Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945 dan pasal 28 H
Amandemen UUD 1945, bahwa rumah adalah salah satu hak dasar rakyat dan oleh
karena itu setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Selain itu, rumah juga merupakan kebutuhan
dasar manusia dalam meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan dan
penghidupan, serta sebagai pencerminan diri pribadi dalam upaya peningkatan taraf
hidup, serta pembentukan watak, karakter dan kepribadian bangsa. Hal inilah yang
menjadi dasar pokok pembangunan perumahan, termasuk perumahan di kawasan
pesisir.

Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir merupakan bagian


penting dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan dan meningkatkan
kesejahteraan bangsa Indonesia serta masyarakat pesisir pada khususnya. Kawasan
pesisir memiliki potensi yang besar dan merupakan faktor penting yang dapat
meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negara-negara maju maupun berkembang,
aktivitas perekonomian di wilayah pesisir sangat dominan dan diikuti dengan
pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada sektor
perumahan dan permukiman. Namun sayangnya masih banyak daerah perumahan dan
permukiman penduduk yang berada pada wilayah pesisir di Indonesia memiliki
kondisi yang tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni.
Untuk itulah perlu dilakukan identikasi karakteristik perumahan di kawasan pesisir
guna dikenali tentang ciri-cirinya dan permasalahan yang ditimbulkan, dalam hal ini
akan dilakukan studi kasus di kota Lhokseumawe, khususnya di Kampung Jawa Lama
Bagian Pesisir. Materi yang akan dibahas mengenai lokasi, masa bangunan,
penampilan bangunan, struktur, bahan bangunan, dan fasilitas lingkungan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Arsitektur Desa dan pesisir ?

1
2. Bagaimana Arsitektur Desa dan Pesisir yang ada di Kampung jawa Lama,
Kota Lhokseumawe ?
3. Apa Saja Permasalahan Yang Ada di Daerah Pesisir kampung Jawa Lama,
Kota Lhokseumawe ?

1.3 Maksud Dan Tujuan Penulisan


1. Memahami dan Mengetahui Pengertian Arsitektur Desa dan Pesisir
2. Memahami dan Mengetahui Bagaimana Arsitektur Pesisir yang ada di
Kampung Jawa Lama Kota Lhikseumawe
3. Mampu Mencari Solusi dari Permasalahan yang Ada di Kampung Jawa Lama,
Kota Lhokseumawe yang berkaitan dengan Arsitektur Desa dan Pesisir

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Desa

Desa berasal dari bahasa Sansekerta “Dhesi” yang berarti “tanah kelahiran”.
Desa identik dengan kehidupan agraris dan kesederhanaannya. Ada beberapa istilah
desa, misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari (Padang), wanus
(Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( KBBI ) pengertian desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh
sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh
seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.

2.2 Pengertian Pesisir

Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan


lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air
maupun yang tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti
pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Sementara batas kearah lautan adalah
daerah yang terpengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sendimentasi
dan mengalirnya air tawar kelaut serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan. Kawasan pesisir pada dasarnya merupakan
batasan (Interface) antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan
dipengaruhi satu sama lainnya baik secara bio-geofisik maupun social-ekonomi yang
menyediakan barang dan jasa (Goods and services) bagi komunitas pesisir dan
pemanfaat lainnya (Beneficiaries).

Dengan demikian kawasan pesisir dapat diartikan sebagai kawasan peralihan


ekosistem darat dan laut yang saling mempengeruhi dimana kearah 12 mil dari garis
pantai untuk provinsi dan sepertiga dari wilayah laut untuk kabupaten kota dan ke
arah darat batas administrasi kabupaten/kota dengan karakteristik kearah darat dapat
meliputi wilayah daratan baik kering mapun terendam air yang masih mendapat
pengaruh sifat-sifat laut. Sementara ke arah laut perairan pesisir mencakup wilayah

3
terluar dari wilayah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alamiah yang terjadi berasal dari darat. Adanya kondisi seperti ini sangat
mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam
pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah
pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya
ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.

Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir
memiliki dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai
(longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore). Belum ada
ukuran baku mengenai batas ke arah darat dan ke arah laut dari wilayah pesisir.
Namun, berdasarkan ukuran yang telah diimplementasikan dalam pengelolaan
wilayah pesisir di beberapa negara, dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrater
dari rata-rata pasang tinggi (Mean Hight Tide), dan batas ke arah laut umumnya
adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi

2. Untuk kepentingan pengelolan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir
dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan
(planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau
pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan
sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan
manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata
(significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas
wilayah pesisir ke arah darat utuk kepentingan perencanaan (planning zone)
dapat sangat jauh ke arah hulu. Jika suatu program pegelolaan wilayah pesisir
menetapkan dua batasan wilayah pengelolaannya (wilayah perencanaan dan
wilayah pengaturan), maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada
wilayah pengaturan.Dalam pengelolaan wilayah sehari-hari, pemerintah (pihak
pengelola) memilki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin
kegiatan pembangunan. Sementara itu, kewenangan semacam ini di luar batas
wilayah pengaturan (regulation zone) sehingga menjadi tanggung jawab

4
bersama antara instansi pengelolaan wilayah pesisir dalamregulation zone
dengan instansi yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.

3. Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah. Contohnya negara
bagian California yang pada tahun 1972 menetapkan batas wilayah pesisirnya
sejauh 1.000 meter dari garsi rata-rata pasang tinggi, kemudian sejak 1977 batas
tersebut menjadi batas arbitrater yang bergantung pada isu pengelolaan.

2.3 Teori Budaya Pesisir

Masyarakat kota Pesisir yang sangat terbuka akan memberikan implikasi pada
terbentuknya budaya baru melalui proses akulturasi budaya, budaya-budaya
pendatang yang masuk di kawasan kota Pesisir pada akhirnya akan membentuk
budaya baru, yang dikenal dengan budaya Pesisir. Budaya kota Pesisir merupakan
wujud dari pola tata laku dan struktur sosial masyarakat pesisir yang pada akhirnya
juga akan membentuk arsitektur kota Pesisir. Arsitektur kota pesisir memiliki
karakteristik spesifik dengan berbagai ragam bentuk paduan dari wujud percampuran
budaya pendatang (Cina, Arab dan Belanda) dan budaya Jawa (Pesisir). Budaya
dalam konteks peradaban Pesisir (peradaban daerah pantai) merupakan gambaran
adanya aneka ragam budaya yang memiliki prinsip interaksi dinamis atau pergerakan
dan kreasi aktif heterogenitas dengan adanya kemiripan kultural tentang gambaran
mata rantai perdagangan, pergaulan sosial, hubungan politik serta interaksi
kesusasteraan dan kesenian (vickers, 2009).

2.4 Karakteristik Kawasan Pesisir

2.4.1 Pesisir Indonesia

Pesisir dan laut Indonesia dikenal sebagai negara perairan terluas yaitu
wilayah laut teritorial seluas 5,7 juta km persegi, dan ditambah luas lautan dari
kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mencapai 2,7 juta km persegi, serta
memiliki banyak pulau. Selain itu, juga merupakan pusat keanekaragaman hayati laut
tropis terkaya di dunia. Ini disebabkan hampir 30 persen hutan bakau dan 30 persen
terumbu karang hidup di perairan Indonesia. Indonesia juga terkenal dengan
banyaknya pulau yang dimiliki. Hingga kini tercatat ada 17.508 pulau dengan garis

5
pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, maka
banyak orang Indonesia memilih bermukim di daerah pesisir. Hingga kini tercatat 140
juta atau sekitar 60 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah tersebut. Hampir
60 persen penduduk Indonesia hidup di pesisir lautan. Bermukim di antara mangrove,
padang lamun dan terumbu karang. Bahkan di pesisir utara Jawa, ada 600.000 nelayan
yang menggantungkan hidupnya dari laut di sekitar tempat tersebut.

Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir merupakan


bagian penting dalam menunjang pembangunan kawasan pesisir yang berkelanjutan,
dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia, serta masyarakat pesisir pada
khususnya. Kawasan pesisir memiliki potensi yang besar dan merupakan faktor
penting yang dapat meningkatkan perekonomian bangsa. Pada negara-negara maju
maupun berkembang, aktivitas perkonomian di wilayah pesisir sangat dominan dan
diikuti dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Hal ini berdampak langsung pada
sektor perumahan dan permukiman. Di Indonesia masih banyak daerah perumahan
dan permukiman penduduk yang berada pada wilayah pesisir memiliki kondisi yang
tidak tertata dengan baik, terlampau padat, kumuh dan tidak layak huni.

2.4.2 Pengembangan Kawasan Pesisir

Pengembangan perumahan dan permukiman di kawasan pesisir sebagai


bagian dari kawasan kota tepi air tidak dapat terlepas dari pengembangan kawasan
kota tepi air. Kawasan kota tepi air di Indonesia merupakan salah satu kawasan yang
potensial untuk dikembangkan. Dibandingkan dengan kawasan kota tepi sungai atau
danau, kawasan kota pantai/tepi laut mempunyai lebih banyak potensi untuk
dikembangkan, terutama berkaitan dengan aspek fungsi dan aksesibilitas.
Pengembangan kota tepi air di Indonesia merupakan pokok masalah yang potensial
ditangani secara lebih seksama, karena Indonesia memiliki garis pantai terpanjang di
dunia dan berdasarkan PP 47/97 (Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional) terdapat
516 kota andalan di Indonesia dengan 216 kota diantaranya merupakan kota tepi air
yang berada di tepi laut (pantai), sungai atau danau. Pengembangan kawasan kota tepi
pantai dapat diarahkan pada pengembangan fungsi pariwisata, perekonomian, budaya,
pendidikan, industri, pergudangan dan hankam. Akan tetapi dalam pengembangannya,
perlu mengidentifikasi secara spesifik karakteristik fisik lingkungan beserta kegiatan

6
yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan tersebut. Kawasan ini pada
dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang telah
berabad-abad, bahkan perkembangan beberapa kota di antaranya diawali oleh
keberadaan permukiman ini.

Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini menjadi tempat yang
menarik untuk Permukiman dan berbagai kegiatan lain karena berbagai alasan. Akan
tetapi, pengembangan kawasan ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat
setempat, sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan
pemanfaatan lahan. Kota pantai/tepi laut sebagai salah satu bentuk kota tepi air pada
dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama
berabad-abad telah menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional. Pada
perkembangan selanjutnya kawasan ini menjadi tempat yang menarik untuk
permukiman. Gejala tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan, antara lain: -
Merupakan kawasan alternatif permukiman kota bagi kaum urbanis miskin. -
Merupakan peluang bagi kemudahan transportasi. - Menjadi pintu gerbang alami
untuk perdagangan antar tempat yang terpisahkan oleh laut. Kondisi tersebut
menyebabkan tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan kota pantai
cenderung tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomis daripada
kota-kota di wilayah lain. Namun karena pesatnya perkembangan transportasi darat
dan pusat-pusat kegiatan baru di luar kawasan tepi air, maka kawasan kota tepi air
mulai kehilangan keunggulannya. Sebagian besar pemanfaatan ruang kawasannya
hanya digunakan untuk kegiatan pelabuhan, pergudangan dan perikanan. Dengan
adanya berbagai kepentingan yang berbeda, pengembangan kota tepi air dapat
mengakibatkan terjadinya konflik/friksi, antara lain :

o Kepentingan antar institusi pemerintah, baik pusat, daerah maupun pengelola


pelabuhan.
o Antara kepentingan komersial dan sosial.
o Antara kepentingan publik dan individu.

2.4.3 Kedudukan Kawasan Pesisir (Kota Pantai)

7
Kedudukan Kawasan Pesisir (Kota Pantai) merupakan kawasan yang
menunjukkan bahwa : - Batasan kawasan pesisir (kota pantai) tidak hanya mencakup
bagian kota di darat dan berhadapan dengan laut saja, tetapi juga mencakup bagian
yang berada di atas air. Bahkan perkembangan beberapa kota diawali oleh keberadaan
permukiman di atas air ini. - Orientasi kegiatan kota pantai berbasis darat dan laut,
seperti perdagangan, pelabuhan dan transportasi, perikanan, serta permukiman.
Kedudukan kawasan pesisir (kota pantai) merupakan bagian tak terpisahkan (integral)
dari beberapa kawasan lain di kota induknya, seperti: kawasan perdagangan,
permukiman, wisata, transportasi, dan kawasan pertahanan keamanan.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Profil Kampung Jawa Lama

Kampung Jawa Lama merupakan sebuah desa yang terletak pinggiran pesisir
kota Lhokseumawe, lebih tepatnya berada di Kecamatan Banda Sakti, Kota
Lhokseumawe, Aceh. Desa ini terdiri dari bagian beberapa dusun yang di golongkan
menjadi 2 tipe pemukiman yaitu pemukiman yang terletak di bagian daratan dan yang
terdapat di bagian pesisir. Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 60.81 Ha yang
terbagi menjadi 7 dusun. ( Pembagian nama dusun dan luas masing-masing dusun
dapat dilihat di tabel 3.1.1 )

Tabel 3.1.1

Dusun Luas Dusun ( Ha


)

Dusun Muthadahuddin 10.39

Dusun Blok Haminte 19.27

Dusun Cemara Hijau 3.67

Dusun Tgk Chik Ditunong 4.42

Dusun Syuhada 10.39

Dusun Ali Sarjani 6.66

Dusun Neoriman 6.01

Sumber : Baseline KOTAKU dan Profil Gampong KOTAKU

3.2 Karakteristik Perumahan di Kampung Jawa Lama

Bangunan yang terletak di darat di tata mengikuti bentuk pola badan jalan,
pada lingkungan Dusun Blok Haminte pola bangunan berbentuk linear dan

9
menghadap badan jalan. Sedangkan bangunan yang berada di sisi laut menutupi
pandangan ke arah laut. ( Gambar 3.2.1 )

Gambar 3.2.1 Denah pola pemukiman kampung Jawa lama

3.3 Penampilan Bangunan

Penampilan bangunan terdiri dari 2 (dua) macam, yaitu :

a. Bangunan langsung berdiri diatas tanah, bangunan ini umumnya berada di


darat/tepi badan jalan raya. ( Gambar 3.3.1 )
b. Bangunan panggung, berada di pinggiran pantai/pesisir. Karena kondisi air
laut yang sering naik ke daratan saat kondisi air lauat sedang pasang.
Sehingga bangunan panggung/rumah panggung banyak digunakan di
daerah pinggiran pantai/pesisir di kampung jawa lama ini. ( Gambar 3.3.2)

Gambar 3.3.1 Rumah langsung berdiri di atas tanah, yang berada di darat.

10
Gambar 3.3.2 Rumah Panggung yang berdiri di tanah berpasir. Kondisi air laut surut.

3.4 Struktur dan Bahan Bangunan

Struktur bangunan terdiri dari :

3.4.1 struktur bawah/pondasi

Bangunan yang berada yang di darat/ pinggiran jalan raya menggunan pondasi
menerus batu kali, sedangkan yang berada di bagian pesisir menggunakan pondasi
tiang kayu.

3.4.2 Struktur Atas

Dibuat dari rangka kuda-kuda berbahan kayu.

3.4.3 Dinding

Dinding di buat dari bahan kayu untuk perumahan yang berada di daerah
pesisir, sedangkan di daerah darat menggunakan dinding dari bahan batu bata dan
plesteran beton.

3.4.4 Lantai

Bangunan di daerah darat menggunakan material lantai yang terbuat dari semen,
beton, keramik. Sedangkan untuk didaerah pesisir menggunakan bahan kayu/bambu.

11
Gambar 3.4.1 bangunan dibagian darat/ pinggir jalan Gambar 3.4.2 bagian/ rumah yang berada di bagian
raya. Yang menggunakan struktur pondasi menerus batu pesisir mengguanakan struktur berbahan dasar kayu
kali. dan Dinding pasangan batu bata. mulai dari pondasi, struktur atas, dan dinding kayu.

3.5 Penahan Gelombang

Penahan gelombang di kampung jawa lama berupa dermaga yang juga difungsikan
untuk para nelayan bongkar muat dari perahu. Juga berupa dinding yang dibuat dari pasangan
batu besar

Gambar 3.5.1 Penaha gelombang dari susunan batu. Gambar 3.5.2 Dermaga untuk para nelayan bongkar muat.

12
3.6 Permasalahan yang ada di bagian pesisir kampung jawa lama

Ada beberapa permasalahan yang terdapat di kampong Jawa Lama diantaranya yaitu :

 Padatnya jumlah rumah tinggal didesa tersebut disetiap dusunnya, di area


pesisir rumah warga hamper tidak memiliki area kosong untuk lahan hijau, di
daerah perkotaan juga demikian, jarak antar rumah tidak sampai 2m.
 Terbatasnya lahan hijau ttersebut memicu permasalahan lainnya seperti pada
daerah pesisirnya Karena kepadatan rumah tersebut membuat dusun tersebut
terlihat kumuh. Kurangnya kesadaran masyarakatnya dalam menjaga
kebersihan, sehingga sampah-sampah rumah tanggga dibuang begitu saja
kepinggiran pantai / laut.
 Permasalahan lainnya seperti drainase yang tidak difungsikan sebagai mana
mestinya, tumbukan sampah banyak terdapat didalam aliran drainase tersebut
membuat air hujan tergenang di badan jalan jika hujan lebat tidak berhenti
selama beberapa jam.
 Bangunan / rumah penduduk di bagian pesisir yang bisa dikatakan kurang
layak dihuni karena bahan sruktur yang digunakan bukan lah menggunakan
bahan yang kuat, di khawatirkan saat air pasang naik dapat merendam
kediaman warga, dan saat terjadi badai angin laut dinding kayu yang
digunakan pada bangunan tersebut tidak bisa melindungi penghuni bangunan
tersebut.

13
Gambar 3.6.1 Beberapa permasalahan yang terdapat di bagian pesisir kampung Jawa Lama

3.7 Saran dan Solusi

Adapun beberapa saran dan solusi yang bisa diterapkan di daerah pesisir kampung
jawa lama antara lain sebagai berikut :

 Solusi dari permasalahan yang ada di kampong Jawa Lama adalah seperti
meningkatkan kesadaran masyarakatnya pada kebersihan sehingga dusun
kumuh didaerah pesisir kampong jawa lama tersebut bisa diatasi, dan
pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti drainase, dll.
 Mengganti material struktur rumah atau bangunan yang terdapat di bagian
pesisir kampung jawa lama dengan material yang lebih kuat lagi agar
bangunan/ rumah tersebut dapat bertahan lama dari cuaca atau iklim yang ada
dilingkungan tersebut.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Wilayah pesisir diartikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan


lautan yaitu batas kearah daratan meliputi wilayah-wilayah yang tergenang air
maupun yang tidak tergenang air yang masih terpengaruh oleh proses laut seperti
pasang surut, angin laut, dan intrusi garam. Pengembangan perumahan dan
permukiman di kawasan pesisir merupakan bagian penting dalam menunjang
pembangunan kawasan pesisir yang berkelanjutan, dan meningkatkan kesejahteraan
bangsa Indonesia, serta masyarakat pesisir pada khususnya.

Kampung Jawa Lama merupakan daerah pesisir yang kota lhokseumawe yang berada
dekat dengan pusat kota, lokasi nya yang strategis seharusnya bisa menjadi slah satu
icon kota ini. Namun kurang baik nya pengelolaan tentang bangunan disekitar
lingkungan ini mulai dari pembangunan rumah, fasilitas umu yang kurang memadai,
dll. Menjadikan lingkungan ini menjadi salah satu dusun kumuh yang ada di kota
lhokseumawe. Struktur bangunan yang digunakan pada bangunan di lingkungan ini
masih banyak yang menggunakan struktur kayu, namun sebagian besar ada juga yang
menggunakan struktur beton bertulang.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://hedisasrawan.blogspot.com/2016/01/pengertian-desa-artikel-lengkap.html. ( di
akses pada 25 juni 2018 )

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/32310/Chapter%20II.pdf;jsess
ionid=4245CE20EAD35757924F48B1149DCB06?sequence=4. . ( di akses pada 25
juni 2018 )

http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/04/pengertian-definisi-wilayah-
pesisir.html. ( di akses pada 25 juni 2018 )

16

Вам также может понравиться