Вы находитесь на странице: 1из 22

7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sikap

2.1.1 Pengertian

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak

(favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(Unfavourable) (Rensis Likert, 1923 dikutip oleh Azwar, S. 2000).

Menurut LaPierre dalam Allen, Gut, & Edgley (1980) yang dikutip oleh

Azwar, S (2000 : 5) menyatakan sikap merupakan suatu pola perilaku,

tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri

dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap

stimuli sosial yang telah terkondisikan. Sedangkan menurut Scord &

Backman (1964) mendefinisikan sikap adalah ketaraturan tertentu dalam hal

perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan

(konasi/perilaku) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya.

Sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui

pengalaman yang memberikan pengaruh atau terarah terhadap respon

individu pada semua obyek dan situasi yang berkaitan dengannya

(Widayatun,1999).

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmodjo (1997 : 124), sikap adalah

merupakan respon reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap syatu stimulus atau objek.


8

Berikut ini bentuk skematik mengenai sikap menurut Rosenberg dan

Hovland dikutip oleh Azwar, S. (2000 : 8).


Respons syaraf
simpatetik
AFEK
Peryataan lisan
tentang afek
STIMULI
(individu, Respons perseptual
stuasi, isyu
sosial, SIKAP KOGNISI Peryataan lisan
kelompok tentang keyakinan
sosial, dan
objek sikap
lainnya) Tindakan yang
tampak
KONASI
Peryataan lisan
tentang perilaku

Bagan 2.1 : Konsepsi Skematik Mengenai sikap

Inferensi atau penyimpulan mengenai sikap harus didasarkan pada suatu

fenomena yang diamati dan dapat diukur. Fenomena ini berupa respons

terhadap suatu objek sikap dalam berbagai bentuk dan dianalisis terhadap

berbagai respons yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 : Respons yang digunakan untuk penyimpulan sikap


Kategori respons
Tipe respons
Kognitif Afektif Konatif
Verbal Pernyataan Pernyataan perasaan Pernyataan
keyakinan terhadap objek sikap intensi perilaku
mengenai objek
sikap
Non-verbal Reaksi perseptual Reaksi fisiologis Perilaku tampak
terhadap objek terhadap objek sikap sehubungan
sikap dengan objek
sikap
Sumber : Rosemberg dan Hovland (1960} dikutip oleh Azwar, S.(2000 : 20)
9

2.1.2 Struktur Sikap

Menurut Azwar, S (2000 :24) struktur sikap terdiri dari atas tiga

komponen yang saling menunjang yaitu :

1. Komponen Kognitif (Cognitive)

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh

individu pemilik sikap, komponen sikap berisi kepercayaan streotipe

yang dimiliki individu mengenai sesuatu dapat disamakan penanganan

(opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang

controversial.

2. Komponen Afektif (Affective)

Komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam

sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan

terhadap pengaruh yang mungkin adalah mengubah sikap seseorang

komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang

terhadap sesuatu.

3. Komponen Konatif (Conative)

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu

sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi

atau kecenderungan untuk bertindak/bereaksi terhadap sesuatu dengan

cara tertentu. Dan berkaitan dengan objek yang dihadapinya adalah logis

untuk mngharapkan bahwa sikap seseorang adalah dicerminkan dalam

bentuk tendensi perilaku


10

2.1.3 Tingkatan Sikap

Menurut Sokidjo Notoatmodjo (1996 : 126) sikap terdiri dari berbagai

tingkatan yakni :

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek), misalkan sikap orang terhadap penyakit

tuberculosis dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap

ceramah tentang penyakit itu.

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan

tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan

suatu usaha menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa

orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang ibu

yang mengajak ibu yang lain (tetanggannya, saudaranya, dan

sebagianya) untuk pergi menimbangkan anaknya, mendiskusikan tentang

gizi adalah suatu bukti bahwa ibu tersebut telah mempunyai sikap positif

terhadap gizi anak.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertannggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


11

2.1.4 Ciri sikap

Menurut Bimo Walgito (1998 : 114) ada beberapa ciri sikap antara lain:

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap

dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan dan syarat tertentu

yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan

tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk,

dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu

yang dapat dirumuskan dengan jelas.

4. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki

orang.

2.1.5 Sifat Sikap

Menurut Heri Purwanto (1998) sifat sikap terdiri dari :

1. Sikap Positif yakni kecenderungan tindakan untuk mendekati,

menyenangi, mengharapkan objek tertentu

2. Sikap negative yakni terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu.


12

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar, S (2000 : 34) factor yang mempengaruhi sikap

seseorang terhadap objek antara lain :

1. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih

mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional.

2. Pengaruh lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang

konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting.

Kecenderungan ini antara lain di motivasi oleh keinginan untuk

berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang lain

yang dianggap penting tersebut.

3. Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita

terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman

individu masyarakat asuhannya.

4. Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi

lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif

cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh

terhadap sikap konsumennya.


13

5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama

lain Sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika

kalau pada pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap

6. Faktor emosional

Kadangkala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau

penglihatan bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.1.7 Karakteristik sikap

Menurut Sax (1980) dalam bukunya yang berjudul Principles of

Educational and Psychological Meaurement and Evaliution yang dikutip

Azwar, S (2000 : 88) mengatakan ada beberapa karakteristik (dimensi) sikap

antara lain :

1. Arah

Siap mempunyai arah, artiya sikap terpilah pada dua arah kesetujuan

yaitu setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung,

apakah memihak atau tidak memihak terhadap suatu objek sikap.

2. Intensitas

Sikap memiliki intensitas, artinya kedalaman atau kekuatan sikap

terhadap sesuatu belum tentu sama walaupun arahnya mungkin tidak

berbeda.

3. Keluasan

Sikap memiliki keluasan, maksudnya kesetujuan atau ketidaksetujuan

terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan
14

sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek

yang ada pada objek sikap.

4. Konsistensi

Sikap memiliki konsistensi, maksudnya kesesuaian antara pernyataan

sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap

termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian sikap antar

waktu.

5. Spontanitas

Karakteristik spontanitas maksudnya menyangkut sejauhmana kesiapan

individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Sikap dikatakan

memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat dinyatakan secara terbuka

tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan lebih dahulu agar

individu berkesempatan yang umumya harus dijawab.

2.1.8 Pengukuran sikap

Menurut Louis Thurstone yang dikutip leh Azwar,S (2000 : 91) ada

beberapa cara dalam melakukan pengukuran sikap antara lain :

1. Penanyaan langsung

Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna

pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa indvidu merupakan

orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah

asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara

terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu dalam metode ini,

jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator

sikap mereka.
15

2. Pengungkapan langsung

Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung

(direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan

menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda.

Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat

sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan

sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian

dan pemberian responsnya yang dilakukan secara lebih jujur bila ia tidak

perlu menuliskan nama atau identitasnya.

3. Pernyataan sikap

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan

sesuatu mengenai objek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan sikap

mungkin pula berisi hal negatif mengenai objek sikap, yaitu kelimatnya

bersifat mendukung atau memihak pada objek sikap. Pernyataan ini

disebut dengan pernyataan yang favourable, begitu sebaliknya

pernyataan sikap mungkin berisi atau mengatakan hal yang negative

mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra

terhadap objek sikap maka pernyataan ini disebut pernyataan yang

Unfavourable.
16

2.2 Konsep Kehamilan

2.2.1 Definisi Kehamilan

1. Persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma yang berkahir dengan

persalinan (Bobak, dkk. 2005)

2. Ketika pembuahan saat bertemu dengan sel telur sehingga terjadi

kehamilan (Christophless, dkk. 2002 : 48).

3. Lama kehamilan berlangsung sampai persalinan aterm sekitar 280

sampai 300 hari dengan perhitungan sebagai berikut :

a. Kehamilan sampai 28 minggu dengan berat janin 1000 gram bila

berakhir disebut keguguran.

b. Kehamilan 29 minggu sampai 36 minggu bila terjadi persalinan

disebut prematuritas.

c. Kehamilan berumur 37 sampai 42 minggu disebut aterm.

d. Kehamilan melebihi 42 minggu disebut kehamilan lewat bulan atau

postdatism (serotinus)

Kehamilan menurut Winkjosastro, 2005dibagi menjadi tiga triwulan,

yaitu :

a. Triwulan pertama : 0 sampai 12 minggu

b. Triwulan kedua : 13 sampai 28 minggu

c. Triwulan ketiga : 29 sampai 42 minggu


17

2.2.2 Tanda atau Gejala Pada Wanita Hamil

Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan

penilaian terhadap beberapa tanda dengan gejala sebagai berikut :

a.Gejala kehamilan tidak pasti :

1) Amenorea (tidak dapat haid)

Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak dapat

haid lagi. Penting diketahui tanggal hari pertama haid terakhir,

supaya dapat ditentukan tuanya kehamilan dan bila persalinan

diperkirakan akan terjadi.

2) Nausea (Enek) dan Emesis (Muntah)

Enek terjadi umumnya pada bulan-bulan pertama kehamilan, disertai

kadang-kadang oleh emesis. Sering terjadi pada pagi hari, tetapi

tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning sickness. Dalam

batas-batas tertentu keadaan ini masih fisiologik. Bila terlampau

sering, dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut

hiperemesis gravidarum.

3) Mengidam (Menginginkan makanan atau minuman tertentu)

Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan tetapi

menghilang dengan makin tuanya kehamilan.

4) Konstipasi / Obstipasi

Terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormon steroid.
18

5) Pingsan

Sering dijumpai bila berada pada tempat ramai. Dianjurkan untuk

tidak pergi ke tempat ramai pada bulan pertama kehamilan. Hilang

sesudah kehamilan 16 minggu.

6) Sering kencing

Terjadi karena kandung kencing pada bulan pertama kehamilan

tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua

umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar

keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan bisa timbul karena

janin mulai masuk ke ruang panggul dan menekan kembali kandung

kencing.

7) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Pada bulan pertama terjadi anoreksia, tetapi setelah itu nafsu makan

timbul lagi. Hendaknya dijaga jangan sampai salah pengertian makan

untuk “dua orang” sehingga kenaikan berat badan tidak sesuai

dengan tuanya kehamilan.

8) Varises

Sering dijumpai pada triwulan terakhir. Didapat pada daerah

genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida

kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, timbul

kembali pada triwulan pertama. Kadang timbulnya varises

merupakan gejala pertama kehamilan muda.


19

b. Tanda kehamilan tidak pasti

1) Pigmentasi kulit

Terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Pada pipi, hidung dan

dahi kadang-kadang tampak deposit pigmen yang berlebihan, dikenal

sebagai kloasma gravidarum. Areola mammae juga menjadi lebih

hitam karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah

leher menjadi lebih hitam. Demikian pula linea alba di garis tengah

abdomen menjadi lebih hitam (linea grisea). Pigmentasi ini terjadi

karena pengaruh dari hormon kortiko-steroid plasenta yang

merangsang melanofor dan kulit.

2) Leukore, sekret serviks meningkat karena peningkatan hormon

progesteron

3) Epulis

Adalah suatu hipertropi papilla ginggivae (gusi). Sering terjadi pada

triwulan pertama.

4) Mammae menjadi tegang dan membesar

Keadaan ini disebabkan oleh pengaruh estrogen dan progesteron

yang merangsang duktuli dan alveoli di mamma. Glandula

montgomery tampak lebih jelas. Terdapat colostrom bila kehamilan

lebih dari 12 minggu.

5) Pembesaran abdomen jelas terlihat setelah kehamilan 14 minggu

6) Suhu basal meningkat terus antara 37,20 sampai 37,80 adalah salah

satu tanda akan adanya kehamilan.


20

7) Perubahan organ dalam pervik :

a). Tanda Chadwick : vagina livid, terjadi kira minggu ke 6

b). Tanda Piscaseck : uterus membesar kesalah satu jurusan

c). Tanda Hegar : segmen bawah uterus lembek pada perabaan

d). Tanda Braxton-hicks : uterus berkontraksi bila dirangsang. Tanda

ini khas untuk uterus pada masa kehamilan

8) Tes kehamilan

Yang banyak dipakai pemeriksaan hormon corionic gonadotropin

(HCG) dalam urine.

c. Tanda pasti kehamilan

1) Pada palpasi dirasakan bagian janin dan ballotemen serta gerak janin

2) Pada auskultasi terdengar bunyi jantung janin (BJJ) dengan stetoskop

laennec BJJ baru terdengar pada kehamilan 18-20 minggu. Dengan

alat Doppler BJJ terdengar pada kehamilan 12 minggu

3) Dengan ultrasonografi (USG) atau scanning dapat dilihat gambaran

janin

4) Pada pemeriksaan sinar-X tampak kerangka janin. Tidak dilakukan

lagi sekarang karena dampak radiasi terhadap janin (Winkjosastro,

2005)

2.2.3 Kategori Kehamilan Resiko Tinggi

a. Faktor paritas dan usia maternal

1) Usia 16 tahun atau kurang

2) Nulipara 35 tahun atau lebih

3) Multipara 40 tahun atau lebih


21

4) Interval 8 tahun atau lebih sejak kehamilan terkhair

5) Paritas tinggi 5 atau lebih

6) Kehamilan yang terjadi 3 bulan atau kurang setelah terakhir kali

melahirkan.

b. Faktor janin

1)Kelahiran kembar

2)Riwayat abortus

3)Satu atau lebih kelahiran mati pada gestasi cukup usia

4)Riwayat janin besar lebih dari 4 kg

c. Riwayat atau kondisi penyerta

1) Anemia dan hemoragi

2) Hipertensi

3) Penyakit penyerta (jantung, ginjal, diabetus mellitus, TBC, dll)

4) Hiperemesis gravidarum

5) Distosia (panggul sempit) (Bobak, dkk. 2005)

2.2.4 Tanda Bahaya Kehamilan

Keadaan pada ibu hamil yang mengancam jiwa ibu dan janin yang

dikandungnya antara lain :

a. Muntah terus menerus dan tidak bisa makan

b. Perdarahan waktu hamil, walau hanya sedikit sudah merupakan tanda

bahaya

c. Bengkak pada tangan muka dapat menimbulkan kejang-kejang

d. Demam lebih dari 2 hari atau keluar cairan berlebihan dari liang rahim

dan kadang berbau


22

e. Keluar cairan ketuban sebelum tiba saat melahirkan

f. Berat badan yang tidak naik pada trimester II-III

Keadaan lainnya yang mungkin dapat membahayakan jiwa ibu atau

janin yang baru diketahui bila ibu memeriksakan kehamilan kepada bidan

atau dokter antara lain :

a. Letak lintang atau sungsang

b. Penyakit yang berlangsung lama, misalnya jantung, kurang darah, TBC,

malaria, kencing manis (Depkes RI, 2000).

2.3 Keteraturan Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan

2.3.1 Keteraturan Pemeriksaan Kehamilan

Keteraturan adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dijalankan

sesuai dengan ketentuan yang sudah ada, yang dimulai pada kontak pertama

antara petugas kesehatan dengan ibu hamil secara optimal sampai menjelang

persalinannya. Menurut Sarwono (2006) menyatakan keteraturan kunjungan

ibu hamil dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan. Yaitu pada

Trimester I satu kali, trimester II satu kali, dan Trimester III dua kali.

2.3.2 Kunjungan Ibu Hamil

Kunjungan ibu hamil adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan

untuk mendapatkan antenatal care sesuai standar yang ditetapkan, baik

difasilitas pelayanan maupun diluar fasilitas pelayanan (kunjungan rumah,

posyandu, polindes). (Depkes RI. 2003).


23

2.3.3 Periode Antenatal Care

Setiap wanita hamil menghadapi risiko komplikasi yang bisa

mengancam jiwanya karena itu setiap wanita hamil memerlukan sedikitnya

empat kali kunjungan selama periode antenatal care :

a.Satu kali kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)

b. Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28)

c.Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan

sesudah minggu ke 36) (Saifuddin, ddk, 2002 : N-2).

Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi

yang sangat penting.

Tabel 2.1 : Tabel informasi penting pada setiap kunjungan antenatal care
Kunjungan Waktu Informasi penting
Trimester Sebelum Minggu - Membangun hubungan saling
Pertama ke 14 percaya antara petugas
kesehatan dan ibu hamil
- Mendeteksi masalah dan
menanganinya
- Melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus
neonaturum, anemia kekurangan
zat besi, penggunaan praktek
tradisional yang merugikan
- Memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
- Mendorong perilaku yang sehat
(gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat, dan sebagainya)

Trimester Kedua Sebelum Minggu - Sama seperti diatas, ditambah


ke 28 kewaspadaan khususnya
mengenai preeklamsia (tanya
ibu tentang gejala-gejala
preeklamsia, pantau tekanan
darah, evaluasi edema, periksa
untuk mengetahui proteinuria)

Trimester Ketiga Antara Minggu 28- - Sama seperti diatas, ditambah


24

36 palpasi abdominalis untuk


mengetahui apakah ada
kehamilan ganda

Trimester Keempat Setelah 36 Minggu - Sama seperti diatas, ditambah


deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah
sakit
Sumber : Saifuddin, dkk. 2002 : N-2

Ibu hamil tersebut harus lebih sering dikunjungi jika terdapat masalah,

dan ia hendaknya disarankan untuk menemui petugas kesehatan bilamana ia

merasakan tanda-tanda bahaya atau jika merasa khawatir (Saifuddin, 2002).

Antenatal care ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan profesional

sesuai dengan kebijakan program standar minimal termasuk 7T :

a.Timbang berat badan

b. Ukur tekanan darah

c.Ukur tinggi fundus uteri

d. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT) lengkap

e.Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet

f. Tes terhadap penyakit menular seksual

g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, dkk. 2002).

2.3.4 Keuntungan Antenatal Care

Keuntungan dari antenatal care adalah bahwa kelainan-kelainan yang

mungkin terjadi ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut lekas

diketahui dan segera dapat diatasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap

kehamilan (Wiknjosastro, dkk. 1999). Sedangkan menurut Manuaba (1998).

Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai


25

resiko dan komplikasi kehamilan sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk

melakukan rujukan ke rumah sakit.

2.3.5 Tujuan Pemeriksaan dan Pengawasan Ibu Hamil

a. Tujuan umum adalah

Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak

selama dalam kehamilan persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu

dan anak yang sehat.

b. Tujuan khusus adalah

1) Mengenali dan menangani penyulit yang mungkin dijumpai dalam

kehamilan, persalinan dan nifas.

2) Mengenali dan mengobati penyakit yang mungkin di derita sedini

mungkin

3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak

4) Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga

berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar,1998).

2.3.6 Faktor yang mempengaruhi ibu hamil melakukan kunjungan pemeriksaan

kehamilan

Menurut Lawrence Green 1980 yang dikutip oleh Notoadmodjo, S

(2005) menyebutkan bahwa ada 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku

yang nantinya akan mempengaruhi Antenatal Care :

a. Predisposising Factor

1) Pengetahuan

Merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan tentang


26

pemeriksaan kehamilan adalah sangat penting bagi perubahan

perilaku seseorang ibu hamil. Karena perubahan perilaku yang

didasari pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak

didasari pengetahuan.

2) Sikap

Adalah keteraturan perasaan dan pikiran seseorang dan

kecenderungan bertindak terhadap aspek lingkungannya. Sikap

seseorang tercermin dari kecenderungan perilakunya dalam

menghadapi suatu situasi lingkungan yang berhubungan dengannya.

3) Kepercayaan

Sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa

menunjukkan sikap atau aksi.

4) Nilai dan Tradisi

Nilai dan tradisi yang masih berlaku dan dipertahankan yang pada

akhirnya merugikan ibu hamil, seperti ibu hamil tidak boleh

memeriksakan kehamilannya sebelum usia kehamilan empat bulan,

ibu hamil tidak diperbolehkan disuntik atau diimunisasi.

b. Enabling Factor

Ketersediaan sumber-sumber/fasilitas adalah fasilitas, sarana atau

prasarana yang, mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku

seseorang atau masyarakat.


27

c. Reinforcing Factor

Sikap, perilaku petugas dan perilaku masyarakat. Hal tersebut bahwa

pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum

menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

2.4 Hubungan Antara Sikap Pemeriksaan Kehamilan dengan Keteraturan


Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan Pada Ibu Hamil

Pelayanan/asuhan antenatalcare merupakan cara penting untuk memonitor

dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan

kehamilan normal. Ibu hamil sebaiknya dianjurkan untuk melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilan sedini mungkin sejak ia merasa hamil,

yang tujuannya untuk menyiapkan ibu secara fisik dan mental serta

menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas.

keteraturan kunjungan ibu hamil dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa

kehamilan yaitu pada Trimester I satu kali, trimester II satu kali, dan Trimester

III dua kali.

Namun dalam hal keteraturan kunjungan ibu hamil, setiap individu dalam

menyikapi suatu kehamilanya sangatlah berbeda-beda, karena dalam hal ini

tergantung bagaimana perilaku dari individu tersebut. Dalam keteraturan

melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan sangat dipengaruhi beberapa

faktor, yang salah satunya adalah faktor sikap dari ibu hamil itu sendiri.

Menurut Secord dan Backman (1964) yang dikutip oleh Saifuddin Azwar

(2002) mengatakan bahwa sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal

perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)


28

seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya. Dengan adanya sikap

yang dimiliki oleh seseorang khususnya ibu hamil, maka akan dapat

mempengaruhi perilaku dari ibu hamil tersebut khususnya dalam melakukan

kunjungan pemeriksaan kehamilannya.

Вам также может понравиться