Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perceptor:
Koass:
I. Identitas
Nama Pasien : Ny. TL
Umur : 25 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Jawa
Golongan Darah :O
Alamat : Rajabasa
II. Anamnesis
Anamesis didapatkan secara autoanamnesis pada tanggal 20 Agustus
2018 pukul 12.00 di ruang kamar bersalin RSUD Dr. H. Abdul Moeloek
Bandar Lampung.
Keluhan Utama
Hamil cukup bulan dengan darah tinggi dan anak kembar
menjalar ke pinggang. Mulas dirasakan sering dan saat ini sudah tidak
dirasakan lagi. Pasien juga mengeluhkan memeiliki darah tinggi sejak
kehamilan ini dan tidak dimiliki sebelumnya. Pasien juga rutin kontrol
ke dokter selama kehamilan dan dikatakan anak didalam kandungannya
nyerri pada ulu hati, dan bengkak pada tubuh. Riwayat keluar lendir
darah, riwayat trauma pada kehamilan (), riwayat demam (), riwayat
gerakan janinnya.
Riwayat Pekerjaan
Tidak ada yang berkaitan dengan zat-zat berbahaya.
3
Riwayat Pribadi
Pasien tidak merokok, minum minuman beralkohol maupun
mengonsumsi obat-obatan. Pasien juga tidak memiliki riwayat alergi
makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Kontrasepsi
Pasien belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali sejak usia 24 tahun.
Riwayat Menstruasi
Menarche : 12 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Jumlah : 3-4 kali ganti pembalut
Lamanya : 6-7 hari
HPHT : 1 Desember 2017
TP : 8 September 2018
Riwayat Kehamilan
Hamil ini.
Riwayat Operasi
Tidak ada riwayat Operasi pada pasien.
Riwayat Antenatal
Pasien selama hamil memeriksakan kehamilannya pada trimester 1 (1x),
trimester 2 (1x), dan trimester 3 (2x).
4
Status Present
Keadaan Umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 160/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,2 0C
Status General
a. Kepala
Bentuk :
Normosefal
kepala
Mata : Konjungtiva anemis (/), sklera
ikterik (/), eksoftalmus (/)
Telinga : Normotia, deformitas (), nyeri
tekan tragus (), nyeri tekan
mastoid (), sekret ()
Hidung : Pernafasan cuping hidung (),
sekret (), septum deviasi(),
mukosa hiperemis ()
Bibir : Simetris, sianosis (), mukosa
lembab ()
Mulut : Tonsil tenang T1T1, faring
hiperemis (), uvula ditengah
b. Leher
Bentuk : Simetris
KGB : Tidak teraba pembesaran
Trakhea : Lurus di tengah
5
Kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
c. Thoraks
Dinding dada :
Simetris
Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
DJJ : 140x/menit, 149x/menit
TBJ : 4650 g
Inspekulo : Tidak dilakukan
Urin Lengkap
V. Resume
Ibu G1P0A0 hamil 36-37 minggu dengan keluhan mulasmulas sejak 3
pinggang. Mulas dirasakan sering dan saat ini sudah tidak dirasakan lagi.
selama kehamilan dan dikatakan anak didalam kandungannya kembar.
Ht menurun 29%, MCV menurun 69 fL, MCH menurun 22 pg, limfosit
menurun 23%, nilai LED meningkat 40mm/jam, nilai SGOT meningkat
leu/uL, protein +3, Nitrit +, darah samar +, leukosit 35 /LPB, eritrosit
meingkat 23/LPB, dan epitel yang menurun 12/LPB.
VI. Diagnosis
G1P0A0 Hamil 36-37 minggu belum Inpartu dengan PEB, Janin Ganda
Hidup Presentasi Kepala Presentasi Bokong
VII. Tatalaksana
Tatalaksana Obstetrik
Observasi TTV, DJJ, His
R/ Ekspetatif
Tatalaksana Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
MgSO4 40% 10cc (initial dose) MgSO4 40% 6gr/6 jam
(maintenance)
Nifedipin 3x10 mg, p.o
Dexametason 2x10 mg IV
VIII. Prognosis
9
IX. Follow Up
19 Agustus S/ -
2018
08.00 WIB O/ St. Present 10
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 154/98 mmHg
Nadi : 89 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,1 0C
St. Obstetri
PL: TFU 43 cm, memanjangmemanjang, pukapuki,
persentasi kepalapresentasi bokong, 5/5, his (), djj I 138 /
menit DJJ II 145X/menit, TBJ 4650 g.
A/
G1P0A0 Hamil 36-37 minggu belum inpartudengan PEB
JGH preskep-presbo
P/
1. Observasi TTV, DJJ, His
2. MgSO4 40% 10cc (initial dose) MgSO4 40%
6gr/6 jam (maintenance)
3. Nifedipin 3x10 mg, p.o
4. Dexametason 2x10 mg IV
5. Tirah Baring
20 Agustus S/ Pasien mengeluh pandangan kabur dan nyeri ulu hati
2018
09.00 WIB O/ St. Present
KU : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,10C
St. Obstetri
PL: TFU 43 cm, memanjangmemanjang, pukapuki,
persentasi kepalapresentasi bokong, 5/5, his (), djj 132 /
menit, TBJ 4650 gram
11
BAB 2
TINJAUN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Definisi
Hipertensi dan proteinuria yang didapat setelah umur kehamilan 20 minggu.
kejang.
3. Hipertensi Kronik dengan Superimposed Preeklampsia
Hipertensi kronik yang disertai dengan proteinuria.
4. Hipertensi Gestasional
Timbulnya hipertensi pada kehamilan yang tidak disertai dengan proteinuria
penyakit sekarang
1. Riwayat preeklampsia sebelumnya
2. Hipertensi kronik
3. Penyakit ginjal
4. Obesitas
5. DM gestasional, DMT1
6. Antifosfolipid antibodies dan hiperhomosisteinemia
7. Usia ekstrim (terlalu muda atau terlalu tua)
b. Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
12
1. Mola hidatidosa
2. Kehamilan multiple
3. ISK pada kehamilan
4. Hidrop fetalis
2.1.4 Patogenesis
Penyebab terjadinya hipertensi dalam kehamilan masih belum jelas hingga kini.
cabang a.uterina dan a.ovarica. kedua pembuluh darah tersebut akan menembus
uteroplasenta sehingga janin mendapatkan aliran darah yang cukup dan perfusi
dan jaringan matriks sekitarnya sehingga a.spiralis menjadi kaku dan keras,
pertumbuhan janin.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
Pada hipertensi dalam kehamilan, telah terjadi kegagalan remodeling a.spiralis
oksidan (radikal bebas), yaitu radikal hidroksil yang sangat toksik, khususnya
terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil akan merusak
13
pembuluh membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh
menjdai proksida lemak. Peroksida lemak ini selain dapat merusak membran
sel, juga akan merusak nukleus, dan protein sel endotel. Sel endotel yang rusak
akan menyebabkan :
Gangguan metabolism prostaglandin
Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami
meningkat.
Peningkatan faktor koagulasi.
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak akan menolak adanya hasil
modulator respon imun. HLA-G pada plasenta juga dapat melindungi trofoblas
janin dari lisis oleh sel NK, mempermudah invasi trofoblas ke desidua ibu.
bahan vasopressor atau dibutuhkan vasopressor lebih tinggi. Hal ini akibat dari
akan menjadi hipertensi yang terjadi mulai pada usia kehamilan 20 minggu.
5. Teori genetik
14
Tetapi, minyak ikan yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh dapat
darah hal ini merupakan bagian dari proses apoptosis dan nekrosis trofoblas
akibat reaksi stress oksidatif. Pada hipertensi dalam kehamilan, hal ini terjadi
secara berlebihan akibat dari peningkatan stress oksidatif. Makin banyak sel
trofoblas plasenta, misalnya pada plasenta besar, hamil ganda, maka stress
oksidatif dapat meningkat. Hal ini terjadi sebagai respon inflamasi yang akan
2.1.5 Patofisiologi
3 Resistensi perifer ↓ ↑ -
10 Hematokrit ↓ ↑
2.1.6 Diagnosis
a. Anamnesis
1. Gejala : nyeri kepala, gangguan visus, rasa panas di muka, dyspnea,
saudara perempuannya.
4. Riwayat gaya hidup : keadaan lingkungan sosial, apakah merokok, dan
minum alkohol.
b. Pemeriksaan fisik
1. Kardiovaskular : evaluasi tekanan darah, suara jantung, pulsasi perifer.
2. Paru : auskultasi untuk mencari adanya edema paru.
3. Abdomen : palpasi untuk menentukan adanya nyeri pada hepar, evaluasi
c. Pemeriksaan penunjang
a. Adanya
mikroangiopatik
hemolitik anemia
b. Morfologi abnormal
eritrosit : Sizositosis
dan sferositosis
3 Trombosit Trombositopenia PEB
d. Diagnosis
Kriteria Diagnosis
Preeklampsia Ringan Preeklampsia Berat
TD : ≥ 140/90 mmHg -- < TD : ≥160/110 mmHg
160/110 mmHg
Proteinuria ≥ 5g / jumlah urin
Proteinuria ≥ 300 mg / 24 jam selama 24 jam atau dipstick ≥
jumlah urin atau dipstick ≥ 1+ 4+
Hemolysis mikroangiopati
Sindroma HELLP
2.1.8 Tatalaksana
Preeklampsia
Ringan Berat
a. Rawat Jalan a. Kehamilan dengan penyulit
1. Tidak mutlak harus tirah baring. 1. Rencana terapi pada penyulitnya :
2. Diet regular : tidak perlu diet medikamentosa untuk penyulit.
khusus. Penyulit Ibu :
3. Vitamin prenatal. - SSP : ICH, hipertensi
4. Tidak perlu restriksi konsumsi ensefalopati.
garam. - GI : ruptur kapsular hepar,
5. Tidak perlu pemberian diuretik, subkapsular hematoma hepar.
antihipertensi, dan sedativum. - Ginjal : GGA, NTA.
6. Kotrol ke RS / minggu. - Hematologik : DIC,
trombositopenia.
b. Rawat Inap - Kardiopulmoner : edema paru,
1. Indikasi rawat inap : henti nafas, iskemik.
Hipertensi menetap > 2 - Lainnya : asites.
minggu
Proteinuria menetap > 2 Penyulit janin :
minggu - IUGR
Hasil tes laboratorium yang - IUFD
abnormal - Solusio plasenta
Adanya gejala atau tanda 1 - Prematuritas
(satu) atau lebih - CP
preeclampsia berat
2. Menentukan rencana sikap
2. Pemeriksaan dan monitoring terhadap kehamilan : tergantung
pada ibu : umur kehamilan. Sikap terhadap
Pengukuran TD / 4 jam kehamilan terbagi menjadi 2,
kecuali ibu tidur. yaitu :
Observasi edema pada 1) Ekspektatif (konservatif)
muka dan abdomen. Indikasi
Penimbangan BB saat - Kehamilan < 37
masuk dan diikuti setiap minggu tanpa tanda-
hari. tanda impending
Pengamatan gejala eklampsia
impending eclampsia : Medikamentosa
nyeri kepala frontal atau Bila pasien telah kembali
19
Cara persalinan :
Utama : pervaginam.
a. Belum inpartu :
Indikasi pervaginam :
Bishop skor ≥ 8
Bila perlu pematangan servik
misoprostol.
Gagal jika : kala II tidak dapat
tercapai dalam 24 jam setelah
induksi persalinan.
b. Inpartu :
- Percepat kala II
- Mengikuti partograf
- Jika SS anastesi
regional, tidak boleh
umum.
c. Medikamentosa
1. MRS.
2. Tirah baring miring ke kiri
(untuk mengurangi penekanan pada
aortocava).
3. IVFD RL atau D5%.
4. Pemberian anti kejang MgSO4
sesuai protab.
5. Antihipertensi
- Diberikan bila TD ≥ 180/110
mmHg atau MAP ≥ 126
- Jenis obat : nifedipin 10-20 mg
oral, diulang setelah 30 menit,
maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Penurunan TD bertahap : awal
20% dari TDS,
- TD diturunkan mencapai <
160/105, MAP <125
6. Diuretikum
5. Indikasi :
Edema paru
CHF
Edema anasarka
7. Diet
21
2.1.9 Pencegahan
a. Nonmedikal
1. Restriksi garam : tidak terbukti dapat menurunkan resiko preeclampsia.
2. Suplementasi
Minyak ikan yang kaya dengan asam lemak tidak jenuh,
b. Medikal
1. Diuretik : tidak terbukti.
2. Antihipertensi : tidak terbukti.
3. Kalsium : 1500-2000 mg/hari, untuk menggantikan kehilangan
terbukti), dypiridamole.
7. Antioksidan : vitamin C, vitamin E, Beta karoten.
2.2.1 Definisi
Kehamilan kembar ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih yang
ada didalam kandungan selama proses kehamilan. Bahaya bagi ibu tidak
22
dan pengawasan khusus bila diinginkan hasil yang memuaskan bagi ibu
jenis janin atau lebih. jadi, kehamilan kembar adalah suatu kehamilan
dengan dua jenis janin atau lebih yang ada didalam kandungan selama
proses kehamilan.
c. Faktor keturunan
atau lebih folikel de graff atau terbentuknya 2 ovum atau lebih dalam satu
kehamilan kembar, jika telur-telur yang diperoleh dapat dibuahi lebih dari
satu, jika semua embrio yang kemudian dimasukan kedalam rongga rahim
ibu tumbuh berkembang lebih dari satu. Pada kembar yang berasal dari
satu telur, faktor bangsa, hereditas, umur dan paritas tidak atau sedikit
2.2.3 Patofisiologi
Monozigot, kembar yang berasal dari satu telur dan dizigot kembar yang
berasal dari dua telur. Dari seluruh jumlah kelahiran kembar, sepertiganya
adalah monozigot. Kembar dizigot berarti dua telur matang dalam waktu
bersamaan, lalu dibuahi oleh sperma. Akibatnya, kedua sel telur itu
monozigot berarti satu telur yang dibuahi sperma, lalu membelah dua. Masa
72 jam, 4 8 hari, 9-12 dan 13 hari atau lebih. Pada pembelahan pertama,
akan terjadi diamniotik yaitu rahim punya dua selaput ketuban, dan
kedua, selaput ketuban tetap dua, tapi rahim hanya punya satu plasenta.
Pada kondisi ini, bisa saja terjadi salah satu bayi mendapat banyak
24
tentu saja yang terbaik adalah pembelahan pertama, karena bayi bisa
1 ovarium dan dari dua folikel de graff, 1 ovurium dan dari 1 folikel
de graff; 1 dari ovarium kanan dan satu lagi dari ovarium kiri.
25
Gambar 2.1 :
2007:390).
Gambar 2.2
Jenis ke mbar monozigotik berhubungan dengan waktu terjadinya faktor pe
Saat
segmentasi Keadaan ketuban
0-72 jam Diamniotik, dichori onik
4-8 hari Diamniotik, dichori onik
Monoamniotik, mon
9-12 hari ochorionik
Monoamniotik, m
13- hari onochorionik dan
kemungkinan terjadinya
kembar siam.
Sumb er: Wiknjosastro (2007:389)
27
Gambar 2.3 :
Plasenta dan selaput janin kembar monozigotik. (A): 2 plasenta, 2 korion (me-
lekat menjadi satu), 2 amnion. (B): 2 p lasenta (menjadi satu), 2 korion
melekat menjadi satu), 2 amnion. ( C): 1 plasenta, 1 korion, 2 amnion (melekat
menjadi satu) (D): 1 plas enta, 1 korion, 1 amnion ( Wiknjosastro, 2007:389).
Conjoined twins atau kembar siam adalah kembar dimana janin melengket
kepala) dan sebagainya. Banyak kembar siam telah dapat dipisahkan secara
28
dikeluarkan dalam ovulasi yang sama pada dua kali koitus yang dilakukan
Menurut Dutton, dkk (2012:156) tanda dan gejala pada kehamilan kembar
kembar.
4. Auskultasi lebih dari satu denyut jantung yang terdengar jelas dan
lain.
kehamilan kembar.
a. Berat badan satu janin kehamilan kembar rata-rata 1000 gr lebih ringan
b. Berat badan baru lahir biasanya pada kembar dibawah 2500 gr triplet
1000 gr.
darah tidak sama, maka yang satu kurang bertumbuh dari yang lainnya.
darah janin yang lain, karena itu setelah bayi satu lahir tali pusat
3) Dapat terjadi sindroma transfusi fetal : pada janin yang dapat darah
1) Dapat terjadi satu janin meninggal dan yang satu tumbuh sampai
cukup bulan.
2) Janin yang mati dapat diresorbsi (kalau pada kehamilan muda) atau
pada kehamilan agak tua janin jadi gepeng disebut fetus papyraseus
atau kompresus.
kesalahan presentasi dan posisi kedua janin. Begitu pula letak janin kedua
dapat berubah setelah janin pertama lahir, misalnya dari letak lintang
berubah jadi letak sungsang atau letak kepala. Berbagai kombinasi letak,
presentasi dan posisi bisa terjadi yang paling sering dijumpai adalah:
Berbagai kombinasi letak, presentasi dan posisi bisa terjadi dan yang
Gambar 2.4 :
Jenis dan frekuensi letak serta presentasi kehamilan kembar (Wiknjosastro, 2007:394)
a. Anamnesa
1. Pada pemeriksaan pertama dan ulang ada kesan uterus lebih besar
5. Teraba 2 balotemen
c. Auskultasi
e. Ultrasonografi
triwulan I.
f. Elektrokardiogram fetal
g. Reaksi kehamilan
ada 2 plasenta, maka produksi HCG akan tinggi. Jadi reaksi kehamilan
bayi pertama lahir, uterus masih besar dan ternyata ada satu janin lagi
adalah:
a. Prematuritas
33
yang dilahirkan pada usia kehamilan yang sama. HMD atau yang
tersering dari gagal nafas pada bayi prematur. Terjadi segera setelah
atau beberapa saat setelah bayi lahir. Ditandai dengan sukar bernafas,
cuping hidung, retraksi dinding dada dan sianosis yang menetap dalam
dizigotik. Bila hanya satu bayi dari sepasang bayi kembar yang
berbagai sebab. Prolaps tali pusat, plasenta previa, dan ruptur uteri
6 kali lebih tinggi pada bayi kembar dua dan 30 kali lebih sering pada
bayi kembar tiga dibandingkan dengan janin tunggal. Bayi kedua pada
Infeksi onset cepat Streptococcus group B pada bayi berat lahir rendah
banyak kasus, satu janin yang meninggal atau sirna (vanish) dan
akardius amorfosa.
dan 20% berat badan pada sindrom ini. Kematian kembar donor dalam
36
oleh transfusi darah yang kaya tromboplastin dari janin donor yang
h. Kembar Siam
Jantung selalu terlibat dalam kasus ini. Bila jantung hanya satu,
masing, tetapi kembar siam ini biasanya hanya memiliki satu hati,
tubuh terpisah.
atau kedua janin dapat terhambat. Semakin banyak jumlah janin yang
lain:
minggu
minggu
Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran
terjerat tali pusat, yang dapat menyebabkan asfiksia. Jika salah satu janin
38
dilihat pada saat lahir biasanya menghilang pada saat bayi berumur enam
Kehamilan Kembar
Anamnesa
1. Keluhan subyektif
a. Sesak nafas
b. Sering kencing Pemeriksaan
c. Gerak banyak 1. Tiga bagian besar
d. Edema varises 2. Dua ballotemen
2. Keluhan obyektif 3. Djj berbeda 10 denyut
a. Hiperemesis 4. Diagnosis pasti
b. Pre eklamsia-eklamsi a. Ultrasonografi
c. Hidramnion b. Foto abdomen
KOMPLIKASI KEHAMILAN
1. Hidramnion 4. Plasenta previa
2. Prematuritas 5. Solusio plasenta
3. Kelainan letak 6. Monster fetus
SIKAP
KOMPLIKASI PP PENGOBATAN
DOKTER
1. Atonia uteri 1. Infus dan transfusi MERUJUK
2. Retensio plasenta 2. Pemberian uterotonika
PRIMER
3. Plasenta rest 3. Antibiotika SEKSIO
SESAREA
4. Perdarahan pp
1. Distres
PERTOLONGAN SETEMPAT
janin Bagan 2.2 Penatalaksanaan kehamilan kembar
4. Plasenta previa
PERSALINAN PERVAGINAM 2. Prolapsus funikuli 5. Prolong labour
1. Anak pertama pervaginam
2. Anak kedua
a. Spontan c. Versi ekstrasi
b. Ekstrasi forcep dan vakum
BAB 3
ANALISIS KASUS
a. Terapi Cairan
Perawatan yang pendng pada preeklampsia berat ialah pengelolaan cairan
karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko tinggi untuk
terjadinya edema paru dan oliguria. Oleh karena itu, monitoring input cairan
(melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat
penting. Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah
cairanyang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin. Bila terjadi tanda-tanda
edema pam, segera dilakukan tindakan koreksi. Cairan yang diberikan dapat
berupa (a) 5 % Ringer-dekstrose atau cairan garam faali jumlah tetesan: <
1.25 cc/jam atau (b) Infus Dekstrose 5 7o yang tiap 1 liternya diselingi dengan
infus Ringer laktat (60 - 125 cc/jam) 500 cc. Pemberian terapi cairan pada
kasus sudah sesuai dengan teori dimana pada kasus tersebut diberikan terapi
cairan Ringer Laktat 20 tpm yang digunakan untuk monitoring cairan pada
pasien.
b. Magnesium Sulfat (MgSO4)
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikejang lebih efektif dibanding
fenitoin. Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin
pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular.
Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian
magnesium sulfat, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran
rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan
ion magnesium). Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat
kerja magnesium sulfat. Magnesium sulfat sampai saat ini tetap menjadi
pilihan pertama untuk antikejang pada preeklampsia atau eklampsia.
Pemberian MgSO4 :
Loading dose: initial dose
4 gram MgSO4: intravena, (40 % dalam 10 cc) selama 15 menit.
Maintenance dose:
Diberikan infus 6 gram dalam larutan Ringer/6 jam; atau diberikan
4 atau 5 gram
i.m. Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4 - 6
jam.
Pemberian terapi MgSO4 pada kasus sudah sesuai dengan teori dimana pada
kasus tersebut diberikan MgSO4 40% 10cc (initial dose) MgSO4 40%
6gr/6 jam (maintenance).
c. Anti Hipertensi
Masih banyak pendapat dari beberapa negara tentang penentuan batas (cut
off) tekanan darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort
mengusulkan cut off yang dipakai adalah > 160/110 mmHg dan MAP > 126
mmHg. Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yairu penurunan awal 25
% dari tekanan sistolik dan tekanan darah diturunkan mencapai < 160/105
atau MAP < 1,25.
Antihipertensi lini pertama
1. Nifedipin
Dosis 10 -20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit; maksimum 120 mg
dalam 24 jam
Antihipertensi lini kedua
1. Sodium nitoprusside
0,25 mg i.v./kg/menit, infus; ditingkatkan 0,25 mg i.v./kg/5 menit,
2. Diazohside
30 - 60 mg i.v./5 menit; atau i.v. infus 1O mg/menit/ dititrasi.
Pemberian Nifedipin pada kasus sudah sesuai dengan indikasi dimana pada
kasus didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg. Dosis yang di berikan sudah
sesuai yaitu diberikan Nifedifin 3x10 mg p.o.
d. Kortikosteroid
Strategi mengurangi kejadian RDS pada bayi yang lahir secara prematur
dilakukan dengan memberikan kortikosteroid kepada wanita dengan risiko
persalinan preterm. Pemberian kortikosteroid pada saat antenatal terhadap
fungsi paru neonatus terjadi melalui dua mekanisme, yaitu memicu maturasi
arsitektur paru dan menginduksi enzim paru yang bermain dalam maturasi
secara biokimia. Pemberian kortikosteroid sebelum paru matang akan
memberikan efek berupa peningkatan sintesis fosfolipid surfaktan pada sel
pneumosit tipe II dan memperbaiki tingkat maturitas paru. Betametason dan
deksametason adalah kortikosteroid sintetis kerja panjang dengan potensi
glukokortikoid yang serupa dan efek mineralokortikoid yang tidak bermakna.
Adanya perbedaan dalam hal ikatan dengan albumin, transfer plasenta dan
afinitas pada reseptor kortikosteroid, maka dibutuhkan dosis kortisol,
kortison, hidrokortison, prednisone dan prednisolon yang lebih tinggi untuk
mencapai ekuivalensi dosis yang sama dengan deksametason dan
betametasone pada janin.