Вы находитесь на странице: 1из 20

POLITEKNIK D4

PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK


PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
6 UJI KEKERASAN (HARDNESS TEST)

6.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi modul ini adalah sebagai
berikut:
1) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material
dengan metode Vickers.
2) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material
dengan metode Brinell.
3) Mahasiswa mampu melakukan pengujian kekerasan (hardness test) terhadap suatu material
dengan metode Rockwell.

6.2 Uraian Materi


Kekerasan (hardness) suatu bahan boleh jadi merupakan sifat mekanik yang paling penting, karena
pengujian ini dapat digunakan untuk menguji homogenitas suatu material. Selain itu kekerasan
dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik yang lain. Bahkan nilai kekuatan tarik yang
dimiliki suatu material dapat dikonversi dari kekerasannya. Beberapa sifat bahan yang
berhubungan dengan kekerasan ditunjukkan pada (gambar 7.1). Jika hardness suatu material naik
maka strength dan brittleness material tersebut akan naik tetapi ductility material tersebut akan
turun.

Strength

Hardness Brittleness

Ductillity

Gambar 6.1 Hubungan Hardness Dengan Sifat Bahan Yang Lain

(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan)

1
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Tabel 6.1 Konversi Hardness ke Tensile Strength
Vickers Rockwell Rockwell
Tensile Brinell Hardness
Hardness Hardness Hardness
Strength(MPa) (BHN)
(DPH) (HRB) (HRC)
285 86 90
320 95 100 56.2
350 105 110 62.3
385 114 120 66.7
415 124 130 71.2
450 133 140 75.0
480 143 150 78.7
510 152 160 81.7
545 162 170 85.0
575 171 180 87.1
610 181 190 89.5
640 190 200 91.5
675 199 210 93.5
705 209 220 95.0
740 219 230 96.7
770 228 240 98.1
800 238 250 99.5
820 242 255 23.1
850 252 265 24.8
880 261 275 26.4
900 266 280 27.1
930 276 290 28.5
950 280 295 29.2
995 295 310 31.0
1030 304 320 32.2
1060 314 330 33.3
1095 323 340 34.4
1125 333 350 35.5
1155 342 360 36.6
1190 352 370 37.7
1220 361 380 38.8
1255 371 390 39.8

2
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Lanjutan table 6.1 Konversi Hardness ke Tensile Strength
Vickers Rockwell Rockwell
Tensile Brinell Hardness
Hardness Hardness Hardness
Strength(MPa) (BHN)
(DPH) (HRB) (HRC)
1290 380 400 40.8
1320 390 410 41.8
1350 399 420 42.7
1385 409 430 43.6
1420 418 440 44.5
1455 428 450 45.3
1485 437 460 46.1
1520 447 470 46.9
1555 456 480 47.7
1595 466 490 48.4
1630 475 500 49.1
1665 485 510 49.8
1700 494 520 50.5
1740 504 530 51.1
1775 513 540 51.7
1810 523 550 52.3
1845 532 560 53.0
1880 542 570 53.6
1920 551 580 54.1
1955 561 590 54.7
1995 570 600 55.2
2030 580 610 55.7
2070 589 620 56.3
2105 599 630 56.8
2145 608 640 57.3
2180 618 650 57.8
(Applies for plain carbon and low-alloy steels and cast steel and to a limited extent for high-alloy
and/or work hardened steel)
Istilah kekerasan (hardness) sebenarnya sangat sulit untuk didefinisikan secara tepat, karena setiap
bidang ilmu memberikan definisinya sendiri-sendiri sesuai persepsi dan keperluan yang melatar
belakangi. Meskipun demikian dalam tinjauan teknik (engineering) yang menyangkut logam, satu

3
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
definisi yang cukup mewakili menyatakan bahwa kekerasan adalah kemampuan suatu bahan untuk
tahan terhadap indentasi/penetrasi atau abrasi.
Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji kekerasan logam, yaitu:
1) Metode Pengujian Kekerasan Brinell
2) Metode Pengujian Kekerasan Vickers
3) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
4) Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Superficial
5) Metode Pengujian Kekerasan Knoop
6) Metode Pengujian Kekerasan Shore Scleroscope
7) Metode Pengujian Kekerasan Sonodur
8) Metode Pengujian Kekerasan Moh
9) Metode Pengujian Kekerasan File
Dari kesembilan metode tersebut, hanya tiga saja yang akan dibahas, yaitu Brinell, Vickers dan
Rockwell.
A. Metode Pengujian Kekerasan Brinell
Brinell merupakan metode pengujian kekerasan yang paling tua, meskipun demikian masih
banyak digunakan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan
Brinell adalah sebagai berikut :
1) Spesimen harus memenuhi persyaratan :
 Rata dan halus
 Ketebalan minimal 6 mm
 Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
2) Indentor yang digunakan adalah bola baja yang telah dikeraskan, namun untuk bahan
yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari karbida tungsten. Jarak antara
titik pengujian minimal dua kali diameter tapak indentasi.
3) Pemakaian beban (P) dan diameter indentor (D) harus memenuhi syarat perbandingan
P/D2 = 30 untuk baja, 10 untuk tembaga dan paduannya serta 5 untuk aluminium dan
paduannya.
4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekankan indentor
pada permukaan spesimen selama 10 – 30 detik (gambar 6.2. a-c).

4
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A

d1
d2

a. Sebelum indentasi b. Saat indentasi c. Setelah indentasi d. Pengukuran diameter


indentasi pada layar

Gambar 6.2 Metode Pengujian Kekerasan Brinell


(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan)

5) Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number)
yang dihitung berdasarkan diameter indentasi dengan persamaan sebagai berikut :
BHN = 2P/[(D){D – (D2 – d2)1/2} . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .( 6.1 )
Dimana : P = gaya tekan (kg)
D = diameter bola indentor (mm)
d = diameter indentasi ([d1+d2]/2) dalam mm
6) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 BH 2,5/150 – 10
Dimana : 150 = nilai kekerasan
BH = metode pengujian Brinell
2,5 = diameter indentor
150 = Gaya pembebanan (N)
10 = waktu pembebanan (detik)
7) Karena pengukuran dilakukan secara manual, maka memberi peluang untuk terjadinya
kesalahan ukur. Kesalahan itu dimungkinkan terutama pada saat pemokusan obyek pada
layar, peletakkan alat ukur pada obyek dan pembacaan pengukurannya.
B. Metode Pengujian Kekerasan Vickers
Pada dasarnya metode pengujian kekerasan Vickers hampir sama dengan Brinell, hanya
indentornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian
kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :
1) Spesimen harus memenuhi persyaratan :
 Rata dan halus (sangat sensitif terhadap kekasaran permukaan)
 Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
5
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
2) Indentor yang digunakan adalah intan yang berbentuk piramida beralas bujur sangkar
dengan sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan 1360 (gambar 7.3).

1360

d1
d2

1360

a. Indentor piramida intan b. Tapak indentasi c. Pengukuran diagonal indentasi pada layar

Gambar 6.3 Metode Pengujian Kekerasan Vickers


(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan)

3) Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis harus
digunakan beban yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect.
4) Pada pelaksanaannya, pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekankan indentor
pada permukaan spesimen selama 10 – 30 detik
5) Nilai kekerasan pengujian ini dinyatakan dalam satuan DPH (Vickers Diamond
Pyramidal Hardness) yang dihitung berdasarkan diagonal indentasi dengan persamaan
sebagai berikut :
DPH = [2P sin (/2)]/d2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(6.2)
Untuk  = 1360
DPH = 1,854P/d2. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(6.3)
Dimana : P = gaya tekan (kg)
d = diagonal indentasi (mm)
= (d1+d2)/2
6) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 150 DPH 150/10
Dimana : 150 = nilai kekerasan
DPH = metode pengujian Vickers
150 = Gaya pembebanan (N)
10 = waktu pembebanan (detik)
7) Sama dengan metode Brinell, karena pengukuran dilakukan secara manual, maka
memberi peluang untuk terjadinya kesalahan ukur. Kesalahan itu dimungkinkan terutama

6
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
pada saat pemokusan obyek pada layar, peletakkan alat ukur pada obyek dan pembacaan
pengukurannya.
C. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang masih menggunakan pengukuran manual,
dengan metode Rockwell nilai kekerasan langsung dapat dibaca pada skala yang terdapat pada
mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan spesimen langsung dapat dibaca dari skala yang
terdapat pada mesin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan
Rockwell adalah sebagai berikut:
1) Spesimen harus memenuhi persyaratan :
 Rata dan halus.
 Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus horisontal.
2) Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, dimana pemakaiannya
tergantung pada kombinasi jenis indentor dan beban utama yang digunakan. Ada tiga
jenis indentor dengan tiga jenis beban utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi
sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 6.4) Sedangkan jenis skala dan kombinasi jenis
indentor dengan beban utama ditunjukkan pada (tabel 6.1).

DP 1/16 1/8
150
100
60

a. 3 jenis indentor b. 3 jenis beban utama

150 150 150


100 100 100
60 60 60

DP DP DP 1/16 1/16 1/16 1/8 1/8 1/8

c. 9 kombinasi jenis indentor dengan jenis beban utama

Gambar 6.4 Jenis indentor dan jenis beban utama serta kombinasinya pada metode Rockwell
(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan)

7
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Tabel 6.2 Jenis – jenis skala pada pengujian kekerasan Rockwell
C Kerucut Intan (DP) 150 RC
D Kerucut Intan (DP) 100 RD
A Kerucut Intan (DP) 60 RA
G bola 1/16 “ 150 RG
B bola 1/16 “ 100 RB
F bola 1/16 “ 60 RF
K bola 1/8“ 150 RK
E bola 1/8“ 100 RE
H bola 1/8“ 60 RH
3) Pada pelaksanaan metode ini, mula-mula spesimen diberi indentasi awal dengan beban
minor 10 kg dengan cara handwheel diputar hingga terjadi identasi. Putaran ini
dilakukan hingga jarum pada skala kecil mencapai angka 3, setelah itu baru diberi beban
utama (60 kg, 100 kg atau 150 kg) selama 10 – 30 detik.
4) Setelah spesimen dibebaskan dari kedua beban tersebut maka jarum skala akan
menunjukkan berapa nilai kekerasan dari spesimen tersebut.
5) Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut : 73 Rc, dimana 73 nilai kekerasannya,
sedangkan Rc adalah skala yang digunakan

150 150 150 150

DP DP DP DP

b. Indentasi beban c. Indentasi beban


minor mayor
a. Sebelum d. Setelah
indentasi indentasi

Gambar 7.5 Metode pengujian Rockwell skala C


(Sumber : Modul Ajar Ilmu Pengetahuan Bahan)

6) Selain tergantung kombinasi jenis indentor dan jenis beban, maka pemakaian skala dalam
Rockwell juga tergantung pada jenis material yang akan diuji. Sebagai contoh, Rockwell B
8
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
untuk logam secara umum, Rockwell C untuk logam yang keras dan Rockwell A untuk
logam yang sangat keras. Kesalahan pemakain kombinasi indentor dan beban dengan
jenis material yang diuji akan menyebabkan tidak akuratnya hasil pengujian.

6.3 Material
a) Spesimen kekerasan
b) Kertas gosok dengan grid 60, 120, 240, 400 dan 600
c) Tissue

6.4 Peralatan
a) Mesin Uji Kekerasan
b) Satu set indentor uji kekerasan
c) Hand grinding
d) Stopwatch
e) Obeng

6.5 Gambar Kerja

Vikers
Brinell
Rockwell

Gambar 6.6 Spesimen untuk pengujian kekerasan

7.6 Langkah Kerja


1) Meratakan dan menghaluskan spesimen
 Mengambil kertas gosok paling kasar (grid 60) yang telah digunting sesuai bentuk piringan
hand grinder dan dipasang pada hand grinder.
 Menyalakan motor hand grinder, membuka katup sehingga air mengalirkan dikertas gosok
yang berputar.
 Mengambil spesimen, ditelungkupkan dengan sedikit tekanan di atas kertas gosok tersebut
dan ditahan + 2 menit.

9
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
 Mengangkat spesimen dan mengamati permukaan yang digosok. Apabila masih ada
goresan yang tidak searah dengan orientasi gosokkan, digosok lagi sampai tidak ada lagi
goresan yang tidak searah.
 Apabila goresan sudah searah, mematikan motor dan aliran air, kemudian mengganti kertas
gosok dengan grid yang lebih halus (120, 240, 400, dan 600) dan digosok lagi seperti
langkah sebelumnya.
 Apabila proses grinding telah selesai, mematikan motor dan aliran air hand grinder serta
mencuci spesimen dengan air dan dikeringkan dengan tissue.
2) Mengambil pensil dan penggaris, membuat tiga buah garis pada spesimen seperti
(gambar 6.6)
3) Pengujian kekerasan dengan metode Brinell
 Mengatur handle pada posisi Brinell.
 Mengambil indentor untuk Brinell, mencatat diameternya pada lembar kerja.
 Memasang indentor pada tempatnya dengan menggunakan obeng.
 Menekan pen beban sesuai kebutuhan (sesuai dengan diameter indentor). Dan mencatat
besarnya beban pada lembar kerja.
 Meletakkan spesimen pada anvil dan mengatur tepat pada titik penetrasi.
 Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk penetrasi.
 Memutar handwheel dengan tangan kiri sehingga permukaan spesimen tepat menyentuh
ujung indentor.
 Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan
handle beban.
 Setelah 10 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya.
 Menyalakan lampu dan mengatur posisi spesimen serta fokus lensa sehingga bekas
indentasi tampak pada layar.
 Mengukur diameter indentasi pada posisi datar dan tegak (gambar 6.2) serta menghitung
rata-ratanya, mencatat pada lembar kerja.
 Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga.
 Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya.
4) Pengujian kekerasan dengan metode Vickers
 Mengatur handle pada posisi Vickers.
 Mengambil indentor untuk Vickers dan memasang indentor pada tempatnya dengan
menggunakan obeng.

10
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
 Menekan pen beban sesuai kebutuhan, mencatat pada lembar kerja.
 Meletakkan spesimen pada anvil dan mengatur tepat pada titik penetrasi.
 Menggeser handle beban dengan tangan kanan pada posisi siap untuk penetrasi.
 Memutar handwheel dengan tangan kiri sehingga permukaan spesimen tepat menyentuh
ujung hindentor.
 Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan
handle beban.
 Setelah 10 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya.
 Menyalakan lampu dan mengatur posisi spesimen serta fokus lensa sehingga bekas
indentasi tampak pada layar.
 Mengukur diagonal indentasi pada posisi datar dan tegak (gambar 6.3) serta menghitung
rata-ratanya. Setelah itu mencatat pada lembar kerja.
 Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga.
 Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya.
5) Pengujian kekerasan dengan metode Rokwell B
Pemilihan Rockwell B dikarenakan kisaran DPH dari daerah Base Metal pada percobaan
Vickers masih di area Rockwell B dengan nilai DPH 143,5.
 Pengatur handle pada posisi Rokwell.
 Mengambil indentor untuk Rokwell B dan memasang indentor pada tempatnya dengan
obeng.
 Menekan pen beban sesuai Rokwell B, mencatat pada lembar kerja.
 Meletakkan spesimen pada anvil dan mengatur tepat pada titik penetrasi.
 Memutar handwheel sehingga permukaan spesimen menyentuh ujung indentor dan
melanjutkan memutar handwheel untuk pembebanan minor hingga jarum kecil menunjuk
angka 3.
 Mengatur skala sehingga jarum penunjuk tepat pada angka nol.
 Mengambil stopwatch dengan tangan kiri dan menyalakan ketika tangan kanan melepaskan
handle beban.
 Setelah 10 detik, menarik handle beban dan mengunci pada tempatnya.
 Mencatat pada lembar kerja nilai kekerasan yang ditunjukkan jarum.
 Mengulangi lagi untuk titik kedua dan ketiga.
 Apabila sudah selesai, melepas kembali indentor dan meletakkan pada tempatnya.

11
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
6.7 Hasil Pengujian
Menghitung nilai kekerasan pada spesimen yang sama dengan metode yang berbeda.
 Metode Pengujian Kekerasan Brinell
a) Menentukan Pemakaian Beban (P) Dan Diameter Indentor (D) Harus Memenuhi Syarat
Perbandingan.
P/D2 = 30 (untuk baja), dengan D= 2.5 mm
P/D2 = 30
P/(2.5) = 30
P/(6.25) = 30
P = 187,5 kg.
b) Menentukan Nilai Kekerasan
Nilai kekerasan dinyatakan dalam satuan BHN (Brinell Hardness Number)
Pengujian Pertama
Diketahui :
d1 = 1,23 mm
d2 = 1,265 mm
d (rata-rata) = (d1 +d2)/2
= (1,23 + 1,265)/2 = 1,2475 mm
BHN = 2P / [(π D) (D – (D2 – d2 ) ½ )]
= 2 . 187,5 / [(3,14 . 2,5) (2,5 – (2,52 – 1,24752)1/2]
= 143,2426 BH 2,5/187,5 – 17
Pengujian Kedua
Diketahui :
d1 = 1,24 mm
d2 = 1,15 mm
d (rata-rata) = (d1 +d2)/2
= (1,24 + 1,15)/2 = 1,195 mm
BHN = 2P / [(π D) (D – (D2 – d2 ) ½ )]
= 2 . 187,5 / [(3,14 . 2,5) (2,5 – (2,52 – 1,1952)1/2]
= 157,08845 BH 2,5/187,5 – 17

12
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Pengujian Ketiga
Diketahui :
d1 = 1,24 mm
d2 = 1,2 mm
d (rata-rata) = (d1 +d2)/2
= (1,24 + 1, 2)/2 = 1,22 mm
BHN = 2P / [(π D) (D – (D2 – d2 ) ½ )]
= 2 . 187,5 / [(3,14 . 2,5) (2,5 – (2,52 – 1,222)1/2]
= 150,2739 BHN 2,5/187,5 – 17
Rata – rata
Nilai BHN = (143,2426+157,0885+150,2739)/3 = 150,201 BHN
c) Penulisan Nilai Kekerasan
150,201 BH 2,5/187,5 – 17
Dimana :
150,201 = nilai kekerasan
BH = metode pengujian Brinell
2,5 = diameter indentor
187,5 = gaya pembebanan (N)
17 = waktu pembebanan (detik)
Nilai Brinell dapat dikonversikan ke nilai Vickers dengan metode interpolasi, dengan nilai
kekerasan Brinell 150,201 BHN
143 → 150
150,201 → 𝑋
152 → 160
150,201 − 143 𝑋 − 152
=
150 − 143 160 − 152
57,608 = 7𝑋 − 1064
𝑋 = 160,2297 DPH
Maka nilai konversinya Brinell (BHN) ke Vickers (DPH) sebesar 160,2297 DPH
 Metode Pengujian Kekerasan Vickers
a) Menentukan Pemakaian Beban
Pada dasarnya semua beban dapat digunakan , kecuali pada plat yang tipis harus digunakan
beban yang ringan sehingga tidak terjadi anvile effect.
Gaya tekan (P) yang digunakan adalah 30 kg.
13
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
b) Menentukan Nilai Kekerasan
Nilai kekerasan dinyatakan dengan satuan DPH (Vickers Diamond Piramidal Hardness).
Daerah BM (Base Metal)
Pengujian Pertama
Diketahui:
d1 = 0,686 mm
d2 = 0,698 mm
d (rata-rata) = (d1 + d2 )/2
= (0,686 + 0,698)/2 = 0,692 mm
DPH = [ 2P sin (α / 2)] / d2, (untuk α = 136˚)
= [2 . 30 sin (136o/2)] / 0,6922
= 1,854 . 30/0,6922
= 116,17 DPH 30/17
Pengujian Kedua
Diketahui:
d1 = 0,584 mm
d2 = 0,648 mm
d (rata-rata) = (d1 + d2 )/2
= (0,584 + 0,648)/2 = 0,616 mm
DPH = [ 2P sin (α / 2)] / d2, (untuk α = 136˚)
= [2 . 30 sin (136o/2)] / 0,6162
= 1,854 . 30/0,6162
= 146,578 DPH 30/17
Pengujian Ketiga
Diketahui:
d1 = 0,641 mm
d2 = 0,593 mm
d (rata-rata) = (d1 + d2 )/2
= (0,641 + 0,593)/2 = 0,617 mm
DPH = [ 2P sin (α / 2)] / d2, (untuk α = 136˚)
= [2 . 30 sin (136o/2)] / 0,6172
= 1,854 . 30/0,6172
= 146,13 DPH 30/17

14
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Rata – rata
Nilai DHP = (116,17+146,578+146,13)/2 = 136,29 DPH
c) Penulisan Nilai Kekerasan
136,29 DPH 30/17
Dimana:
136,29 = nilai kekerasan
DPH = metode pengujian vickers
30 = gaya pembebanan (N)
17 = waktu pembebanan (detik)
 Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
a) Menentukan Pemakaian Beban
Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran tergantung pada kombinasi jenis
Indentor dan beban utama yang dipakai. Dari metode brinell yang telah dilakukan didapat
beban (P) sebesar 187,9 kg dengan diameter indentor bola 2,5 mm. Kemudian dengan
menghubungkan beban dan diameter indentor bola pada tabel konversi kekerasan ,
didapatkan skala rockwell yaitu tipe RB. Sehingga dapat diketahui jenis indentornya yaitu
bola 1/16” dengan gaya pembebanan (P) 100 kg.
b) Menentukan Nilai Kekerasan
Pengujian Pertama (Base Metal)
Rata – rata nilai kekerasan
( 23 + 25,5+ 27)/3 = 25,167 RB
Nilai Rockwell dikonversikan ke nilai Vickers
24,8 → 265
25,167 → 𝑋
26,4 → 275
25,167 − 24,8 𝑋 − 265
=
26,4 − 24,8 275 − 265
3,67 = 1,6𝑋 − 424
𝑋 = 267,294DPH
Pengujian Kedua (HAZ)
Rata – rata nilai kekerasan
( 31+ 29,5+ 30)/3 = 30,167 RB
Nilai Rockwell dikonversikan ke nilai Vickers

15
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
29,2 → 295
30,167 → 𝑋
31,0 → 310
30,167 − 29,2 𝑋 − 295
=
31,0 − 29,2 310 − 295
14,505 = 1,8𝑋 − 442
𝑋 = 267,294 DPH
Pengujian Ketiga (Weld Metal)
Rata – rata nilai kekerasan
( 28,5 + 29,5+ 30,5)/3 = 29,5 RB
Nilai Rockwell dikonversikan ke nilai Vickers
29,2 → 295
29,5 → 𝑋
31,0 → 310
29,5 − 29,2 𝑋 − 295
=
31,0 − 29,2 310 − 295
4,5 = 1,8𝑋 − 531
𝑋 = 297,5 DPH
Tabel 6.3 Konversi Brinell ke Vickers dan Selisih Nilai Kekerasan Vickers
BRINELL
Selisih
Vickers
No Konversi
Titik Nilai Brinell Nilai Vickers Asli
dalam Vickers
Pengujian Asli (BHN) Asli (DPH) dengan
(DPH)
Vickers
Konversi
1 116,17
BASE
2 146,578
METAL
3 146,13
Rata-rata 136.292 160,2297 136,29 23,94

16
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Tabel 6.4 Konversi Rockwell ke Vickers dan Selisih Nilai Kekerasan Vickers

Rockwell
Konversi Selisih Vickers
No Nilai
Titik dalam Nilai Vickers Asli dengan
Rocwell Asli
Pengujian Vickers Asli (DPH) Vickers
(RB)
(DPH) Konversi
1 23 250
BASE
2 25,5 269,375
METAL
3 27 280
Rata-rata 25,167 267,294 136,29 131,004
4 31 310
5 HAZ 29,5 297,5
6 30 304
Rata-rata 30,167 304,67 136,29 168,38
7 28,5 290
WELD
8 29,5 297,5
METAL
9 30,5 305,83
Rata-rata 29,5 297,5 136,29 161,212
Tabel 6.5 Nilai Kekerasan Vickers

VIKERS
Selisih
Vickers
No Konversi
Titik Nilai Vikers Nilai Vickers Asli
dalam Vickers
Pengujian Asli (BHN) Asli (DPH) dengan
(DPH)
Vickers
Konversi
1 116,17
BASE
2 146,578
METAL
3 146,13
Rata-rata 136.292 136.292 136,29 0

17
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A

Gambar 6.7 Grafik Nilai Kekerasan Spesimen

6.8 Analisa Grafik


Dari grafik di atas dapat dilihat titik 1,2,3 (Base Metal) nilai kekerasannya lebih kecil dibanding
dengan nilai kekerasan pada titik 4, 5, 6 (HAZ) dan pada titik 7,8,9 (Weld Metal). Hal ini
menunjukkan material sebelum pengelasan telah mengalami proses hot working, material yang
sebelum pengelasan mengalami perlakuan hot working, pada daerah HAZ akan mengalami
kenaikan kekerasan, semakin dekat dengan fusion line kekerasannya semakin tinggi, hal ini terjadi
karena semakin dekat dengan fusion line semakin tinggi temperatur puncaknya dan semakin tinggi
kecepatan pendinginannya sehingga prosentase struktur mikro martensitnya yang terbentuk
semakin banyak. Semakin banyak martensit maka semakin tinggi kekerasan material tersebut
namun semakin getas. Adapun tingginya kekerasan di Weld Metal terjadi karena pembentukan
austenit yang kemudian berubah menjadi martensit sebagai akibat pendinginan yang cepat,
sehingga menjadikan material lebih keras. Pada titik 7, 8, 9 (Weld Metal) nilai kekerasannya lebih
tinggi dari BM dan HAZ, hal itu dikarenakan komposisi karbon untuk elektroda pada Weld Metal
nilainya lebih besar dari Base Metal dan Weld Metal. Semakin tinggi nilai karbon, nilai kekerasan
semakin tinggi.
18
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
6.9 Analisa Pengujian
Data dari hasil perhitungan diperoleh nilai kekerasan Brinell adalah150,201 BHN 2,5/187,5 – 17.
Sedangkan nilai kekerasan Vickers adalah 136,29 DPH 30/17 dan hasil nilai kekerasan dari
pengujian Rockwell adalah 28,278 RB. Untuk mengetahui akurasi masing- masing jenis pengujian
tersebut, hasil di atas harus dikonversikan kedalam pengujian Vickers. Setelah dikonversikan nilai
kekerasan Brinell menjadi 160,2297 DPH dan untuk Rockwell menjadi 289,82 DPH. Metode
Brinell dan Vickers masih menggunakan pengukuran secara manual, sedangkan pada metode
Rockwell, nilai kekerasan dapat langsung dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Namun
untuk pengujian kali ini yang dikalibrasi hanya untuk pengujian Vickers saja, jadi hasil pengujian
Brinell maupun Rockwell harus dikonversikan ke metode pengujian Vickers. Alat pengujian
kekerasan di lab. Uji bahan hanya metode vickers yang terkalibrasi, untuk hasil pengujian
kekerasan metode brinell dan rockwell tidak layak. Hasil pengujian di atas menunjukkan deviasi
yang cukup besar dari metode pengujian brinell dan rockwell, sehingga alat pengujian hardness
pada kedua metode tersebut tidak layak .

6.10 Kesimpulan
Uji kekerasan (Hardness Test) merupakan salah satu cara untuk menguji kekerasan suatu bahan
atau material dengan cara memberikan beban (Indentasi/Penetrasi) pada suatu bahan atau material.
Yang perlu diingat ketika melakukan Hardnes Test adalah material yang akan diuji harus
mempunyai permukaan yang rata dan halus. Berdasarkan grafik nilai kekerasan, material tersebut
sebelumnya telah mengalami proses Hot Working, ditunjukkan dengan nilai kekerasan pada grafik
yang terus meningkat. Untuk pengujian kali ini yang dikalibrasi hanya untuk pengujian vickers
saja, jadi hasil pengujian brinell maupun rockwell harus dikonversikan ke metode pengujian
vickers.

19
POLITEKNIK D4
PERKAPALAN LAB. UJI BAHAN TEKNIK
PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA PRAKTEK UJI BAHAN 608217A
Daftar Pustaka

Daniel, A. Brandt. 1985. Metallurgy Fundamental, The Goodheart –Willcox. Inc,USA


Dosen Metallurgi. 1986. Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS
M.M. Munir. 2000. Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan Kapal. PPNS
Budi Prasojo, ST. 2003. Jobsheet Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik Permesinan Kapal, PPNS
Wachid, Suherman Ir .1987. Diktat pengetahuan Bahan. Jurusan Teknik Mesin FTI. ITS

20

Вам также может понравиться