Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
“Sistem ACPS merupakan beton precast yang diberi tekanan arah melintang
pretension di pabrik, dan arah memanjang post-tension di lokasi proyek. Karena diberi
prestressing, dalam setiap kondisi beton selalu dalam keadaan tertekan dan tidak
pernah menahan tarik, sehingga secara teoritis umurnya jauh lebih lama. Selain itu,
sistem ACPS mampu menahan beban 80 kN ESAL (Equivalent Single Axle Load)
dengan ketebalan beton 20 cm,” jelas Dwiyono. Sedangkan pada sistem RPC
memerlukan ketebalan 30 cm, lanjutnya, dan dilaksanakan pengecoran secara
konvensional dimana pada setiap 5 meter ada expansion joint.
Letak kelemahan sistem RPC adalah di expansion joint tersebut, dimana silent-nya
seringkali lepas keluar akibat adanya tekanan roda kendaraan, yang mempengaruhi
tanah dasarnya. Sehingga terjadi rongga dan air bisa merembes masuk. “Pada
sambungan tersebut, yang menyebabkan kegagalan beton. Akibat tanah dasarnya
tergerus sehingga beton menggantung, dan ketika beton menerima beban maka beton
menjadi patah. Faktor kegagalan lainnya pada sistem RPC konvensional, yakni pada
saat pengecoran di tempat, dimana truck mixer cenderung naik ke atas lean concrete
sehingga lean concrete pecah sebelum di- rigid. Selain itu konsistensi beton dan proses
curing sangat tergantung kondisi cuaca di lapangan (terutama suhu ) dan bisa terjadi
inkonsistensi yang menyebabkan hasil yang kurang baik” ungkapnya.
Sementara pada sistem ACPS, expansion joint pada setiap 100 meter dan
kemungkinan seperti yang terjadi pada expansion joint di sistem RPC menjadi 20 kali
lebih kecil. Sistem ACPS dikerjakan di pabrik dengan dimensi setiap panel 2,5 m x 8,2
m tebal 20 cm, dan pada setiap 2,5 m disambung di lokasi proyek menggunakan epoxy
yang kekuatannya lebih besar dari betonnya sendiri. “Pada awal pelaksanaan proyek,
diragukan presisinya pada sambungan tersebut yang akan berakibat indeks kekasaran
(roughness) dan kekesatannya (skid resistance) tidak dapat memenuhi syarat,” kata
Dwiyono. Namun, sambungnya, setelah dilakukan pengujian kerataan dan kekesatan di
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, diperoleh hasil
ketidakrataan ruas tol Kanci-Pejagan Sta.0+000-Sta.0+300 berkisar antara 2,01 sampai
dengan 2,79 m/km dan rata-rata 2,30 m/km. Hal tersebut, menunjukkan bahwa ruas
jalan yang diuji memiliki nilai IRI <> 0,33, sehingga seluruh perkerasan memenuhi
persyaratan standar pelayanan atau cukup aman bagi pengguna jalan. “Selain uji coba
di Pusat Litbang Jalan, uji coba juga sudah dilakukan langsung di lapangan, yaitu ketika
panel ACPS yang sudah selesai dipasang hingga finishing, ketika dilalui mobil truck
pengangkut tanah (tronton) dan truck mixer ternyata kuat dan tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan,” ujar Nurhadi.
Metode Pelaksanaan
Lebar Jalan Tol Kanci-Pejagan adalah 2 lajur x 3,6 meter (di dalam marka jalan)
ditambah 2 x 0,5 meter (diluar marka jalan) tebal 20 cm dengan sistem ACPS.
Sedangkan bahu jalan masing-masing lebar 2,5 meter (bahu luar) dan 1,5 meter (bahu
dalam) tebal 20 cm dengan sistem RPC konvensional. Untuk memperlancar proses
cetak panel ACPS, PT Adhi Karya mendirikan pabrik di atas lahan seluas 5, 2 hektar.
Setiap hari dapat mencetak panel ACPS maksimum sebanyak 237 panel. Sementara
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan di pabrik maupun di lokasi
proyek total sekitar 3.000 orang
Menurut Ir Pristi Wahyono-Plant Manager ACPS, PT Adhi Karya (Persero) Tbk,
pekerjaan pengecoran ACPS tidak terpengaruh oleh cuaca karena panel ACPS dicetak
dipabrik. Sehingga pelaksanaan pekerjaan tanah dengan sistem ACPS bisa parallel,
tidak seperti bila menggunakan sistem konvensional yang sangat tergantung dengan
cuaca karena cor di tempat. Urutan pelaksanaan pekerjaan produksi ACPS di pabrik,
dimulai dari seting mould, kemudian install strand & pretention stressing. Dilanjutkan
pemasangan besi (longitudinal duct & lifting anchor), kemudian dilakukan pengecoran,
dan finishing.
Untuk mempercepat umur beton dilakukan steam curing. Setelah beton
mencapai umur yang ditentukan, dilakukan demoulding dan angkat panel ke stockyard.
“Alat untuk mencetak beton terdiri dari 12 baris, dimana setiap baris terdiri dari 13
mould. Jadi sekali mengecor dapat diperoleh panel beton dengan kapasitas 156 mould.
Cycle time pengecoran panel beton 16 jam. Di sini ada 1 batching plant yang khusus
melayani suplai beton readymix di pabrik, dengan mutu beton K-400 kapasitas per jam
120 m3. Sementara jumlah batching plant yang melayani semua kegiatan proyek, baik
di pabrik maupun di lokasi proyek ada 4 batching plant,” ujarnya.
Pristi juga mengatakan, hal yang terpenting dalam pekerjaan produksi panel ACPS
adalah ketelitian masalah akurasi, yang dituntut untuk bisa memenuhi dimensi toleransi
yang sangat ketat yaitu penyimpangan ketebalan beton maksimum 2 mm. Karena
dengan adanya penyimpangan akan mempengaruhi pemasangan di lapangan dan
pada saat ini adanya masalah tersebut sudah bisa teratasi dengan proses quality
qontrol yang ketat. Dan hingga saat ini (red-awal Juni 2009) telah memproduksi lebih
dari 6.000 panel beton ACPS atau sekitar 15 km, sedangkan yang sudah terpasang
hingga awal Juni lalu sekitar 10 km.
“Kendala yang kami alami adalah bila kondisi lapangan menghendaki ukuran panel
yang tidak standar, karena jalan membentuk desain belokan atau lengkungan sehingga
lebar panel menjadi tidak sama,” ungkapnya.
Sementara itu Ir Irfan A.Taufik-Construction Manager Install ACPS PT Adhi Karya
(Persero),Tbk mengatakan, pada awalnya ada permasalahan pada bagian dasar Lean
Concrete (LC) dimana konstruksi ini memerlukan kerataan dan presisi yang tinggi
karena bersifat expose (tanpa lapisan finishing akhir di atas permukaan panel), dan
ditemukan juga kendala lain di lapangan berupa deviasi alignment. Memang untuk hal
baru seperti ini, kita memerlukan fase Learning Curve untuk mencapai hasil terbaik, dan
saat ini kami sudah mendapatkan metoda dan cara untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Sistem ACPS pada bagian permukaan adalah ekspose, ujarnya, maka
elevasi final harus rata, serta bagian bawah tidak boleh ada rongga, dan bila ada
rongga harus digrouting. Dalam pelaksanaan grouting pun diperlukan langkah-langkah
kerja yang presisi. Faktor Safety pada saat pemasangan ACPS harus menjadi
perhatian utama karena selain menggunakan alat Mobile Crane yang memerlukan area
bebas untuk manuver, juga di lapangan dilakukan stressing untuk Post tension cable
nya.
Sementara terkait pekerjaan tanah di bawah ACPS, Ir Yudi Kustiaji-Project
Production Manager Earthworks PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengatakan, biasanya
disyaratkan hasil pengujian kepadatan untuk tanah ,hingga mencapai CBR 14.
Sedangkan kepadatan tanah dasar untuk ACPS yang disyaratkan dari Amerika, yaitu
CBR minimal 6. Tetapi rata-rata CBR di proyek ini diperoleh 10, karena lebih padat
lebih bagus. Untuk pekerjaan timbunan tanah di lokasi proyek, elevasi yang tertinggi
mencapai 4 meter. Pemadatan tanah timbunan dilakukan layer by layer tiap 20 cm,
sesuai dengan yang disyaratkan. Tolok ukur hasil akhir spesifikasi teknis yaitu
kepadatan tanah pada posisi finish subgrade (di bawah Lean Concrete) adalah 100%.
Setelah kepadatan tanah timbunan sesuai dengan level yang ditentukan, dilakukan
pengecoran Lean concrete tebal 5 cm untuk lantai kerja panel ACPS. Sedangkan pada
sistem RPC tebal Lean concrete 10 cm.
Setelah Lean concrete sudah dalam kondisi cukup umur, ujar Irfan, kemudian dilakukan
pemasangan panel beton ACPS dengan kapasitas produksi tiap hari 700 meter, yang
dilaksanakan oleh tenaga kerja lapangan dan peralatan sebanyak 7 group dan masing-
masing group ada 15 orang. Pada awalnya kapasitas produksi per group hanya
50m/hari (10 jam kerja), akan tetapi saat ini rata2 sudah 100m/hari bahkan bisa
150m/hari. Adapun urutan pelaksanaan Install ACPS secara umum adalah setelah lean
concrete mencapai kekuatan yang ditetapkan dilakukan install ACPS, kemudian pada
setiap 2,5 meter panel dilakukan perekatan antar panel ACPS. Selajutnya, pelaksanaan
install strand dan post tension stressing dua arah kapasitas masing-masing 50%, dan
kemudian 100%. Terakhir, pekerjaan grouting tendon dan bottom slab pada 4 titik
lubang di setiap panel menembus ke lane concrete. Satu rangkaian panel ACPS
disetiap 100 meter, terdiri dari joint panel, base panel, central panel, base panel, dan
joint panel.
Daftar Pustaka :
1. Kompas, 2010, Inovasi Teknik Sipil dan Infrastruktur Kita,
https://properti.kompas.com/read/2010/03/10/04062483/inovasi.teknik.sipil.da
n.infrastruktur.kita.
2. Muhammad Arief Asmi, 2014, Teknologi Kontruksi Jalan Baru – ACPS,
http://27republik.blogspot.com/2014/06/teknologi-konstruksi-jalan-baru-
acps.html