Вы находитесь на странице: 1из 13

HEALTH EDUCATION Juni 2018

KEJANG DEMAM

Nama : Firyal Amyrah Delicia


No. Stambuk : N111 17 037
Pembimbing : dr. Suldiah, Sp.A
dr. I Kadek Rupawan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TADULAKO
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA
PALU
2018

1
BAB I
PENDAHULUAN

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak umur 6

bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu > 380C dengan

metode pengukuran apapun) yang tidak disebabkan oleh proses intrakranial.

Menurut Konsensus Penatalaksanaan kejang demam adalah suatu kejadian pada

bayi atau anak, biasanya terjadi antara, berhubungan dengan demam tetapi tidak

terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.1

Kejang demam terdiri dari kejang demam sederhana dan kejang demam

kompleks. Kejang demam sederhana adalah kejang demam yang berlangsung

singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang

bersifat umum, tonik atau klonik, tanpa gerakan fokal dan tidak berulang dalam

waktu 24 jam. Kejang demam kompleks ialah kejang demam yang lebih lama dari

15 menit, fokal, multipel (lebih dari 1 kali kejang per episode demam).1

Kejang demam kompleks terjadi rata-rata 25 – 50 % dari seluruh kasus

kejang demam. Sifat kejang >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau

kejang umum di dahului kejang parsial, dan berulang > 1 kali dalam 24 jam.

Kejang demam kompleks berhubungan dengan peningkatan risiko kejang demam

berulang, kejang demam dengan status epileptikus dan epilepsi. Kejang demam

kompleks berhubungan dengan banyak faktor, seperti gejala klinisnya, infeksi

virus, faktor genetik dan metabolik, serta kemungkinan adanya abnormalitas

struktur otak. Adanya suatu lokus genetik di kromosom 12 yang berhubungan

2
dengan peningkatan risiko kejang demam kompleks. Kejang demam kompleks

juga memiliki kemungkinan untuk menjadi salah satu gejala adanya infeksi

meningitis bakterial akut. 2

Sekitar 30% pasien kejang demam hanya mengalami 1 kali episode

kejang, sementara sisanya mengalami lebih dari 1 kali episode kejang.

Tatalaksana kejang demam terbagi atas 3 hal, yaitu pengobatan fase akut, mencari

dan mengobati penyebab, dan pengobatan profilaksis terhadap berulangnya

kejang demam.3

3
BAB II
TIJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Demam merupakan manifestasi yang harus ada pada pasien untuk

menegakkan diagnosis kejang demam. Meskipun demikian, bukan berarti

setiap pasien anak yang datang dengan kejang dan demam dapat didiagnosa

sebagai kejang demam. Beberapa anak memiliki riwayat kejang kronis yang

dapat diperparah dengan adanya demam. Kondisi ini bukanlah kejang

demam, namun kejang yang disertai dengan demam. Kejang merupakan hasil

dari pelepasan aktivitas listrik abnormal oleh neuron otak. Kejang demam

ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di

atas 38ºC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium3.

B. ETIOLOGI

Kejang demam dapat diturunkan secara autosom dominan melalui

kromosom 19p dan 8q 12-21, sehingga penting untuk dilakukan anamnesis

riwayat kejang demam pada keluarga2.Kejang demam tidak menunjukkan

adanya abnormalitas pada elektroensefalografi (EEG) serta biasanya dapat

sembuh secara sempurna. Selain adanya faktor genetika, kejang demam

jarang berkembang menjadi epilepsi 4.

Kejang demam yang disebabkan keadaan ekstrakranial harus dipisahkan

dari keadaan intrakranial, sehingga perlu dilakukan pungsi lumbar pada

pasien yang mengalami demam, khususnya pada pasien berusia di bawah 18

4
bulan dengan kejang demam pertama kali meskipun tidak ada tanda spesifik

meningitis5.

C. GEJALA KLINIS

Berdasarkan kriteria Livingston, kejang demam dibagi atas kejang

demam sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi

demam (epilepsy triggered off by fever). Pembagian ini dapat memprediksi

prognosis dari pasien yang mengalami kejang demam. Menurut Livingston,

kriteria kejang demam sederhana adalah sebagai berikut:

1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan - 5 tahun

2. Kejang berlangsung sebentar, tidak melebihi 15 menit

3. Kejang bersifat umum

4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam

5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal

6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu setelah suhu normal

tidak menunjukkan kelainan

7. Frekuensi bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali.

Pasien yang tidak memiliki minimal salah satu dari kondisi di atas merupakan

pasien yang menderita epilepsi yang diprovokasi demam (epilepsy triggered off by

fever). Dengan menggunakan kriteria Livingston tersebut, ternyata sangat banyak

pasien yang termasuk dalam golongan epilepsi yang diprovokasi demam,

sehingga konsekuensinya pasien-pasien yang memiliki kondisi tersebut harus

menerima pengobatan rumat. Selain itu juga sulit sekali untuk melakukan

anamnesis berapa lama demam sudah berlangsung sebelum pasien mengalami

5
kejang. Oleh karena itu, pembagian kejang demam dibagi sebagai kejang demam

yang membutuhkan terapi rumat maupun yang tidak membutuhkan terapi rumat5.

D. PENATALAKSANAAN

Tujuan pengobatan kejang demam pada anak menurut Deliana (2002)

adalah:

 Mencegah kejang demam berulang

 Mencegah status epilepsi

 Mencegah epilepsi dan/atau retardasi mental

 Normalisasi kehidupan anak dan keluarga

Ada 3 (tiga) hal yang perlu dikerjakan pada proses tata laksana kejang

demam, yaitu:

1. Pengobatan Fase Akut

Pada waktu pasien sedang mengalami kejang, semua pakaian yang

ketat harus dibuka dan pasien dimiringkan apabila muntah untuk

mencegah terjadinya aspirasi. Jalan napas harus bebas agar oksigen

terjamin. Pengisapan lendir dilakukan secara teratur, diberikan oksigen,

kalau perlu dilakukan intubasi. Awasi keadaan vital seperti kesadaran,

suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang

tinggi diturunkan dengan pemberian kompres dan antipiretik

(asetaminofen oral 10 mg/kgBB 4 kali sehari atau ibuprofen 20 mg/kgBB

4 kali sehari). Diazepam (0,3 mg/kgBB IV, BB<10 kg dosis 5 mg rektal,

BB>10 kg dosis 10 mg rektal) adalah pilihan utama dengan pemberian

6
secara intravena atau intrarektal karena memiliki masa kerja yang singkat
4,5
.

2. Profilaksis Intermitten

Pengobatan profilaksis intermitten dengan antikonvulsan segera

diberikan pada waktu pasien demam dengan suhu rektal lebih dari 38℃.

Terapi intermitten harus dapat masuk dan bekerja pada otak. Diazepam

oral efektif mencegah timbulnya kejang demam berulang dan bila

diberikan intermitten hasilnya lebih baik karena penyerapannya yang

cepat. Diazepam intermittent dapat diberikan per-oral maupun rektal.

Dosis rektal tiap 8 jam adalah 5 mg untuk pasien dengan berat badan

kurang dari 10 kg, serta 10 mg untuk pasien dengan berat lebih dari 10

kg. Diazepam oral dapat diberikan dengan dosis 0,5 mg/kgBB perhari

dibagi dalam 3 dosis, diberikan bila pasien menunjukkan suhu 38,5℃

atau lebih 4,5.

3. Profilaksis Terus Menerus

Pemberian fenobarital 4-5 mg/kgBB/hari menunjukkan hasil yang

bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam. Obat lain yang

dapat digunakan untuk profilaksis kejang demam ialah asam valproat

yang memiliki efek sama bahkan lebih baik dibandingkan dengan

fenobarbital, meskipun memiliki efek samping hepatotoksik. Dosis asam

valproat adalah 15-40 mg/kgBB. Profilaksis terus menerus dapat berguna

untuk mencegah berulangnya kejang demam berat yang dapat berpotensi

7
menyebabkan kerusakan otak di kemudian hari namun tidak dapat

mencegah terjadinya epilepsi. Indikasi profilaksis terus menerus adalah:

1) Sebelum kejang demam pertama sudah ada kelainan neurologis atau

perkembangan

2) Ada riwayat kejang tanpa demam pada orang tua atau saudara

kandung

3) Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan

neurologis sementara atau menetap

4) Dapat dipertimbangkan pemberian profilaksis bila kejang demam

terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang

multipel dalam satu episode demam

Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1-2 tahun

setelah kejang berakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2

bulan.4,5

8
E. KOMPLIKASI
Komplikasi kejang demam meliputi:6
 Kejang Demam Berulang
Faktor risiko terjadinya kejang demam berulang adalah:
- Riwayat keluarga dengan kejang demam (derajat pertama)
- Durasi yang terjadi antara demam dan kejang kurang dari 1 jam
- Usia < 18 bulan
- Temperatur yang rendah yang membangkitkan bangkitan kejang.
 Epilepsi
Faktor risiko kejang demam yang berkembang menjadi epilepsi adalah:
 Kejang demam kompleks
 Riwayat keluarga dengan epilepsi
 Durasi demam kurang dari 1 jam sebelum terjadinya bangkitan
kejang
 Gangguan pertumbuhan neurologis (contoh : cerebral palsy,
hidrosefalus)
 Paralisis Todd
Paralisis Todd adalahhemiparesis sementara setelah terjadinya kejang
demam. Jarang terjadi dan perlu dikonsultasikan ke bagian neurologi.
 Epilepsi Parsial Kompleks Dan Mesial Temporal Sclerosis (MTS)
Pada pasien epilepsi parsial kompleks yang berhubungan dengan MTS
ditemukan adanya riwayat kejang demam berkepanjangan.
 Gangguan Tingkah Laku Dan Kognitif
Meskipun gangguan kognitif, motorik dan adaptif pada bulan
pertama dan tahun pertama setelah kejang demam ditemukan tidak
bermakna, tetapi banyak faktor independen yang berpengaruh seperti
status sosial-ekonomi yang buruk, kebiasaan menonton televisi,
kurangnya asupan ASI dan kejang demam kompleks.

9
F. PROGNOSIS
Prognosis kejang demam umumnya baik untuk fungsi saraf yang normal.
Kemungkinan terjadinya epilepsi sedikit meningkat dibandingkan populasi
pada umumnya.6

10
DAFTAR PUSTAKA

1. UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. 2016.

2. Roberton DM, South M. Practical Paediatrics Sixth Edition. UK: Churchill

Livingstone, 2007.

3. Baumann RJ. Febrile Seizures. E Med J, 2012, vol.2, No. 3 : 1 – 10.


4. Campfield P, Camfield C. Advance in Diagnosis and Management of
Pediatrics Seizures Disorders in Twentieth Century. J Pediatrics 2013, 136 :
847 – 9.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Seminar Dokter Umum Peningkatan Kualitas

Pelayanan Kesehatan Anak Pada Tingkat Pelayanan Primer. Jakarta: 2013.

6. Medscape. Pediatric Febrile Seizure. Cited: July 28, 2017. Updated: Nov 17,

2016. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/1176205-

overview#a1

11
LAMPIRAN DOKUMENTASI HEALTH EDUCATION

12
ABSENSI HEALTH EDUCATION
KEJANG DEMAM
Oleh: Firyal Amyrah Delicia

No Nama TTD

Palu, Juni 2018


Mengetahui,

dr. I Kadek Rupawan

13

Вам также может понравиться