Вы находитесь на странице: 1из 4

BERBAGAI JENIS POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN

Menurut De Bono (2005: 128) topi dipakai untuk menggambarkan keenam


aspek berpikir, karena topi merupakan suatu yang dapat dipakai dan dilepaskan
dengan mudah, sebagaimana sebuah pendapat yang dapat dipakai atau dilupakan
begitu saja tanpa harus menimbulkan konflik sosial. Dalam metode Thinking Hats
merupakan penerapan dari Lateral Thinking STH, seseorang tidak hanya dilatih
untuk berkonsentrasi menyelesaikan suatu masalah dalam sekuen waktu tertentu,
tetapi juga dipersiapkan untuk dapat menerima dan menghargai pendapat orang
lain.
a) Topi putih berarti fasilitator bersikap netral dan objektif. Fasilitator
bersikap terbuka untuk menerima pengetahuan dan pengalaman orang lain.
Fasilitator mendorong peserta untuk memahami fakta dan kebenaran secara
bijaksana. Fasilitator mendorong para peserta untuk saling belajar dan
menyumbangkan pengetahuan dan pengalamannya kedalam
b) Topi merah berarti fasilitator menggunakan pendekatan emosi untuk
menggugah perasaan dan semangat peserta. Fasilitator menggunakan intuisi dan
prasangka untuk memahami kesulitan atau hambatan yang dirasakan peserta
dalam belajar, Setelah secara paralel tujuan meningkatkan keterlibatan peserta
mendiskusikan aspek informatif dari suatu permasalahan, kemudian setiap peserta
diskusi secara bersama-sama mengemukakan aspek intuitif dan emosional dari
pendapatnya
c) Topi hitam berarti fasilitator bersikap serius. Fasilitator tidak serta merta
menerima pendapat atau masukan dari orang lain melainkan bersikap menolak
terlebih dahulu, bersikap ragu-ragu atau hati-hati, kemudian mencari tahu
(eksplorasi) lebih jauh. Dalam menyikapi suatu persoalan, fasilitator
menggunakan topi hitam bukan untuk mencari argumentasi melainkan untuk
memperhatikan atau waspada terhadap sesuatu hal yang dianggap negatif. Topi
hitam merupakan metafora untuk atau terlalu sering digunakan. menggambarkan
aspek kritis dari pemikiran yang hendak kita sampaikan.
d) Topi kuning berarti fasilitator menggunakan cara berfikir positif dalam
mengelola proses pembelajaran agar atmosfir dalam kegiatan pembelajaran juga
berkembang positif. Fasilitator juga bersikap optimis dalam menghadapi sesuatu
persoalan. Kalau topi hitam mengajak melihat sisi negatif, maka topi kuning
mengajak melihat sisi positif. Fasilitator menggunakan cara rasional (intelektual)
dan membangun kerangka pikir untuk mengembangkan suatu analisa kritis. Topi
kuning yang konstruktif cenderung membuat gagasan kongkrit agar bisa
dilakukan sesuatu yang bermanfaat.
e) Topi hijau berarti fasilitator menggunakan kreativitasnya untuk
membangun suasana belajar (misal membuat trik-trik tertentu, permainan, humor,
dan sebagainya). Topi hijau juga telah menjadi simbol untuk orang yang mampu
mendengarkan dengan baik, mengumpulkan informasi, penilaian baik dan buruk,
aspek emosional dan kritis, maka kemudian setiap peserta diskusi berusaha secara
bersama-sama menemukan alternatif, gagasan, kemungkinan dan rancangan. Apa
yang dapat dilakukan, apa alternatif yang ada, dan pembahasan sejenis dibahas
dalam sesi ini.
f) Topi biru berarti fasilitator mengendalikan proses pembelajaran agar tetap
pada relnya. Fasilitator juga selalu menjaga agar pembelajaran tetap fokus atau
dikelola batas-batasnya. Fasilitator selalu mengacu pada rencana dan rancangan
pembelajaran sebagai alat kontrol. Fasilitator mengembangkan proses perumusan
pokok-pokok pembelajaran dan kesimpulan untuk menjaga fokus dan menarik.
Topi biru diasosiasikan sebagai pengambilan benang merah pembelajaran.

TIGA PRINSIP DASAR POLA BERPIKIR KEWIRAUSAHAAN


1. Perhatian
Pada tahap perhatian (attention) wirausaha berusaha agar calon konsumen
memperhatikan penawaran yang dilakukannya. Untuk mendapatkan perhatian dari
calon konsumen wirasaha harus memperlihatkan sikap yang baik, tutur kata dan
cara berpakaian yang menarik yang akan memberikan penilaian yang positif dari
calon konsumen yang akan berpengaruh terhadap terjadinya jual beli. Dalam pola
berfikir khususny perhatian, juga melihat apa yang dibutuhkan konsumen sesuai
dengan apa yang kita lakukan, memperhatikan cara bekerja warausahawan lain
untuk bisa menjadi ide atau memotivasi
2. Pelarian
Yang dimaksud dengan pelarian disini adalah, dimana saat kita jatuh atau
bangkrut, kita masih mempunyai pekerjaan lain, seperti pekerjaan sampingan
sebagai pengganti pekerjaan yang telah bangkrut tadi sambil membangun ulang
usaha baru disamping usaha sampingan
3. Tindakan
Pada tahap tindakan (action) wirausaha harus dapat mewujudkan kebutuhan dan
harapan konsumen dan memberikan keyakinan bahwa barang, jasa dan ide yang
dibeli merupakan langkah yang tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi
konsumen. Tindakan sesuatu yang harus dilakukan seseorang untuk menjadi
wirausahawan, karena tanpa ada tindakan kita tidak mungkin bisa menjadi maju
dan terus maju.

Вам также может понравиться