Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
SOSIOLOGI AGAMA
” HUBUNGAN BUDAYA LOKAL DENGAN AGAMA ISLAM “
Dosen Pembimbing :
Saman Hudi, S.Ag.M.Si
Disusun Oleh :
MAHMUDIN
Nim : 1538101018
FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Puji syukur tetap tercurah limpahkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HUBUNGAN BUDAYA LOKAL DENGAN AGAMA ISLAM” ini. Tak lupa
sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah mengajarkan kepada kita agama islam yang
sempurna sebagai anugarah terbesar bagi seluruh umat manusia di dunia ini.
penyusun sangat bersyukur sekali karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas karya ilmiah dengan judul “HUBUNGAN BUDAYA LOKAL
DENGAN AGAMA ISLAM”. Disamping itu, penyusun juga mengucapkan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
terealisasikanlah makalah ini.Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga
makalah ini dapat menjadi manfaat bagi para pembacanya. penyusun juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap makalah ini agar
kedepannya dapat di perbaiki. Karena Penulis sadar, makalah ini masih terdapat
banyak kekurangannya.
Jember, 2018
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bagi orang Jawa, hidup ini penuh dengan upacara baik upacara yang
berkaitan dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri sejak masih dalam
kandungan ibu, lahir, kanak-kanak, remaja dewasa bahkan sampai pada
kematiannya atau juga upacara-upacara yang berkaitan dengan aktivitas
kehidupan sehari-hari dalam memcari nafkah misalnya, khususnya bagi para
petani, pedagang dan nelayan dan ada juga upacara yang berhubungan dengan
tempat tinggal seperti membangun gedung, meresmikan rumah pindah rumah
dan lain-lain .Seperti pada kematian, orang Jawa umumnya berkeyakinan
bahwa roh nenek moyang (makhluk halus) itu lama-kelamaan akan pergi dari
tempat tinggalnya, dan pada saat-saat tertentu keluarganya akan mengadakan
slametan untuk menandai jarak yang ditempuh roh itu menuju alam roh,
tempatnya yang abadi kelak. Namun roh itu dapat dihubungi oleh kaum
kerabat serta keturunannya setiap saat bila diperlukan.Masyarakat Islam di
Desa Plosorejo pada umumnya mempunyai adat ataupun kebiasaan
mengadakan selamatan orang mati.. Selamatan kematian yang dimaksud,
berdoa bersama-sama untuk mendoakan seseorang yang sudah meninggal,
yang mana selamatan satu akar dengan Islam dan salam yaitu kedamaian atau
kesejahteraan.
Tradisi selamatan kematian merupakan salah satu hasil akulturasi
antara nilai-nilai masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam, di mana
tradisi ini tumbuh subur di kalangan Nahdliyyin. Sementara ormas-ormas
lainnya cenderung memusuhi bahkan berusaha mengikisnya habis-habisan.
Seakan-akan tradisi selamatan kematian menjelma sebagai tanda pembeda
apakah dia warga NU, Muhammadiyah, Persis, atau yang lainnya. Terjadinya
polemik tentang tahlil tersebut, tentu bisa berdampak pada rusaknya ikatan
kekeluargaan antar muslim, seperti saling menuduh dan menyesatkan
kelompok lainnya, timbulnya rasa curiga yang berlebihan.Tradisi selamatan
1
2
kematian pada masyarakat di Desa Plosorejo ini merupakan salah satu sistem
ritualiatas yang masih dipertahankan secara eksklusif hingga kini.
Tradisi selamatan kematian ini meskipun berangkat dari kristalisasi
nilai-nilai budaya yang sedemikian tradisional, namun pengaruhnya hingga
kini masih sedemikian kuat sekaligus di desa-desa sekitarnya terutama di
Desa Plosorejo itu sendiri. Tradisi selamatan kematian ini sarat dengan
berbagai nilai- nilai atau makna mulai dari hari pertama meninggal hingga
1000 hari dan haulnya, tentu saja seluruh makna yang terkemas dalam suatu
sistem ritualitas kematian tersebut jelas mengandung nilai- nilai filosofis
tertentu yang terkait dengan karakteristik budaya dari daerah yang
bersangkutan. Permasalahan inilah yang menarik penulis untuk mengadakan
penelitian terhadap kandungan unsur-unsur islam dan budaya lokal dalam
tradisi selamtan kematian tersebut, yang akan peneliti tuangkan dalam bentuk
judul :”HUBUNGAN BUDAYHA LOKAL DAN AGAMA ISLAM”.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisa terhadap pelakasanaan tradisi selamatan kematian?
2. Bagaimana analisa unsur-unsur islam dan budaya lokal yang terkandung
dalam pelaksanaan tradisi selamatan kematian?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Bagaimana analisa terhadap pelakasanaan tradisi
selamatan kematian.
2. Untuk Mengetahui Bagaimana analisa unsur-unsur islam dan budaya lokal
yang terkandung dalam pelaksanaan tradisi selamatan kematian.
3
BAB II
PEMBAHASAN
hidangan menyajikan tumpeng, jajan pasar, lauk-pauk, dan dalam jajan pasar
kadangkadang ada kue “Apem” sebagai pelengkap. Kue apem disini
mempunyai maksud dan arti tersendiri. Kata Apem dalam sejarahnya berasal
dari kata“Afwan” yang artinya maaf dari dosa. Maksud bahwa orang yang
mengadakan selamatan kematian itu adalah untuk memohon maafkan arwah
keluarga dari dosanya semasa masih hidup. Dan ketika selamatan kematian
itu menempati hari ke-40, ke-100, ke-1000 dan haul pada tiap tahunnya, maka
penyajian hidangan itu sudah berbeda lagi yaitu sesuai dengan kemampuan si
punya hajat.
Masyarakat di Desa Plosorejo sebagian besar menyatakan tujuan
menyajikan hidangan pada upacara selamatan kematian adalah untuk
menjamu tamu ataumenghormati tamu undangan, karena hal itu sudah
menjadi tradisi apabila kitamengadakan selamatan kematian (tahlilan) untuk
mengucapkan rasa terimakasih itu dengan wujud memberikan hidangan pada
waktu acara sudah selesai dan untuk dibawa pulang serta juga ada yang
menyatakan bahwa tujuan penyajian hidangan adalah untuk bersodaqoh
(bersedekah). Islam tidak melarang sedekah, yang dilarang dalam Islam
adalah sedekah yang dikaitkan dengan mengharapkan pertolongan ruh si
mati, Islam bahkan selalu menuntut umatnya agar banyak melakukan
sedekah. Dengan demikian, memberi santunan atau memberi sesuatu yang
membuat orang lain senang merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji
dalam Islam.
perasaan saling butuh membutuhkan, yang ada dalam jiwa warga masyarakat.
Nilai tolong-menolong dalam tradisi selamatan kematian pada masyarakat
Plosorejo terlihat dalam pelaksanaan atau penyelenggaraannya. Misalnya
dalam hidangan, selama tujuh hari berturut-turut para ibu- ibu (para tetangga
dan kerabat dekat di almarhum) membantu dalam persiapan hidangan
(makan, minuman) undangan, karena dalam selamatan kematian tidak sedikit
yang hadir kadang-kadang 100-150 orang (sesuai dengan relasi seseorang
dalam bermasyarakat). Bahkan pada saat pelaksanaan kematian selesai,
mereka bersama-sama membersihkan tempat-tempat yang telah digunakan.
Dalam tolong menolong terdapat hubungan saling ketergantungan sebagai
akibat dari adanya proses pertukaran yang saling memberikan balasan atas
jasa yang diberikan orang lain kepada dirinya. “Long-nolongeh” (tolong
menolong) dalam masyarakat Plosorejo khususnya dalam selamatan
kematian terjadi secara spontan dan rela, tetapi juga ada yang didasarkan oleh
perasaan saling membutuhkan yang ada dalam jiwa masyarakat tersebut.
Kegiatan tolong-menolong ini diartikan sebagai suatu kegiatan kerja yang
melibatkan tenaga kerja dengan tujuan membantu si punya hajat dan mereka
tidak menerima imbalan berupa upah (tolong menolong pada situasi kematian
musibah cenderung rela).
b. Unsur Budaya lokal
Unsur budaya jawa pada selamatan kematian terlihat jelas
pelaksanaannya yang di tentukan oleh penanggalan jawa.
Selamatan yang biasa dilakukan oleh orang Jawa adalah :
1-7 hari (telung dina, pitong dina)
40 hari (matangpuluh dina)
100 hari (nyatus dina)
Mendhak 1
Mendhak 2
1000 hari (nyewu)
Orang Jawa mempunyai rumus tersendiri dalam menghitung
selamatan. Salah satunya dengan memanfaatkan Hari dan pasaran. Hari
11
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Drs. M. Darori Amin, MA., Islam & Kebudayaan Jawa, (GAMA MEDIA:
Yogyakarta, 2000),
Koentjaraningrat, Kebudayaan Jawa, (Jakarta : Balai Pustaka, 1984),
Moh. Nur Kholis, wawancara, Plosorejo, 5 November 2012Munir,
wawancara, Plosorejo,6 November 2012
Nucholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah Kritis
tentang MasalahKeimanan, Kemanusiaan dan Kemodernan, (Jakarta:
Paramadina, 2005), hal. 551
Rudi, Studi Perbandingan Pranata Sosial, dalam
http://blogs.unpad.ac.id(Sdarwis )
Sholeh So’an, Tahlilan: Penelitian Historis atas Makna Penelitian
Indonesia, (Bandung: Agung Ilmu),153
behaviorurldefaultvmlo_22.html, di akses tanggal 24 november 2015