Вы находитесь на странице: 1из 20

Konsep Teori

A. Pengertian
B. Manifestasi Klinis
Gejalanya berupa:
a. Bengkak pada penis meskipun tidak dalam kondisi ereksi.
b. Terdapat tanda-tanda radang seperti nyeri atau terdapat luka pada penis dengan sebab
yang tidak jelas.
c. Lesi yang sulit sembuh, disertai “subtle induration” pada kulit, pertumbuhan kecil di kulit
(a small excrescence), papula, pustula, tumbuhnya kutil atau veruka (a warty growth),
atau pertumbuhan exophytic.
d. Perubahan warna pada kulit penis juga dapat menjadi tanda awalnya.
e. Terdapat benjolan pada lipat paha, artinya terjadi pembesaran kelenjar getah bening pada
daerah tersebut. Terkadang ditemukan suatu massa, ulceration, suppuration, atau
perdarahan (hemorrhage) di daerah lipat paha (inguinal) karena nodal metastases.
Kondisi ini menandakan bahwa stadium kanker sudah dalam taraf lanjut.
f. Nyeri penis dan perdarahan dari penis (pada stadium lanjut).
g. Penderita dengan kanker yang telah menyebar luas (advanced metastatic cancer) dapat
mengeluhkan lemah (weakness), penurunan berat badan (weight loss), kelelahan
(fatigue), lesi pada penis kemungkinan dapat berdarah.
h. Banyak pria tidak periksa ke dokter sampai kanker mengerosi (eroded) preputium dan
menjadi berbau tidak sedap karena infeksi dan nekrosis.
(Dito Anurogo, 2008)

C. Etiologi/ Faktor Risiko


Menurut Muneer et al. (2016) bukti etiologi terbatas, dan untuk beberapa faktor risiko berikut
tidak lebih dari studi epidemiologi dasar yang tersedia. Faktor risiko yang diduga
menyebabkan kanker penis antara lain:
 Phimosis dan tidak sirkumsisi
Tidak sirkumsisi adalah faktor risiko yang paling penting untuk kanker penis. Efek positif
dari sirkumsisi dijelaskan dalam pandangan kedua jalur berikut. Pertama, tidak terkait
dengan HPV, dengan mencegah kondisi seperti kurangnya menjaga kebersihan penis,
retensi smegma, dan fimosis, yang telah dilaporkan sebagai faktor risiko untuk kanker
penis. Phimosis selalu menyebabkan retensi dari pergantian kulit secara normal dan
produk urin (smegma) dihasilkan dalam pengembangan lingkungan di mana iritasi kronis
dan bacterial infeksi menyebabkan peradangan dari kulit preputium dan glans penis.
Meskipun kejadian kanker telah dikaitkan dengan peradangan kronis yang disebabkan
oleh efek iritasi dari smegma, sampai saat ini agen kersinogenik belum diidentifikasi dan
terisolasi dalam smegma itu sendiri. Kedua, sirkumsisi diyakini mengurangi risiko
infeksi HPV dengan menghilangkan preputium atau kulup bagian dalam yang bertindak
sebagai tempat menerima infeksi dari Human papilloma virus. Pelaksanaan sirkumsisi
sebagai tindakan pencegahan masih kontroversial dengan manfaatnya, risiko komplikasi
dan aspek etis.
 Infeksi Human papillomavirus (HPV)
 Penggunaan tembakau
Merokok menunjukkan hubungan dengan kanker penis. Penggunaan tembakau dalam
bentuk apapun merupakan faktor risiko untuk kanker penis dan telah dijelaskan dalam
beberapa studi. Meskipun hubungan dengan merokok telah berulang kali diamati untuk
kanker penis, peran nyata dari merokok dalam pengembangan penyakit ini tidak
diketahui. Tembakau mungkin bertindak melalui salah satu metabolitnya atau mungkin
bertindak secara langsung setelah penyerapan secara sistemik yang dapat mengubah
respon imun pasien
 Kebersihan diri yang kurang
seperti phimosis, kebersihan diri yang kurang diduga berkontribusi untuk iritasi kronis,
retensi smegma dan karsinogenesis. Faktor yang menyebabkan kebersihan diri yang
kurang seperti mengabaikan diri, obesitas dan penis tidak muncul (umumnya karena
tertutup lapisan lemak) yang mungkin menjadi faktor risiko meskipun bukti masih belum
tersedia.
 Peradangan kronis atau iritasi.
 Cedera penis atau trauma
 Kutil di area genital
 Infeksi HIV
peningkatan risiko kanker penis diantara orang-orang yang terinfeksi HIV cukup jelas,
dan mungkin terkait dengan lebih tinggi insiden HPV di antara orang-orang dengan HIV.
Namun, poblet et al. memiliki saran mengenai HIV bisa bersinergi dengan HPV
dihasilkan dari perkembangan premalignant lesi penis ke kanker invasive. Sirkumsisi
mengurangi risiko penularan HIV oleh pengurangan dari daerah rentan dan
memungkinkan periode keratinisasi.
 Psoralen-UV-A photochemotherapy
 Sex with animals (SWA) atau melakukan hubungan seks dengan hewan

D. Patofisiologi
Kanker penis biasanya dimulai sebagai lesi kecil pada glans atau kepala penis. Kanker
penis berkisar dari putih-abu-abu, tidak teratur, exophytic, massa endofit datar dan ulserasi.
Sel kanker berangsur-angsur tumbuh secara lateral di sepanjang permukaan penis dan bisa
menutupi seluruh kelenjar serta preputium sebelum menyerang corpora dan keseluruhan
batang penis. Semakin luas lesi, semakin besar kemungkinan invasi lokal dan metastasis
nodal. Kanker penis mungkin papilari dan exophytic atau datar serta ulseratif. Jika kanker
penis ini tidak diobati secara dini makan dapat terjadi autoamputasi.
Lesi papilaris dan colitis memiliki tingkat pertumbuhan yang serupa, tetapi lesi ulseratif
cenderung bermetastasis ke kelenjar getah bening dan hal ini berpengaruh terhadap tingkat
kelangsungan hidup dimana lebih rendah dari 5 tahun. Ukuran kanker yang lebih besar dari 5
cm dan melibatkan lebih dari 75% dari poros tersebut berasosiasi dengan prevalensi tinggi
metastasis nodal dan tingkat kelangsungan hidup lebih rendah, tetapi hubungan yang
konsisten antara ukuran kanker, kehadiran metastasis inguinal node, dan kelangsungan hidup
belum diidentifikasi.
Fasia Buck, yang mengelilingi corpora, bertindak sebagai penghalang sementara. Jika
kanker telah menembus fasia Buck dan albuginea tunika, kanker telah dapat menyebar ke
pembuluh darah dan bahkan secara sistemik. Metastasis ke kelenjar getah bening femoral dan
inguinal adalah jalur awal untuk penyebaran kanker penis. Oleh karena, crossover kelenjar
getah bening maka sel kanker dapat menyebar secara bilateral ke kedua kelenjar getah bening
inguinalis. Metastase pada simpul-simpul daerah inguinal menyebabkan terjadinya nekrosis
kulit, infeksi kronis, dan, akhirnya kematian akibat dari sepsis atau perdarahan sekunder
terhadap erosi ke dalam pembuluh femoral. Metastase jauh dari sel kanker dapat menyerang
hati, tulang, paru-paru, atau otak. Karsinoma penis terjadi secara progresif dan terbukti
berakibat fatal pada pasien yang tidak diobati dalam waktu 2 tahun (Brosman, 2011).
WOC
E. Penatalaksanaan
Pengobatan kanker penis bervariasi, tergandung kepada lokasi dan beratnya tumor, antara
lain:
a. Terapi Medikamentosa
Neoplasma intraepitel seperti Bowen disease atau erythroplasia of Queyrat dapat diterapi
dengan topical 5-fluorouracil.
b. Pembedahan
Pembedahan yang paling sering dilakukan untuk pengobatankanker penis adalah :
1) Eksisi local
Dilakukan jika kanker masih terbatas pada penis dan masih kecil.
2) Microsurgery
Adalah pembedahan pada tumor penis dengan mikroskop untuk menghilangkan
jaringan tumor dan mempertahankan jaringan yang sehat sekecil mungkin.
3) Bedah laser
Merupakan pembedahan dengan menggunakan sinar laser untuk membakar atau
memotong sinar laser. Bedah laser (Laser surgery) digunakan pada pasien dengan
lesi jinak (benign) dan ganas (malignant) yang ada di permukaan (superficial).
Terapi ini telah diterapkan pada kasus-kasus “local and limited invasive disease”.
Empat tipe laser yang digunakan dalam bedah laser, yaitu: carbon dioxide, argon,
dan potassium-titanyl phosphate (KTP) lasers.
4) Sirkumsisi
Sirkumsisi adalah memotong ujung kulit penis yang terkena kanker. Pada pasien
dengan tumor yang berukuran kecil yang terbatas pada preputium, cukup dengan
khitan (sirkumsisi).
5) Penektomi
Penektomi adalah pemotongan penis sebagian atau total. Penectomi merupakan
pengobatan yang tepat untuk kanker penis. Jika tumornya terbatas pada daerah kecil
di ujung penis, dilakukan penektomi parsial (pengangkatan sebagian kecil penis).
Untuk stadium lanjut dilakukan penektomi total disertai uretrostomi (pembuatan
lubang uretra yang baru di daerah perineum). Amputasi sebagian (amputasi parsial)
cocok jika kanker meliputi glans penis dan bagian distal penis saat ereksi (distal
shaft).
Pada beberapa situasi/keadaan, local wedge resection dapat dikerjakan dengan
mudah, ini berhubungan dengan rata-rata rekurensi sebesar 50%. Jikasurgical
resection baik dengan wedge maupun partial penectomy tidak memberikan
kebebasan yang cukup (adequate margin), maka strategi total penectomy haruslah
dipertimbangkan. Jika sebagian sisa penis (residual penis) dan urethra tidak cukup
bagi pasien untuk kencing sambil berdiri, maka dapat dilakukan tindakan
perineal urethrostomy.
6) Mohs micrographic surgery (MMS)
Teknik bedah lainnya adalah Mohs micrographic surgery (MMS), yang dapat
dipakai (applicable) untuk pasien dengan noninvasive disease.
c. Kemoterapi
Kemoterapi bisa dilakukan sebagai tambahan terhadap pengangkatan tumor. Obat-obatan
yang paling banyak digunakan antara lain: cisplatin, bleomycin, methotrexate, dan
fluorouracil.
d. Terapi Radiasi/Radioterapi
Radioterapi perupakan pengobatan pelengkap dari pembedahan yang bertujuan
mengurangi resiko kekambuhan/rekurensi. Pada stadium lanjut kombinasi pembedahan,
kemoterapi dan radioterapi mungkin diperlukan.
Macamnya:
1. External beam radiation therapy
2. Brachytherapy
Indikasi terapi radiasi:
1) Pria muda dengan kanker pada glans atau coronal sulcus dengan ukuran kecil (<3
cm), superficial, lesi exophytic, atau noninvasive.
2) Pasien menolak tindakan bedah atau datang dengan metastatic disease dan
memerlukan terapi "palliative". Khitan/sunat (circumcision) direkomendasikan
sebelumnya untuk memulai terapi radiasi untuk kanker yang melibatkan/menyertai
preputium (kulup zakar).
3) Terapi radiasi memiliki kekurangan. Squamous cell carcinomas cenderung resistant,
dan dosis untuk “high tumor” yaitu 0.6 Gy yang diperlukan untuk merawat tumor
dapat menyebabkan urethral fistulae, strictures, penile necrosis, nyeri, dan edema
4) Jika kanker terinfeksi, maka efek terapi dapat berkurang, sedangkan risiko terjadinya
komplikasi akan meningkat.
Terapi radiasi dilakukan setelah pengangkatan tumor yang terlokalisir dan tumor
yang belum menyebar. Efek samping dari terapi radiasi adalah nafsu makan berkurang,
lelah, reaksi kulit (misalnya iritasi dan kemerahan), cedera atau luka bakar pada rektum,
sistitis dan hematuria. Radiasi biasanya dilakukan sebanyak 5 kali/minggu selama 6-8
minggu. (Asrul, 2010).
Penatalaksanaan berdasarkan stadium tumor:
A. Tumor primer.
1) Sirkumsisi.
Terbatas pada lesi superfisial, noninvasif terbatas pada/di preputium.
2) Partial panectomy.
Pilihan untuk lesi distal (amputasi 2 cm dati tepi tumor).
3) Total panectomy dengan oerineal urethrostomy.
Lesi proximal, ada infiltasi ke profunda.
4) Lymphadenectomy.
Radial ilioinguinal lymphadenectomy pada Ca Penis masih kontroversi.
5) Sentinel node biopsy (cabanas 1977).
Sentinel node terletak 32 jari laterodistal dari tuberculum pubicum pada pertemuan
v. epigastrica superficial dan v. saphena. Bila kelenjar positif dilakukan
Lymphadenectomy.
B. Tumor lanjut dan metastasis.
Bersifat paliatif.
Untuk mengatasi nyeri, perdarahan, massa inguinal superfisial.
1) Kemoterapi : Bleomycin, methorexate, cisplatin, 5FU.
2) Radiasi : Bila penderita menolak operasi.
6.000 rad selama 3 – 6 minggu.
Dapat digunakan brakiterapi dengan Iridium 192
(Tri Kurnianto, 2008).
F. Komplikasi
komplikasi pasca operasi awal dilaporkan setinggi 55.4% di sebuah studi baru yang
menganalisis data dari empat rujukan pusat di Amerika Serikat dan Eropa. Namun 65.7%
komplikasi ini yang dianggap minor sesuai dengan sistem Clavien-dindo sistem. Komplikasi
antara lain infeksi luka (34.8%) seroma (26.5%), lymphocele (10.4%) (tidak memerlukan
intervensi) dan luka dehiscence (7.2%). Dalam penelitian lain, besar dan kecilnya komplikasi
berhubungan dengan rendah dalam profilaksis / terapi lymphadenectomy dibanding paliatif
lymphadenectomy (Spiess, 2016).
G. Skrining/ Deteksi Dini
H. Peran Keluarga dan Perawatan di Rumah
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian

Dari anamnesis didapatkan adanya keluhan luka pada kemaluan yang timbul awalnya seperti
jerawat yang kian hari kian membesar, luka disertai nyeri, kemudian pecah menjadi luka dengan
permukaan yang tidak teratur. Kemudian benjolan mulai mengeluarkan darah. Kaji bagaimana
pola BAK, apakah ada nyeri serta tidak ada keluhan saat BAB. Demam tidak ada, riwayat
berhubungan seksual (bergonta-ganti pasangan), penurunan BB tidak ada. Dilakukan pengkajian
pada riwayat penyakit dahulu seperti diabetus miletus, hipertensi, serta riwayat psikososial.
Beberapa kepustakaan mengatakan bahwa gejala permulaan suatu karsinoma penis dapat timbul
nodul kecil, vesikel-vesikel atau ulserasi yang bisa disertai nyeri dan perubahan bentuk yang kian
hari kian membesar. Tidak adanya gangguan buang air kecil, disebabkan adanya fascia Buck di
penis yang berfungsi sebagai rintangan sementara sehingga uretra dan kandung kemih tidak
terkena. Anamnesis yang juga menunjang suatu tumor penis pada penderita ini yaitu penderita
tidak disunat dan tidak pernah membersihkan lipatan kulit penis bagian dalam. Menurut
kepustakaan, insiden tumor penis tinggi pada pria yang tidak di sirkumsisi serta higiene yang
buruk.

Dari pemeriksaan fisik, didapatkan benjolan berbentuk bunga kol dengan permukaan yang tidak
teratur pada glans penis. Ini sesuai dengan kepustakaan yang mengatakan bahwa kelainan ini
dapat berupa papiler, eksofitik, rata atau tukak.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut (00132)


2. Resiko infeksi (00004)
3. Gangguan citra tubuh (00118)
4. Gangguan eliminasi urine (00016)
5. Disfungsi seksual (00059)
6. Kerusakan integritas kulit (00046)
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Nyeri akut (00132)

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :


dengan:  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,  pain control, komprehensif termasuk lokasi,
fisik, psikologis), kerusakan  comfort level karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
jaringan Setelah dilakukan dan faktor presipitasi
tinfakan keperawatan  Observasi reaksi nonverbal dari
DS: selama …. Pasien tidak ketidaknyamanan
- Laporan secara verbal mengalami nyeri, dengan  Bantu pasien dan keluarga untuk
DO: kriteria hasil: mencari dan menemukan dukungan
- Posisi untuk menahan  Mampu mengontrol  Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri nyeri (tahu penyebab mempengaruhi nyeri seperti suhu
- Tingkah laku berhati-hati nyeri, mampu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
- Gangguan tidur (mata menggunakan tehnik  Kurangi faktor presipitasi nyeri
sayu, tampak capek, sulit nonfarmakologi untuk  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
atau gerakan kacau, mengurangi nyeri, menentukan intervensi
menyeringai) mencari bantuan)  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
- Terfokus pada diri sendiri  Melaporkan bahwa napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Fokus menyempit nyeri berkurang dengan hangat/ dingin
(penurunan persepsi menggunakan  Berikan analgetik untuk mengurangi
waktu, kerusakan proses manajemen nyeri nyeri: ……...
berpikir, penurunan  Mampu mengenali nyeri  Tingkatkan istirahat
interaksi dengan orang (skala, intensitas,  Berikan informasi tentang nyeri seperti
dan lingkungan) frekuensi dan tanda penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
- Tingkah laku distraksi, nyeri) berkurang dan antisipasi
contoh : jalan-jalan,  Menyatakan rasa ketidaknyamanan dari prosedur
menemui orang lain nyaman setelah nyeri  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
dan/atau aktivitas, berkurang pemberian analgesik pertama kali
aktivitas berulang-ulang)  Tanda vital dalam
- Respon autonom (seperti rentang normal
diaphoresis, perubahan  Tidak mengalami
tekanan darah, perubahan gangguan tidur
nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
- Perubahan autonomic
dalam tonus otot
(mungkin dalam rentang
dari lemah ke kaku)
- Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
- Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
2. Resiko infeksi (00004)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Risiko infeksi NOC : NIC :


 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control  Cuci tangan setiap sebelum dan
- Kerusakan jaringan dan  Risk control sesudah tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai
lingkungan tindakan keperawatan alat pelindung
- Malnutrisi selama…… pasien tidak  Ganti letak IV perifer dan dressing
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan sesuai dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil:  Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan dan gejala infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan  Berikan terapi
Leukopenia, penekanan kemampuan untuk antibiotik:.................................
respon inflamasi) mencegah timbulnya  Monitor tanda dan gejala infeksi
- Penyakit kronik infeksi sistemik dan lokal
- Imunosupresi  Jumlah leukosit dalam  Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi batas normal  Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Pertahan primer tidak  Menunjukkan perilaku terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit, hidup sehat  Monitor adanya luka
trauma jaringan,  Status imun,  Dorong masukan cairan
gangguan peristaltik) gastrointestinal,  Dorong istirahat
genitourinaria dalam
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
batas normal
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
1. Gangguan citra tubuh (00118)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Gangguan citra tubuh NOC: NIC :


berhubungan dengan:  Body image Body image enhancement
Biofisika (penyakit kronis),  Self esteem - Kaji secara verbal dan nonverbal
kognitif/persepsi (nyeri Setelah dilakukan respon klien terhadap tubuhnya
kronis), kultural/spiritual, tindakan keperawatan - Monitor frekuensi mengkritik
penyakit, krisis situasional, selama …. gangguan dirinya
trauma/injury, pengobatan body image - Jelaskan tentang pengobatan,
(pembedahan, kemoterapi, pasien teratasi dengan perawatan, kemajuan dan prognosis
radiasi) kriteria hasil: penyakit
DS:  Body image positif - Dorong klien mengungkapkan
- Depersonalisasi bagian  Mampu perasaannya
tubuh mengidentifikasi - Identifikasi arti pengurangan melalui
- Perasaan negatif tentang kekuatan personal pemakaian alat bantu
tubuh  Mendiskripsikan - Fasilitasi kontak dengan individu
- Secara verbal menyatakan secara faktual lain dalam kelompok kecil
perubahan gaya hidup perubahan fungsi
DO : tubuh
- Perubahan aktual struktur  Mempertahankan
dan fungsi tubuh interaksi sosial
- Kehilangan bagian tubuh
- Bagian tubuh tidak
berfungsi

1. Gangguan eliminasi urine (00016)

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil

Gangguan eliminasi NOC NIC


urin
 Urinary Urinary Retention Care
Definisi : Disfungsi elimination
pada eliminasi urine  Urinary  Lakukan penilaian kemih yang
Contiunence komprehensif berfokus pada inkontinensia
(misalnya, output urin, pola berkemih
kemih, fungsi kognitif, dan masalah
Batasan Kriteria Hasil : kencing praeksisten)
Karakteristik :  Memantau penggunaan obat dengan
 Disuria  Kandung sifat antikolinergik atau properti alpha
 Sering berkemih kemih kosong agonis
 Anyang- secara penuh  Memonitor efek dari obat-obatan yang
anyangan  Tidak ada diresepkan, seperti calcium channel
 Inkontinensia residu urine > 100- blockers dan antikolinergik
 Nokturia 200 cc  Menyediakan penghapusan privasi
 Retensi  Intake cairan  Gunakan kekuatan sugesti dengan
 Dorongan dalam rentang menjalankan air atau disiram toilet
normal  Merangsang refleks kandung kemih
 Bebas dari ISK dengan menerapkan dingin untuk perut,
Faktor Yang  Tidak ada membelai tinggi batin, atau air
Berhubungan : spasme bladder  Sediakan waktu yang cukup untuk
 Balance cairan pengosongan kandung kemih (10 menit)
 Obstruksi seimbang  Gunakan spirit wintergreen di pispot
anatomic atau urinal
 Penyebab  Menyediakan manuver Crede, yang
multiple diperlukan
 Gangguan sensori  Gunakan double-void teknik
motorik  Masukkan kateter kemih, sesuai
 lnfeksi saluran  Anjurkan pasien / keluarga untuk
kemih merekam output urin, sesuai
 Instruksikan cara-cara untuk
menghindari konstipasi atau impaksi tinja
 Memantau asupan dan keluaran
 Memantau tingkat distensi kandung
kemih dengan palpasi dan perkusi
 Membantu dengan toilet secara berkala
 Memasukkan pipa ke dalam lubang
tubuh untuk sisa
 Menerapkan kateterisasi intermiten
 Merujuk ke spesialis kontinensia kemih
1. Disfungsi seksual (00059)

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Disfungsi seksual NOC NIC

Definisi : Kondisi  Sexuality Pattern, Sexual Counseling


yang ditandai dengan ineffective
individu mengalami  Self-esteem  Membangun hubungan
Situasional Low terapeutik, berdasarkan
perubahan fungsi kepercayaan dan rasa hormat
 Rape Trauma
seksual selama fase Syndrome Silent  Menetapkan panjang
respons seksual  Reaction hubungan konseling
hasrat, terangsang,  Knowledge : Sexual  Menyedìakan privasi dan
dan/atau orgasme, Functioning menjamin kerahasiaan
yang dipandang tidak  Menginformasikan pasien di
awal hubungan bahwa seksualitas
memuaskan, tidak
Kriteria Hasil : adalah bagian penting dari
berharga atau tidak kehidupan dan bahwa penyakit,
adekuat  Pemulihan dan obat-obatan, dan stres (atau
penganiayaan seksual masalah lain / pasien mengalami
 Perubahan fisik peristiwa) sering mengubah
dengan Penuaan wanita dan fungsi seksual
Batasan pria  Memberikan informasi tentang
Karakteristik  Pengenalan dan fungsi seksual, sesuai .:
penerimaan Identitas seksual  Kata pengantar pertanyaan
 Keterbatasan actual pribadi tentang seksualitas dengan
akibat penyakit  Mengetahui masalah pernyataan yang memberitahu
 Keterbatasan actual reproduksi pasien bahwa banyak orang
akibat terapi  Kontrol resiko mengalami kesulitan seksual
 Perubahan dalam penyakit menular seksual  Mulailah dengan topik-topik
persepsi seks (PMS) sensitif paling dan melanjutkan
 Perubahan dalam  Fungsi seksual : ke lebih sensitif
mencapai kepuasasan integrasi aspek fisik, sosio  Diskusikan efek dari situasi
seksual emosi, dan intelektual penyakit / kesehatan pada
 Perubahan minat ekspresi dan performa seksualitas
terhadap orang lain seksual  Diskusikan efek obat tentang
 Perubahan minat  Menunjukkan dapat seksualitas, sesuai
terhadap diri sendiri beradaptasi dengan  Diskusikan efek dan
 Ketidakmampuan ketidakmampuan fisik perubahan seksualitas pada orang
mencapai kepuasan  Mampu mengontrol lain yang signifikan
yang diharapkan kecemasan  Diskusikan tingkat
 Persepsi perubahan  Menunjukkan pengetahuan pasien tentang
pada rangsangan pemulihan dari seksualitas pada umumnya
seksual penganiayaan : seksual  Dorong pasien untuk
 Persepsi definisi  Menujukkan keinginan verbalisasi ketakutan dan
hasrat seksual untuk mendiskusikan mengajukan pertanyaan
 Persepsi perubahan fungsi seksual  Mengidentifikasi tujuan
keterbatasan akibat  Mengungkapakan pembelajaran yang diperlukan
penyakit secara verbal pemahaman untuk mencapat tujuan
 Persepsi tentang pembatasan indikasi  Diskusikan diperlukan,
keterbatasan akibat medis modifikasi dalam aktivitas
terapi  Meminta informasi seksual, sesuai
 Mencari konfirmasi yang dibutuhkan tentang  Membantu pasien untuk
tentang kemampuan perubahan fungsi seksual mengekspresikan kesedihan dan
mencapai hasrat  Penggunaan kemarahan tentang perubahan
seksual kontrasepsi yang efektif dalam fungsi tubuh / penampilan,
sesuai
 Hindari menampilkan
Faktor Yang keengganan untuk bagian tubuh
Berhubungan : yang berubah
 Perkenalkan pasien untuk
 Ketiadaan model model peran positif yang telah
peran berhasil menaklukkan masalah
 Perubahan fungsi yang sama,
tubuh  Berikan informasi faktual
(mis.,kehamilan, tentang mitos seksual dan mis
pelahiran baru-baru informasi yang pasien dapat
ini, obat, verbalisasi
pembedahan, anomaly  Diskusikan bentuk-bentuk
proses penyakit, alternatif dari ekspresi seksual
trauma, radiasi) yang diterima pasien
 Perubahan struktur  Anjurkan pasien hanya pada
tubuh teknik yang kompatibel dengan
 Perubahan nilai-nilai / keyakinan
biopsikososial seksual  Anjurkan pasien tentang
 Definisi penggunaan obat-obatan
pengetahuan (misalnya, bronkodilator) untuk
 Model peran kurang meningkatkan kemampuan untuk
dapat mememngaruhi melakukan hubungan seksual,
 Kurang privasi  Tentukan jumlah bersalah
 Kurang orang seksual yang berhubungan
terdekat dengan persepsi pasien dan
 Salah informasi faktor-faktor penyebab penyakit
 Penganiayaan  Hindari prematur mengakhiri
psikososial diskusi perasaan bersalah, bahkan
(mis.,hubungan penuh ketika ini
kekerasan)  Tampaknya tidak masuk akal
 Konflik nilai  Sertakan pasangan / pasangan
 Penganiayaan fisik seksual dalam konseling
 Kerentanan sebanyak mungkin,
 Gunakan humor dan dorong
pasien untuk menggunakan
humor untuk meringankan
kecemasan atau rasa malu.
 Memberikan jaminan bahwa
praktik seksual saat ini dan baru
sebat
 Memberikan jaminan dan izin
untuk bereksperimen dengan
bentuk-bentuk alternatif dan
ekspresi seksual
 Memberikan arahan /
konsultasi dengan anggota lain
dan tim perawatan kesehatan,
sesuai
 Merujuk pasien ke seorang
terapis seks
1. Kerusakan integritas kulit (00046)
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil

Kerusakan integritas kulit NOC : NIC : Pressure Management


berhubungan dengan : Tissue Integrity : Skin and Anjurkan pasien untuk menggunakan
Eksternal : Mucous Membranes pakaian yang longgar
- Hipertermia atau Wound Healing : primer Hindari kerutan pada tempat tidur
hipotermia dan sekunder Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih
- Substansi kimia Setelah dilakukan dan kering
- Kelembaban tindakan keperawatan Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien)
- Faktor mekanik selama….. kerusakan setiap dua jam sekali
(misalnya : alat yang integritas kulit pasien Monitor kulit akan adanya kemerahan
dapat menimbulkan luka, teratasi dengan kriteria Oleskan lotion atau minyak/baby oil
tekanan, restraint) hasil: pada derah yang tertekan
- Immobilitas fisik  Integritas kulit yang Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
- Radiasi baik bisa Monitor status nutrisi pasien
- Usia yang ekstrim dipertahankan Memandikan pasien dengan sabun dan
- Kelembaban kulit (sensasi, elastisitas, air hangat
- Obat-obatan temperatur, hidrasi, Kaji lingkungan dan peralatan yang
Internal : pigmentasi) menyebabkan tekanan
- Perubahan status  Tidak ada luka/lesi Observasi luka : lokasi, dimensi,
metabolik pada kulit kedalaman luka, karakteristik,warna
- Tonjolan tulang  Perfusi jaringan baik cairan, granulasi, jaringan nekrotik,
- Defisit imunologi  Menunjukkan tanda-tanda infeksi lokal, formasi
- Berhubungan dengan pemahaman dalam traktus
dengan perkembangan proses perbaikan Ajarkan pada keluarga tentang luka dan
- Perubahan sensasi kulit dan mencegah perawatan luka
- Perubahan status nutrisi terjadinya sedera Kolaburasi ahli gizi pemberian diae
(obesitas, kekurusan) berulang TKTP, vitamin
- Perubahan status cairan  Mampu melindungi Cegah kontaminasi feses dan urin
- Perubahan pigmentasi kulit dan Lakukan tehnik perawatan luka dengan
- Perubahan sirkulasi mempertahankan steril
- Perubahan turgor kelembaban kulit dan Berikan posisi yang mengurangi
(elastisitas kulit) perawatan alami tekanan pada luka
 Menunjukkan
DO: terjadinya proses
- Gangguan pada bagian penyembuhan luka
tubuh
- Kerusakan lapisa kulit
(dermis)
- Gangguan permukaan
kulit (epidermis)

Вам также может понравиться