Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TENTANG
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 / 1C
Puji syukur, kami ucapkan kepada Tuhan atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Hasil Laboratorium Uji Bahan Agregat tepat waktu
dan dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan laporan ini ditujukan guna memenuhi tugas
akhir dalam mata kuliah Laboratorium Uji Bahan. Laporan Hasil Laboratorium Uji Bahan
Agregat ini diambil dari berbagai sumber atau refrensi yang terkait dan disusun
sesederhana mungkin untuk dapat cepat dipahami dan dimengerti oleh mahasiswa.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penulisan laporan ini baik secara
langsung maupun tidak langsung, diantaranya :
1. Tuhan yang maha ESA.
2. Bpk. Suryadi selaku dosen pembimbing laboratorium uji bahan.
3. Bpk. Yunus dan tim selaku laboran laboratorium uji bahan.
4. Kedua orang tua yang telah mendukung dan memberikan fasilitas dan biaya
pendidikan.
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam proses uji bahan dan
penyusunan laporan sehingga selesai dengan baik
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis
berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN PASIR
1.1Latar Belakang
Berat jenis dan penyerapan merupakan hal yang sangat penting dalam
mengetahui komposisi pasir dalam beton atau mortar.Dalam hal ini pemeriksaan SSD
pasir sangat di anjurkan untuk mengetahui pasir tersebut layak di gunakan atau tidak
sebagai bahan campuran adukan beton.Berat jenis pasir perlu di ketahui untuk dapat
menghitung berat jenis gabungan agregat (pasir dan kerikil), dan penyerapan air pasir
perlu diketahui, untuk mengkoreksi (koreksi jumlah air) pada hasil perhitungan Mix
Design beton.Karena berat jenis pasir sangat mempengaruhi berat sendiri beton.
1.2.2 Menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian berat jenis dan penyerapan pasir
hitam.
Berat jenis agregat adalah rasio antara massa padat agregat dan massa air dengan
volume sama pada suhu yang sama. Sedangkan penyerapan adalah kemampuan agregat
untuk menyerap air dalam kondisi kering sampai dengan kondisi jenuh permukaan kering
(SSD = Saturated Surface Dry)
1. Agregat normal
Berat jenisnya antara 2,5 – 2,7. Biasanya berasal dari granit, basalt dan kuarsa.
2. Agregat berat
Berat jenis lebih besar dari 2,8. Misalnya magnetic ( Fe3C4 ), barites ( BaSO4 ) atau
serbuk besi.
3. Agregat ringan
Berat jenisnya kurang dari 2,5
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga
membutuhkan jumlah bahan perekat yang banyak. Nilai berat jenis yang disarankan
adalah > 2,50 dan penyerapan < 3% berat.
Agregat halus
1.5.1 Masukkan pasir hitam dalam kerucut sebanyak 3 lapis, setiap lapisnya 25 kali
tusukan
1.5.2 Tumbuk pada tiap lapisan sebanyak 8 kali ditambah 1 kali tumbuk untuk bagian
atasnya. Lalu lakukan pengujian SSD
1.5.4 Masukkan air suling sampai 90% isi piknometer dan putar sampai gelembung
hilang
1.5.5 Tambahkan air suling sampai tanda batas, timbang piknometer berisi air dan benda
uji sebagai B1
1.5.7 Isi kembali air suling sampai tanda batas kemudian timbang beratnya sebagai B3
Benda Uji
Pemeriksaan
1 2
1.7 Pembahasan
Berat benda uji B2 = Berat cawan dan benda uji kering –berat cawan
= 554 – 68,5
= 485,5 g
B2 485,5
𝐵𝐽 𝑏𝑢𝑙𝑘 = (𝐵3+500−𝐵1) = = 2,814
(679+500−1006,5)
500 500
𝐵𝐽 𝑆𝑆𝐷 = (𝐵3+500−𝐵1) = (679+500−1006,5) = 2,898
B2 485,5
𝐵𝐽 𝐴𝑃𝑃 = (𝐵3+𝐵2−𝐵1) = (679+485,5−1006,5) = 3,077
500−B2 500−485,5
Penyerapan = 100 % = = 100 %= 2,987 %
B2 485,5
Berat benda uji B2 = Berat cawan dan benda uji kering –berat cawan
= 568,5 – 74,5
= 494 g
B2 494
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,966
(679+500−1012,5)
500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (679+500−1012,5) = 3,003
B2 494
BJ APP = (B3+B2−B1) = (679+494−1012,5) = 3,077
500−𝐵2 500−494
Penyerapan = 100 % = 100 %= 1,214%
𝐵2 494
1.8 Hasil Perhitungan
1.9.1 Kesimpulan
NO Perhitungan Benda Uji Rerata
I II
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat disimpulkan :
1. 𝐵𝐽 𝑏𝑢𝑙𝑘 = 2,890
BJ APP = 3,074
𝐵𝐽 𝐽𝑃𝐾/𝑆𝑆𝐷 = 2,980
Penyerapan = 2,100 %
2. Agregat yang diuji termasuk golongan agregat tidak normal berdasarkan berat
jenisnya
3. Berat jenis yang diuji lebih dari 2,5 gr dan termasuk jenis agregat berat
1.9.2 Saran
Ketelitian dan kesesuaian dengan apa yang dosen mau dan tidak kalah
pentingnya bukti pengerjaan berupa foto-foto pelaksaanan pengujian harus di
cantumkan.
16
BAB II : PENGUJIAN KADAR AIR PASIR
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat mempengaruhi kuat tekan beton. Dalam
rancangan campuran beton kondisi agregat dalam keadaan kering permikaan atau
jenuh oleh karena itu kadar air agregat harus diperiksa sebelum dipergunakan. Jika
agregatnya tidak jenuh air , maka agregat akan menyerap air campuran beton yang
menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan mengetahui kadar air
agregat dapat ditaksir/diperhitungkan untuk penambahan maupun pengurangan air
dalam suatu campuran beton.
Kadar air yang baik dalam standar spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-
97 adalah 0,5%-2,0%. Apabila kadar air agregat melebihi atau kurang 10 dari
standart spesifikasi maka kita perlu untuk memperhitungkan nya kembali. Dengan
demikian apabila kadar air agregat tidak diperhitungkan maka akan berdampak
pada beton yang akan dihasilkan.
17
2.4 Peralatan dan Bahan
2.4.1.Peralatan pengujian
Gambar2.1 Cawan
18
2.5 Prosedur Pengujian
Gambar 2.7 Meletakkan cawan berisi Pasir Hitam ke dalam oven. Durasi
untuk oven ±24 jam.
19
5. Keluarkan benda uji dan tunggu selama ±5 menit. Timbang berat cawan + benda
uji yang telah dikeluarkan dari oven.
berat cawan W1 29 34
20
2.7 Pembahasan
I II
21
(𝑤3−𝑤5)
Kadar air = 𝑥 100% = 4,235
𝑤3
(𝑤3−𝑤5)
Kadar air = 𝑥 100% = 3,934
𝑤3
2.8 Penutup
2.8.1 Kesimpulan
Hasil yang diperoleh dari pengujian kadar air agregat kasar tidak memenuhi
standart spesifikasi yaitu 4,0845%. Standart spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-
97 adalah 0,55-2,0%.
2.8.2 Saran-saran
Untuk pengujian selanjutnya untuk alat dan tempat harap dijaga lebih bersih lagi
karena banyak alat yang kurang memadai.
22
BAB III: PENGUJIAN BERAT ISI PASIR
23
3.4 Peralatan dan Bahan
3.4.1 Peralatan Pengujian
24
3.5 Prosedur Pengujian
3.5.1 Pengujian Berat Isi dengan cara tusuk
3.5.1.1 Mengisi mould dengan pasir 1/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
Gambar 3.6 Mengisi mould dengan pasir 1/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.2 Mengisi mould dengan pasir 2/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.3 Mengisi mould dengan pasir 3/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
Gambar 3.7 Mengisi mould dengan pasir 3/3 bagian lalu tusuk-tusuk sebanyak 25x
3.5.1.4 Menimbang mould yang telah diisi pasir dengan metode tusuk
25
3.5.2 Pengujian Berat Isi dengan cara goyang
3.5.2.1 Mengisi pasir 1/3 bagian kedalam mould dan digoyang selama 25x
Gambar 3.9 Mengisi pasir 1/3 bagian kedalam mould dan digoyang selama 25x
3.5.2.2 Mengisi pasir 2/3 bagian kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x
Gambar 3.10 Mengisi pasir 2/3 bagian kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x
3.5.2.3 Mengisi pasir 3/3 bagian atau penuh kedalam mould dan digoyang sebanyak 25x
Gambar 3.11 Mengisi pasir 3/3 bagian atau penuh kedalam mould dan digoyang
sebanyak 25x
3.5.2.4 Menimbang mould yang telah diisi pasir dengan metode penggoyangan
26
3.5.3 Pengujian Berat Isi dengan cara lepas
3.5.3.1 Mengisi mould dengan pasir dan meratakan
Gambar 3.14 Penimbangan mould yang telah diisi pasir dengan metode lepas
3.6 Hasil Pengujian
3.6.1 Hasil Pengujian Berat Isi dengan cara tusuk
Tabel 3.1 Hasil Pengujian Berat Isi Tusuk
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
27
3.6.2 Hasil Pengujian Berat Isi dengan cara goyang
Tabel 3.2 Hasil Pengujuan Berat Isi goyang
Benda Uji
Pemeriksaan
I II
3.7 Pembahasan
3.7.1 Pembahasan pengujian berat isi pasir dengan cara tusuk
Benda Uji I Volume Mould = W4-W1
Berat benda Uji(W3) = W2-W1 = 6270-2222
= 6421 – 2222 = 4048
= 4196
28
W3
Berat Isi Agregat = V
4196
= 4048
= 1,037
Benda Uji 2 Volume Mould = W4-W1
Berat benda Uji(W3) = W2-W1 = 6270-2222
= 6437 – 2222 = 4048
= 4215
W3
Berat Isi Agregat = V
4215
= 4048
= 1,041
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 1,039
29
W3
Berat Isi Agregat = V
4263
= 4048
= 1,053
Benda Uji 2
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6525 – 2222
= 4303
= 1,063
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 1,058
= 0,989
Benda Uji 2
Berat benda Uji(W3) = W2-W1
= 6230 – 2222
30
= 4008
Volume Mould = W4-W1
= 6270-2222
= 4048
W3
Berat Isi Agregat = V
4008
= 4048
= 0,990
Rata-Rata Berat Isi Agregat = 0,9895
I II
= 4196 = 4215
= 4048 = 4048
31
Rata – Rata Berat Isi 1,039
I II
= 4263 = 4303
= 4048 = 4048
32
3.8.3 Berat Isi Lepas
Tabel 3.5 Hasil data perhitungan pengujian berat isi pasir dengan cara lepas
Pemeriksaan Benda Uji
I II
= 4002 = 4008
= 4048 = 4048
3.8 Penutup
3.8.1 Kesimpulan
33
Dari percobaan pengujian berat isi pasir yang telah dilakukan, diperoleh berat
isi tusuk sebesar 1,039 kg/liter, berat isi goyang sebesar 1,508 kg/liter dan berat isi
lepas sebesar 0,9895 kg/liter.
Besar kecilnya berat isi agregat terkandung pada berat butiran agregat dan
volume agregat. Semakin berat butiran agregat makasemakin besar pula berat isi
agregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding lurus dengan berat
butiran agregat sedangkan semakin besar volume agregat maka semakin kecil berat
isi sgregat dan sebaliknya. Karena berat isi agregat berbanding terbalik dengan
besarnya volume agregat.
3.8.2 Saran
Sebaiknya sebelum melakukan pengujian di laboratorium harus memeriksa
peralatan yang akan digunakan terlebih dahulu. Lalu menyiapkan bahan dan
melakukan pengujian dengan teliti dan sesuai dengan prosedur pengujian. Setelah
melakukan pengujian berat isi pasir, data dari hasil pengujian tersebut harus dicek
kembali supaya tidak terhindar dari kekeliruan dan menyimppan data dengan baik
sebagai bukti bahwa telah melakukan praktikum pengujian berat isi pasir.
34
BAB IV : PENGUJIAN GRADASI PASIR
Gradasi atau susunan butir pasir adalah perbedaan modulus butiran pasir.
Perbedaan ini akan mempengaruhi penggunaan pasir dalam campuran beton. Pasir
harus dilakukan penyaringan sesuai gradasi yang disyaratkan.
Agregat halus adalah agregat yang memiliki butiran dengan diameter terbesar
4,75mm. Modulus kehalusan adalah jumlah persen tertinggal kumulatif pada tiap-tiap
ayakan yang diameter lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan
berukuran lubang 0,15 mm, dibagi dengan 100.
4.2.4 Memperoleh distribusi besaran attau jumlah persentase butiran agregat halus.
Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukkan dalam tabel atau grafik.
35
Modulus halus butir selain untuk menjadi ukuran kehalusan butir juga dapat
untuk mencari nilai perbandingan berat antara pasir dan kerikil. Penggolongan
gradasi pasir dapat diperoleh dari grafik modulus halus butiran pasir.
Berikut tabel dan grafik gradasi yang harus dipenuhi oleh agregat halus (pasir)
berdasar SNI-03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton
Normal) dan ASTM C-33 (Standard Specification for Concrete Aggregate) :
36
4.4.2 Bahan
37
5. Susun saringan mulai dari saringan paling besar di atas hingga terkecil dibawah
dan pan paling bawah. Setelah itu masukkan pasir ke dalam saringan.
6.Tutup saringan dan tempatkan susunan saringan pada alat pengguncang. Perangkat
saringan diguncang selama 15 menit.
8. Bersihkan kembali semua peralatan yang telah digunakan dengan sikat atau kuas
hingga bersih dan kering, kembalikan peralatan ke tempat semula.
38
4.6 Hasil Pengujian
39
4.7 Pembahasan
𝟏𝟔 𝟕𝟏𝟎
1. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟓𝟓𝟑 5. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟒, 𝟓𝟑𝟒
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟏𝟖𝟑,𝟓 𝟏𝟎𝟏
2. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟔, 𝟑𝟒𝟏 6. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟑, 𝟒𝟗𝟎
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟕𝟖𝟔,𝟓 𝟏𝟗
3. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟐𝟕, 𝟏𝟕𝟕 7. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟎, 𝟔𝟓𝟕
𝟐𝟖𝟗𝟒 𝟐𝟖𝟗𝟒
𝟏𝟎𝟕𝟖
4. 𝒙 𝟏𝟎𝟎 = 𝟑𝟕, 𝟑𝟒𝟗
𝟐𝟖𝟗𝟒
1. 100-0,553 = 99,447
2. 99,447 - 6,341 = 93,106
3. 93,106 – 27,177 = 65,930
4. 65,930 – 37,249 = 28,680
5. 28,680 – 24,534 = 4,147
40
6. 4,147 – 3,490 = 0,657
7. 0,657 – 0, 657 = 0
41
4.8 Penutup
4.8.1 Kesimpulan
42
BAB V: PENGUJIAN KADAR ORGANIK PASIR
5.1 Latar Belakang
Kadar organik adalah bahan-bahan yang terdapat didalam pasir dan
menimbulkan efek kerugian terhadap suatu mortar atau beton. Pemeriksaan zat
organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik
dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan
organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.
5.2 Tujuan Pengujian
Dapat menentukan kandungan bahan organik dalam agregat halus,
menjelaskan prosedur pelaksanaan pengujian kadar organik agregat halus, dan
menggunakan peralatan dengan terampil.
5.3 Dasar Teori
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir alam
sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu. Sebagai salah satu
komponen beton, agregat halus yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat
tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak mengandung bahan organik.
Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan humus umumnya banyak
tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan organik ini berpengaruh negatif
pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat lain
bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga proses
pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi.
43
5.4 Peralatan dan Bahan
5.4.1 Peralatan Pengujian
44
5.5.3 Isikan pasir ke botol
5.5.4 Mengukur cairan NaOH sebanyak 125 ml, lalu tambahkan ke botol
45
5.6 Hasil Pengujian
Tabel 5.1 Hasil pengujian kadar organik.
Pengukuran
I II
5.7 Pembahasan
Rata-rata benda uji 1 (h) = (hI+hII+hIII+hIV)/4
= (0,25+0,50+0,10+0,25)/4
= 1,1/4
= 0,275
46
Rata-rata benda uji 2 (h) = (hI+hII+hIII+hIV)/4
= (0,50+0,10+0,15+0,15)/4
= 0,9/4
= 0,225
5.8 Hasil Perhitungan
Tabel 5.1 Hasil pengujian kadar organik.
Pengukuran
5.9 Penutup
5.9.1 Kesimpulan
Setelah ±24 jam warna pada larutan sama dengan warna tingkat 1 pada Standar
Color Tester, sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat halus mempunyai kandungan
organic yang rendah dan aman untuk digunakan sebagai material bangunan.
47
5.9.2 Saran-saran
Pengujian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kadar organik pada setiap
agregat halus yang digunakan untuk sebuah kontruksi karena jika salah maka akan
berpengaruh besar pada pembangunan betonnya
48
BAB VI : PENGUJIAN BERAT JENIS DAN PENYERAPAN KERIKIL
Berat jenis dan penyerapan merupakan hal yang sangat penting dalam
mengetahui komposisi pasir dalam beton atau mortar.Dalam hal ini pemeriksaan
SSD kerikil sangat di anjurkan untuk mengetahui pasir tersebut layak di gunakan
atau tidak sebagai bahan campuran adukan beton.Berat jenis pasir perlu di ketahui
untuk dapat menghitung berat jenis gabungan agregat (pasir dan kerikil), dan
penyerapan air pasir perlu diketahui, untuk mengkoreksi (koreksi jumlah air) pada
hasil perhitungan Mix Design beton.Karena berat jenis pasir sangat mempengaruhi
berat sendiri beton.
Agregat adalah material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang
dipakai bersama-sama dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton
semen hidraulik atau adukan, menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan
butir-butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam
maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil
49
(fragmen-fragmen) yang berfungsi sebagai bahan campuran atau pengisi dari suatu
beton. Adapun klasifikasi Agregat sebagai berikut :
1. Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur
mempunyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
2. Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi _alami_ bantuan atau
pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
3. Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantuan atau
berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai
ukuran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran
butiran butiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36
mm)
4. Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75%
lolos saringan no. 30 (0,06 mm)
Agregat dengan berat jenis kecil mempunyai volume yang besar sehingga
membutuhkan jumlah bahan perekat yang banyak. Nilai berat jenis yang disarankan
adalah > 2,50 dan penyerapan < 3% berat. Untuk penyerapan agregat hanya
dilakukan pada agregat kasar karena nilai berat jenis agregat kasar dan halus tidak
jauh berbeda. Berat jenis agregat adalah perbandingan antara volume agregat dan
berat volume air.
2. Berat jenis kering permukaan jenuh (saturated suturated surface dry spesifific
gravity).
50
3. Berat jenis semu (apparent spesific gravity)
4. Penyerapan (absorpsi)
Agregat Kasar
6.4.1 Alat
51
Gambar 6.3 Oven
6.4.2 Bahan
6.5.2 Keluarkan benda uji dari perendaman, lalu lap dengan kain sampai kering
52
6.5.3 Timbang kerikil kering sebanyak 500 gr
6.5.4 Masukkan benda uji dalam gelas ukur, tambahkan air suling hingga batas
kemudian timbang sebagai B1
6.5.5 Keluarkan benda uji dan keringkan, kemudian timbang sebagai B2. Isi kembali
piknometer dengan air suling pada tanda batas kemudian timbang sebagai B3
53
6.6 Hasil Pengujian
1 2
Berat Cawan A 40 70
6.7 Pembahasan
Berat benda uji (B2) = Berat cawan dan kerikil (kering) – Berat cawan
= 532.5 – 40 = 492.5 g
B2 492,5
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,676
(1198,5+500−1514,5)
500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (1198,5+500−1514,5) = 2,717
54
B2 492,5
BJ APP = (B3+B2−B1) = (1198,5+492,5−1514,5) = 2,790
500−B2 500−492,5
Penyerapan = B2
100 % = 492,5
100 % = 1,532 %
Berat benda uji (B2) = cawan + kerikil (sudah oven) - berat cawan
= 560 – 70 = 490 gr
B2 490
BJ bulk = (B3+500−B1) = = 2,649
(1198,5+500−1513,5)
500 500
BJ SSD = (B3+500−B1) = (1198,5+500−1513) = 2,898
B2 490
BJ APP = (B3+B2−B1) = (1198,5+490−1153,5) = 2,800
500−B2 500−490
Penyerapan = B2
100 % = 490
100 % = 2,041 %
55
6.8 Hasil Perhitungan
Benda Uji
NO Perhitungan Rerata
I II
56
6.9 Penutup
6.9.1 Kesimpulan
Dari hasil pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Penyerapan = 0,0565 %
2. Berta jenis yang diisyaratkan adalah kurang dari 2,5 gr dan nilai penyerapan
kecil dari 3%.
3. Agregat kasar yang diuji termasuk golongan agregat normal berdasarkan berat
jenisnya.
6.9.2 Saran
Saran-saran yang bisa di pakai dalam penyelesaian laporan serta saat melakukan
pengujian. Yang pertama dalam melakukan pengujian berat jenis dan penyerapan
kerikil hal yang harus di perhatikan adalah waktu dan ketelitian,karna waktu atau
lama perendaman sangatlah berpengaruh,dan ketelitian sangat penting agar tidak
mengulang pengujian ini.
57
BAB VII : PENGUJIAN KADAR AIR KERIKIL
Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat air yang dikandung agregat
dengan berat agregat keadaan kering. Jumlah air yang terkandung di dalam agregat
perlu diketahui, karena akan mempengaruhi jumlah air yang diperlukan didalam
campuran beton. Agregat yang basah (banyak mengandung air), akan membuat
campuran juga lebih basah dan sebaliknya.
Kadar air yang dikandung agregat dapat mempengaruhi kuat tekan beton atau
dengan kata lain faktor air semen (fas) dapat mempengaruhi kuat tekan beton.
Dalam rancangan campuran beton kondisi agregat dalam keadaan kering permikaan
atau jenuh oleh karena itu kadar air agregat harus diperiksa sebelum dipergunakan.
Jika agregatnya tidak jenuh air , maka agregat akan menyerap air campuran beton
yang menyebabkan kurangnya air untuk proses pengerasan. Dengan mengetahui
kadar air agregat dapat ditaksir/diperhitungkan untuk penambahan maupun
pengurangan air dalam suatu campuran beton.
Kadar air yang baik dalam standar spesifikasi kadar air dalam ASTM C 555-97
adalah 0,5%-2,0%. Apabila kadar air agregat melebihi atau kurang dari standart
spesifikasi maka kita perlu untuk memperhitungkannya kembali. Dengan demikian
apabila kadar air agregat tidak diperhitungkan maka akan berdampak pada beton
yang akan dihasilkan
58
7.4 Peralatan dan Bahan
59
3. Meletakkan cawan berisi kerikil ke dalam oven. Durasi untuk oven ±24 jam.
4. Mengambil kerikil yang telah di oven selama ±24 jam dan menimbang beratnya.
60
7.7 Pembahasan
Benda Uji 1
= 234,5-34,95
= 200,5
= 230,5-34,95
= 196,5
W3−W5
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅 = 𝑋100% = 2,036
𝑊5
Benda Uji 2
= 189,5-34
= 155,5
= 187-34
= 153
W3−W5
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅 = 𝑋100% = 1,634
𝑊5
61
7.8 Hasil Perhitungan
I II
(sebelum dioven)
(sebelum dioven)
(setelah dioven)
(setelah dioven)
2,036 1,634
62
𝐾𝐴𝐷𝐴𝑅 𝐴𝐼𝑅
W3 − W5
= 𝑋100%
𝑊5
7.9 Penutup
7.9.1 Kesimpulan
63