5.10 Pengocokan Botol


5.5.5 Mengukur ketinggian larutan dan endapan menggunakan penggaris, setelah
larutan diendapkan selama ±24 jam.

Gambar 5.11 Pengukuran larutan dan endapan dengan penggaris


5.5.6 Melihat warna larutan menggunakan tester warna

Gambar 5.12 Melihat warna larutan menggunakan tester warna.

45
5.6 Hasil Pengujian
Tabel 5.1 Hasil pengujian kadar organik.
Pengukuran

Benda Tinggi I II III IV Rata-rata Warna pembanding


Uji (h)

h1 3,15 2,00 2,60 2,85

I h2 3,40 2,50 2,70 3,10 0,275 Masuk warna 1


(bening)
h= h2-h1 0,25 0,50 0,10 0,25

h1 3,15 3,05 2,70 2,85

II h2 3,20 3,15 2,85 3,00 0,225 Masuk warna 1


(bening)
h= h2-h1 0,50 0,10 0,15 0,15

Tabel 5.2 hasil pengujian berat dan volume pasir


Pemeriksaan Benda Uji

I II

Berat Pasir 120 gr 120 gr

Volume Pasir 125 ml 125 ml

5.7 Pembahasan
Rata-rata benda uji 1 (h) = (hI+hII+hIII+hIV)/4
= (0,25+0,50+0,10+0,25)/4
= 1,1/4
= 0,275

46
Rata-rata benda uji 2 (h) = (hI+hII+hIII+hIV)/4
= (0,50+0,10+0,15+0,15)/4
= 0,9/4
= 0,225
5.8 Hasil Perhitungan
Tabel 5.1 Hasil pengujian kadar organik.
Pengukuran

Benda Tinggi I II III IV Rata-rata Warna pembanding


Uji (h)

h1 3,15 2,00 2,60 2,85

I h2 3,40 2,50 2,70 3,10 0,275 Masuk warna 1


(bening)
h= h2-h1 0,25 0,50 0,10 0,25

h1 3,15 3,05 2,70 2,85

II h2 3,20 3,15 2,85 3,00 0,225 Masuk warna 1


(bening)
h= h2-h1 0,50 0,10 0,15 0,15

5.9 Penutup
5.9.1 Kesimpulan
Setelah ±24 jam warna pada larutan sama dengan warna tingkat 1 pada Standar
Color Tester, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat halus mempunyai kandungan
organic yang rendah dan aman untuk digunakan sebagai material bangunan.

47
5.9.2 Saran-saran
Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kadar organik pada setiap
agregat halus yang digunakan untuk sebuah kontruksi karena jika salah maka akan
berpengaruh besar pada pembangunan betonnya

48
BAB VI : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN KERIKIL

6.1 Latar Belakang

Berat jenis dan penyerapan merupakan hal yang sangat penting dalam
mengetahui komposisi pasir dalam beton atau mortar.Dalam hal ini pemeriksaan
SSD kerikil sangat di anjurkan untuk mengetahui pasir tersebut layak di gunakan
atau tidak sebagai bahan campuran adukan beton.Berat jenis pasir perlu di ketahui
untuk dapat menghitung berat jenis gabungan agregat (pasir dan kerikil), dan
penyerapan air pasir perlu diketahui, untuk mengkoreksi (koreksi jumlah air) pada
hasil perhitungan Mix Design beton.Karena berat jenis pasir sangat mempengaruhi
berat sendiri beton.

6.2 Tujuan Pengujian

Berikut ini tujuan dari hasil pengujian:

6.2.1 Mengetahui nilai berat jenis kerikil.

6.2.2 Mengetahui nilai penyerapan kerikil.

6.2.3 Mengetahui peralatan, bahan, prosedur berat jenis dan penyerapan


kerikil

6.2.4 Mengetahui perhitungan berat jenis dan penyerapan kerikil.

6.3 Dasar Teori

Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
semen hidraulik atau adukan, menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan
butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam
maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil

49
(fragmen-fragmen) yang berfungsi sebagai bahan campuran atau pengisi dari suatu
beton. Adapun klasifikasi Agregat sebagai berikut :

1. Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.

2. Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan atau
pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.

3. Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran
butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36
mm)

4. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)

Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga
membutuhkan jumlah bahan perekat yang banyak. Nilai berat jenis yang disarankan
adalah > 2,50 dan penyerapan < 3% berat. Untuk penyerapan agregat hanya
dilakukan pada agregat kasar karena nilai berat jenis agregat kasar dan halus tidak
jauh berbeda. Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan
berat volume air.

Pemeriksaan terhadap berat jenis agregat dapat dilakukan dengan cara :

1. Berat jenis (bulk spesific gravity)

2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated suturated surface dry spesifific
gravity).

50
3. Berat jenis semu (apparent spesific gravity)

4. Penyerapan (absorpsi)

Tabel 6.1 Standart pengujian berat jenis dan penyerapan kerikil

Pengujian Standart Pengujian Spesifikasi

Agregat Kasar

Berat Jenis SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

SSD SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

Berat Jenis Semu SNI 03-1970-1990 Min. 2,5 gr/cm³

Penyerapan SNI 03-1970-1990 Maks. 3%

Los Angles /Abrasi SNI 03-2417-1991 Maks. 40%

6.4 Alat dan Bahan

6.4.1 Alat

Gambar 6.1 Cawan Gambar 6.2 Gelas Ukur

51
Gambar 6.3 Oven

6.4.2 Bahan

Gambar 6.4 Kerikil

6.5 Prrosedur Pengujian

6.5.1 Rendam benda uji selama 24 jam

Gambar 6.5 Rendaman Kerikil

6.5.2 Keluarkan benda uji dari perendaman, lalu lap dengan kain sampai kering

Gambar 6.6 Pengeringan Kerikil

52
6.5.3 Timbang kerikil kering sebanyak 500 gr

Gambar 6.7 Kerikil Kering

6.5.4 Masukkan benda uji dalam gelas ukur, tambahkan air suling hingga batas
kemudian timbang sebagai B1

Gambar 6.8 Gelas ukur + Air + BU

6.5.5 Keluarkan benda uji dan keringkan, kemudian timbang sebagai B2. Isi kembali
piknometer dengan air suling pada tanda batas kemudian timbang sebagai B3

Gambar 6.9 Pengeluaran Benda Uji

53
6.6 Hasil Pengujian

Tabel 6.2 Hasil Pengujian

Pemeriksaan Benda Uji

1 2

Berat Cawan A 40 70

Berat Benda Uji JPK/SSD B 500,5 500

Berat Cawan+Kerikil Kering Oven C 532,5 560

Berat Benda Uji Kering B2 492,5 490

Berat Gelas Ukur + Air B3 1198,5 1198,5

Berat Gelas Ukur + Air + Kerikil B1 1514,5 1513,5

6.7 Pembahasan

Pembahasan Benda Uji I:

Berat benda uji (B2) = Berat cawan dan kerikil (kering) – Berat cawan

= 532.5 – 40 = 492.5 g

B2 492,5
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,676
(1198,5+500−1514,5)

500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (1198,5+500−1514,5) = 2,717

54
B2 492,5
BJ APP = (B3+B2−B1) = (1198,5+492,5−1514,5) = 2,790

500−B2 500−492,5
Penyerapan = B2
100 % = 492,5
100 % = 1,532 %

Perhitungan Data II:

Berat benda uji (B2) = cawan + kerikil (sudah oven) - berat cawan

= 560 – 70 = 490 gr

B2 490
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,649
(1198,5+500−1513,5)

500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (1198,5+500−1513) = 2,898

B2 490
BJ APP = (B3+B2−B1) = (1198,5+490−1153,5) = 2,800

500−B2 500−490
Penyerapan = B2
100 % = 490
100 % = 2,041 %

55
6.8 Hasil Perhitungan

Tabel 6.3 Hasil pengujian berat jenis dan penyerapan kerikil

Benda Uji
NO Perhitungan Rerata

I II

1. 2,676 2,649 2,663

2. 2,717 2,703 2,710


500
𝐵J JPK/SSD =
(B3 + 500 − B1)

3. 2,790 2.800 2,795


B2
𝐵J APP =
(B3 + B2 − B1)
4. 1,523 % 2,041% 1,782%

56
6.9 Penutup

6.9.1 Kesimpulan

Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :

1. Berat jenis bulk = 2,663 gr

Berat jenis SSD = 2,1195 gr

Berat jenis semu = 2,3655 gr

Penyerapan = 0,0565 %

2. Berta jenis yang diisyaratkan adalah kurang dari 2,5 gr dan nilai penyerapan
kecil dari 3%.

3. Agregat kasar yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat
jenisnya.

4. Agregat kasar tersebut memenuhi standar yang ditetapkan dan dapat

digunakan sebagai bahan dalam campuran beton.

6.9.2 Saran

Saran-saran yang bisa di pakai dalam penyelesaian laporan serta saat melakukan
pengujian. Yang pertama dalam melakukan pengujian berat jenis dan penyerapan
kerikil hal yang harus di perhatikan adalah waktu dan ketelitian,karna waktu atau
lama perendaman sangatlah berpengaruh,dan ketelitian sangat penting agar tidak
mengulang pengujian ini.

57
BAB VII : PENGUJIAN KADAR AIR KERIKIL

7.1 Latar Belakang

Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.

7.2 Tujuan Pengujian

Setelah melakukan percobaan ini, mahasiswa dapat:

7.2.1 Menentukan kadar air kerikil.

7.2.2 Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar air kerikil.

7.2.3 Menggunakan peralatan dengan terampil.

7.3 Dasar Teori

Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat mempengaruhi kuat tekan beton.
Dalam rancangan campuran beton kondisi agregat dalam keadaan kering permikaan
atau jenuh oleh karena itu kadar air agregat harus diperiksa sebelum dipergunakan.
Jika agregatnya tidak jenuh air , maka agregat akan menyerap air campuran beton
yang menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan mengetahui
kadar air agregat dapat ditaksir/diperhitungkan untuk penambahan maupun
pengurangan air dalam suatu campuran beton.

Kadar air yang baik dalam standar spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-97
adalah 0,5%-2,0%. Apabila kadar air agregat melebihi atau kurang dari standart
spesifikasi maka kita perlu untuk memperhitungkannya kembali. Dengan demikian
apabila kadar air agregat tidak diperhitungkan maka akan berdampak pada beton
yang akan dihasilkan

58
7.4 Peralatan dan Bahan

7.4.1 Peralatan Pengujian

Gambar 7.1 Cawan Kosong dan Timbangan Gambar 7.2 Oven

7.4.2 Bahan-bahan Pengujian

Gambar 7.3 Bahan pengujian kadar air kerikil

7.5 Prosedur Pengujian

7.5.1 Menimbang berat kosong cawan

Gambar 7.4 Berat Cawan kosong

7.5.2 Menimbang kerikil ke dalam cawan

Gambar 7.5 Berat Cawan + Kerikil

59
3. Meletakkan cawan berisi kerikil ke dalam oven. Durasi untuk oven ±24 jam.

Gambar 7.5 Peletakan BU ke oven

4. Mengambil kerikil yang telah di oven selama ±24 jam dan menimbang beratnya.

Gambar 7.6 Penimbangan Bu kering oven

7.6 Hasil Pengujian


7.6.1 Benda uji 1
(sebelum dioven)
Berat cawan kosong = 34,95 gr (w1)
Berat cawan+ kerikil = 234,5 gr(w2)
(setelah dioven)
Berat cawan + kerikil = 230,5 gr (w4)
7.6.2 Benda uji 2
(sebelum dioven)
Berat cawan kosong = 34 gr (w1)
Berat cawan + kerikil = 189,5 gr (w2)
(setelah dioven)
Berat cawan + kerikil =187gr (w4)

60
7.7 Pembahasan

Benda Uji 1

Berat benda Uji Sebelum Oven (W3) = W2-W1

= 234,5-34,95

= 200,5

Berat Benda Uji setelah Oven (W5) = W4-W1

= 230,5-34,95

= 196,5

W3−W5
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅 = 𝑋100% = 2,036
𝑊5

Benda Uji 2

Berat benda Uji Sebelum Oven (W3) = W2-W1

= 189,5-34

= 155,5

Berat Benda Uji setelah Oven (W5) = W4-W1

= 187-34

= 153

W3−W5
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅 = 𝑋100% = 1,634
𝑊5

61
7.8 Hasil Perhitungan

Tabel 7.1 Hasil Perhitungan

Pemeriksaan Benda uji (gr)

I II

Berat cawan W1 34,95 34,00

Berat cawan + benda uji W2 234,5 189,5

(sebelum dioven)

Berat benda uji W3=W2-W1 200,5 155,5

(sebelum dioven)

Berat cawan+ benda uji W4 230,5 187,0

(setelah dioven)

Berat benda uji W5=W4-W1 196,5 153

(setelah dioven)

2,036 1,634

62
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅
W3 − W5
= 𝑋100%
𝑊5

Kadar air rata-rata 1,835%

7.9 Penutup

7.9.1 Kesimpulan

agregat kasar memenuhi standart spesifikasi yaitu 1,835%. Dan standart


spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-97 adalah 0,55-2,0%
7.9.2 Saran
Untuk pengujian selanjutnya untuk alat dan tempat harap dijaga lebih bersih
lagi karena banyak alat yang kurang memadai.

63

Вам также может понравиться