Вы находитесь на странице: 1из 9

KESALAHAN PENULISAN PARTIKEL, KLITIK, DAN

LAMBANG BILANGAN

Disusun sebagai Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas


XI IPA 3 Tahun Pelajaran 2015/2016

Oleh:
1. Joko Budi S
2. Etty Dwi F
3. Siti Khusnul K
4. Septiasih W.S

PROGRAM ILMU PENGETAHUAN ALAM


SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 10 PONTIANAK
2016

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan dan bahasa resmi
Negara Indonesia. Dengan bahasa kita bisa mengekpresikan apa yang ada
dalam otak kita. Dalam Indonesia ada beberapa kaidah yang harus dipatuhi.
Bagi calon guru bahasa seperti kita, tentu kita harus paham benar, kaidah
yang ada dalam bahasa Indonesia.
Dalam realitanya, walaupun sudah ada kaidah yang mengatur
pemakaian bahasa Indonesia, tetapi sering kita jumpai kesalahan-kesalahan
yang terjadi. Entah karena tidak tahu atau karena tidak sengaja, atau bahkan
disengaja. Dalam maka;lah ini kami paparkan beberapa kaidah dan
kesalahan dalam penulisan partikel, penulisan bilangan, dan penulisan klitik.
Hak ini penting kita pelajari, apa lagi bagi calon-calon guru bahasa
Indonesia.
Hal itu menjadi wajib kita pahami, karena kita nantinya yang akan
mengajarakan bagaimana berbahasa yang baik dan benar itu. Tentu hal ini
menuntut kita agar paham benar, kaidah dalam bahasa. Kita harus paham
kaidah tersebut, agar kita tidak bingung dan tahu benar kaidah dalam bahasa
resmi negaranya. Berada di pundak kitalah masa depan bahasa Indonesia.

B. Rumusan Malasah
Ada tiga rumusan masalah dalam makalah ini.
1. Bagaimana kesalahan penulisan partikel itu ?
2. Bagaimana kesalahan penulisan klitik itu ?
3. Bagaimana kesalahan penulisan lambang bilangan itu ?

C. Tujuan
Ada tiga tujuan yang hendak dicapai dalam makalah ini.
1. Memaparkan kesalahan penulisan partikel.
2. Memaparkan kesalahan penulisan klitik.
3. Mendeskripsikan kesalahan penulisan lambang bilangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kesalahan Penulisan Partikel


Chaer (2005) menyatakan partikel penegas dalam bahasa Indonesia
adalah: yang, lah - yang, dan pun – lah. Aturan penggunaannya adalah
sebagai berikut:
1. Partikel yang ditempatkan di antara subjek dan predikat dalam kalimat
verbal (kalimat yang predikatnya kata kerja) atau kalimat ajektiva
(kalimat yang predikatnya kata sifat).
Contoh:
a. Yang mengambil bukumu Adi. (bentuk salah)
b. Adi yang mengambil bukumu. (bentuk benar)
a. Yang nakal Dia. (bentuk salah)
b. Dia yang nakal. (bentuk benar)
2. Partikel lah - yang digunakan di antara subjek dan predikat dalam
kalimat verbal atau kalimat ajektiva. Partikel lah - yang lebih tegas
maknanya dari pada partikel yang pada poin pertama.
Contoh:
a. Dia lah yang mengambil bukumu. (bentuk salah)
b. Dialahyang mengambil bukumu. (bentuk benar)
a. Kamu lah yang paling cantik. (bentuk salah)
b. Kamulahyang paling cantik. (bentuk benar)
Struktur kalimat dengan partikel yang atau lah biasanya diikuti oleh
anak kalimat penjelas yang diawali oleh kata bukan.
Contoh:
a. Dia yang mengambil bukumu, bukan saya.
b. Kamulah yang paling cantik, bukan dia.
3. Partikel pun dan lah. Partikel pun digunakan di antara subjek dan
predikat, sedangkan –lah dirangkaikan pada predikat yang berupa kata
kerja intrasitif.
Contoh :
a. Diapun keluar lah dari persembunyiannya.(bentuk salah)
b. Dia pun keluarlah dari persembunyiannya.(bentuk benar)
a. Kamipun berangkatlah dengan segera.(bentuk salah)
b. Kami pun berangkatlah dengan segera.(bentuk benar)
Uraian diatas yang kami kutip dari Chaer, dari uraian tersebut
partikel terbagi menjadi tiga bagian. Sedangkan pada buku Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnkan (2006) dinyatakan
partikel dibagi menjadi tiga bagian juga.
1. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
a. Baca lah buku itu baik-baik. (bentuk salah)
b. Bacalah buku itu baik-baik. (bentuk benar)
a. Siapa kah gerangan nama gadis berbaju batik itu? (bentuk salah)
b. Siapakah gerangan nama gadis berbaju batik itu? (bentuk benar)
a. Apa tah yang kamu makan Joko?(bentuk salah)
b. Apatah yang kamu makan Joko?(bentuk benar)
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
a. Apapun baju yang dipakainya, ia tetap cantik.(bentuk salah)
b. Apa pun baju yang dipakainya, ia tetap cantik.(bentuk benar)
Catatan
Kelompok kata yang lazim dianggap padu, misalnya adapun,
andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun,
maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun ditulis
serangkai.
Contoh:
a. Ada pun sebab kematiannya belum diketahui. (bentuk salah)
Adapun sebab kematiannya belum diketahui. (bentuk benar)
b. Andai pun dia sudah berubah cantik, aku tetap tidak bias
menerimanya. (bentuk salah)
Anadaipun dia sudah berubah cantik, aku tetap tidak bias
menerimanya.(bentuk benar).
c. Walau pun miskin ia selalu gembira. (bentuk salah)
Walaupun miskin I tetap gembira. (bentuk benar)
3. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahuluinya atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000,00 per helai.

B. Kesalahan Penulisan Klitik


Tim (2006) menyatakan klitik merupakan pemenggalan kata ganti yang
tidak dapat dipenggal. Klitik terdiri dari ku, mu, nya, dan kau.
Ada dua golongan dari klitik.
1. Proklitik
Proklitik terletak dimuka, contohnya ku potong dan kau pada
kauambil (bentuk benar). Contoh bentuk salah kupotong, dan kau
gunting.
2. Enklitik.
Sedangkan enklitik terletak di belakang, contohnya ku pada suamiku,
mu pada saudaramu, dan nya pada istrinya.
Kata ganti kau yang ada pertalian dengan engkau ditulis dengan kata yang
mengikutinya. Kata ganti ku,mu, dan nya yang ada dalam pertalian dengan
kata yang belum menerapkan kaidah ini.
Contoh:
1. Apakah kau miliki sepatu model baru itu ?(bentuk salah)
Apakah kaumiliki sepatu model baru itu? (bentuk benar)
2. Kupergi saja dari sini, jika tikus-tikus itu masih disini.(bentuk salah)
Ku pergi saja dari sini, jika tikus-tikus itu masih disini.(bentuk benar)
3. Aku yang mengambil buku mu.(bentuk salah)
Aku yang mengambil bukumu.(bentuk benar)
4. Gadis itu yang memikat hati nya.(bentuk salah)
Gadis itu yang memikat hatinya.(bentuk benar)

C. Kesalahan Penulisan Lambang Bilangan


1. Menyatakan bilangan, nomor atau jumlah satu sampai dengan seribu
ditulis tanpa titik pemisah satuan (Chaer, 2005: 59)
Contoh:
a. Jalan Rawamangun nomor. 9. (bentuk salah)
b. Jalan Rawamangun nomor 9. (bentuk benar)
a. Di kelas kami terdapat 20. mahasiswa putra dan 30. mahasiswi
putri. (bentuk salah)
b. Di kelas kami terdapat 20 mahasiswa putra dan 30 mahasiswi putri.
(bentuk benar)
a. Sisa uang saku Adikku Rp 800.00. (bentuk salah)
b. Sisa uang saku Adikku Rp 800,00. (bentuk benar)
2. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan sebuah atau dua
buah kata ditulis dengan huruf, kecuali bila digunakan secara berurutan
sesuai dangan perincian (Chaer, 2005: 59).
Contoh:
a. Ibu membeli 3 ekor ayam. (bentuk salah)
b. Ibu membeli tiga ekor ayam. (bentuk benar)
a. Paman membeli 12 ekor kambing. (bentuk salah)
b. Paman membeli dua belas ekor kambing. (bentuk benar)
c. Dika membeli dua buah buku tulis, tiga pensil berwarna, dan
sebuah penghapus pensil. (bentuk salah)
d. Dika membeli 2 buah buku tulis, 3 pensil berwarna, dan sebuah
penghapus pensil. (bentuk benar)
3. Pada awal kalimat lambang bilangan harus ditulis dengan huruf. Jika
lambang bilangan ini tidak dapat dinytakan dengan sebuah atau dua
buah kata, maka susunan kalimat itu harus diubah sehingga lambang
bilangan tidak terdapat pada pada awal kalimat (Chaer, 2005: 59-60)
Contoh:
a. 15 siswa SMA Banjar Manis tidak lulus ujian. (bentuk salah)
b. Lima belas siswa SMA Banjar Manis tidak lulus ujian. (bentuk
benar)
a. 300 adalah undangan dalam pernikahan Andi dan Anita. (bentuk
salah)
b. Jumlah undangan pada pernikahan Andi dan Anita berjumlah 300.
(bentuk benar)
4. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf agar lebih mudah dibaca (Chaer, 2005:60).
Contoh:
a. Proyek itu menelan biaya sebesar empat ratus dua puluh lima juta
rupiah. (bentuk salah)
b. Proyek itu menelan biaya sebesar 425 juta rupiah. (bentuk benar)
5. Bilangan dapat ditulis dengan angka sekaligus huruf dalam kuitansi,
akte atau dokumen-dokumen resmi (Chaer, 2005: 60).
Contoh:
a. Telah diterima uang sebesar Rp tiga juta lima ratus ribu rupiah
dari Saudara Bayu sebagai tanda jadi pembelian mesin jahit.
(bentuk salah)
b. Telah diterima uang sebesar Rp 3.500.000,00 ( tiga juta lima ratus
ribu rupiah) dari Saudara Bayu sebagai tanda jadi pembelian
mesin jahit. (bentuk benar)
6. Setiap kelipatan seribu dari bilangan yang menyatakan jumlah harus
diberi tanda titik (Chaer, 2005: 60).
Contoh:
a. Harga rumah itu Rp 17 000 000,00. (bentuk salah)
b. Harga rumah itu Rp 17.000.000,00. (bentuk benar)
7. Di antara angka bilangan yang menyatakan jam, menit, dan detik
diletakkan tanda titik (Chaer, 2005: 60).
Contoh:
a. Rapat dimulai pukul 0245 WIB. (bentuk salah)
b. Rapat dimulai pukul 02.45 WIB. (bentuk benar)
8. Awalan ke- dan tanda penghubung digunakan untuk menyatakan
tingkat di muka angka (Chaer, 2005: 61).
Contoh:
a. Saya anak ke2 dari tiga bersaudara. (bentuk salah)
b. Saya anak ke-2 dari tiga bersaudara. (bentuk benar)
BAB III
PENUTUP

Uraian yang dipaparkan diatas dapat ditarik kesimpulan, bahwa kesalahan


pembentukan partikel menurut Chear dibagi menjadi tiga bagian yang, lah - yang,
dan pun – lah. Sedangkan dalam EYD juga ada tiga bagian yakni 1. –lah, -kah,
dan –tah, 2. Pun, dan 3. Per. Sedangkan kesalahan penulisan bilangan yang kami
kutip dari Chaer terbagi menjadi 8 bagian.
a. Menyatakan bilangan, nomor atau jumlah satu sampai dengan
seribu ditulis tanpa titik pemisah satuan.
b. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan sebuah atau dua
buah kata ditulis dengan huruf, kecuali bila digunakan secara
berurutan sesuai dangan perincian.
c. Pada awal kalimat lambang bilangan harus ditulis dengan huruf.
Jika lambang bilangan ini tidak dapat dinytakan dengan sebuah
atau dua buah kata, maka susunan kalimat itu harus diubah
sehingga lambang bilangan tidak terdapat pada pada awal kalimat.
d. Angka yang menunjukkan bilangan bulat yang besar dapat ditulis
sebagian dengan huruf agar lebih mudah dibaca.
e. Bilangan dapat ditulis dengan angka sekaligus huruf dalam
kuitansi, akte atau dokumen-dokumen resmi.
f. Setiap kelipatan seribu dari bilangan yang menyatakan jumlah
harus diberi tanda titik.
g. Di antara angka bilangan yang menyatakan jam, menit, dan detik
diletakkan tanda.
h. Awalan ke- dan tanda penghubung digunakan untuk menyatakan
tingkat di muka angka.
Klitik ada 2 bagian pula yakni proklitik dan enklitik.
a. Proklitik terletak dimuka.
b. Sedangkan enklitik terletak di belakang.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2005. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka
Cipta.
Tim. 2006. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnkan. Bandung: Yrama Widya.

Вам также может понравиться