Вы находитесь на странице: 1из 15

MAKALAH EKOLOGI LAUT

i
ii
iii
DAFTAR ISI

iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
DAFTAR ISI ...............................................................................................
I. PENDAHULUAN ...................................................................................
1.1. Latar Belakang .........................................................................
1.2. Tujuan.......................................................................................
II. PEMBAHASAN ....................................................................................
2.1. Reproduksi dan Seksualitas Ikan Belanak................................
2.2. Aspek-aspek yang mempengaruhi ...........................................
2.3. Rasio Kelamin ..........................................................................
2.4. Tingkad Kematangan Gonad ....................................................
2.5. Ukuran Ikan Saat Pertama Matang Gonad ...............................
2.6. Indeks Kematangan Gonad .....................................................
2.7. Fekunditas ................................................................................
2.8. Faktor Kondisi ..........................................................................
III. PENUTUP .............................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

5
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keberhasilan suatu spesies ikan ditentukan oleh kemampuan ikan tersebut


untuk bereproduksi dalam kondisi lingkungan yang berubahubah dan kemampuan
untuk mempertahankan populasinya. Fungsi reproduksi pada ikan pada dasarnya
merupakan bagian dari sistem reproduksi yang terdiri dari komponen kelenjar
kelamin atau gonad, dimana pada ikan betina disebut ovarium sedang pada jantan
disebut testis beserta salurannya. Sementara beberapa kelenjar endokrin
mempunyai peranan dalam mengatur sistem reproduksi (Hoar & Randall, 1983).
Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah
spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Untuk meneruskan keturunan tentu saja
ikan perlu bereproduksi.

Ikan-ikan dari famili Mugillidae mempunyai prospek yang baik untuk


dibudidayakan di antara ikan-ikan laut dari air payau (Effendie, 1984). Mugil
dussumieri merupakan jenis ikan belanak yang dominan di beberapa perairan
Indonesia dan larvanya banyak drjumpai di perairan pantai dekat muara-muara
sungai. Hal ini disebabkan kemampuan beradaptasi yang baik, benihnya mudah
didapat dan dagingnya banyak disenangi masyarakat (Tandipayuk, 1988).
Sehingga reproduksi ikan belanak penting untuk diperhatikan.

1.2. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui system


reproduksi ikan belanak dan proses reproduksinya.

II. PEMBAHASAM

6
2.1. Reproduksi dan Seksualitas Ikan Belanak

Ikan belanak adalah ikan hetero seksual yang mana dalam satu spesies
betina dan jantannya terpisah. Berdasarkan organ tempat embrio berkembang,
ikan belanak tergolong dalam ikan ovipar (berteur). Ovarium ikan belanak
termasuk ke dalam tipe kriptovarian yang berarti ovariumnya bersatu dengan
saluran telur. Jadi telur yang di ovulasikan tidak akan melalu rongga tubuh
melainkan langsung ke saluran telur.

Ikan belanak tidak mempunyai organ atau bagian tubuh yang


memperlihatkan sifat seksual sekunder, sehingga secara morfologi kelaminnya
tidak dapat ditentukan secara eksternal termasuk lubang genitalnya. Untuk
mengetahui perbedaan antara jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara
stripping yaitu dengan cara memijat perut ikan sampai anus dan apabila keluar
cairan berwarna putih seperti santan (sperma) maka ikan tersebut berjenis kelamin
jantan. Ikan betina yang matang gonad mempunyai perut besar, apabila ikan
tersebut mendapatkan tekanan halus pada bagian perutya ke arah anus, maka pada
lubang genitalnya akan keluar tonjolan telur yang berwarna kuning. (Effendie,
1997).

Ikan belanak ( Liza spp, Mugil spp, Valamugil sp) merupakan jenis ikan
pantai yang umumnya melakukan pemijahan di daerah pantai dengan salinitas
yang agak tinggi. Telur-telur dikeluarkan begitu saja dan terbawa arus sampai ke
muara sungai. Anak-anak belanak akan bergerak ke tambak dan bahkan ada yang
masuk ke perairan tawar. Karena dilakukan pada kolam atau air terbuka, maka
ikan belanak juga termasuk dalam golongan ikan Pelaghopil.

2.2. Aspek-Aspek Yang Mempengaruhi

Menurut Nikolsky (1963) reproduksi merupakan salah satu mata rantai


dalam siklus hidup ikan. Beberapa aspek biologi reproduksi seperti factor kondisi,

7
rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, ukuran ikan pertama kali matang gonad,
indeks kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur penting diketahui untuk
kepentingan pengolahn perikanan dan pelestarian spesies.

2.3. Rasio Kelamin

Rasio kelamin antara ikan belanak jantan dan betina tidak seimbang 1:1,
baik dalam musim atau bulan pemijahan maupun tidak. Adanya fluktuasi ini
kemungkinan dikarenakan perbedaan musim kemarau dan musim hujan.
Berdasarkan ukuran panjang secara umum dapat digambarkan semakin besar
ukuran ikan, proporsi betina semakin meningkat. Untuk mempertahankan
kelestarian populasi diharapkan perbandingan jantan dan betina seimbang atau
sedapat – dapatnya ikan betina lebih banyak (Purwanto,1986).

2.4. Tingkat Kematangan Gonat

Tingkat kematangan gonad ikan belanak modifikasi dari Cassie


(Effendie,1977).

8
9
Berdasarkan histologi gonad ikan jantan pada TKG I ditunjukkan dengan
adanya spermatogonium, TKG II ditemukan spermatosit primer yang berkembang
menjadi spermatosit sekunder pada TKG III, pada TKG IV terdapat spermatid dan
spermatozoa dan TKG V didominasi oleh spermatosit tetapi sudah muncul
spermatogonium.

Sedangkan pada ikan betina, pada TKG I gonad didominasi oleh


oogonium kemudian diiringi dengan perkembangan oosit pada TKG II. Pada TKG
III ukuran sel telur terus berkembang membentuk ootid, kemudian ootid
berkembang menjadi bentuk ovum ( TKG IV ), pada TKG V gonad didominasi
oleh oosit dan ootid. ( Jannah, 2001).

2.5. Ukuran Ikan Saat Pertama Kali Matang Gonad

Kematangan gonad tingkat V sering didapatkan pada ikan jantan.


Kematangan seksual pertama pada ikan jantan terjadi pada ukuran 9 – 10 cm dan
pada ikan betina pada ukuran 11 – 12 cm. Berdasarkan metode Spearman-Karber
ikan jantan dan betina pertama kali matang gonad ( TKG III dan IV ) terdapat
pada ukuran 120 mm dan 140 mm.

2.6. Indeks Kematangan Gonad

Indeks kematangan gonad pada ikan belanak mengalami fluktuasi setiap


bulannya tergantung dari nilai kematangannya. IKG pada ikan jantan lebih kecil
daripada ikan betina, hal ini karena bobot gonad ikan betina lebih besar hal ini
didapatkan pada beberapa penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh Sulistiono
(2001) dan Jannah (2001) pada spesies Mugil dussumieri, serta Effendie (1984)
pada spesies Lisa subviridis.

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Sulistiono (2001) nilai


IKG terbesar berturut-turut adalah pada bulan Juni dan Januari. Sehingga dapat
diperkirakan bahwa ikan mengalami puncak pemijahan dua kali dalam setahun,
meskipun demikian ikan ini tetap memijah sepanjang tahun (Sari,2000).

2.7. Fekunditas

10
Fekunditas mutlak atau fekunditas individu adalah jumlah telur masak
belum dikeluarkan pada waktu ikan memijah (Effendie, 1979). Fekunditas
ditentukan oleh tingkah laku reproduksi ikan. Ikan yang memijah di daerah
pelagis umumnya memiliki fekunditas yang besar (Nikolsky, 1963).

Silva da De Silva (1981) menyatakan fekunditas yang di temukan pada


ikan M. Chephalus tergolong cukup tinggi adalah berkisar antara 450.000-
4.800.000 butir telur dari ikan Belanak yang berada pada kelas panjang 320-560
mm dan berat antara 700-2200 gram. Fekunditas berkolerasi dengan panjang
tubuh dan berat gonad. Sedangkan menurut Effendie (1984) fekunditas ikan
Belanak L.subviridis di muara sungai cimanuk berkisar antara 33.000-845.000
butir telur. Variasi fekunditas ini mungkin disebabkan karena variasi ukuran dan
parameter lainya.

2.8. Faktor Kondisi

Pada musim kemarau hasil tangkapan belanak di daerah teluk berkurang,


sedangkan jumlah di muara tetap dan di sungai naik. Pada musim hujan ikan
hanya tertangkap di daerah muara, dan teluk. Hasil tangkapan pada habitat teluk
pun lebih besar dibandingkan pada masa peralihan ke musim kemarau. Ikan
belanak banyak tertangkap di habitat sungai pada musim kemarau memberi
petunjuk bahwa kondisi habitat tersebut pada musim kemarau sesuai dengan ikan
belanak, dimana arusnya tenang dan air cukup cerah. Sedangkan pada musim
penghujan habitat sungai tidak sesuai untuk ikan belanak dimungkinkan karena air
yang keruh dan arus yang deras. Sehingga ikan belanak dewasa selalu ditemukan
di habitat teluk dan muara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Effendie (1984) ikan jantan


dan betina dengan TKG IV banyak tertangkap di habitat muaradibandingkan di
teluk pada peralihan ke musim hujan sampai dengan peralihan ke musim kemarau.
Sehingga musim hujan merupakan saat aktivitas gonad yang tinggi, ditunjukkan
dengan adanya oosit yang masuk dalam tahap matang telur dengan presentase
yang tinggi daripada musim sebelumnya ( Effendie,1984 ). Hal ini juga

11
menunjukkan bahwasannya muara sungai adalah tempat pembesaran dan mencari
makan, sedangkan pemijahan di lakukan di teluk dan muara ( Sulistiono et. Al,
2001 )

III. PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Ikan Belanak adalah ikan heteroseksual yang bereproduksi dengan cara


ovipar. Ikan belanak melakukan pemijahan pada musim penghujan ( tingkat
kematangan gonad tertinggi) , pemijahan dilakukan pada teluk dan muara.

12
Sedangkan sungai merupakan tempat ikan belanak untuk melakukan pembesaran.
IKG ikan belanak jantan lebih kecil dibandingkan ikan betina. Ikan belanak
mencapai kematangan gonad pertama ( TKG III dan IV) pada ukuran 120 mm –
140 mm. Ikan belanak memiliki fekunditas yang tinggi pada setiap jenis
spesiesnya.

IV. DARTAR PUSTAKA

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. Saunders company. Philadelphia

Effendie, H. M. I. 1984. Penilaian perkembangan gonad ikan belanak, Liza


subviridis valencienes, di perairan Muara sungai cimanuk, indramayu, bagi
usha pengadaan benih. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor

13
Hoar, W.S., D.J. Randall (eds), 1983. Fish physiology. Vol. 9. Reproduction. Part
A. Endocrine tissues and hormones. New York, Academic Press, 483 hal.

Jannah, M.R. 2001. Beberapa aspek biologi reproduksi ikan belanak ( Mugil
dussumieri) di perairan ujung pangkah, gresik, jawa timur. Skripsi. Fakults
Perikanan dan ilmu Kelautan. IPB . Bogor

Mukti, Akhmad Taufiq. 2007. Perbandingan pertumbuhan dan Perkembangan


Gonad Ikan Mas (Cyprinus carpio) Diploid dan Tetraploid. Berk. Penel.
Hayati: 13 (27-32).

Nikolsky, G.V. 1963. The ecology of fishes. Academic Press. New York. 325
Hal.

Purwanto, G. 1986. Studi Pendahuluan Keadaan Reproduksi dan Perbandingan


Kelamin Ikan Cakalang ( Katsuwonus pelamis ) di Perairan Sekitar Teluk
Piru dan Elpaputih P. Seram.Jurnal penelitian perikanan laut 34:69-78

Saanin, H. 1984. Taksnomi dan kunci identifikasi ikan, jilid I dan II. Binacipta.
Bandung. 508 hal.

Sari, P. P. 2000. Reproduksi ikan “Shirogisu” Sillago japonica ( Temminck dan


Schlegel ) di Perairan Teluk Omura, Nagasaki, jepang. Skripsi. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor

Silva dan de Silva. 1981. Aspect of the biology of Grey Mullet, Mugil dussumieri
L.,adult population of a Coastal Lagoon in Sri Langka. Department of
Zoologi Ruhuna University College. Matara. Sri Langka

Sulistiono, M.A, Aziz, K.A. 2001. Pertumbuhan Ikan Belanak ( Mugil


dussumieri) di perairan ujung pangkah, jawa timur. Jurnal iktiologi
Indonesia, Vol. 1, No.2 . 39-47 hal.

Tandipayuk,L.S.1988.Pengaruh Berbagai Densitas Populasi Ikan Belanak Liza


subdiviris valencienes Terhadap Produksi Biomassa Ikan Banding Dalam
Tambak.Tesis.Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor.116h

14
Thomson, J. M. 1964. A bibliography of systematic references to the grey mullet (
mgilidae), CSIRO, Technical Paper No. 16. 127 p.

Weber, M. 1922. The fishes of the Indo-Australian archipelago, IV. E. J. Brill


Ltd. , Leiden, 410 p.

15

Вам также может понравиться