Вы находитесь на странице: 1из 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan –
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental. Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa
(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala
adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan.
Komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dari berbagai masalah
sangatlah penting karena pasien tersebut berbeda dari pasien biasanya. Pasien
yang mengalami gangguan jiwa membutuhkan asuhan keperawatan yang sangat
spesifik dari segi mental atau kejiwaannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari gangguan jiwa?
2. Apa penyebab umum gangguan jiwa?
3. Bagaimana gejala umum gangguan jiwa?
4. Apa tujuan komunikasi pada pasien jiwa?
5. Bagaimana komunikasi terapeutik pada pasien gangguan jiwa dengan
berbagai masalah?

C. Tujuan
Diharapkan mahasiswa dapat mengklasifikasikan pasien gangguan jiwa
dari berbagai masalah dan cara berkomunikasi yang baik dengan pasien. Serta
mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang keperawatan dalam klien
pada gangguan jiwa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gangguan Jiwa


Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan-
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental. Keabnormalan terbagi dalam dua golongan yaitu : Gangguan jiwa
(Neurosa) dan sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai gejala
adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas,
perbuatan yang terpaksa, hysteria, rasa lemah dan tidak mampu mencapai tujuan.
Perbedaan neurosa dengan psikosa adalah jika neurosa masih mengetahui dan
mereasakan kesukarannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih
hidup dalam alam kenyataan pada umumnya sedangkan penderita psikosa tidak
memahami kesukarannya, kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/ emosi,
dan dorongan motivasinya sangat terganggu), tidak ada integritas dan ia hidup
jauh dari alam kenyataan (Zakiah dalam Yosep, 2007).

B. Penyebab Umum Gangguan Jiwa


Sumber penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh factor-faktor pada
ketiga unsur yang terus-menerus saling mempengaruhi(Yosep,2007) yaitu :
1. Faktor-faktor somatic (somatogenik) atau organobiologis
a. Neroanatomi
b. Nerofisiologi
c. Nerokimia
d. Tingkat kematangan dan perkembangan organic
2. Faktor-faktor psikologik (psikogenik) atau psikoedukatif
a. Interaksi ibu-anak : normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal
bedasarkan kekurangan, distorsi, dan keadaan yang terputus (perasaan tak
percaya dan kebimbangan)
b. Peranan ayah
c. Persaingan antara saudara kandung

2
d. Intelegensi
e. Hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
f. Kehilangan yang menngakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa
salah
g. Konsep diri, pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak
menentu
h. Keterampilan, bakat, dan kreatifitas
i. Pola adaptasi dan pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
j. Tingkat perkembangan emosi
3. Faktor-faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural
a. Kestabilan keluarga
b. Pola mengasuh anak
c. Tingkat ekonomi
d. Perumahan : perkotaan lawan pedesaan

C. Gejala Umum Gangguan Jiwa


Gejala umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan
mental (Sundari,2005) adalah :
1. Keadaan Fisik
Gejala fisik dapat dirasakan oleh orang yang bersangkutan, kadang-
kadang dapat diketahui oleh orang lain. Beberapa contoh sebagai berikut :
a. Suhu badan berubah
Orang normal rata-rata mempunyai suhu badan sekitar 37 C, bila demam
suhu badan berubah. Pada orang yang sedang mengalami gangguan
mental meskipun secara fisik tidak terkena penyakit kadangkala
mengalami perubahan suhu. Seorang anak yang ditinggal tugas keluar
kota oleh ayahnya suhu tubuhnya naik, ketika ayah pulang kembali
normal.
b. Denyut nadi menjadi cepat
Nadi berdenyut berirama, terjadi sepanjang hayat. Kalau menghadapi
kejadian yang tidak menyenangkan, seorang dapat mengalami denyut
nadi semakin cepat, dengan memeriksa nadi pergelangan tangan.

3
c. Berkeringat banyak
Orang yang dipermalukan di depan umum, perasaannya terpukul.karena
menahan amarah, malu, keringat bercucuran sehingga sibuk menyeka
keringatnya yang keluar.
d. Nafsu makan berkurang
Orang yang sedang terganggu mentalnya kadang gairah makan
terganggu, bahkan ada yang hilang terhadap semua makanan atau
beberapa jenis makanan tertentu. Kalu berlarut-larut berat badan
menurun yang berdampak pada kesehatan fisik.
e. Gangguan system organ dalam tubuh
Kesimbangan system organberdampak pada adanya ketenangan.
Sebaliknya bila terjadi gangguan mental, misalnya kesedihan yang
bertubi-tubi, tiba-tiba napasnya sesak dan batuk tidak berdahak, hal ini
terjadi berlarut-larut pada system organ paru-paru meskipun tidak ada
tanda-tanda penyakit medis. Tekanan darah tinggi,sakit jantung dan lain-
lainnya.
2. Keadaan mental
Orang yang normal mempunyai kemampuan berpikir teratur, dapat
menarik kesimpulan secara sehat. Bagi orang yang sedang mengalami
kekecewaan yang mendalam. Kemampuan berpikir menjadi kacau karena
diselingi rangsangan-rangsangan lain. Bila berpikir secara baik akan
memakan waktu yang lama. Nampak adanya tanda-tanda :
a. Ilusi, yang bersangkutan mengalami salah tangkap dalam mengindera
b. Halusinasi, yang bersangkutan mengalami khayalan tanpa ada rangsang
c. Obsesi, diliputi pkiran atau perasaan yang terus- menerus, biasanya
mengenai hal yang tidak menyenangkan
d. Kompulsi, mengalami keragu-raguan mengenai sesuatu yang dikerjakan
hingga terjadi perbuatan yang srupa berulang kali.
e. Fobia, mengalami ketakutan yang sangat terhadap sesuatu kejadian tanpa
mengetahui lagi penyebabnya
f. Delusi, mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan,
pengalaman, sebab pikirannya kurang sehat

4
3. Keadaan emosi
Emosi merupakan bagian dari perasaan yang bergejolak, sehingga
dapat disaksikan. Penampakan itu berupa perubahan tingkah laku, sikap sedih
atau sebaliknya gembira.
a. Sering merasa sedih
Nampak gejala emosinya merendah, merasa tidak berguna, mengalami
kehilangan minat dan gairah
b. Sering merasa tegang
Tidak dapat santai/rileks, maka harus beristirahat. Bila ketegangan
memuncak, Nampak tangannya bergetar, gelisah dan akhirnya lesu.
c. Sering merasa girang
Bila berbicara, tertawa sulit dihentikan, bahkan menyanyi dan menari-
nari tidak mengingat tempat dan waktu

D. Tujuan Komunikasi pada Pasien Jiwa


1. Perawat dapat memahami ornag lain
2. Menggali perilaku klien
3. Memahami perlunya member pujian
4. Memperoleh informasi klien

E. Komunikasi Terapeutik Berdasarkan Masalah pasien


1. Klien dengan Masalah Perilaku Kekerasan
a. Pengertian perilaku kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku kekerasan dapat terjadi dalm dua bentuk yaitu saat sedang
berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan.
b. Tanda dan Gejala perilaku Kekerasan
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau
wawancara tentang perilaku berikut ini :

5
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Jalan mondar mandir
5) Bicara kasar
6) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
7) Mengancam secara verbal atau fisik
8) Melempar atau memukul benda/ orang lain
9) Mengepalkan tangan
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan
c. Tindakan Keperawatan Pasien dengan Perilaku Kekerasan
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
a) Beri salam/panggil nama pasien
b) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan
c) Jelaskan hubungan interaksi
d) Jelaskan tentang kontrak yang dibuat
e) Lakukan kontak singkat tapi sering
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekarasan
a) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab kesal/jengkel
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
a) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah
b) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda kesal yang dialaminya
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan
yang biasa dilakukan
b) Bicarakan dengan klien apakah cara yang klien lakukan agar
masalahnya selesai

6
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan klien
b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang dilakukan
klien
6) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruksif dalam merespon
terhadap kemarahan
a) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru
yang sehat?”
b) Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.
c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat.
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan
a) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien
b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara memilih
c) Bantu keluarga untuk menstimulasi cara tersebut
d) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari
saat marah
8) Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku
kekerasan
a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap
apa yang telah dilakuakn keluarga terhadap klien selama ini
b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien
c) Jelaskan cara-cara merawat klien
d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien
e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah
melakukan demonstrasi
9) Klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan
kegunaannya (jenis, waktu,dosis dan efek)
a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien
keluarga
b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa seizin dokter

7
c) Jelaskan prinsip benar minum obat(baca nama yang tertera
dalam obat, dosis obat,waktu dan cara minum)
d) Ajarkan klien minum dengan tepat waktu
e) Anjurkan klien melaporkan pada perawat/dokter jika
merasakan efek yang tidak menyenangkan
f) Beri pujian,jika klien minum obat dengan benar
2. Klien dengan Masalah Harga Diri Rendah
a. Pengertian harga diri rendah
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negative terhadap
diri sendiri dan kemampuan diri
b. Tanda dan gejala harga diri rendah
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimis
4) Penurunan produktivitas
5) Penolakan terhadap kemampuan diri
c. Tindakan keperawatan pasien dengan harga diri rendah
1) Membina hubungan saling percaya perawat-klien
 Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
 Perkenalkan diri dengan sopan
 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
 Jelaskan tujuan pertemuan
 Jujur dan menepati janji
 Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
 Beri perhatian kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengidentifikasi aspek yang dimiliki klien dapat
menilai kemampuan yang digunakan
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
klien
 Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif

8
 Utamakan memberi pujian realistik
3) Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
 Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat
digunakan selama sakit
 Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan
4) Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
 Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan
setiap hari sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi
klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh
dilakukan
5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan
kemampuannya
 Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang
telah direncanakan
 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan rumah
6) Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada
 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara
merawat klien dengan harga diri rendah
 Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan rumah
d. Tindakan dan peran keluarga dalam meningkatkan harga diri klien
1) Meningkatkan harga diri klien
2) Menjalin hubungan saling percaya
3) Memberi kegiatan sesuai kemampuan klien
4) Meningkatkan kontak dengan orang lain
5) Dorong mengungkapkan pikiran dan perasaannya
6) Bantu melihat prestasi dan kemampuan klien
7) Bantu mengenal harapan

9
8) Membantu klien mengungkapkan upaya yang bisa digunakan
dalam menghadapi masalah
9) Menetapkan tujuan yang nyata
10) Bantu klien mengungkapkan beberapa rencana menyelsaikan
masalah
11) Membantu memilih cara yang sesuai untuk klien
12) Sikap keluarga : empati, mengontrol klien, member pujian
pada klien
3. Klien dengan Masalah Halusinasi
a. Pengertian halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
Menurut Varcarolis, halusinasi dapat didefinisikan sebagai
terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat
stimulus. Tipe halusinasi yang paling sering adalah halusinasi
pendengaran, penglihatan, penciuman dan pengecapan. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada. Pasien merasa ada
suara padahal tidak ada stimulus suara. Melihat bayangan orang atau
sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada bayangan tersebut.
Membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak mersakan hal
yang serupa. Merasakan mengecap sesuatu padahal orang lain tidak
sedang makan sesuatu apapun. Merasakan sensasi rabaan padahal
tidak ada apapun dalam permukaan kulit.
b. Faktor Penyebab Halusinasi
1) Predisposisi
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya
rendahnya control dan kehangatan keluarga menyebabkan
klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.

10
b) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak
kecil akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya
pada lingkungannya
c) Faktor Biokimia
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di
dalam tubuh akan menghasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti Buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP). Akibat bekepanjangan
menyebabkan teraktifasinya neurotransmitter otak. Misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.
d) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini
berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam mengambil
keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju
alam khayal.
Faktor genetic dan pola asuh
e) Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.
2) Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan heacock, 1993 mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikatkeberadaan seseorang individu sebagai makhluk yang
dibangun atas dasar unsure-unsur bio-psiko-sosio-spiritual
sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi yaitu :
a) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik
seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan,

11
demam hingga delirium, intoksikasi alcohol dan kesulitan
untuk tidur dalam waktu yang lama.
b) Dimensi Emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.
Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan
fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari
ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d) Dimensi Sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien menganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat
untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi social, control diri
dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi
halusinasi dijadikan system control oleh individu tersebut,
sehingga jika perintah halusinasi berupa ancaman dirinya
atau orang lain individu cenderung untuk itu.
e) Dimensi Spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kehampaan
hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah
dan jarang berupaya secara spiritual untuk menyucikan diri.
Irama sirkandiannya terganggu, karena ia sering tidur larut

12
malam dan bangun saat siang. Saat terbangun merasa hampa
dan tidak jelas tujuan hidupnya. Ia sering memaki takdir
tetapi lemah dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan
lingkungan dan orang lain yang menyebabkan takdirnya
memburuk.
c. Tindakan keperawatan pasien dengan halusinasi
1) Membina hubungan saling percaya perawat-klien
a) Sapa klien dengan ramah dan baik verbal maupun nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien adanya
g) Beri perhatian kebutuhan dasar klien
2) Klien dapat mengenali halusinasi
a) Adakan kontak yang sering dan singkat secara bertahap
b) Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya,
bicara dan tertawa tanpa stimulus, memandang ke kiri/ke
kanan/ ke depan seolah-olah ada teman bicara
c) Bantu klien mengenal halusinasinya
d) Jika menemukan klien yang sedang halusinasi, tanyakan
apakah ada suara yang didengar
e) Jika klien menjawab ada, lanjutkan apa yang dikatakan
f) Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
namun perawat sendiri tidak mendengarnya
g) Katakan bahwa klien lain juga ada seperti klien
h) Katakan bahwa perawat akan membantu klien
i) Diskusikan dengan klien :
- Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusiansi
- Waktu dan frekuensi terjadinya halusiansi (pagi, siang,
sore, dan malam atau jika sendiri sedih, jengkel/sedih).

13
- Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
halusinasi (marah/takut, senang, sedih) beri kesempatan
mengungkapkan perasaannya.
3) Klien dapat mengontrol halusinasinya
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika
terjadi halusinasi(tidur, marah, menyibukkan diri)
b) Diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien, jika
bermanfaat beri pujian
c) Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya
halusinasi:
- Katakan “saya tidak mau dengar kamu”(pada saat
halusinasi terjadi)
- Menemui orang lain(perawat/teman/anggota keluarga)
untuk bercakap-cakap atau mengatakan halusinasi yang
terdengar
- Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasi
tidak sampai muncul
- Meminta keluarga/teman/perawat menyapa klien jika
tampak berbicara sendiri
d) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi
secara bertahap
e) Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih,
evaluasi hasil dan beri pujian jika berhasil
f) Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok orientasi
realita, stimulasi persepsi
4) Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi
a) Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami
halusinasi
b) Diskusikan dengan keluarga(pada saat kunjungan
berkunjung/kunjungan rumah) :
- Gejala halusinasi yang dialami klien

14
- Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
memutus halusinasi
- Cara merawat anggota yang halusinasi di rumah, beri
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama,
bepergian bersama
- Beri informasi waktu follow up atau kapan perlu
mendapat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, risiko
menciderai orang
5) Klien memanfaatkan obat yang baik
a) Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis,
frekuensi, dan manfaat obat
b) Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan
merasakan manfaatnya
c) Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan
efek samping obat yang dirasakan
d) Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip yang benar

d. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan halusinasi


1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat
pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialmi pasien, tanda dan gejala halusinasi
3) Beri kesempatan pada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung di depan pasien
4) Buat perencanaan pulang bersama keluarga
4. Klien dengan Masalah Isolasi Sosial
a. Pengertian Isolasi Sosial
Isolasi social adalah keadaan di mana seorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa

15
ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain.
b. Tanda dan gejala isolasi social
1) Gejala subjektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain
- Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
- Respons verbal kurang dan sangat singkat
- Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain
- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
- Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
- Klien merasa tidak berguna
- Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
- Klien merasa ditolak
2) Gejala objektif
- Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
- Tidak mengikutu kegiatan
- Banyak berdiam diri di kamar
- Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
yang terdekat
- Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
- Kontak mata kurang
- Kurang spontan
- Apatis(acuh terhadap lingkungan)
- Ekspresi wajah kurang berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
- Mengisolasi diri
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya
- Masukan makanan dan minuman terganggu
- Retensi urine dan feses
- Aktivitas menurun

16
- Kurang energi(tenaga)
- Rendah diri
c. Tindakan keperawatan terhadap pasien isolasi sosial
1) Membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi
sosial kadang perlu waktu yang tidak singkat. Perawat harus
konsisten bersikap terapeutik pada pasien.Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah :
a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
b) Berkenalan dengan pasien
c) Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
d) Buat kontrak asuhan : apa yang akan dilakukan bersama
klien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya dimana
e) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang
diperoleh demi kepentingan terapi
f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
g) Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi
2) Membantu klien menyadari perilaku isolasi sosial
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyadarkan klien
bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan perlu diatasi : hal
tersebut dapat digali dengan menanyakan :
a) Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
b) Menayakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
c) Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan
bergaul akrab dengan mereka
d) Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
e) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
klien

17
3) Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara
bertahap
a) Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain
b) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
c) Beri kesempatan klien mempraktikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
d) Mulialah bantu klien berinteraksi dengan satu orang teman/
anggota keluarga
e) Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah
interaksi dengan dua,tiga,empat orang dan seterusnya
f) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh klien
g) Siap mendengarkan ekspresi perasaan klien dengan orang
lain. Beri dorongan terus menerus agar klien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
4) Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki
5) Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi unutk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan
6) Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang konstruktif
7) Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara
bertahap
8) Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien yang
dimulai dengan keluarga terdekat
9) Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap
pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar
d. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan isolasi sosial
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi
sosial di rumah adalah :
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien
2) Menjelaskan tentang :

18
a) Masalah sosial dan dampaknya pada pasien
b) Penyebab isolasi sosial
c) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial antara lain :
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan
cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji
- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk
bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain
yaitu tidak mencela kondisi pasien dan memberikan pujian
yang wajar
- Tidak membiarkan pasien dirumah
- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan
pasien
3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4) Membantu keluarga mempraktikkan cara merawat yang telah
dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi
5) Menyusun perencanaan pulang bersam keluarga
5. Klien dengan masalah waham
a. Pengertian Waham
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitas yang salah, keyakinan yang tidak
konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya,
ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat.
Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa ia memiliki
banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau
ia merasa sangat kuat dan sangat terkenal. Waham adalah keyakinan
yang salah secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh
orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Smart dan
Sundeen,1998).
b. Tanda dan gejala waham
1) Waham kebesaran

19
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuia dengan kenyataan.
Contoh : “ saya ini pejabat di Departemen lo,,”
2) Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/ menciderai dirinya, diucapkan berulang kali tapi tidak
sesuai kenyataan.Contoh : “saya tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan
saya”
3) Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama yang berlebihan,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.Contoh:
“kalau saya masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
setiap hari”
4) Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/ terserang
penyakit, diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai
kenyataan.Contoh : “saya sakit kanker”, setelah diperiksa
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien
terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5) Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal,
diucapkan berulang kali tapi tidak sesuai kenyataan.Contoh :
“inikan alam kubur ya, semua yang ada disini roh-roh”
c. Tindakan keperawatan terhadap pasien waham
1) Membina hubungan saling percaya dengan klien
2) Jangan membantah dan mendukung klien
3) Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindung
4) Observasi pengaruh waham terhadap kehidupan sehari-hari,
personal hygiene, kebutuhan tidur, makan, interaksi sosial.
5) Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi
sehingga menimbulkan kecemasan, rasa takut dan marah,

20
misalnya yang menyangkut masalah-masalah kecil, di rumah, di
kantor, hubungan dengan keluarga
6) Berikan pujian bila penampilan dan orientasi klien sesuai dengan
realitas serta bila klien mampu memperlihatkan kemampuan
positifnya
7) Diskusikan dengan klien untuk melakukan aktifitas sesuai
kemmapuan yang dimilikinya
8) Libatkan dalam kegiatan sehari-hari di rumah sakit
9) Jelaskan pada klien tentang pengobatannya
d. Tindakan keperawatan keluarga pasien dengan waham
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
pasien di rumah
2) Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang di alami pasien
3) Diskusikan dengan keluarga tentang :
a) Cara merawat pasien waham di rumah
b) Follow up dan keteraturan pengobatan
c) Lingkungan yang tepat untuk pasien
4) Mendiskusikan dengan keluarga tentang obat pasien
5) Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan
konsultasi segera
6) Latih cara merawat
7) Menyusun rencana pulang apsien dengan keluarga
6. Klien dengan Masalah Risiko Bunuh Diri
a. Pengertian Bunuh Diri
1) Penyebab Bunuh diri
a) Faktor genetic dan teori biologi
Factor genetic mempengaruhi terjadinya resiko bunuh diri
pada keturunannya. Disamping itu adanya penurunan
serotonin dapat menyebabkan depresi yang berkontribusi
terjadinya resiko bunuh diri.

21
b) Teori sosiologi
Emile Durkheim membagi suicide dalam 3 kategori yaitu :
Egoistik (orang yang tidak terintegrasi pada kelompok
social), atruistik (Melakukan suicide untuk kebaikan
masyarakat) dan anomic (suicide karena kesulitan dalam
berhubungan dengan orang lain dan beradaptasi dengan
stressor).
c) Teori psikologi
Sigmund Freud dan Karl Menninger meyakini bahwa bunuh
diri merupakan hasil dari marah yang diarahkan pada diri
sendiri.
d) Penyebab lain
- Adanya harapan untuk reuni dan fantasy
- Merupakan jalan untuk mengakhiri keputusasaan dan
ketidakberdayaan
- Tangisan untuk minta bantuan
- Sebuah tindakan untuk menyelamatkan muka dan mencari
kehidupan yang lebih baik
2) Tindakan keperawatan terhadap pasien risiko bunuh diri
a) Bantu klien untuk menurunkan resiko perilaku destruktif
yang diarahkan pada diri sendiri, dengan cara :
- Kaji tingkatan resiko yang di alami pasien : tinggi, sedang,
rendah
- Kaji level Long-Term Risk yang meliputi : Lifestyle/ gaya
hidup, dukungan social yang tersedia, rencana tindakan
yang bisa mengancam kehidupannya, koping mekanisme
yang biasa digunakan.
b) Berikan lingkungan yang aman (safety) berdasarkan
tingkatan resiko, managemen untuk klien yang memiliki
resiko tinggi;

22
- Orang yang ingin suicide dalam kondisi akut seharusnya
ditempatkan didekat ruang perawatan yang mudah di
monitor oleh perawat
- Mengidentifikasi dan mengamankan benda – benda yang
dapat membahayakan klien misalnya : pisau, gunting, tas
plastic, kabel listrik, sabuk, hanger dan barang berbahaya
lainnya
- Membuat kontrak baik lisan maupun tertulis dengan
perawat untuk tidak melakukan tindakan yang mencederai
diri Misalnya : ”Saya tidak akan mencederai diri saya
selama di RS dan apabila muncul ide untuk mencederai
diri akan bercerita terhadap perawat.”
- Makanan seharusnya diberikan pada area yang mampu
disupervisi dengan catatan :
 Yakinkan intake makanan dan cairan adekuat
 Gunakan piring plastik atau kardus bila
memungkinkan.
 Cek dan yakinkan kalau semua barang yang digunakan
pasien kembali pada tempatnya
- Ketika memberikan obat oral, cek dan yakinkan bahwa
semua obat diminum
- Rancang anggota tim perawat untuk memonitor secara
kontinyu
- Batasi orang dalam ruangan klien dan perlu adanya
penurunan stimuli
- Instruksikan pengunjung untuk membantasi barang
bawaan ( yakinkan untuk tidak memberikan makanan
dalam tas plastic)
- Pasien yang masih akut diharuskan untuk selalu memakai
pakaian rumah sakit.
- Melakukan seklusi dan restrain bagi pasien bila sangat
diperlukan

23
- Ketika pasien sedang diobservasi, seharusnya tidak
menggunakan pakaian yang menutup seluruh
tubuhnya.Perlu diidentifikasi keperawatan lintas budaya
- Individu yang memiliki resiko tinggi mencederai diri
bahkan bunuh diri perlu adanya komunikasi oral dan
tertulis pada semua staf.
c) Membantu meningkatkan harga diri klien
- Tidak menghakimi dan empati
- Mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
- Mendorong berpikir positip dan berinteraksi dengan orang
lain
- Berikan jadual aktivitas harian yang terencana untuk klien
dengan control impuls yang rendah
- Melakukan terapi kelompok dan terapi kognitif dan
perilaku bila diindikasikan.
d) Bantu klien untuk mengidentifikasi dan mendapatkan
dukungan social
- Informasikan kepada keluarga dan saudara klien bahwa
klien membutuhkan dukungan social yang adekuat
- Bersama pasien menulis daftar dukungan sosial yang di
punyai termasuk jejaring sosial yang bisa di akses
- Dorong klien untuk melakukan aktivitas social
e) Membantu klien mengembangkan mekanisme koping yang
positif.
- Mendorong ekspresi marah dan bermusuhan secara asertif
- Lakukan pembatasan pada ruminations tentang percobaan
bunuh diri
- Bantu klien untuk mengetahui faktor predisposisi ‘ apa
yang terjadi sebelum anda memiliki pikiran bunuh diri’
- Memfasilitasi uji stress kehidupan dan mekanisme koping
- Explorasi perilaku alternative
- Gunakan modifikasi perilaku yang sesuai

24
- Bantu klien untuk mengidentifikasi pola piker yang
negative dan mengarahkan secara langsung untuk
merubahnya yang rasional.
f) Initiate Health Teaching dan rujukan, jika diindikasikan
- Memberikan pembelajaran yan menyiapkan orang
mengatasi stress (relaxation, problem-solving skills).
- Mengajari keluarga technique limit setting
- Mengajari keluarga ekspresi perasaan yang konstruktif
- Intruksikan keluarga dan orang lain untuk mengetahui
peningkatan resiko : perubahan perilaku, komunikasi
verbal dan nonverbal, menarik diri, tanda depresi.
7. Klien dengan Masalah Depresi
a. Pengertian Depresi
Depresi adalah suatu jenis alam perasaan atau emosi yang
disertai komponen psikologik : rasa susah, murung, sedih, putus asa -
dan tidak bahagia, serta komponen somatik: anoreksia, konstipasi,
kulit lembab (rasa dingin), tekanan darah dan denyut nadi sedikit
menurun.
Depresi merupakan gangguan alam perasaan yang berat dan
dimanifestasikan dengan gangguan fungsi social dan fungsi fisik yang
hebat, lama dan menetap pada individu yang bersangkutan.
Depresi disebabkan oleh banyak faktor antara lain : faktor
heriditer dan genetik, faktor konstitusi, faktor kepribadian pramorbid,
faktor fisik, faktor psikobiologi, faktor neurologik, faktor biokimia
dalam tubuh, faktor keseimbangan elektrolit dan sebagainya.
Depresi biasanya dicetuskan oleh trauma fisik seperti penyakit
infeksi, pembedahan, kecelakaan, persalinan dan sebagainya, serta
faktor psikik seperti kehilangan kasih sayang atau harga diri dan
akibat kerja keras.
Depresi merupakan reaksi yang normal bila berlangsung dalam
waktu yang pendek dengan adanya faktor pencetus yang jelas, lama
dan dalamnya depresi sesuai dengan faktor pencetusnya. Depresi

25
merupakan gejala psikotik bila keluhan yang bersangkutan tidak
sesuai lagi dengan realitas, tidak dapat menilai realitas dan tidak dapat
dimengerti oleh orang lain.
b. Tanda Dan Gejala
• Data subyektif :
Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas berbicara.Sering
mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri abdomen dan dada,
anoreksia, sakit punggung,pusing. Merasa dirinya sudah tidak
berguna lagi, tidak berarti, tidak ada tujuan hidup, merasa putus asa
dan cenderung bunuh diri. Pasien mudah tersinggung dan
ketidakmampuan untuk konsentrasi.
• Data obyektif :
Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan bila
duduk dengan sikap yang merosot, ekspresi wajah murung, gaya
jalan yang lambat dengan langkah yang diseret.Kadang-kadang
dapat terjadi stupor. Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu
makan, sukar tidur dan sering menangis. Proses berpikir terlambat,
seolah-olah pikirannya kosong, konsentrasi terganggu, tidak
mempunyai minat, tidak dapat berpikir, tidak mempunyai daya
khayal Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah
yang mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa,
depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung
(irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan
psikomotor.
• Koping maladaptif
• DS : Menyatakan putus asa dan tak berdaya, tidak bahagia, tak ada
harapan.
• DO : Nampak sedih, mudah marah, gelisah, tidak dapat mengontrol
impuls.

26
• Mekanisme koping yang digunakan adalah denial dan supresi yang
berlebihan .
c. Tindakan keperawatan terhadap pasien depresi
1) Perkenalkan diri dengan klien dengan cara menyapa klien dengan
ramah, baik verbal dan non verbal, selalu kontak mata selama
interaksi dan perhatikan kebutuhan dasar klien.
2) Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap
empati
3) Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar empati dan lebih
banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya: memberikan
sentuhan, anggukan.
4) Perhatikan pembicaraan pasien serta beri respons sesuai dengan
keinginannya
5) Bicara dengan nada suara yang rendah, jelas, singkat, sederhana
dan mudah dimengerti
6) Terima pasien apa adanya tanpa membandingkan dengan orang
lain.
7) Klien dapat menggunakan koping adaptif
8) Beri dorongan untuk mengungkapkan perasaannya dan
mengatakan bahwa perawat memahami apa yang dirasakan
pasien.
9) Tanyakan kepada pasien cara yang biasa dilakukan mengatasi
perasaan sedih/menyakitkan
10) Diskusikan dengan pasien manfaat dari koping yang biasa
digunakan
11) Bersama pasien mencari berbagai alternatif koping.
12) Beri dorongan kepada pasien untuk memilih koping yang paling
tepat dan dapat diterima
13) Beri dorongan kepada pasien untuk mencoba koping yang telah
dipilih
14) Anjurkan pasien untuk mencoba alternatif lain dalam
menyelesaikan masalah.

27
15) Klien terlindung dari perilaku mencederai diri
16) Klien dapat meningkatkan harga diri
Tindakan:
- Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
- Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
- Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, k eyakinan, hal-hal untuk
diselesaikan).
17) Klien dapat menggunakan dukungan social
Tindakan :
- Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok
pendukung, agama yang dianut).
- Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa
lalu, aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
- Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).
18) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan :
- Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
- Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar
pasien, obat, dosis, cara, waktu).
- Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang
dirasakan.
- Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan
benar

28
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan jiwa menurut Yosep(2007) adalah kumpulan dari keadaan –
keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan fisik, maupun dengan
mental. Ada tiga faktor penyebab gangguan jiwa yaitu : Faktor somatic
(somatogenik) atau organobiologis, faktor psikologik (psikogenik) atau
psikoedukatif dan faktor sosio-budaya(sosiogenik) atau sosiokultural. Gejala
umum yang muncul pada seseorang yang mengalami gangguan mental
(Sundari,2005) adalah : keadaan fisik, keadaan mental dan keadaan emosi. Tujuan
komunikasi pada pasien jiwa yaitu perawat dapat memahami orang lain, menggali
perilaku klien, memahami perlunya member pujian dan memperoleh informasi
klien.

B. Saran
Calon perawat harus mengetahui cara berkomunikasi dengan baik pada
pasien terutama pada pasien yang mengalami gangguan kejiwaan.

29
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, Mukhripah. 2008. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik


Keperawatan. Bandung : Redika Aditama.
Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Redika Aditama.
http://perawatpskiatri.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
risiko.html. Diakses pada tanggal 13 Januari 2018 Pukul 19.00.
http://tenreng.wordpress.com/2009/02/19/asuhan-keperawatan-dengan-pasien-
depresi/. Diakses pada tanggal 13 Januari 2018 Pukul 19.34.

30

Вам также может понравиться

  • ST BOK Terbaru TW 3 2021m
    ST BOK Terbaru TW 3 2021m
    Документ1 страница
    ST BOK Terbaru TW 3 2021m
    yessi87
    Оценок пока нет
  • SPPD 2021
    SPPD 2021
    Документ1 страница
    SPPD 2021
    yessi87
    Оценок пока нет
  • FORMULIR LB3n
    FORMULIR LB3n
    Документ14 страниц
    FORMULIR LB3n
    yessi87
    Оценок пока нет
  • In The Name of Love
    In The Name of Love
    Документ28 страниц
    In The Name of Love
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Your Mistake
    Your Mistake
    Документ25 страниц
    Your Mistake
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Sarana Puskesmas Kandang
    Sarana Puskesmas Kandang
    Документ2 страницы
    Sarana Puskesmas Kandang
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Kasus Etika Profesi
    Kasus Etika Profesi
    Документ5 страниц
    Kasus Etika Profesi
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Tugas Pak M.SIL
    Tugas Pak M.SIL
    Документ2 страницы
    Tugas Pak M.SIL
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Rka PKM Penurunan
    Rka PKM Penurunan
    Документ4 страницы
    Rka PKM Penurunan
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ13 страниц
    Cover
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Sarana Puskesmas Kandang
    Sarana Puskesmas Kandang
    Документ2 страницы
    Sarana Puskesmas Kandang
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Devvi SKP
    Devvi SKP
    Документ16 страниц
    Devvi SKP
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Kuesioner
    Kuesioner
    Документ3 страницы
    Kuesioner
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Jeruk Kalamansi-WPS Office
    Jeruk Kalamansi-WPS Office
    Документ4 страницы
    Jeruk Kalamansi-WPS Office
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Pengaruh Faktor Internal Terhadap Kinerja Karyawan
    Pengaruh Faktor Internal Terhadap Kinerja Karyawan
    Документ4 страницы
    Pengaruh Faktor Internal Terhadap Kinerja Karyawan
    yessi87
    Оценок пока нет
  • LAPORAN PKL Angkatan 2
    LAPORAN PKL Angkatan 2
    Документ8 страниц
    LAPORAN PKL Angkatan 2
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Permintaan Obat
    Permintaan Obat
    Документ1 страница
    Permintaan Obat
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Blangko RKA Asli
    Blangko RKA Asli
    Документ6 страниц
    Blangko RKA Asli
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Rekap Pasien Prolanis
    Rekap Pasien Prolanis
    Документ1 страница
    Rekap Pasien Prolanis
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Rekap Iks
    Rekap Iks
    Документ1 страница
    Rekap Iks
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Lap PKL KLP 1
    Lap PKL KLP 1
    Документ6 страниц
    Lap PKL KLP 1
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Kop Makalah
    Kop Makalah
    Документ18 страниц
    Kop Makalah
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Konsep Dasar Seribu HPK
    Konsep Dasar Seribu HPK
    Документ31 страница
    Konsep Dasar Seribu HPK
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Lap PKL KLP 1
    Lap PKL KLP 1
    Документ6 страниц
    Lap PKL KLP 1
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Rekap Iks
    Rekap Iks
    Документ3 страницы
    Rekap Iks
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Lap PKL KLP 1
    Lap PKL KLP 1
    Документ6 страниц
    Lap PKL KLP 1
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Indikator Promkes
    Indikator Promkes
    Документ8 страниц
    Indikator Promkes
    Dina Mariana
    Оценок пока нет
  • Biodata CV BAru
    Biodata CV BAru
    Документ1 страница
    Biodata CV BAru
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    Документ11 страниц
    Makalah Sejarah Perkembangan Keperawatan Di Dunia
    yessi87
    Оценок пока нет
  • Pertolongan Pertama
    Pertolongan Pertama
    Документ6 страниц
    Pertolongan Pertama
    RatnaArdianaNovianti
    Оценок пока нет