Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Trombosis sinus cavernosus (TSC) pertama kali disebutkan oleh Bright (1831) sebagai
komplikasi dari infeksi Epidural dan Subdural. Sinus-sinus dural dikelompokan menjadi
sinus-sinus sagital, lateral (sinus transfersal, sinus zygmoid dan sinus petrosal), dan sinus-
sinus cavernosus. Oleh karena kompleksitas dari anatomi neurovaskular, TSC merupakan
salah satu penyebab dari infeksi intrakranial. Infeksi sinus paranasal yang tidak mendapatkan
perawatan dapat berkembang lebih lanjut menjadi TSC. Adapun penyebab TSC yang lain
adalah bakteriemi, trauma kranial, dan infeksi telinga serta infeksi pada gigi rahang atas.
Sehingga tingkat kematian pada penderita TSC cukup tinggi, namun sejalan dengan
penemuan obat antibiotik yang memiliki spektrum luas, dapat menurunkan insiden kematian
pada penderita TSC.
Trombosis sinus cavernosus (TSC) merupakan kasus yang jarang dan dapat mengancam
kehidupan. Sebelum ditemukannya obat antimikroba yang efektif, angka kematian dari TSC
adalah 100%. Biasanya, kematian adalah akibat sepsis atau infeksi sistem saraf pusat (SSP).
Dengan manajemen yang baik, angka kematian sekarang kurang dari 30%. Kira-kira
seperenam dari pasien dengan beberapa derajat gangguan penglihatan, dan satu setengah
memiliki defisit saraf kranial. Angka mortalitas dan morbiditas mungkin karena diagnosis
tertunda tanpa pembedahan drainase secara cepat dan pemberian antibiotik yang baik. Angka
mortalitas TSC menurun menjadi 20%-30% setelah era antibiotik.
Penyebab trombosis dapat berasal dari infeksi daerah sinonasal, midface atau orbita.
Penyebab TSC dapat berasal dari daerah berbahaya pada wajah yaitu bibir atas dan bagian
bawah hidung. Daerah ini disebut daerah berbahaya karena furunkel, infeksi hidung dan
trauma sekitar hidung yang terinfeksi dapat menyebar ke sinus kavernosus dan menyebabkan
TSC. Furunkel pada wajah jarang menyebabkan komplikasi serius, tapi jika terjadi
thrombosis sinus cavernosus prognosisnya fatal.
BAB II
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
II. ANATOMI
Secara anatomi, sinus kavernosus merupakanruang vena, dengan arteri karotis interna
(AKI) dan beberapa sara kranial melewatinya.Sinus kavernosus merupakan pertemuan vena
yang dibungkus oleh lapisan dura dan berlokasi pada sisi medial fossa kranial media dan
lateral dari daerah sellar.
Ciri khas sinus kavernosus yaitu adanya hubungan yang erat antara aliran vena
dengan sejumlah nervus kranial.Segmen horizontal arteri karotis interna dan N. abdusen (N
VI) melintasi sinus vena ini. N. oculomotor (N III), n. troklearis (N IV), n. trigeminal (N V)
cabang pertama dan kedua berhubungan erat dengan dinding lateral sinus kavernosus.
Sinus cavernosus mendapat aliran darah dari vena serebral dan oftalmik superior,
pleksus pterigoid dan vena oftalmik inferior, berakhir di posterior pada sinus petrosal superior
dan inferior yang mengalir ke sinus transversa dan vena jugular interna.
Gambar 2. Hubungan Sinus Cavernosus Dengan Arteri dan Vena Pada
Kepala dan Leher
Terdapat hubungan antara daerah segitiga berbahaya wajah dengan risiko terjadinya TSC
Daerah segitiga berbahaya wajah terdiri dari daerah sudut bibir ke dorsum nasi. Pada daerah
ini terdapat vena fasialis yang berhubungan dengan sinus kavernosus oleh beberapa
anastomosis. Anastomosisnya adalah dengan vena angular, supraorbital, oftalmik superior
dan inferior serta vena nasalis. Beberapa faktor yang menyebabkan komplikasi serius dari
vena-vena ini, meliputi tidak adanya lemak subkutan pada bibir atas, aliran darah yang aktif
pada otot-otot daerah ini dan ketidakmampuan vena untuk kolaps
III. ASD
IV. ASD
V. ASD
VI. ASD
VII. ASD
VIII. ASD
IX. ASD
X. ASD
XI. ASD
XII. ASD
XIII.
Trombosis sinus cavernosus (TSC) adalah suatu trombosis (bekuan darah) yang
berada di dalam penbuluh darah pada sinus cavernosus. Trombosis sinus cavernosus pertama
XIV. ANATOMI
Sinus cavernosus adalah suatu rongga anatomis di dalam cranium yang terletak di
posterior cavum orbita, lateral sella tursica, dan superior sinus sphenoidalis. Sinus cavernosus
berisi anyaman pembuluh darah vena (vena opthalmicus superior dan inferior) dan arteri
opthalmicus, n. maksilaris, dan n. abducens. Pembuluh darah yang berada di dalam sinus
cavernosus berfungsi untuk membawa darah ke otak sedangkan saraf-saraf cranial yang
terdapat di sinus cavernosus berfungsi untuk mengontrol pergerakan mata dan sensorik dari
muka bagian atas dan bagian tengah dari kepala dan wajah.
Streptococcus pneumoniae dan Stafilococcus aureus) yang menyebar dari daerah sekitarnya,
seperti: telinga, hidung, mata, dan gigi (rahang atas). Penyebab lain yang jarang ditemukan
adalah jamur (Aspergillus dan Rhizopus). TSC ini sangat jarang ditemukan. Kondisi ini dapat
menyebabkan sakit di sekitar mata, kehilangan penglihatan, mata menonjol, mata tidak dapat
nasal dapat menyebabkan inflamasi di daerah tersebut. Kondisi ini disebut selulitis yang
dapat menyebar ke sinus cavernosus. Jika kondisi ini terjadi, darah di dalam sinus akan
menjadi darah yang terinfeksi. Hal ini dapat terjadi karena pembuluh darah vena yang
terdapat di TSC tidak mempunyai katub. Darah dapat mengalir ke regio-regio tertentu
IV. GEJALA
demam (hipertermi),
penurunan kesadaran,
takikardi,
kaku kuduk,
kejang,
keluar sekret berwarna kuning, hijau, atau merah (darah) dari sinus, dan
1. Tes pungsi lumbar, tes ini dilakukan dengan cara mengambil sampel cairan dari
3. MRI
dapat diambil dari darah, cairan atau pus dari tenggorokan atau hidung.
5. Dapat dilakukan angiography untuk menunjang diagnosa
V. TERAPI
Trombosis sinus cavernosus tidak menular dan bukan penyakit keturunan. Tidak ada
predileksi ras dan jenis kelamin. Kondisi ini dapat terjadi pada semua usia. Trombosis sinus
cavernosus dapat mengancam jiwa pasien sehingga memerlukan terapi segera. 2-3 dari 10
penderita dapat meninggal. Terapi yang dapat diberikan adalah antibiotik dosis tinggi
(antibiotik spectrum luas), diberikan secara intravena selama 3-4 minggu. Kortikosteroid
perdebatan untuk digunakan sebagai terapi dari TSC, beberapa literatur menyatakan
pemberian antikoagulan dapat mengurangi resiko terjadinya septic emboli. Apabila kondisi
penderita tidak bertambah baik, dokter dapat melakukan drainase bedah pada sinus. Angka
kematian dari trombosis sinus cavernosus menurun seiring dengan banyaknya antibiotik dosis
1. Meningitis
2. Kebutaan
3. Sepsis
4. Syok sepsis
5. Sepsis emboli
KESIMPULAN
Trombosis sinus cavernosus merupakan komplikasi yang jarang terjadi. TSC dapat
berakibat fatal bila tidak segera diterapi. Sebaiknya kita segera melakukan pemeriksaan
penunjang apabila ditemukan penderita dengan gejala TSC dan juga dilakukan terapi yang
adekuat.