Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Definisi
Menurut JNC 7 (Joint National Committee 7), definisi dari hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg. Penentuan ini berdasarkan rata-rata dua kali
pengukuran tekanan darah pada posisi duduk. JNC 7 mengklasifikasikan hipertensi
menjadi 2 grade dan terdapat kategori prehipertensi. Adanya kategori prehipertensi
ke dalam klasifikasi bertujuan untuk meningkatkan kewaspadaan, karena orang
pada kategori tersebut beresiko dua kali lipat lebih besar untuk menjadi
hipertensi.1
4.2. Klasifikasi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi dua, yaitu: hipertensi
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah suatu peningkatan
persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol
homeostatik normal, hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup lebih
dari 90% kasus hipertensi. Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang penyebab
spesifiknya sudah dapat diketahui secara pasti, seperti gangguan pada endokrin,
penyakit jantung, penyakit ginjal, penyakit pembuluh darah, atau berhubungan
dengan kehamilan.2
Klasifikasi hipertensi secara klinis menurut The Joint National Committee VII
Report (JNC VII Report), terdapat 4 klasifikasi hipertensi yaitu normal, prehipertensi,
hipertensi tingkat I, dan hipertensi tingkat II.1
Tabel 4.1 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC-VII Tahun 20031
Tekanan Sistolik Tekanan Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 Atau 90-99
14
15
hipertensi dan penyakit jantung meningkatkan risiko hipertensi 2-5 kali lipat.
Jika kedua orang tua kita mempunyai hipertensi, kemungkunan kita
mendapatkan penyakit tersebut 60%.
d. Genetik
Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi terbukti dengan
ditemukannya kejadian bahwa hipertensi lebih banyak pada kembar
monozigot (satu sel telur) daripada heterozigot (berbeda sel telur). Seorang
penderita yang mempunyai sifat genetik hipertensi primer (esensial) apabila
dibiarkan secara alamiah tanpa intervensi terapi, bersama lingkungannya
akan menyebabkan hipertensinya berkembang dan dalam waktu sekitar 30-
50 tahun akan timbul tanda dan gejala.
Faktor yang dapat diubah/dikontrol 5,6
a. Kebiasaan Merokok
Rokok juga dihubungkan dengan hipertensi. Hubungan antara rokok
dengan peningkatan risiko kardiovaskuler telah banyak dibuktikan. Selain
dari lamanya, risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang
dihisap perhari. Seseoramg lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali
lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok.
Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang
diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak
lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses
aterosklerosis dan hipertensi.
b. Konsumsi Asin/Garam
Garam merupakan faktor yang sangat penting dalam patogenesis
hipertensi. Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa
dengan asupan garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap
hari menyebabkan prevalensi hipertensi yang rendah, sedangkan jika asupan
garam antara 5-15 gram perhari prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-
20 %. Pengaruh asupan terhadap timbulnya hipertensi terjadi melalui
peningkatan volume plasma, curah jantung dan tekanan darah.
18
asam lemak oleat sering juga disebut omega-9. minyak kelapa mengadung
80% ALJ dan 20% ALTJ, sementara minyak zaitun dan minyak biji bunga
matahari hampir 90% komposisinya adalah ALTJ.
e. Kebiasaan Konsumsi Minum Minuman Beralkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi. Peminum alkohol berat
cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi belum
diketahui secara pasti. Orangorang yang minum alkohol terlalu sering atau
yang terlalu banyak memiliki tekanan yang lebih tinggi dari pada individu
yang tidak minum atau minum sedikit.
Menurut Ali Khomsan konsumsi alkohol harus diwaspadai karena
survei menunjukkan bahwa 10 % kasus hipertensi berkaitan dengan
konsumsi alkohol. Mekanisme peningkatan tekanan darah akibat alkohol
masih belum jelas. Namun diduga, peningkatan kadar kortisol dan
peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah merah berperan
dalam menaikkan tekanan darah.
f. Obesitas
Obesitas erat kaitannya dengan kegemaran mengkonsumsi makanan
yang mengandung tinggi lemak. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak
darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan
tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding
arteri. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung
dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh
menahan natrium dan air.
Berat badan dan indeks Massa Tubuh (IMT) berkorelasi langsung
dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk
menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita hipertensi
ditemukan sekitar 20-30 % memiliki berat badan lebih.
20
g. Olahraga
Kurangnya aktifitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi
karena meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif
juga cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan
yang dibebankan pada arteri.
h. Stres
Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu dan bila
stres sudah hilang tekanan darah bisa normal kembali. Peristiwa mendadak
menyebabkan stres dapat meningkatkan tekanan darah, namun akibat stress
berkelanjutan yang dapat menimbulkan hipertensi belum dapat dipastikan.
i. Penggunaan Estrogen
Estrogen meningkatkan risiko hipertensi tetapi secara epidemiologi belum
ada data apakah peningkatan tekanan darah tersebut disebabkan karena
estrogen dari dalam tubuh atau dari penggunaan kontrasepsi hormonal
estrogen. MN Bustan menyatakan bahwa dengan lamanya pemakaian
kontrasepsi estrogen (± 12 tahun berturut-turut), akan meningkatkan tekanan
darah perempuan.
4.4. Patogenesis dan Patofisiologi
Tekanan darah merupakan hasil perkalian dari curah jantung (cardiac
output) dengan resistensi perifer total. Sehingga, hipertensi merupakan akibat dari
peningkatan curah jantung dan atau resistensi perifer total. 7
Peningkatan curah jantung pada hipertensi hiperdinamik disebabkan oleh
peningkatan frekuensi denyut jantung atau volume ekstrasel yang menyebabkan
peningkatan aliran balik vena sehingga meningkatkan volume sekuncup (stroke
volume). Begitu pula peningkatan aktivitas simpatis dari sistem saraf pusat dan
atau peningkatan respons terhadap katekolamin, misalnya karena hormon kortisol
dan tiroid, dapat menyebabkan peningkatan curah jantung. 7
21
otak, di arteri besar dapat menyebabkan aneurisma yang akhirnya dapat menjadi
ruptur. Iskemia ginjal akan menyebabkan lingkaran setan, di mana iskemia ginjal
akan menyebabkan pelepasan renin yang nantinya akan memperparah hipertensi. 7
4.5. Diagnosis
Gejala klinis spesifik pada pasien hipertensi yaitu nyeri kepala yang dirasakan
pada pagi hari dan terlokalisir di oksipital. Gejala non spesifik hipertensi yaitu
pusing, palpitasi, kelemahan, dan impotensi. Gejala yang timbul pada hipertensi
sekunder tergantung penyakit yang mendasari.8
Untuk mendiagnosis, perlu dilakukan evaluasi pasien terlebih dahulu. Tujuan
dari evaluasi pasien adalah mengetahui target organ damage terkait hipertensi yang
mempengaruhi pilihan terapi, mengetahui life style serta faktor-faktor resiko
kardiovaskular atau kelainan lainnya, dan menemukan penyebab sekunder.9
Banyak penderita yang tidak memiliki keluhan apapun. Namun ada juga yang
keluhan seperti hypertensive headache (nyeri kepala biasanya di pagi hari dan
terlokalisir di regio oksipital), berdebar, sesak saat aktivitas ataupun keluha mudah
lelah dan impotensi. 9 Perlu juga menanyakan riwayat :8,9
a. Durasi, onset usia, dan level tekanan darah sebelumnya
b. Terapi antihipertensi sebelumnya
c. Gejala yang mengindikasikan penyebab sekunder
d. Faktor lifestyle: intake lemak, garam, alkohol, rokok, aktivitas fisik,
kenaikan berat badan
e. Riwayat disfungsi neurologis, gagal jantung, PJK
f. Pemakaian obat-obat yang meningkatkan tekanan darah seperti
kontrasepsi oral, steroid, NSAID, dekongestan nasal
g. Keberadaan faktor resiko CVS : hipertensi, merokok, obesitas (IMT ≥
30), inaktivitas fisik, dislipidemia, diabetes mellitus,
mikroalbuminemia atau perkiraan GFR < 60 ml/menit, umur (> 55
tahun untuk laki-laki, 65 tahun untuk wanita), riwayat keluarga dengan
penyakit jantung prematur (< 55 tahun untuk laki-laki, < 65 tahun
untuk wanita).
25
Pemeriksaan tekanan darah merupakan cara diagnosa yang utama. Alat yang
digunakan adalah manometer merkuri (gold standart) dengan manset yang sesuai
(panjang ± 80% lingkar lengan, lebar ± 40% lingkar lengan) dan stetoskop.
Manometer aneroid dan elektronik cenderung kurang akurat. Pasien harus
diistirahatkan ± 5 menit dengan posisi duduk di kursi, kaki di atas lantai, pakaian
ketat dilepas, lengan disangga sehingga posisinya setinggi jantung dan hindari
percakapan selama pemeriksaan. Pemriksaan fisik yang lain juga diperlukan. Tidak
disarankan melakukan berbagai macam pemeriksaan lain kecuali jika tekanan darah
tidak dapat dikontrol. Secara umum, sebelum memulai terapi perlu dilakukan
pemeriksaan dasar meliputi UL, DL, serum elektrolit, profil lipid, gula darah, EKG,
BUN & kreatinin, Foto thorax.8,9
Tabel.4.2 Temuan klinis untuk mencari kemungkinan penyebab sekunder dan
kerusakan organ target.10
4.6. Tatalaksana
Tujuan dari terapi menggunakan obat antihipertensi adalah untuk
mengurangi risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular dan ginjal. Target
tekanan darah adalah < 140/90 mmHg disertai dengan penurunan risiko penyakit
kardiovaskular. Pada pasien dengan diabetes atau penyakit ginjal, target tekanan
darah adalah <130/80 mmHg. Pada mayoritas pasien, menurunkan tekanan sitolik
26
4.6.2. Farmakoterapi
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan oleh JNC 8: 12
a. Diuretic, terutama jenis Thiazide (Thiaz) Aldosteron Antagonist (Ald Ant)
b. Calcium channel blocker atau Calcium antagonist (CCB)
c. Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACEI)
d. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor angiotensint/ blocker (ARB).
Tabel 4.4Indikasi dan Kontraindikasi Kelas-kelas utama Obat Antihipertensi Menurut ESH 13
4.8. Prognosis
Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-
mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari
penyakit hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis
hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila
tidak ditangani.6,11
Di Amerika serikat, ras kulit hitam mempunyai angka morbiditas dan mortalitas
empat kali lebih besar dari pada ras kulit putih. Prevalensi hipertensi pada wanita pre-
menopause tampaknya lebih sedikit dari pada laki-laki dan wanita yang telah
menopause. Adanya faktor resiko independen (seperti hiperkolesterolemia, intoleransi
glukosa dan kebiasaan merokok) yang mempercepat proses aterosklerosis
meningkatkan angka mortalitas hipertensi dengan tidak memperhatikan usia, ras dan
jenis kelamin. 6,11