Вы находитесь на странице: 1из 12

KRING KRING MIKA MIKI

BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2018
Abstract

Dekubitus merupakan masalah akut yang sering terjadi pada situasi perawatan
pemulihan. Gangguan ini terjadi pada individu yang mengalami tirah baring lama serta
mengalami gangguan tingkat kesadaran. Ketika dekubitus terjadi maka lama perawatan
dan biaya perawatan rumah sakit akan meningkat. Hasil penelitian di beberapa Rumah
Sakit pemerintah di Indonesia kejadian dekubitus pada pasien tirah baring 15,8% sampai
38,18%. Tujuan penelitian untuk menurunkan angka kejadian dekubitus dan mengetahui
gambaran angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di Ruang ICU selama
menggunakan alarm mika- miki. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif.
Sampel berjumlah total pasien tirah baring dalam peride 1 – 31 Agustus 2018,
Instrumen penelitian menggunakan jam weker sebagai alat pengingat waktu alih
baring dan jadwal alih baring. Hasil Penelitian dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
membuat Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan dekubitus khususnya pada
pasien tirah baring sehingga perawat khususnya perawat klinik dapat mengantisipasi risiko
terjadinya dekubitus sesuai dengan SOP yang sudah ada.

Kata kunci: Dekubitus, alih baring, alarm

2
A. LATAR BELAKANG

Dekubitus merupakan luka yang timbul karena tekanan terutama pada bagian
tulang - tulang yang menonjol akibat tirah baring yang lama di tempat tidur.
Kasus dekubitus dapat terjadi pada semua umur terutama pada lanjut usia dengan
frekuensi kejadiannya sama pada pria dan wanita (Siregar,2005).
Decubitus secara etimiologi berasal dari bahasa latin “Decumbere” yg berarti
merebahkan diri
Kerusakan/kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit, bahkan menembus otot
sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. (Hidayat, 2009)
Salah satu cara yang paling untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan
menggunakan sistem nilai atau tahapan. Sistem ini pertama kali dikemukakan oleh
Shea (1975 dalam Potter & Perry, 2005) sebagai salah satu cara untuk memperoleh
metode jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan luka
dekubitus. Sistem tahapan luka dekubitus berdasarkan gambaran kedalaman jaringan
yang rusak (Maklebust, 1995 dalam Potter & Perry, 2005). Luka yang tertutup dengan
jaringan nekrotik seperti eschar tidak dapat dimasukkan dalam tahapan hingga jaringan
tersebut dibuang dan kedalaman luka dapat di observasi. Peralatan ortopedi dan
braces dapat mempersulit pengkajian dilakukan (AHPCR, 1994 dalam Potter & Perry,
2005).
Tahapan dibawah ini berasal dari NPUAP (1992), dan tahapan ini juga digunakan dalam
pedoman pengobatan AHPCR (1994). Pada konferensi konsensus NPUAP (1995)
mengubah defenisi untuk tahap I yang memperlihatkan karakteristik pengkajian pasien
berkulit gelap. Berbagai indikator selain warna kulit, seperti suhu, adanya pori-pori
”kulit jeruk”, kekacauan atau ketegangan, kekerasan, dan data laboratorium, dapat
membantu mengkaji pasien berkulit gelap (Maklebust & Seggreen, 1991 dalam Potter
& Perry, 2005). Bennet (1995 dalam Potter & Perry, 2005). menyatakan saat mengkaji
kulit pasien berwarna gelap, memerlukan pencahayaan sesuai untuk mengkaji kulit
secara akurat. Dianjurkan berupa cahaya alam atau halogen. Hal ini mencegah
munculnya warna biru yang dihasilkan darisumber lampu pijar pada kulit berpigmen
gelap, yang dapat mengganggu pengkajian yang akurat. Menurut NPUAP (1995 dalam
Potter & Perry, 2005) ada perbandingan luka dekubitus derajat I sampai derajat IV
yaitu:
a. Derajat I: Eritema tidak pucat pada kulit utuh,lesi luk a ku lit yang diperbesar.
Kulit tidak berwarna, hangat, atau keras juga dapat menjadi indikator
b. Derajat II: Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliput i epidermis dan dermis.
Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang
dangkal.
c. Derajat III: Hilangnya seluruh ketebalan kulit meliput i jaringan subkutan atau
nekrotik yang mungkin akan melebar kebawah tapi tidak melampaui fascia yang
berada di bawahnya. Luka secara klinis terlihat seperti lubang yang dalam
dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya.
d. Derajat IV: Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai destruksi ekstensif, nekrosis
jaringan; atau kerusakan otot, tulang, atau struktur penyangga misalnya
kerusakan jaringan epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.

3
Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun dapat terjadi
pada luka yang superfisial. Menurut subandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi
antara lain:
a. Infeksi, umumnya bersifat mult ibakt erial baik aerobik maupun anaerobik.
b. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteotitis,
osteomielitis, dan arthritisseptik.
c. Septikimia
d. Anemia
e. Hipoalbuminea
f. Kematian.
Tiga area intervensi keperawatan utama mencegah terjadinya dekubitus adalah
perawatan kulit, yang meliputi higienis dan perawatan kulit topikal, pencegahan
mekanik dan pendukung untuk permukaan, yang meliputi pemberian posisi,
penggunaan tempat tidur dan kasur terapeutik, dan pendidikan (Potter &Perry, 2005).

Data yang di dapat dari studi pendahuluan tanggal 24 Mei 2018 di Ruang ICU RSI Sultan
Agung Semarang sebagi berikut :
1. Hasil insiden rate Dekubitus selama bulan Januari - April rata - rata diatas target
yang ditentukan

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL


BULAN KEJA KEJA KEJA KEJA TARGET
DIAN ‰ DIAN ‰ DIAN ‰ DIAN ‰
DEKUBITUS 3 5.5 3 6.5 3 5.46 3 4.5 5 ‰

2. Jumlah bed dekubitus yang masih terbatas dibanding dengan kapasitas 15


tempat tidur .
3. Kepatuhan petugas untuk mika – miki kurang
4. Jadwal belum ada

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti dapat merumuskan masalah
sebagai berikut:

“Hubungan antara alarm mika - miki dengan angka kejadian dekubitus pada pasien di
Ruang ICU RSI Sultan Agung Semarang “

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum :
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menurunkan angka kejadian dekubitus di
Ruang ICU RSI Sultan Agung Semarang

2. Tujuan Khusus :
Mengetahui gambaran angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di
Ruang ICU selama menggunakan alarm mika- miki pada periode 1 – 31 Agustus
2018

4
D. METODE PENELITIAN
1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah angka dekubitus dan ALARM MIKA MIKI di ruang
ICU Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
2. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di ruang ICU Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang
pada tanggal 1 – 31 Agustus 2018
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif .
4. Variabel Penelitian
a. Variabel bebas
Alarm mika miki
b. Variabel tergantung
Angka kejadian Dekubitus
5. Populasi dan Sampel Penelitian
a. Populasi Target
Semua pasien dengan tirah baring di ruang ICU RS Islam Sultan Agung
Semarang
b. Populasi Terjangkau
Semua pasien yang dirawat di ruang ICU
c. Definisi Operasional variable :
Tabel 1. Definisi operasional variable
No Variabel Definisi Operasional Skala
1 Alarm Mika Miki Suatu alat / alarm yang diatur untuk Rasio
mengingatkan waktu mika miki
2 Angka Kejadian Jumlah kejadian dekubitus Rasio
Dekubitus

d. Bahan dan Cara Kerja


Bahan
1) Jam weker untuk Alarm
2) Kertas
3) Alat tulis

Cara Kerja

1) Siapkan bahan

2) Buat Jadwal mika miki

3) Set jam weker sesuai jadwal

5
E. HASIL PENELITIAN

Setelah dilakukan penelitian selama 1 bulan (1 – 31 Agustus ) dan dibandingkan


dengan bulan Juni 2018 sebagai control maka dihasilkan data sebagai berikut :

Tabel 1 . Perbandingan angka kejadian Dekubitus bulan Juli dan Agustus

BULAN AGUSTUS 2018 BULAN JULI 2018


∑ Ps Alih ∑ kejadian ∑ Ps ∑ Ps Alih ∑ kejadian
TGL ∑ Ps ICU Baring Dekubitus ICU Baring Dekubitus
1 11 8 0 11 7 1
2 16 12 12 7
3 17 13 12 7
4 15 11 11 6
5 10 7 14 6
6 12 8 15 7
7 17 12 16 5
8 13 8 11 4
9 13 8 10 4
10 14 9 13 7
11 16 11 14 10
12 10 6 11 5
13 11 7 12 5
14 14 11 15 7
15 10 7 11 7
16 16 13 10 5
17 12 8 12 5
18 11 8 13 6
19 10 7 16 9
20 15 12 12 5
21 15 11 14 8
22 11 6 13 7
23 10 6 9 5
24 12 8 7 3
25 11 8 10 6
26 9 6 13 11
27 14 10 9 9
28 11 7 9 9
29 17 12 11 11
30 15 12 8 7
31 14 10 12 7
402 282 0 366 207 1

6
Perhitungan kasus Dekubitus

Infeksi Rate :
Numerator
-------------- x 1000
Denominator

Insiden rate Dekubitus :


∑ kasus Dekubitus
----------------------------------------------------- x 1000
∑ lama hari alih baring

Maka didapatkan hasil

Bulan Agustus = 0 x 1000 = 0 ‰

282

Bulan Juli = 1 x 1000 = 4.8 ‰

207

Gambar 1. Gambaran Penurunan Insiden Rate Dekubitus di Ruang ICU

F. ANALISA

Dari tabel 1 didapatkan bahwa pada bulan Juli jumlah pasien 366 yang dilakukan alih
baring sebanyak 207 dan terdapat 1 angka kejadian atau sebanyak 4.8 ‰, sedangkan bulan
Agustus yang sudah dilakukan alih baring sesuai jadwal dan adanya alarm dari jumlah
pasien 402 yang dilakukan alih baring sebanyak 232 tidak ada kejadian dekubitus.

Dari grafik pada gambar 1 terlihat penurunan dari 4.8 ‰ menjadi 0 ‰

7
G. KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Ada hubungan antara angka kejadian dekubitus pada pasien tirah baring di ruang ICU
RSI Sultan Agung Semarang dengan alarm mika – miki. Ada penurunan angka kejadian
dekubitus sebanyak 1 kejadian (4.8 ‰ ) pada periode bulan Agustus yang sudah
menggunakan alarm mika – miki sesuai jadwal mika – miki dibanding dengan bulan Juli
2018

SARAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengevaluasi
tindakan, menentukan kebijakan-kebijakan serta meningkatkan mutu pelayanan rumah
sakit terkait dengan deteksi dini untuk mencegah kejadian dekubitus.

8
LAMPIRAN
JADWAL MIKA – MIKI

JAM JADWAL MIKA - MIKI


8 Miring Kanan
10 Terlentang
12 Miring Kiri
14 Terlentang
16 Miring Kanan
18 Terlentang
20 Miring Kiri
22 Terlentang

9
FOTO
Koordinasi dengan Tim ICU

10
Pelaksanaan Mika - Miki

11
12

Вам также может понравиться