Вы находитесь на странице: 1из 12

Analisis Pengetahuan dan Sikap Siswa pada Materi Protista di Kelas X

SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017

Fadhilatul Husna1*, Hasruddin2, Wahidah Rahmadani3


1
Program Studi Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V, Medan
Estate, Medan, Indonesia, 20221
2
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Medan, Jl. Willem Iskandar Psr. V, Medan Estate, Medan,
Indonesia, 20221
3
SMA Negeri 6 Medan, Jalan Ansari No. 34, Medan Kota, Medan, Indonesia, Kode Pos 20214
*E-mail: Fadhilatulhusna496@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa, sikap siswa beserta hubungan antara
pengetahuan dan sikap siswa pada materi Protista di kelas X di SMAN 6 Medan T.P. 2016/2017. Populasi dalam
penelitian adalah seluruh siswa kelas X MIA (Matematika dan Ilmu Alam) SMA Negeri 6 Medan yang terdiri
atas empat kelas. Sampel penelitian terdiri atas dua kelas yaitu X MIA2 dan X MIA4 sebanyak 80 siswa dan
pengambilan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan jenis
studi korelasional. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pengetahuan sebanyak 30 soal dan angket
sikap sebanyak 30 soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswa pada materi Protista di kelas
X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017 berada pada kategori cukup dengan skor rata-rata pengetahuan siswa
69,99. Persentase pengetahuan siswa tertinggi ditemukan pada indikator 5: mengidentifikasi protozoa
berdasarkan ciri-cirinya yaitu 80,5%, sedangkan yang terendah ditemukan pada indikator 2: mengidentifikasi
alga berdasarkan ciri-cirinya yaitu 59,25%. Sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P
2016/2017 berada pada kategori cukup baik dengan rata-rata skor sikap siswa 70,41. Persentase tingkat sikap
siswa paling tinggi ditemukan pada indikator 1: menerima (attending/receiving) yaitu sebesar 74,06%,
sedangkan persentase tingkat sikap siswa paling rendah ditemukan pada indikator 4: organisasi (organization)
yaitu sebesar 68,79%. Hubungan antara pengetahuan dan sikap siswa pada materi Protista termasuk kategori
tinggi, yang dibuktikan dengan hasil perhitungan uji korelasi product moment sebesar 0,810.

Kata Kunci: materi protista, pengetahuan, sikap

ABSTRACT
This study aims to determine students' knowledge, attitudes of students along with the relationship
between knowledge and attitudes of students on material Protista in class X in SMAN 6 Medan T.P. 2016/2017.
The population in the study were all students of class X MIA (Mathematics and Natural Sciences) SMA Negeri 6
Medan consisting of four classes. The research sample consisted of two classes namely X MIA2 and X MIA4 as
many as 80 students and sampling was done by random sampling technique. The type of research is
descriptive with correlational study type. The research instrument used is a test of 30 questions and a
questionnaire of 30 questions. The results showed that students' knowledge on the material Protista in class X
SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017 are in the category enough with the average score of students knowledge
69.99. The highest percentage of student knowledge was found in indicator 5: identifying protozoa based on
its characteristics of 80.5%, while the lowest was found in indicator 2: identifying algae based on its
characteristics of 59.25%. The attitude of the students on the material Protista in class X SMA Negeri 6 Medan
T.P 2016/2017 is in the category quite well with the average score of 70.41 student attitudes. The highest
percentage of student attitudes was found in the 1: receiving (receiving) indicator of 74.06%, while the lowest
percentage of student attitudes was found in indicator 4: organization of 68.79%. The relationship between
knowledge and attitudes of students on the material Protista including high category, as evidenced by the
calculation of product moment correlation test of 0.810.

Keywords: attitude, knowledge, material protista

PENDAHULUAN
Pada masa kini di seluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap status pendidikan. Pendidikan
diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan
produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, dan bukan fisik. Pembentukan orang-
orang terdidik merupakan modal yang paling penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, hampir di semua
negara dewasa ini menjadikan pendidikan sebagai pokok perhatian. Apalagi setelah adanya kepercayaan
bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan menuju hidup berguna dan produktif. Jika dipandang dari segi
negara, pendidikan adalah jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu Negara (Kunandar,
2007: 9-10).
Menurut Sudjana (2009: 22) dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik
tujuan kurikuler maupun tujuan intruksional menggunakan hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis
besar membaginya dalam tiga ranah, yakni kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan).
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya
yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam
jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang
yang dimaksud adalah: (1) Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) Pemahaman (comprehension), (3)
Penerapan (application) (4) Analisis (analysis), (5) Sintesis (synthesis) dan (6) Penilaian (evaluation) (Sudijono,
2009: 50). Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Tujuan
pengajaran di SD, SMP dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan siswa dalam aspek
kognitif (Daryanto, 2008: 101).
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran biologi,
kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran biologi, motivasi yang tinggi untuk tahu lebih banyak
mengenai mata pelajaran biologi, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru mata pelajaran biologi,
dan sebagainya. Ranah afektif lebih rinci dibagi lagi ke dalam lima jenjang, yaitu: receiving, responding, valuing,
organization, dan characterization (Sudijono, 2009: 54).
Ranah psikomotorik merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah ini diukur dengan mengamati dan
menilai keterampilan siswa saat melakukan praktikum. Penilaian hasil belajar psikomotor mencakup:
kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun
urut-urutan pengerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar dan atau simbol,
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan (Rosa, 2015: 25).
Dimyati dalam Rosa (2015: 24) menyatakan bahwa proses kognitif menghasilkan suatu hasil belajar.
Hasil belajar tersebut terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap dan siasat
kognitif. Lebih lanjut beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila
seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi (Sudijono, 2009: 54). Pendapat di atas menegaskan
bahwa kemampuan pada ranah kognitif (pengetahuan) akan mempengaruhi sikap (afektif) siswa.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan salah satu guru Biologi kelas X SMA Negeri 6
Medan, diketahui bahwa hasil belajar siswa yang dilihat dari Nilai Ujian Akhir Semester (UAS) masih banyak di
bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) mata pelajaran biologi yaitu tujuh puluh lima (75). Dari 4 kelas X MIA
yang diajar oleh tiga orang guru berbeda, rata-rata hanya 50% dari keseluruhan siswa yang mendapat nilai
ujian semester di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selain itu, dilihat dari segi sikap siswa dalam
pembelajaran biologi juga masih sangat kurang. Guru biologi menyatakan bahwa pembelajaran berbasis
student oriented learning sesuai dengan Kurikulum 2013 yang sudah diterapkan dalam pembelajaran juga
belum efektif untuk meningkatkan sikap siswa terhadap pembelajaran.
Menurut guru biologi, materi biologi kelas X semester ganjil yang dianggap paling sulit untuk dipahami
siswa adalah materi Protista. Hal ini juga sejalan dengan observasi yang dilakukan pada sekolah-sekolah yang
satu rayon dengan SMAN 6 Medan yaitu SMA Muhammadiyah 01 Medan, SMA Swasta Nurul Islam Indonesia,
SMA W.R. Supratman 1 Medan dan SMA W.R. Supratman 2 Medan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan
dengan masing-masing guru biologi kelas X dari tiap sekolah yang satu rayon dengan SMAN 6 Medan,
didapatkan hasil bahwa tiga guru biologi (guru biologi SMA W.R Supratman 1, SMA W.R Supratman 2, dan SMA
Swasta Nurul Islam Indonesia) dari 4 guru biologi sekolah-sekolah yang merupakan satu rayon SMAN 6 Medan
menyatakan bahwa materi protista ini merupakan materi yang paling sulit untuk dipahami siswa di antara
materi biologi kelas X semester ganjil lainnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan siswa, sikap siswa beserta hubungan
antara pengetahuan dan sikap siswa pada materi Protista di kelas X di SMAN 6 Medan T.P. 2016/2017.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dipandang perlu untuk dilakukan penelitian dengan judul: “Analisis
Pengetahuan dan Sikap Siswa pada Materi Protista di Kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017.”
METODE PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 6 Medan pada bulan Maret sampai dengan Mei tahun
2017. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis studi korelasional. Populasi penelitian adalah semua
siswa kelas X SMA Negeri 6 Medan yang terdiri atas 6 kelas berjumlah 240 siswa. Sampel penelitian diambil
dengan menggunakan teknik random sampling dan subjek yang diteliti adalah kelas X MIA2 (Matematika dan
Ilmu Alam2) dan X MIA4 (Matematika dan Ilmu Alam4) sebanyak 80 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah 30 soal pilihan berganda untuk mengumpulkan data pengetahuan siswa dan 30
soal angket untuk untuk mengumpulkan data sikap siswa. Soal pilihan berganda yang digunakan untuk
penelitian terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli dan diuji coba kelayakannya di luar sampel meliputi uji
validitas, uji reliabilitas, taraf kesukaran soal, dan daya pembeda. Kisi-kisi tes soal pilihan berganda dapat
dilihat pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Kisi-Kisi Tes Soal Pilihan Berganda


Kriteria Soal
No Indikator C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah
1. Mendeskripsikan ciri-ciri alga 1 2 22, 24 23 5

2. Mengidentifikasi alga 8,18 9 3 20 5


berdasarkan ciri-cirinya
3. Menjelaskan peranan alga dalam 21, 26 19 25 6 5
kehidupan
4. Mendeskripsikan ciri-ciri 12, 16, 15 10 13 5
protozoa
5. Mendidentifikasi protozoa 5, 30 27, 29 14 5
berdasarkan ciri-cirinya
6. Menjelaskan peranan protozoa 7, 11 4 28 17 5
dalam kehidupan
Total 12 5 6 3 3 1 30

Sedangkan untuk angket sikap hanya divalidasi oleh validator ahli. Kisi-kisi angket dapat dilihat pada
Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. Kisi-Kisi Angket


Nomor Butir Angket
No Indikator Positif Negatif Jumlah
1. Menerima (Receiving) 11, 27 1, 3, 10 5
2. Menanggapi (Responding) 2, 17, 19, 26, 23, 28 6
3. Menilai (Valuing) 15, 29 8, 13, 14, 16, 20 7
4. Organisasi (Organization) 6, 12, 21, 25 7, 18, 22 7
5. Karaktersasi (Characterization) 4, 5, 30 9, 24 5
Total 15 15 15

Analisis data tes pengetahuan dan angket sikap dilakukan dengan menskor jawaban dan melakukan
tabulasi jawaban soal dan angket. Berdasarkan skor yang diperoleh siswa, maka dapat dihitung persentase
jawaban tes dan angket dengan rumus berikut:

skor yang diperoleh


Persentase skor = x100%
skor maksimum

Rata-rata ideal (Xi) dan simpangan baku ideal (SDi) dihitung untuk melakukan interpretasi tingkat
kecenderungan skor tes pengetahuan dan angket sikap siswa. Setelah itu dianalisis pengetahuan dan sikap
siswa dalam setiap indikator instrumen penelitian, kemudian diinterpretasikan. Uji prasyarat analisis data
berupa, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas dilakukan sebelum mencari koefisien korelasi linier
(Pearson Product Moment Correlation Coefficient) antara variabel bebas (pengetahuan) dengan variabel terikat
(sikap). Angka indeks korelasi kemudian diinterpretasikan, dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis serta
analisis koefisien determinasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


HASIL
1. Aspek Pengetahuan Siswa pada Materi Protista
A. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Tes Pengetahuan Siswa
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari tes pengetahuan siswa pada materi protista
dengan jumlah siswa 80 orang diketahui skor tertinggi 93,33 dan skor terendah 46,67, rata-rata skor ideal (Xi)
69,99 dan simpangan baku ideal (SDi) = 7,77. Penafsiran tingkat kecenderungan skor tes pengetahuan siswa
pada materi Protista ditunjukkan pada Tabel 3 berikut:

Tabel 3. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Tes Pengetahuan Siswa pada Materi Protista
Rentangan Skor F. Absolut F. relatif Kategori
81,64 - ke atas 10 12,5% Tinggi
69,99 – 81,64 36 45% Cukup
58,35 – 69,99 16 20% Kurang
58,35 ke bawah 18 22,5% Rendah

Berdasarkan Tabel 3, maka dapat ditampilkan grafik penafsiran tingkat kecenderungan skor tes
pengetahuan siswa pada materi protista pada Gambar 1 berikut:

50.00% 45.00%
Persentase Jumlah

40.00%
30.00% 20.00% 22.50%
Siswa

20.00% 12.50%
10.00%
0.00%
Tinggi Cukup Kurang Rendah
Tingkat Pengetahuan Siswa

Gambar 1. Grafik Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Tes Pengetahuan Siswa pada Materi Protista

B. Persentase Pengetahuan Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Tes Pengetahuan Materi Protista
Berdasarkan skor yang diperoleh dalam setiap item soal yang dijawab siswa, dapat dianalisis
persentase tingkat pengetahuan siswa dalam setiap indikator instrumen tes pengetahuan materi Protista yang
ditunjukkan pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4. Persentase Pengetahuan Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Tes Pengetahuan Materi Protista
Skor Skor yang Persentase Tingkat Pengetahuan Kategori
No Indikator Ideal Diperoleh
1. Mendeskripsikan ciri-ciri alga 400 307 307/400 x 100% = 76,75% Tinggi

2. Mengidentifikasi alga 400 237 237/400 x 100% = 59,25% Sedang


berdasarkan ciri-cirinya
3. Menjelaskan peranan alga 400 241 241/400 x 100% = 60,25% Sedang
dalam kehidupan
4. Mendeskripsikan ciri-ciri 400 272 272/400 x 100% = 68% Tinggi
protozoa
5. Mengidentifikasi protozoa 400 322 322/400 x 100% = 80,5% Tinggi
berdasarkan ciri-cirinya
6. Menjelaskan peranan 400 268 268/400 x 100% = 67% Tinggi
protozoa dalam kehidupan
`
Berdasarkan Tabel 4 di atas, maka dapat ditampilkan grafik persentase pengetahuan siswa dalam
setiap indikator instrumen tes pengetahuan materi Protista pada Gambar 2 berikut:

100.00% 76.75% 80.50%


Pengetahuan Siswa

59.25% 68.00% 67.00%


80.00% 60.25%
Persentase

60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3 Indikator 4 Indikator 5 Indikator 6
Indikator Pengetahuan

Gambar 2. Grafik Persentase Pengetahuan Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Tes Pengetahuan Materi
Protista

2. Aspek Sikap Siswa pada Materi Protista


A. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Angket Sikap Siswa
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari angket sikap siswa pada materi protista dengan
jumlah siswa 80 orang diketahui skor tertinggi 88,33 dan skor terendah 53,33, rata-rata skor ideal (Xi) 70,41
dan simpangan baku ideal (SDi) = 5,69. Penafsiran tingkat kecenderungan skor sikap siswa pada materi Protista
ditunjukkan pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Angket Sikap Siswa pada Materi Protista
Rentangan Skor F. Absolut F. relative Kategori
78,94 - ke atas 7 8,75% Baik
70,41 - 78,94 35 43,75% Cukup baik
61,87 - 70,41 31 38.75% Kurang baik
61,87 - ke bawah 7 8,75% Tidak baik

Berdasarkan Tabel 5 di atas, maka dapat ditampilkan grafik penafsiran tingkat kecenderungan skor
angket sikap siswa pada materi Protista pada Gambar 3 berikut ini:

50.00% 43.75%
Persentase Jumlah

38.75%
40.00%
30.00%
Siswa

20.00%
10.00% 8.75% 8.75%

0.00%
Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik
Tingkat Sikap Siswa

Gambar 3. Grafik Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Angket Sikap Siswa pada Materi Protista

B. Persentase Sikap Siswa Dalam Setiap Indikator Instrumen Sikap Materi Protista
Berdasarkan skor yang diperoleh dalam setiap item angket yang dijawab siswa, dapat dianalisis
persentase sikap siswa dalam setiap indikator instrumen sikap materi Protista yang ditunjukkan pada Tabel 6 di
bawah ini.

Tabel 6. Persentase Sikap Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Sikap Materi Protista
Skor Skor yang Persentase Tingkat Pengetahuan Kategori
No Indikator Ideal Diperoleh
1. Menerima (Receiving) 1600 1185 1185/1600 x 100% = 74,06% Baik
Lanjutan Tabel 6 Persentase Sikap Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Sikap Materi Protista Halaman 5
2. Menanggapi (Responding) 1920 1332 1332/1920 x 100% = 69,37% Baik

3. Menilai (Valuing) 2240 1557 1557/2240 x 100% = 69,50% Baik


4. Organisasi (Organization) 2240 1540 1540/2240 x 100% =68,75% Baik
5. Karaktersasi 1600 1177 1167/1600 x 100% = 72,93% Baik
(Characterization)

Berdasarkan Tabel 6 di atas, maka dapat ditampilkan grafik persentase sikap siswa dalam setiap
indikator instrumen sikap materi Protista pada gambar 4 berikut:

76.00%
74.06%
Pengetahuan Siswa

74.00% 72.93%
Persentase

72.00%
69.37% 69.50%
70.00% 68.75%
68.00%
66.00%
Menerima Menanggapi Menilai Organisasi Karakterisasi
Indikator Sikap

Gambar 4. Grafik Persentase Sikap Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Sikap Materi Protista

3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap pada Materi Protista


A. Uji Koefisen Korelasi, Hipotesis dan Koefisien Determinasi
Sebelum mencari koefisien korelasi linier (Pearson Product Moment Correlation Coefficient) maka
dilakukan uji prasyarat analisis data berupa, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. Pengujian
normalitas data menggunakan uji Chi Kuadrat (X2), dan memperoleh hasil untuk data pengetahuan X2hitung =
7,298 < X2tabel = 9,49 dan untuk data sikap X2hitung = 6,059 < X2tabel = 9,44 pada taraf signifikansi α = 0,05.
Sehingga, dapat dinyatakan Ho diterima yaitu sampel berasal dari populasi berdistribusi normal. Sedangkan
pengujian homogenitas data menggunakan uji F, dan memperoleh hasil untuk data pengetahuan (X) dan data
sikap (Y), Fhitung = 3,09 < Ftabel =3,96 pada taraf signifikansi α = 0,05. Sehingga, dapat dinyatakan variasi data X
dengan data Y adalah homogeny. Terakhir, untuk pengujian kelinieran persmaan regresi dilakukan dengan uji
F, dan memperoleh hasil Fhitung = 3,30 < F tabel = 3,96 pada taraf signifikansi α = 0,05. Sehingga, dapat
disimpulkan persamaan linier. Selain itu, dilakukan juga pengujian keberartian persamaan regresi dengan uji F,
dan memperoleh hasil Fhitung = 145,50 > F tabel = 3,96 pada taraf signifikansi α = 0,05. Sehingga dapat
disimpulkan persamaan signifikan.
Perhitungan koefisen korelasi dilakukan dengan analisis korelasi product moment dan didapatkan r
product moment/ rhitung sebesar 0,810 yang menginterpretasikan bahwa antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Berdasarkan perhitungan didapatkan r hitung 0,810 > rtabel 0,22 pada taraf
signifikansi α = 0,05. Sehingga, hipotesis alternatif (Ha) disetujui atau diterima karena r hitung sama dengan atau
lebih besar dari rtabel. Artinya, terdapat hubungan antara pengetahuan siswa dengan sikap siswa pada materi
Protista. Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi diperoleh harga indeks determinasi 65,76%, yang
berarti pengetahuan siswa pada materi Protista memberikan kontribusi sebesar 65,76% terhadap sikap siswa
pada materi Protista.

Pembahasan
1. Aspek Pengetahuan Siswa pada Materi Protista
A. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Tes Pengetahuan Siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki pengetahuan tinggi pada materi Protista
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan siswa yang memiliki pengetahuan cukup, siswa yang memiliki
pengetahuan kurang dan siswa yang memiliki pengetahuan rendah pada materi Protista. Siswa yang memiliki
pengetahuan tinggi dapat menjawab benar paling sedikit 25 soal dari 30 soal yang ada. Hal ini dikarenakan
siswa yang memiliki pengetahuan tinggi pada materi Protista tidak mengalami kesulitan dalam menjawab soal-
soal dalam setiap indikator materi protista, baik itu soal C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4
(menganalisis), dan C5 (menilai). Siswa yang memiliki pengetahuan tinggi pada materi Protista hanya
mengalami kesulitan dalam menjawab soal C6 (berkreasi).
Siswa yang memiliki pengetahuan cukup dapat menjawab benar paling sedikit 21 soal dari 30 soal
yang ada. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki pengetahuan cukup juga tidak mengalami kesulitan dalam
menjawab soal-soal dalam setiap indikator materi protista, baik itu soal C1 (mengingat), C2 (memahami), C3
(menerapkan), dan C4 (menganalisis). Namun, siswa yang memiliki pengetahuan cukup pada materi Protista,
yang hanya mengalami kesulitan dalam menjawab soal C5 (menilai) dan C6 (berkreasi).
Siswa yang memiliki pengetahuan kurang dapat menjawab benar paling sedikit 18 soal dari 30 soal
yang ada. Sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan rendah dapat menjawab benar paling sedikit 18 soal
dari 30 soal yang ada. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki pengetahuan kurang dan siswa yang memiliki
pengetahuan rendah pada materi Protista secara umum mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal
dalam setiap indikator materi protista, baik itu soal C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (menerapkan), C4
(menganalisis), C5 (menilai), dan C6 (berkreasi).
Menurut Syah (2010: 129) perbedaan kemampuan belajar tiap siswa dapat disebabkan oleh beberapa
faktor yang mempengaruhi belajar yang dapat dibedakan menjadi faktor internal (aspek fisiologi dan aspek
psikologis), faktor eksternal (lingkungan sosial dan nonsosial), dan faktor pendekatan belajar. Faktor-faktor
yang disebutkan diatas, dapat memunculkan kelompok-kelompok siswa dengan kategori pengetahuan tinggi,
kategori pengetahuan cukup, kategori pengetahuan kurang dan kategori pengetahuan rendah. Siswa dengan
kategori pengetahuan tinggi, memiliki kemampuan yang baik dalam menerima setiap materi yang
dipelajarinya, cepat memahami materi pelajaran dan memiliki daya analisis yang cukup baik. Siswa dengan
kategori pengetahuan cukup, tidak memiliki kemampuan begitu menonjol tetapi memiliki daya serap dan
responsibilitas yang baik terhadap materi yang dipelajarinya. Sedangkan siswa yang termasuk kategori kurang
dan rendah adalah siswa yang sangat lemah dalam menerima materi yang diajarkan atau yang dipelajarinya,
dimana bagi siswa seperti ini, materi harus diajarkan berulang-ulang agar mereka memahaminya dengan baik.
Di sinilah dibutuhkan peran guru, dalam menyampaikan pelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan
belajar tiap siswa. Bimbingan yang baik dan sistematis dari guru terhadap pelajar yang mendapat kesulitan-
kesulitan dalam belajar, bisa membantu kesuksesan siswa dalam belajar (Sobur, 2003: 244).

B. Persentase Pengetahuan Siswa dalam Setiap Indikator Instrumen Tes Pengetahuan Materi Protista
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator 5 (mengidentifikasi protozoa berdasarkan ciri-
cirinya) merupakan indikator dengan persentase pengetahuan siswa tertinggi yaitu 80,5%. Artinya sebanyak
80,5% siswa dapat menjawab soal-soal indikator ini dengan benar. Berdasarkan hasil analisis data dapat
diketahui bahwa siswa tidak banyak mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal indikator ini. Soal nomor
29 (C3) merupakan soal dengan jumlah siswa yang menjawab benar paling sedikit dibandingkan soal lainnya
pada indikator ini yaitu 54 orang siswa. Pada soal ini siswa ditunjukkan gambar spesies-spesies Protozoa lalu
siswa diminta untuk menentukan yang manakah dari spesies-spesies tersebut termasuk Flagellata, dan
hasilnya 54 orang siswa dapat menjawab soal ini dengan benar. Hal ini dikarenakan siswa mengenal dengan
baik spesies-spesies dari setiap kelas Protozoa, terlebih lagi terdapat gambar sebagai alat bantu.
Indikator dengan persentase pengetahuan siswa tertinggi selanjutnya setelah indikator 5 adalah
indikator 1 (mendeskripsikan ciri-ciri alga) yaitu sebanyak 76,75% siswa dapat menjawab soal-soal indikator ini
dengan benar. Indikator 4 (mendeskripsikan ciri-ciri protozoa), yaitu sebanyak 68% siswa dapat menjawab
soal-soal indikator ini dengan benar. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa siswa tidak banyak
mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal indikator 1. Soal nomor 24 (C3) merupakan soal dengan
jumlah siswa yang menjawab benar paling sedikit dibandingkan soal lainnya pada indikator ini yaitu 53 orang
siswa. Pada soal ini siswa ditunjukkan gambar Euglena viridis dan diminta untuk menentukan bagian yang
merupakan kloroplas, dan hasilnya sebanyak 53 orang siswa dapat menjawab soal ini dengan benar. Hal ini
dikarenakan siswa memahami dengan baik bagian-bagian tubuh ganggang. Sehingga, soal-soal pada indikator
ini dapat dijawab dengan baik oleh siswa. Sedangkan pada indikator 4 siswa paling banyak mengalami
kesulitan dalam menjawab soal nomor 12 (C1), dan soal nomor 13 (C4). Pada soal nomor 12 (C1) siswa
mengalami kesulitan dalam menentukan perbedaan mendasar yang membedakan protozoa dengan kingdom
sebelumnya yaitu bakteri. Begitu pula pada soal nomor 13 (C4), siswa mengalami kesulitan dalam menentukan
perbedaan mendasar yang membedakan kelas-kelas protozoa. Hal di atas dikarenakan siswa belum secara
jelas memahami ciri-ciri utama yang membedakan antara kingdom Protista dengan kingdom bakteri serta
belum memahami ciri-ciri utama yang membedakan kelas-kelas protozoa. Sehingga, masih banyak siswa yang
kesulitan menjawab soal-soal pada indikator ini.
Indikator dengan persentase pengetahuan siswa yang rendah adalah indikator 6 (menjelaskan
peranan protozoa dalam kehidupan), yaitu sebanyak 67% siswa dapat menjawab soal-soal indikator ini dengan
benar, indikator 3 (menjelaskan peranan alga dalam kehidupan), yaitu sebanyak 60,25% siswa yang dapat
menjawab soal-soal indikator ini dengan benar, dan yang paling terendah ditemukan pada indikator 2
(mengidentifikasi alga berdasarkan ciri-cirinya), yaitu hanya 59,25% siswa yang dapat menjawab soal-soal
indikator ini dengan benar.
Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa pada indikator 6 siswa paling banyak
mengalami kesulitan dalam menjawab soal nomor 11 (C1), dan soal nomor 17 (C6). Pada soal nomor 11 (C1),
siswa mengalami kesulitan dalam menjawab pertanyaan mengenai Sporozoa yang merupakan penyebab
penyakit malaria. Padahal soal nomor 11 merupakan soal dengan tipe C1 yang hanya memerlukan ingatan
untuk dapat menjawab soal tipe ini. Sedangkan pada soal nomor 17 (C6), siswa ditanyakan “Entamoeba
histolytica yang ada di dalam perut akan dapat merugikan apabila …”, dan hasilnya hanya 42 siswa yang dapat
menjawab soal tersebut dengan benar. Kebanyakan siswa menjawab “karena menyebabkan diare”, padahal
jawaban yang benar adalah merusak dinding usus. Hal ini dikarenakan soal nomor 17 adalah tipe soal C6 yang
membutuhkan pemikirian tingkat tinggi untuk dapat menjawabnya. Sehingga hanya siswa dengan
pengetahuan yang tinggi ataupun cukup tinggi yang dapat menjawab soal tersebut.
Pada indikator 3 (menjelaskan peranan alga dalam kehidupan), siswa paling banyak mengalami
kesulitan dalam menjawab soal nomor 19 (C2), dan soal nomor 25 (C3). Pada soal nomor 19 (C2) siswa
kesulitan dalam menjelaskan peranan Diatom, yang seperti diketahui berperan sebagai bahan penggosok,
bahan isolasi, bahan detergen, dan penyekat dinamit. Hal di atas dikarenakan siswa tidak mengetahui dengan
jelas spesies dari tiap kelas ganggang sehingga berdampak pada pengetahuan siswa mengenai peranan spesies
dari tiap kelas ganggang tersebut. Sedangkan soal nomor 25 (C3), siswa kesulitan dalam menentukan spesies
ganggang yang beracun. Hal ini dikarenakan siswa belum mengenal spesies-spesies ganggang beserta peranan
spesies ganggang dari setiap kelas, sehingga siswa tidak dapat menentukan yang mana ganggang yang
berdampak positif dan yang berdampak negatif.
Indikator 2 (mengidentifikasi alga berdasarkan ciri-cirinya) merupakan indikator dengan persentase
pengetahuan siswa yang terendah. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa siswa paling banyak
mengalami kesulitan dalam menjawab soal nomor 18 (C1), dan soal nomor 20 (C5). Pada soal nomor 18 (C1)
siswa ditanyakan “Bacillariophyta sering juga disebut sebagai ….”, dan hasilnya hanya 30 siswa yang dapat
menjawab soal tersebut dengan benar. Hal diatas dikarenakan siswa kesulitan dalam menentukan spesies dari
setiap kelas alga, seperti yang diketahui kelas Bacillariophyta yaitu Diatom yang tersusun atas zat kersik yang
menyebabkan kelas Bacillariophyta ini sering disebut dengan ganggang kersik. Namun, kebanyakan siswa
menjawab dengan ganggang merah, padahal soal nomor 18 merupakan soal C1 yang hanya memerlukan
ingatan untuk dapat menjawab soal tipe ini. Begitu pula pada soal soal nomor 20 (C5), dimana siswa
ditanyakan “Suatu ganggang keemasan bersel satu berbentuk bola atau menyerupai bola, kloroplasnya
berbentuk melengkung berwarna kekuningan, serta memiliki dua flagel yang tidak sama panjang. Berdasarkan
ciri-ciri di atas ganggang tersebut adalah ….”, dan hasilnya hanya 24 siswa yang dapat menjawab soal tersebut
dengan benar. Hal diatas dikarenakan siswa kesulitan dalam menentukan spesies alga berdasarkan ciri-cirinya.
Padahal di soal ini sudah diberitahu bahwa spesies ini merupakan ganggang keemasan bersel satu, yang
berdasarkan buku cetak yang digunakan siswa hanya diberikan satu contoh ganggang keemasan bersel satu
yaitu Ochromonas. Namun, siswa kebanyakan menjawab Nocticuls miliaris yang merupakan salah satu contoh
spesies dari kelas Dinoflagellata. Hal diatas juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Zunitasari, et
al (2016: 21), dimana siswa kesulitan dalam menentukan spesies kelas Dinoflagellata.

2. Aspek Sikap Siswa pada Materi Protista


A. Penafsiran Tingkat Kecenderungan Skor Angket Sikap Siswa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki sikap baik pada materi Protista
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan siswa yang memiliki sikap cukup baik, dan kurang baik materi Protista,
namun jumlahnya sama dengan siswa yang memiliki sikap tidak baik pada materi Protista. Siswa yang memiliki
sikap baik pada materi Protista ditemukan sebanyak 8,75% dari jumlah siswa yang ada. Tepatnya, hanya
terdapat 7 siswa dari 80 siswa yang memiliki sikap baik pada materi Protista. Siswa yang dikategorikan
memiliki sikap baik ini memperoleh skor angket dengan rentang 78,94 ke atas, dan rata-rata skor sikap dalam
setiap indikatornya berkisar 84,11%. Hal ini dikarenakan siswa yang memiliki sikap baik pada materi Protista
memiliki tingkat menerima/receiving (A1), tanggapan/responding (A2), menilai/valuing (A3),
organisasi/organization (A4), dan karakterisasi/characterization (A5) yang baik.
Siswa yang memiliki sikap cukup baik pada materi Protista ditemukan sebanyak 43,75% dari jumlah
siswa yang ada. Tepatnya, terdapat 35 siswa dari 80 siswa yang memiliki sikap cukup baik pada materi Protista.
Siswa yang dikategorikan memiliki sikap baik ini memperoleh skor angket dengan rentang 70,41 sampai
dengan 78,94 dan rata-rata skor sikap dalam setiap indikatornya sebesar 73,95%. Hal ini dikarenakan bahwa
siswa yang memiliki sikap cukup baik pada materi Protista memiliki tingkat menerima/receiving (A1),
tanggapan/responding (A2), menilai/valuing (A3), organisasi/organization (A4), dan karakterisasi/characterizat
ion (A5) yang cukup baik.
Siswa yang memiliki sikap kurang baik pada materi Protista diketahui sebanyak 38,75% dari jumlah
siswa yang ada. Tepatnya, terdapat 31 siswa dari 80 siswa yang memiliki sikap kurang baik pada materi
Protista. Siswa yang dikategorikan memiliki sikap kurang baik ini memperoleh skor angket dengan rentang
61,87 sampai dengan 70,41 dan rata-rata skor sikap dalam setiap indikatornya sebesar 67,26%. Hal ini
dikarenakan siswa yang memiliki sikap kurang baik pada materi Protista memiliki tingkat menerima/receiving
(A1), tanggapan/responding (A2), menilai/valuing (A3), organisasi/organization (A4), dan
karakterisasi/characterization (A5) yang kurang baik.
Siswa yang memiliki sikap tidak baik pada materi Protista diketahui sebanyak 8,75% dari jumlah siswa
yang ada. Tepatnya, hanya terdapat 7 siswa dari 80 siswa yang memiliki sikap tidak baik pada materi Protista.
Siswa yang dikategorikan memiliki sikap tidak baik ini memperoleh skor angket dengan rentang 61,87 ke atas,
dan rata-rata skor sikap dalam setiap indikatornya berkisar 60,22%. Hal ini dikarenakan bahwa siswa yang
memiliki sikap tidak baik pada materi Protista memiliki tingkat menerima/receiving (A1),
tanggapan/responding (A2), menilai/valuing (A3), organisasi/organization (A4), dan karakterisasi (A5) yang
tidak baik.
Sikap dalam belajar merupakan perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak setuju,
perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta lainnya (Sabri, 1996: 94).
Sehingga setiap siswa tentu saja memiliki perasaan terhadap objek belajar yang berbeda-beda. Siswa yang
menyukai pembelajaran pada mata pelajaran biologi seperti pada materi Protista tentu saja merasa senang
ketika materi tersebut diajarkan, begitu pula sebaliknya siswa yang tidak menyukai mata pelajaran biologi
tentu saja merasa tidak senang ketika materi tersebut diajarkan. Gerungan (2004: 155-157) mengatakan
bahwa pembentukan sikap tidak terjadi dengan sendirinya atau dengan sembarangan saja. Pembentukannya
senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan berkenaan dengan obyek tertentu.

B. Persentase Sikap Siswa Dalam Setiap Indikator Instrumen Sikap Materi Protista
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa indikator 1 (menerima/receiving), merupakan indikator
dengan persentase sikap siswa tertinggi yaitu 76,75%. Artinya, sebanyak 76,75% siswa sudah memiliki
keinginan untuk menerima materi Protista yang diajarkan guru di kelas. Berdasarkan hasil analisis data dapat
diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan dari indikator 1 (menerima/receiving) direspon positif oleh siswa.
Pertanyaan nomor 10 merupakan pertanyaan dengan jumlah skor angket terendah dibandingkan pertanyaan
lainnya pada indikator ini, yaitu sebesar 212. Pada pertanyaan nomor 10 (pertanyaan negatif) siswa ditanyakan
pendapatnya “Saya tidak merasa lebih giat mengikuti pelajaran biologi materi Protista, walapun guru biologi
menyampaikan tujuan belajar materi Protista sebelum belajar”, dan hasilnya 66,25% siswa merespon
pertanyaan ini secara negative (tidak sependapat). Hal ini menunjukkan bahwa siswa merasa lebih giat dan
bersemangat ketika guru menyampaikan tujuan belajar yang juga merupakan target yang harus dicapai siswa
setelah mempelajari materi Protista di kelas. Sedangkan pertanyaan dengan jumlah skor angket tertinggi pada
indikator ini ditemukan pada pertanyaan nomor 27, yaitu sebesar 257. Pada pertanyaan nomor 27 (pertanyaan
positif) siswa ditanyakan pendapatnya “Saya merasa rugi jika tidak memperhatikan ketika guru menerangkan
materi Protista, karena saya tidak bisa memahami materi pelajaran pada pertemuan berikutnya”, dan hasilnya
80,31% siswa merespon pertanyaan ini secara positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki
keinginan dalam diri untuk memperhatikan pelajaran dan merasa akan rugi jika tidak memperhatikan materi
Protista yang diajarkan guru di kelas.
Indikator 2 (menanggapi/responding), merupakan indikator dengan persentase sikap siswa tertinggi
keempat setelah indikator 1, indikator 5, indikator 3, dan indikator 4 yaitu sebanyak 69,37%. Artinya, sebanyak
69,37% siswa sudah menunjukkan respon terhadap materi Protista yang diajarkan guru di kelas. Berdasarkan
hasil analisis data dapat diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan dari indikator 2 (menanggapi/responding)
direspon positif oleh siswa. Pertanyaan nomor 19 merupakan pertanyaan dengan jumlah skor angket terendah
dibandingkan pertanyaan lainnya pada indikator ini, yaitu sebesar 205. Pada pertanyaan nomor 19
(pertanyaan positif) siswa ditanyakan pendapatnya “Saya menunjukkan upaya mempelajari sumber-sumber
acuan/bacaan yang relevan untuk mendeskripsikan ciri-ciri Protista dan peranannya bagi kehidupan”, dan
hasilnya 64,06% siswa merespon pertanyaan ini secara positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah
menanggapi pelajaran yang diberikan guru, sehingga timbul rasa dalam dirinya untuk mempelajari materi
tersebut dari sumber-sumber lain selain guru. Sedangkan pertanyaan dengan jumlah skor angket tertinggi
pada indikator ini ditemukan pada pertanyaan nomor 2, yaitu sebesar 248. Pada pertanyaan nomor 2
(pertanyaan positif) siswa ditanyakan pendapatnya “Saya membuat catatan mengenai Protista dengan rapi,
agar dapat dengan mudah dipelajari kembali”, dan hasilnya 77,55% siswa merespon pertanyaan ini secara
positif. Hal ini menunjukkan bahwa respon yang paling banyak ditunjukkan murid terhadap suatu materi
adalah dengan membuat catatan materi tersebut agar dapat dipelajari kembali ketika ujian nanti.
Indikator 3 (menilai/valuing), merupakan indikator dengan persentase sikap siswa tertinggi ketiga
setelah indikator 1, dan indikator 5, yaitu sebanyak 69,50%. Artinya, sebanyak 69,50% siswa sudah
menunjukkan komitmennya dalam mempelajari materi Protista yang diajarkan guru di kelas. Berdasarkan hasil
analisis data dapat diketahui bahwa pertanyaan-pertanyaan dari indikator 3 (menilai/valuing) direspon positif
oleh siswa. Pertanyaan nomor 8 merupakan pertanyaan dengan jumlah skor angket terendah dibandingkan
pertanyaan lainnya pada indikator ini, yaitu sebesar 200. Pada pertanyaan nomor 8 (pertanyaan negative)
siswa ditanyakan pendapatnya “Saya hanya diam ketika guru biologi meminta siswa-siswi untuk mengajukan
ide atau informasi mengenai materi Protista”, dan hasilnya 62,5% siswa merespon pertanyaan ini secara
negatif (tidak sependapat). Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah secara aktif memberikan ide ataupun
pendapatnya pada materi Protista, dan hal ini sesuai dengan sistem diskusi yang diterapkan guru di kelas.
Dimana, secara tidak langsung menggerakkan murid untuk mengajukkan ide-idenya ketika pelajaran
berlangsung. Sedangkan pertanyaan dengan jumlah skor angket tertinggi pada indikator ini ditemukan pada
pertanyaan nomor 29, yaitu sebesar 273. Pada pertanyaan nomor 29 (pertanyaan positif) siswa ditanyakan
pendapatnya “Saya menghormati guru mata pelajaran biologi”, dan hasilnya 85,31% siswa merespon
pertanyaan ini secara positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswa menghargai guru yang mengajar di kelas,
sehingga berpengaruh terhadap komitmen siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan guru tersebut.
Indikator 4 (organisasi/organization) merupakan indikator dengan persentase sikap siswa terendah
yaitu sebanyak 68,75%. Artinya, hanya 68,75% siswa yang sudah dapat menentukan prioritas dalam dirinya
dan berkomitmen terhadap prioritas tersebut. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa
pertanyaan-pertanyaan dari indikator 4 (organisasi/organization) direspon kurang positif oleh siswa.
Pertanyaan nomor 18 dan pertanyaan nomor 22 merupakan pertanyaan dengan jumlah skor angket terendah
dibandingkan pertanyaan lainnya pada indikator ini, yaitu masing-masing sebesar 157 dan 187. Pada
pertanyaan nomor 18 (pertanyaan negatif) siswa ditanyakan pendapatnya “saya menghabiskan waktu luang
saya pada kegiatan-kegiatan lain, selain belajar”, dan hasilnya 49,0% siswa merespon pertanyaan ini secara
positif (sependapat). Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan siswa belum bisa memprioritaskan belajar
sebagai yang utama dibandingkan kegiatan lain. Kemudian, pada pertanyaan nomor 22 siswa ditanyakan
pendapatnya “Saya tidak peduli jika teman saya mendapat nilai ulangan biologi yang lebih tinggi dari saya”,
dan hanya 58,44% siswa merespon pertanyaan ini secara negatif (tidak sependapat). Hal ini menunjukkan
bahwa siswa kurang memiliki daya saing dalam belajar. Sedangkan pertanyaan dengan jumlah skor angket
tertinggi pada indikator ini ditemukan pada pertanyaan nomor 6, yaitu sebesar 259. Pada pertanyaan nomor
29 (pertanyaan positif) siswa ditanyakan pendapatnya “Saya tetap menghargai pendapat orang lain, walaupun
itu salah.”, dan hasilnya 80,94% siswa merespon pertanyaan ini secara positif (sependapat). Hal ini
menunjukkan bahwa siswa tidak hanya memprioritaskan pendapatnya ketika diskusi berlangsung, tetapi juga
mempertimbangkan pendapat orang lain, walaupun pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapatnya.
Indikator 5 (karaktersasi/characterization), merupakan indikator dengan persentase sikap siswa
tertinggi kedua setelah indikator 1 yaitu sebanyak 72,93%. Artinya, sebanyak 72,93% siswa sudah memiliki
karakter yang menentukan tindakannya terhadap sesuatu. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui
bahwa pertanyaan-pertanyaan dari indikator 5 (karaktersasi/characterization), direspon positif oleh siswa.
Pertanyaan nomor 24 merupakan pertanyaan dengan jumlah skor angket terendah dibandingkan pertanyaan
lainnya pada indikator ini, yaitu sebesar 161. Pada pertanyaan nomor 24 (pertanyaan negatif) siswa ditanyakan
pendapatnya “Saya merasa nilai yang saya peroleh adalah hasil dari kerja keras saya dalam belajar biologi”,
dan hasilnya 50.31% siswa merespon pertanyaan ini secara positif (tidak sependapat). Hal ini menunjukkan
bahwa setengah dari jumlah siswa telah memiliki sikap spiritual yang menyadari bahwa semua yang kita
peroleh bukan hanya atas hasil kerja keras kita tetapi juga merupakan kehendak Tuhan Yang Maha Esa.
Sedangkan pertanyaan dengan jumlah skor angket tertinggi pada indikator ini ditemukan pada pertanyaan
nomor 5, yaitu sebesar 283. Pada pertanyaan nomor 5 (pertanyaan positif) siswa ditanyakan pendapatnya
“Saya semakin merasa bersyukur pada Tuhan setelah mempelajari Protista, karena begitu banyak ciptaan-nya
yang memiliki peranan dalam kelangsungan hidup manusia”, dan hasilnya 88,44% siswa merespon pertanyaan
ini secara positif (sependapat). Hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memiliki sikap spiritual, yang merasa
semakin bersyukur kepada Tuhan setelah mempelajari makhluk-makhluk ciptaannya.
3. Hubungan Pengetahuan dengan Sikap pada Materi Protista
Hasil analisis data menunjukkan bahwa rata-rata skor ideal (Xi) pengetahuan siswa adalah 69,99
termasuk kategori pengetahuan cukup dan rata-rata skor ideal (Xi) sikap adalah 70,41 yang juga termasuk
kategori sikap cukup baik. Hal di atas menunjukkan bahwa pengetahuan siswa pada materi protista
berhubungan dengan sikap siswa pada materi protista. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil perhitungan
koefisien korelasi pengetahuan (X) dan sikap (Y) sebesar 0,810 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang kuat antara pengetahuan siswa dan sikap siswa pada materi Protista. Nilai rhitung 0,810 > rtabel 0,22 pada
taraf signifikansi α = 0,05 juga menegaskan bahwa hipotesis alternatif (Ha) disetujui atau diterima yang artinya
terdapat hubungan pengetahuan siswa terhadap sikap siswa pada materi Protista. Penelitian yang dilakukan
Rosa (2015: 27), juga menunjukkan keterkaitan antara kemampuan afektif dengan kemampuan kognitif,
dimana persentase keterkaitan keduanya sebesar 70%.
Para ahli banyak yang menyatakan bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek akan
mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu
belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang tersebut terhadap objek tersebut. Siswa
akan bersikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandangannya, dan ia akan bersikap negatif
terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan (Sobur, 2003: 245).
Selain itu, harga indeks determinasi 65,76% menginterpretasikan bahwa pengetahuan siswa
memberikan kontribusi sebesar 65,76% terhadap sikap siswa pada materi Protista. Hal ini dikarenakan, sikap
merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus yang menghendaki adanya respon,
sehingga semakin banyaknya pengetahuan seseorang terhadap suatu stimulus, maka semakin besar pula
respon yang diberikan seseorang tersebut terhadap stimulus yang ada (Azwar, 2000: 5). Artinya semakin
banyak pengetahuan siswa pada materi protista, maka semakin besar pula respon yang akan diberikannya
terhadap materi protista tersebut. Sudaryono (2012: 46) juga menyatakan bahwa sikap seseorang dapat
diramalkan perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Artinya jika seseorang
memiliki pengetahuan yang tinggi maka secara otomatis juga akan memiliki sikap yang tinggi.

SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Pengetahuan siswa
pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017 berada pada kategori cukup dengan skor
rata-rata pengetahuan siswa 69,99. Persentase pengetahuan siswa tertinggi ditemukan pada indikator 5:
mengidentifikasi protozoa berdasarkan ciri-cirinya yaitu 80,5%, sedangkan yang terendah ditemukan pada
indikator 2: mengidentifikasi alga berdasarkan ciri-cirinya yaitu 59,25%. (2) Sikap siswa pada materi Protista di
kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P 2016/2017 berada pada kategori cukup baik dengan rata-rata skor sikap
siswa 70,41. Persentase sikap siswa paling tinggi ditemukan pada indikator 1: menerima (attending/receiving)
yaitu sebesar 74,06%, sedangkan persentase tingkat sikap siswa paling rendah ditemukan pada indikator 4:
organisasi (organization) yaitu sebesar 68,75%, dan (3) Terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan sikap siswa pada materi Protista di kelas X SMA Negeri 6 Medan T.P. 2016/2017. Hal ini
ditunjukkan oleh harga koefisien korelasi sebesar 0,810 yang termasuk korelasi dengan kategori tinggi.

UCAPAN TERIMAKASIH
Terima kasih kepada dosen pembimbing, Dr. Hasruddin, M.Pd, yang telah banyak memberikan banyak
masukan dan saran hingga terselesaikannya penelitian ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada Ibu Dra. Hj. Erlinda, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 6 Medan dan Ibu Wahidah Rahmadani, S.Pd.,
M.Pd, selaku guru Biologi SMA Negeri 6 Medan yang telah membimbing selama penelitian berlangsung serta
siswa-siswi kelas X MIA yang telah banyak membantu selama penelitian berlangsung.

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2000). Sikap, Manusia dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Daryanto. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Gerungan, W.A. (2004). Psikologi Sosial. Bandung: Rafika Aditama.
Rosa, O.F. (2015). Analisis Kemampuan Siswa Kelas X pada Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik. Jurnal
Fisika dan Pendidikan Fisika, 1(2), 24-28.
Sabri, A. (1996). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.
Sudijono, A. (2009). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka setia.
Sudaryono, Maryono, G dan Rahayu, W. (2013). Pengembangan Instrumen Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syah, M. (2010). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zunitasari, D, Hidayati, S, Trimantanto. (2016). Identifikasi Kesulitan Belajar Protista pada Siswa Kelas X
Semester 1 SMA Negeri 1 Muntilan Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Pendidikan Biologi, 5(6), 17-26.

Вам также может понравиться