Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1
2. Bagaimana Arsitektur Desa dan Pesisir yang ada di Kampung jawa Lama,
Kota Lhokseumawe ?
3. Apa Saja Permasalahan Yang Ada di Daerah Pesisir kampung Jawa Lama,
Kota Lhokseumawe ?
2
BAB II
KAJIAN TEORI
Desa berasal dari bahasa Sansekerta “Dhesi” yang berarti “tanah kelahiran”.
Desa identik dengan kehidupan agraris dan kesederhanaannya. Ada beberapa istilah
desa, misalnya gampong (Aceh), kampung (Sunda), nagari (Padang), wanus
(Sulawesi Utara), dan huta (Batak). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( KBBI ) pengertian desa adalah kesatuan wilayah yang dihuni oleh
sejumlah keluarga yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh
seorang Kepala Desa) atau desa merupakan kelompok rumah di luar kota yang
merupakan kesatuan.
3
terluar dari wilayah paparan benua yang masih dipengaruhi oleh proses-proses
alamiah yang terjadi berasal dari darat. Adanya kondisi seperti ini sangat
mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam
pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah
pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya
ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat.
Apabila ditinjau dari garis pantai (coastline), maka suatu wilayah pesisir
memiliki dua macam batas (boundaries) yaitu batas yang sejajar garis pantai
(longshore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (crossshore). Belum ada
ukuran baku mengenai batas ke arah darat dan ke arah laut dari wilayah pesisir.
Namun, berdasarkan ukuran yang telah diimplementasikan dalam pengelolaan
wilayah pesisir di beberapa negara, dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Batas wilayah pesisir ke arah darat pada umumnya adalah jarak secara arbitrater
dari rata-rata pasang tinggi (Mean Hight Tide), dan batas ke arah laut umumnya
adalah sesuai dengan batas jurisdiksi propinsi
2. Untuk kepentingan pengelolan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir
dapat ditetapkan sebanyak dua macam, yaitu batas untuk wilayah perencanaan
(planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau
pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan
sebaiknya meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan
manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata
(significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir. Oleh karena itu, batas
wilayah pesisir ke arah darat utuk kepentingan perencanaan (planning zone)
dapat sangat jauh ke arah hulu. Jika suatu program pegelolaan wilayah pesisir
menetapkan dua batasan wilayah pengelolaannya (wilayah perencanaan dan
wilayah pengaturan), maka wilayah perencanaan selalu lebih luas daripada
wilayah pengaturan.Dalam pengelolaan wilayah sehari-hari, pemerintah (pihak
pengelola) memilki kewenangan penuh untuk mengeluarkan atau menolak izin
kegiatan pembangunan. Sementara itu, kewenangan semacam ini di luar batas
wilayah pengaturan (regulation zone) sehingga menjadi tanggung jawab
4
bersama antara instansi pengelolaan wilayah pesisir dalamregulation zone
dengan instansi yang mengelola daerah hulu atau laut lepas.
3. Batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat berubah. Contohnya negara
bagian California yang pada tahun 1972 menetapkan batas wilayah pesisirnya
sejauh 1.000 meter dari garsi rata-rata pasang tinggi, kemudian sejak 1977 batas
tersebut menjadi batas arbitrater yang bergantung pada isu pengelolaan.
Masyarakat kota Pesisir yang sangat terbuka akan memberikan implikasi pada
terbentuknya budaya baru melalui proses akulturasi budaya, budaya-budaya
pendatang yang masuk di kawasan kota Pesisir pada akhirnya akan membentuk
budaya baru, yang dikenal dengan budaya Pesisir. Budaya kota Pesisir merupakan
wujud dari pola tata laku dan struktur sosial masyarakat pesisir yang pada akhirnya
juga akan membentuk arsitektur kota Pesisir. Arsitektur kota pesisir memiliki
karakteristik spesifik dengan berbagai ragam bentuk paduan dari wujud percampuran
budaya pendatang (Cina, Arab dan Belanda) dan budaya Jawa (Pesisir). Budaya
dalam konteks peradaban Pesisir (peradaban daerah pantai) merupakan gambaran
adanya aneka ragam budaya yang memiliki prinsip interaksi dinamis atau pergerakan
dan kreasi aktif heterogenitas dengan adanya kemiripan kultural tentang gambaran
mata rantai perdagangan, pergaulan sosial, hubungan politik serta interaksi
kesusasteraan dan kesenian (vickers, 2009).
Pesisir dan laut Indonesia dikenal sebagai negara perairan terluas yaitu
wilayah laut teritorial seluas 5,7 juta km persegi, dan ditambah luas lautan dari
kesepakatan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang mencapai 2,7 juta km persegi, serta
memiliki banyak pulau. Selain itu, juga merupakan pusat keanekaragaman hayati laut
tropis terkaya di dunia. Ini disebabkan hampir 30 persen hutan bakau dan 30 persen
terumbu karang hidup di perairan Indonesia. Indonesia juga terkenal dengan
banyaknya pulau yang dimiliki. Hingga kini tercatat ada 17.508 pulau dengan garis
5
pantai sepanjang kurang lebih 81.000 km. Dengan garis pantai sepanjang itu, maka
banyak orang Indonesia memilih bermukim di daerah pesisir. Hingga kini tercatat 140
juta atau sekitar 60 persen penduduk Indonesia tinggal di wilayah tersebut. Hampir
60 persen penduduk Indonesia hidup di pesisir lautan. Bermukim di antara mangrove,
padang lamun dan terumbu karang. Bahkan di pesisir utara Jawa, ada 600.000 nelayan
yang menggantungkan hidupnya dari laut di sekitar tempat tersebut.
6
yang sedang dan akan dikembangkan di kawasan tersebut. Kawasan ini pada
dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang telah
berabad-abad, bahkan perkembangan beberapa kota di antaranya diawali oleh
keberadaan permukiman ini.
Pada perkembangan selanjutnya kawasan tepi air ini menjadi tempat yang
menarik untuk Permukiman dan berbagai kegiatan lain karena berbagai alasan. Akan
tetapi, pengembangan kawasan ini sering mengabaikan keberadaan masyarakat
setempat, sehingga pada akhirnya harus menanggung beban akibat perubahan
pemanfaatan lahan. Kota pantai/tepi laut sebagai salah satu bentuk kota tepi air pada
dasarnya berakar pada faktor-faktor geografi dan sejarah nusantara yang selama
berabad-abad telah menjadi bagian dari jalur perdagangan internasional. Pada
perkembangan selanjutnya kawasan ini menjadi tempat yang menarik untuk
permukiman. Gejala tersebut dapat terjadi karena berbagai alasan, antara lain: -
Merupakan kawasan alternatif permukiman kota bagi kaum urbanis miskin. -
Merupakan peluang bagi kemudahan transportasi. - Menjadi pintu gerbang alami
untuk perdagangan antar tempat yang terpisahkan oleh laut. Kondisi tersebut
menyebabkan tingginya laju pertumbuhan perkotaan, dimana kawasan kota pantai
cenderung tumbuh lebih cepat, baik secara demografis maupun ekonomis daripada
kota-kota di wilayah lain. Namun karena pesatnya perkembangan transportasi darat
dan pusat-pusat kegiatan baru di luar kawasan tepi air, maka kawasan kota tepi air
mulai kehilangan keunggulannya. Sebagian besar pemanfaatan ruang kawasannya
hanya digunakan untuk kegiatan pelabuhan, pergudangan dan perikanan. Dengan
adanya berbagai kepentingan yang berbeda, pengembangan kota tepi air dapat
mengakibatkan terjadinya konflik/friksi, antara lain :
7
Kedudukan Kawasan Pesisir (Kota Pantai) merupakan kawasan yang
menunjukkan bahwa : - Batasan kawasan pesisir (kota pantai) tidak hanya mencakup
bagian kota di darat dan berhadapan dengan laut saja, tetapi juga mencakup bagian
yang berada di atas air. Bahkan perkembangan beberapa kota diawali oleh keberadaan
permukiman di atas air ini. - Orientasi kegiatan kota pantai berbasis darat dan laut,
seperti perdagangan, pelabuhan dan transportasi, perikanan, serta permukiman.
Kedudukan kawasan pesisir (kota pantai) merupakan bagian tak terpisahkan (integral)
dari beberapa kawasan lain di kota induknya, seperti: kawasan perdagangan,
permukiman, wisata, transportasi, dan kawasan pertahanan keamanan.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Kampung Jawa Lama merupakan sebuah desa yang terletak pinggiran pesisir
kota Lhokseumawe, lebih tepatnya berada di Kecamatan Banda Sakti, Kota
Lhokseumawe, Aceh. Desa ini terdiri dari bagian beberapa dusun yang di golongkan
menjadi 2 tipe pemukiman yaitu pemukiman yang terletak di bagian daratan dan yang
terdapat di bagian pesisir. Desa ini memiliki luas wilayah sekitar 60.81 Ha yang
terbagi menjadi 7 dusun. ( Pembagian nama dusun dan luas masing-masing dusun
dapat dilihat di tabel 3.1.1 )
Tabel 3.1.1
Bangunan yang terletak di darat di tata mengikuti bentuk pola badan jalan,
pada lingkungan Dusun Blok Haminte pola bangunan berbentuk linear dan
9
menghadap badan jalan. Sedangkan bangunan yang berada di sisi laut menutupi
pandangan ke arah laut. ( Gambar 3.2.1 )
Gambar 3.3.1 Rumah langsung berdiri di atas tanah, yang berada di darat.
10
Gambar 3.3.2 Rumah Panggung yang berdiri di tanah berpasir. Kondisi air laut surut.
Bangunan yang berada yang di darat/ pinggiran jalan raya menggunan pondasi
menerus batu kali, sedangkan yang berada di bagian pesisir menggunakan pondasi
tiang kayu.
3.4.3 Dinding
Dinding di buat dari bahan kayu untuk perumahan yang berada di daerah
pesisir, sedangkan di daerah darat menggunakan dinding dari bahan batu bata dan
plesteran beton.
3.4.4 Lantai
Bangunan di daerah darat menggunakan material lantai yang terbuat dari semen,
beton, keramik. Sedangkan untuk didaerah pesisir menggunakan bahan kayu/bambu.
11
Gambar 3.4.1 bangunan dibagian darat/ pinggir jalan Gambar 3.4.2 bagian/ rumah yang berada di bagian
raya. Yang menggunakan struktur pondasi menerus batu pesisir mengguanakan struktur berbahan dasar kayu
kali. dan Dinding pasangan batu bata. mulai dari pondasi, struktur atas, dan dinding kayu.
Penahan gelombang di kampung jawa lama berupa dermaga yang juga difungsikan
untuk para nelayan bongkar muat dari perahu. Juga berupa dinding yang dibuat dari pasangan
batu besar
Gambar 3.5.1 Penaha gelombang dari susunan batu. Gambar 3.5.2 Dermaga untuk para nelayan bongkar muat.
12
3.6 Permasalahan yang ada di bagian pesisir kampung jawa lama
Ada beberapa permasalahan yang terdapat di kampong Jawa Lama diantaranya yaitu :
13
Gambar 3.6.1 Beberapa permasalahan yang terdapat di bagian pesisir kampung Jawa Lama
Adapun beberapa saran dan solusi yang bisa diterapkan di daerah pesisir kampung
jawa lama antara lain sebagai berikut :
Solusi dari permasalahan yang ada di kampong Jawa Lama adalah seperti
meningkatkan kesadaran masyarakatnya pada kebersihan sehingga dusun
kumuh didaerah pesisir kampong jawa lama tersebut bisa diatasi, dan
pemeliharaan terhadap fasilitas-fasilitas umum lainnya seperti drainase, dll.
Mengganti material struktur rumah atau bangunan yang terdapat di bagian
pesisir kampung jawa lama dengan material yang lebih kuat lagi agar
bangunan/ rumah tersebut dapat bertahan lama dari cuaca atau iklim yang ada
dilingkungan tersebut.
14
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kampung Jawa Lama merupakan daerah pesisir yang kota lhokseumawe yang berada
dekat dengan pusat kota, lokasi nya yang strategis seharusnya bisa menjadi slah satu
icon kota ini. Namun kurang baik nya pengelolaan tentang bangunan disekitar
lingkungan ini mulai dari pembangunan rumah, fasilitas umu yang kurang memadai,
dll. Menjadikan lingkungan ini menjadi salah satu dusun kumuh yang ada di kota
lhokseumawe. Struktur bangunan yang digunakan pada bangunan di lingkungan ini
masih banyak yang menggunakan struktur kayu, namun sebagian besar ada juga yang
menggunakan struktur beton bertulang.
15
DAFTAR PUSTAKA
https://hedisasrawan.blogspot.com/2016/01/pengertian-desa-artikel-lengkap.html. ( di
akses pada 25 juni 2018 )
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/32310/Chapter%20II.pdf;jsess
ionid=4245CE20EAD35757924F48B1149DCB06?sequence=4. . ( di akses pada 25
juni 2018 )
http://seputarpengertian.blogspot.com/2016/04/pengertian-definisi-wilayah-
pesisir.html. ( di akses pada 25 juni 2018 )
16