Вы находитесь на странице: 1из 19

PENDAHULUAN

Bioteknologi adalah sebuah sistem dari ilmu pengetahuan dan ilmu rekayasa terkait
penggunaan mikroorganisme dan produk-produknya dalam mencegah, menangani, dan
mengawasi polusi lingkungan dalam bentuk padat, cair, dan gas, bioremediasi lingkungan
yang terpolusi (Lawrance K. Wang dkk, 2010).
Bioteknologi lingkungan merupakan salah satu pemanfaatan bioteknologi yang banyak
melibatkan mikroorganisme untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup manusia dan
alam sekitarnya. Ilmu- ilmu pengetahuan yang terlibat kedalam kajian bioteknologi
lingkungan beberapa diantaranya adalah dasar-dasar taksonomi makhluk hidup, dasar-
dasar mikrobiologi lingkungan, metabolisma, genetika, dan ekologi mikrobial, stokiometri
dan energetika dari reaksi-reaksi mikrobial. Oleh karena itu, bioteknologi lingkungan
merupakan ilmu aplikatif yang harus dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan
kehidupan manusia (Priade, Bambang 2012).
Tujuan dari bioteknologi lingkungan yaitu untuk mengembalikan dan menjaga
keseimbangan ekologi. Bioteknologi lingkungan mengikuti pokok bahasan antara lain
sebagai berikut (Bali, Ramamurthi 2002) :
1. Pengurangan Polusi
2. Pemulihan kualitas lingkungan
3. Pemanfaatan kembali limbah
4. Subsituasi sumber daya tak terbarukan oleh sumber daya terbarukan
5. Peningkatan produktivitas dan perlindungan tanaman
6. Pemantauan lingkungan.

APLIKASI BIOTEKNOLOGI

BIOGAS
Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses
fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi
kedap udara). Pada dasarnya semua jenis bahan organik bisa di proses untuk menghasilkan
biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan
urine hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana. Jenis bahan organik yang
diproses sangat mempengaruhi produktivitas sistem biogas di samping parameter-parameter
lain seperti temperatur digester, pH, tekanan, dan kelembapan udara (Deublein, Stenhauser,
2008).

Prinsip dasar teknologi biogas adalah proses penguraian bahan-bahan organik oleh
mikroorganisme dalam kondisi tanpa udara (anaerob) untuk menghasilkan campuran dari
beberapa gas, di antaranya metana dan CO2. Biogas dihasilkan dengan bantuan bakteri
metanogen atau metanogenik, bakteri ini secara alami terdapat dalam limbah yang
mengandung bahan organik, seperti limbah ternak dan sampah organik. Proses tersebut
dikenal dengan istilah anaerobic digestion atau pencernaan secara anaerob. Umumnya,
biogas diproduksi menggunakan alat yang disebut reaktor biogas (digester) yang dirancang
agar kedap udara (anaerob), sehingga proses penguraian oleh mikroorganisme dapat
berjalan secara optimal (Deublein, Stenhauser, 2008).

Sumber gambar : (Deublein, Stenhauser, 2008)

BIOMASSA

Semua materi organik mempunyai potensi untuk dikonversi menjadi energi. Biomassa
dapat secara langsung dikonversi menjadi bahan padatan, cair atau gas untuk menghasilkan
panas dan listrik. Teknologi biomassa adalah cara-cara untuk mengubah bahan baku
biomassa menjadi energi yang lebih bersih dan efisien. Teknologi biomassa meliputi sistem
pembakaran langsung (direct combustion), pembriketan (briquetting), perancangan tungku
yang effisien (improved stove), gasification, pirolysis, anaerobic digestion dan liquefaction
(Donald L. Klass, 1998).
Sumber gambar : Pinterest

BIOREMIDIASI
(sumber gambar : pinterest)

Prinsip dasar dalam pengolahan air tercemar secara biologi pada dasarnya adalah
meniru proses alami self purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui
peranan mikroorganisme. Peranan mikroorganisme pada proses self purification ini
pada prinsipnya ada dua yaitu, pertumbuhan mikroorganisme menempel dan
tersuspensi. Mikroorganisme yang menempel biasanya pada suatu permukaan seperti
pada batuan atau tanaman air, kemudian diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) misalnya dengan sistem trickling filter. Sedangkan mikroorganisme
yang tersuspensi dalam air yang tercemar diaplikasikan pada IPAL dengan sistem
lumpur aktif konvensional menggunakan bak aerasi maupun sistem SBR (Sequence
Batch Reactor) (Priadie, 2012).
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi
polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh
mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia
polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi,
strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak
berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan
mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah
berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa
kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industry (anonim,2010).

Bioremediasi dapat melalui cara seperti berikut :


Biostimulasi : Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke
dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas
bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.

Bioaugmentasi: Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan


kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat.
Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit
untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat
berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh
mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke
lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.

Bioremediasi Intrinsik :Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air
atau tanah yang tercemar (Yusuf,2008). Beberapa kriteriayang harus dipenuhi untuk
penggunaan tindakan bioremediasi adalah:

a. Organisme yang digunakan harus mempunyai aktivitas metabolisme yang
dapat mendegradasi kontaminan dengan kecepatan memadai sehingga dapat
membuat konsentrasi kontaminan padatingkat/ambang batas aturan yang ada.

b. Kontaminan yang dijadikan sasaran harus bioavailable(tersedia untuk


proses biologi).

c. Tempatdilakukan bioremediasi harus mempunyai kondisi yang kondusif


untuk pertumbuhan mikroba atau tanaman atau untuk aktivitas enzim.

d. Biaya bioremediasi harus lebih murah dari biaya pengunaan teknologi lain
yang juga dapat mendetoksifikasi kontaminan (Budianto,2009).
Bioremidiasi dapat dibedakan berdasarkan lokasi, tempat pencemaran dan
bahan pencemar:

 Berdasarkan lokasi

Ada dua jenis bioremediasi berdasarkan lokasi, yaitu in-situ (atau on-site) dan
ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting
(injeksi), dan bioremediasi. Sementara bioremediasi ex-situ atau pembersihan off-side
dilakukan dengan cara tanah atau air yang tercemar diambil dan dipindahkan ke
dalam penampungan yang lebih terkontrol, kemudian diberi perlakuan khusus dengan
menggunakan mikroba. Bioremediasi ex-situ dapat berlangsung lebih cepat, mampu
me-remediasi jenis kontaminan yang lebih beragam, dan lebih mudah dikontrol
dibanding dengan bioremediasi in-situ. (Budianto,2009)

Contoh:

 Bioremediasi in situ: Sumur Ekstraksi : Untuk mengeluarkan air tanah yang


kemudian ditambah nutrisi dan oksigen dan dimasukkan kembali ke dalam
tanah melalui sumur injeksi.


Sumber : Wordpress.com

Bioremediasi eksitu: melalui Slurry Phase yaitu bejana besar digunakan sebagai
“bio-reactor” yang mengandung tanah, air, nutrisi dan udara untuk membuat mikroba
aktif mendegradasi senyawa pencemar (Irfan,tanpa tahun).

Sumber : WordPress.com

Berdasarkan Jenis Bahan Pencemar

Bioremediasi Senyawa Organik yaitu Proses mengubah senyawa pencemar organik yang
berbahaya menjadi senyawa lain yang lebih aman dengan memanfaatkan organisme.
Melibatkan proses degradasi. Biodegradasi yaitu pemecahan cemaran organik oleh aktivitas
mikroba yang melibatkan serangkaian reaksi enzimatik (Irfan,tanpa tahun). Umumnya
terjadi karena senyawa tersebut dimanfaatan sebagai sumber makanan (substrat).
Biodegradasi yang lengkap disebut juga sebagai mineralisasi, dengan produk akhirnya
berupa karbondioksida dan air. Proses ini dipakai dalam pengolahan limbah untuk menjadi
CO2 dan air.Ko-metabolisma (co-metabolism) yaitu kemampuan mikroba dalam
mengoksidasi atau metabolisasi suatu senyawa tetapi energi yang dihasilkan tidak dapat
digunakan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Contohnya Biodegradasi Fenantren
Menjadi 1-naftalenololeh Bakteri Pseudomonas sp Kalp3b22 (Santosa,2009).

Bioremediasi senyawa Anorganik yaitu pemanfaatan organisme untuk mengubah,


menyerap atau memanfaatkan senyawa anorganik yang mencemari lingkungan. Proses ini
bisa melalui bioleaching yaitu proses ekstraksi dan pemecahan logam menggunakan bakteri
contohnya oksidasi besi dan belerang menggunakan bakteri Acidithiobacillus Thiobacillus
dan thiooxidans Acidithiobacillus dengan proses FeAsS (s) → Fe 2+ (aq) + As 3+ (aq) + S 6+
(aq) . Selain itu Bioremediasi senyawa anorganik bisa dilakukan dengan biobsorsi yaitu
proses penyerapan logam pada permukaan sel akibat interaksi anion dan kation (Irfan,tanpa
tahun).

Sumber gambar : Wordpress.com


Biremediasi Air

Volume limbah rumah tangga meningkat 5 juta m3 pertahun, dengan peningkatan


kandungan rata-rata 50% Konsekuensinya adalah beban badan air yang selama ini dijadikan
tempat pembuangan limbah rumah tangga menjadi semakin berat, termasuk terganggunya
komponen lain seperti saluran air, biota perairan dan sumber air penduduk. Keadaan tersebut
menyebabkan terjadinya pencemaran yang banyak menimbulkan kerugian bagi manusia dan
lingkungan. Dalam kondisi demikian, diperlukan suatu sistem pengolahan limbah rumah
tangga yang selain murah dan mudah diterapkan, juga dapat memberi hasil yang optimal
dalam mengolah dan mengendalikan limbah rumah tangga sehingga dampaknya terhadap
lingkungan dapat dikurangi (Yusuf,2008).

Bioremediasi air dapat menggunakan bakteri atau tanaman air. Penggunaan bakteri sering
digunakan seperti Bacillus sp untuk bahan pencemar minyak bumi, Pseudomonas
pseudomallei ICBB 1512 untuk menghilangkan senyawa merkuri beracun yang terlarut dalam
air limbah dan Desulfotomaculum orientis ICBB 1204, Desulfotomaculum sp ICBB 8815 dan
ICBB 8818 yang mengubah sulfat dalam air asam tambang menjadi hidrogen sulfida dan
kemudian bereaksi dengan logam berat setelah reaksi belangsung pH (keasaman) air asam
tambang yang mula-mula berkisar dari 2 - 3 meningkat mendekati netral (6-7). Sementara
logam berat yang terdapat air asam tambang mengendap (Santosa,2009).

Selain itu bisa juga digunakan berbagai tanaman air yang memiliki kemampuan secara
umum untuk menetralisir komponen-komponen tertentu di dalam perairan. Reed (2005)
bahwa proses pengolahan limbah cair dalam kolam yang menggunakan tanaman air terjadi
proses penyaringan dan penyerapan oleh akar dan batang tanaman air, proses pertukaran dan
penyerapan ion, dan tanaman air juga berperan dalam menstabilkan pengaruh iklim, angin,
cahaya matahari dan suhu. (Yusuf,2008).
SKRINING TOKISITAS

Pengertian Toksikologi

Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia Selain itu toksikologi
juga mempelajari jejas/kerusakan/cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang
diakibatkan oleh suatu materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi
juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang
merugikan terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi. Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan (Casarett and Doulls, 1995).
Toksikologi lingkungan adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang
dihasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran lingkungan dan
Ekotoksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup,
khususnya populasi dan komunitas termasuk ekosistem (Cassaret, 2000).
Termasuk jalan masuknya agen dan interaksi dengan lingkungan. Dengan demikian
ekotoksikologi merupakan bagian dari toksikologi lingkungan. Kebutuhan akan
toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari (Butler, 1978) :


Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga harus
meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan meningkat yang
tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.



Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi yang
akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat. Buangan
ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko
pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.

Tujuan Toksikologi Lingkungan adalah :


Mencari substansi yang aman, yang berarti dapat mempelajari mekanisme racun
terhadap organisme.


Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki terhadap organisme dan
lingkungan yang berarti harus dapat mengidentifikasi secara kuantitatif racun yang ada di
dalam organisme, udara, air. tanah.

Membuat kriteria dasar untuk standarisasi

Dapat memperbaiki cara pengobatan keracunan/ membuat antidotum

Bila zat toksik ini masuk ke dalam tubuh, dan menimbulkan efek, maka hal ini yang
dikatakan sebagai keracunan atau dengan kata lain adalah keadaan tidak normal akibat efek
racun karena kecelakaan, bunuh diri, tindak kriminal, jabatan. Efek keracunan yang terjadi
dapat bersifat akut, sub-akut, khronis, delayed. Hal ini ditentukan oleh waktu, lokasi organ
(lokal/sistemik). Kemampuan racun untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam
tubuh dan lokasi organ yang rentan disebut toksisitas.
KONVERSI LIMBAH MENJADI ENERGI

Sampah merupakan sisa dari aktivitas manusia yang kian hari masalahnya makin
kompleks. Dapat diamati di berbagai sudut kota terdapat onggokan sampah yang tidak
terangkut dan menimbulkan masalah bagi lingkungan. Persoalan yang muncul umumnya
berasal dari adanya pembuangan sampah yang dilakukan secara sembarangan yang
berdampak pada kurangnya estetika lingkungan bahkan pada kasus tertentu dapat
menimbulkan dampak yang lebih luas seperti banjir dan munculnya bibit penyakit. Persoalan
ini sebenarnya muncul karena terbatasnya kapasitas pelayanan yang dimiliki pemerintah
daerah atau pemerintah kota setempat dalam hal pengelolaan sampah, sementara laju produksi
sampah terus meningkat secara eksponensial (Adam, 1998).
Mikroorganisme terutama bakteri dan protozoa, memiliki peran penting dalam pengolahan
lombah. Limbah mengandung bakteri dari saluran pencernaan manusia yang mungkin
membahayakan. Bakteri-bekteri tersebut harus dimusnahkan untuk penyebaran penyakit saluran
pencernaan. Limbah juga mengandung bahan-bahan dari buangan rumah tangga (seperti sabun
dan detergen) serta bahan-bahan kimia dari pabrik. Semua kota harus memiliki tempat-tempat
pengolahan limbah. Pengolahan limbah membersihkan bahan-bahan buangan padat dan cair dari
limbah sehingga air yang keluar dari tempat pengolahan limbah aman untuk digunakan (Priade,
2012).
Daftar Pustaka

Dieter Deublein and Angelika Steinhauser (2008). Biogas from Waste and
Renewable Resources.
Donald L. Klass (1998). Biomass for Renewable Energy, Fuels, and Chemical.
Gerard J. Tortora, Berdell R. Funke, Christine L. Case. - 10th ed, 2010,
Microbiology: an introduction.
Martomijdijo, Russami. 2009. Bioteknologi Lingkungan
Lawrance K. Wang, Volodymyr Ivanov, Joo-Hwa Tay, Yung-Tse Hung (2010).
Environmental Biotechnology.
S. K Agarwal (2005). Advanced Environmental Biotechnology.

Upaya Pengendalian Pencemaran Air. Bandung: Pusat Litbang Sumber


Daya Air. 10(1): 38
Priadie, Bambang. (2012). Teknik Bioremediasi Sebagai Alternatif.
Widodo, Teguh Wikan, A. Asari, Ana N.dan Elita, R. 2009. Bio Energi
Berbasis Jagung dan Pemanfaatan Limbahnya

Вам также может понравиться