Вы находитесь на странице: 1из 6

Inovasi Teknik Sipil ACPS di Jalan Tol di Indonesia

Peluang di Indonesia Seperti telah disinggung di depan, peluang pembangunan


infrastruktur di Indonesia sekarang ini masih sangat besar. Mengingat geografi Tanah
Air yang sangat luas, dengan kondisi yang amat beragam, Indonesia dipastikan
membutuhkan berbagai karya inovasi iptek, termasuk dalam bidang teknik sipil. Dulu
konstruksi cakar ayam dipromosikan untuk menjawab tantangan pembangunan
jalan/landasan di daerah berawa. Teknik arjuna sasrabahu dibutuhkan untuk
membangun jalan layang di atas jalan yang sibuk. Kini ACPS dimajukan untuk
menjawab tantangan soal pembangunan jalan tol yang efisien. Satu hal yang lebih ingin
digarisbawahi di sini adalah pentingnya budaya litbang dan inovasi karena dua faktor
itulah yang akan menentukan daya saing suatu bisnis. Tanpa itu, seumur-umur kita
hanya akan menjadi konsumen teknologi dan tak pernah menumbuhkan karya Iptek
yang berdasar pada kondisi dan kearifan lokal.

Di luar wacana yang lebih bersifat ideologis tersebut, pertimbangan pragmatis


memang lebih terasa. Yang lebih penting, infrastruktur yang dibutuhkan tersebut
tersedia dan kalau bisa dibuat dengan lebih cepat, hasil lebih baik, biaya lebih ringan,
dan ongkos pemeliharaan lebih murah. Untuk menjawab tuntutan di atas, peranan riset
dan inovasi menjadi penting. Bagi perusahaan konstruksi yang sudah eksis selama 50
tahun, seperti Adhi Karya yang memperkenalkan ACPS, munculnya teknologi seperti
ACPS juga sebagai jawaban. Dari sisi inovasi, ACPS merupakan jargon baru setelah
pada masa lalu kita mendengar adanya teknik konstruksi cakar ayam dan teknik arjuna
sasrabahu. Dari sisi teknik pengerasan jalan, orang melihat ACPS sebagai pengayaan.
Apabila sebelum tahun 2009 hanya dikenal dua teknik perkerasan jalan, yakni
”perkerasan lentur” (flexible pavement) dan ”Perkerasan kaku” (concrete/rigid
pavement), setelah 2009 ada perkerasan lentur dan perkerasan kaku yang bisa dibagi
dua. Yang pertama adalah perkerasan kaku dengan pracetak-pratekan yang tidak lain
adalah ACPS dan, yang kedua, perkerasan kaku dengan cor di tempat. Penganjur
teknik ACPS mengaku bahwa teknik ini menghasilkan waktu konstruksi lebih cepat,
hasil lebih bermutu dan lebih awet, menggunakan tenaga lebih sedikit, serta total biaya
konstruksi dan pemeliharaan lebih kompetitif.

Namun, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak yang


membuka seminar ilmiah mengenai ACPS di Jakarta, Selasa (9/3), mengingatkan
bahwa, ketika dibuat dalam skala industri, ada tantangan konsistensi kualitas.
Hermanto juga menyebutkan bahwa perlu dicermati kelemahan yang ada pada beton.
Selain menuntut presisi pada sambungan pelat beton, penggunaan beton juga
menuntut kerataan. Kalau bisa dijamin dalam satu kilometer jalan beton bagian yang
menggelembung naik atau turun tidak lebih dari empat meter, jalan tersebut baru bisa
disebut rata. Sebagai karya inovasi yang baru diterapkan, ACPS memang masih harus
menghadapi ujian waktu. Namun, kehadirannya memberi warna dalam karya inovasi
nasional (meski komponen dasar inovasi ini berasal dari AS). Deputi Menteri BUMN
Muhayat yang juga memberi sambutan dalam seminar, selain mengajak masyarakat
untuk menghargai karya temuan nasional, juga menggarisbawahi peranan riset dan
pengembangan guna menghasilkan produk yang kompetitif.

Seperti telah disinggung di depan, peluang pembangunan infrastruktur di


Indonesia sekarangini masih sangat besar. Mengingat geografi Tanah Air yang sangat
luas, dengan kondisi yang amat beragam, Indonesia dipastikan membutuhkan berbagai
karya inovasi iptek, termasuk dalam bidang teknik sipil. Dulu konstruksi cakar ayam
dipromosikan untuk menjawab tantangan pembangunan jalan/landasan di daerah
berawa. Teknik arjunasasrabahu dibutuhkan untuk membangun jalan layang di atas
jalan yang sibuk. Kini ACPS dimajukan untuk menjawab tantangan soal pembangunan
jalan tol yang efisien. Satu hal yang lebih ingin digarisbawahi di sini adalah pentingnya
budaya litbang dan inovasi karena dua faktor itulah yang akan menentukan daya saing
suatu bisnis. Tanpa itu, seumur-umur kita hanya akan menjadi konsumen teknologi dan
tak pernah menumbuhkan karya Iptek yang berdasar pada kondisi dan kearifan lokal.

Redesain dari sistem RPC ke Sistem ACPS


Desain awal Jalan Tol Kanci-Pejagan, menggunakan perkerasan kaku cor di
tempat (Rigid Pavement Concrete- cast in situ) dengan ketebebalan 30 cm, sebagai
struktur ruas Jalan Tol atau Jalan bebas hambatan ruas Kanci-Pejagan sepanjang 35
km. Penggunaan perkerasan kaku merupakan pilihan yang cukup baik, untuk jalan tol
yang dilewati oleh beban cukup berat dan kecepatan cukup tinggi. Sifatnya yang lebih
kuat dan lebih tahan lama, dibandingkan dengan perkerasan lentur menyebabkan
perkerasan kaku menjadi pilihan yang tepat. Akan tetapi perkerasan kaku yang
menggunakan sistem cor di tempat, mempunyai beberapa kelemahan dan
membutuhkan masa pelaksanaan yang cukup lama.
“Karena sistem Rigid Pavement Concrete (RPC) mempunyai banyak kelemahan,
kemudian kami mengusulkan kepada investor untuk menggunakan sistem baru di
Indonesia yang sebenarnya sudah lama digunakan di Amerika Serikat, yaitu Precast
Prestress Concrete Pavement (PPCP). Dan ide tersebut diterima oleh investor,” kata
Dwiyono. Dalam kesempatan itu Nurhadi menambahkan, “Kami juga melihat langsung
hasil yang telah dikerjakan di Amerika, yaitu di Texas, dan bisa melihat perbedaan jalan
tol yang telah dilaksanakan dengan menggunakan sistem PPCP dengan sistem RPC
yang berada berdampingan di daerah tersebut. Umur jalan tol umumnya direncanakan
50 tahun, tetapi jalan tol yang menggunakan sistem PPCP meskipun sudah berumur 30
tahun belum terlihat adanya kerusakan, karena dengan sistem tersebut dicetak di
pabrik homogenitasnya sangat terkontrol. Berbeda dengan jalan tol yang menggunakan
sistem RPC konvensional, dengan umur yang sama sudah terlihat adanya bekas retak-
retak dan perbaikannya.”
Pada prinsipnya, sambung Dwiyono, beton tidak bisa menahan tarik. Namun,
beton akan mengalami tarik akibat perbedaan suhu. Pada siang hari suhu udara panas,
beton mengalami tarik di permukaan atas dan bagian bawah lebih dingin sehingga
mengalami tekan. Sebaliknya, pada malam hari di permukaan atas beton mengalami
tekan, dan pada bagian bawah mengalami tarik. Disebabkan masalah suhu tersebut
yang terjadi setiap hari sehingga retak beton RPC merambat dari bawah ke atas atau
sebaliknya. Retakan yang terjadi di RPC biasanya diikuti dengan terjadinya
rembesan air dan diperparah dengan terjadinya pumping. Itu berarti kegagalan struktur.
Hal tersebut sering dialami pada beton untuk pekerjaan jalan dengan sistem RPC, yang
dilaksanakan dengan cor di tempat.
“Dengan berbagai kelebihan yang ada pada sistem PPCP, selanjutnya sistem PPCP
kami terapkan pada pekerjaan Jalan Tol Kanci-Pejagan, dan dirubah namanya menjadi
Adhi Concrete Pavement System atau ACPS,” kata Dwiyono. Sembari menambahkan,
kelebihan sistem ACPS siap digunakan setelah selesai distressing (maks 3 hari),
sedangkan sistem RPC karena dikerjakan secara konvensional harus menunggu
sampai beton mencapai kekuatan rencana (28 hari). Selain itu, kelebihan sistem ACPS
dapat dilaksanakan siang atau malam hari, dalam cuaca baik maupun cuaca buruk
tanpa mengurangi kualitas pekerjaan. Jadi penundaan pekerjaan akibat kondisi alam
dapat diminimalkan. Pada saat di lapangan sedang melakukan pekerjaan tanah,
produksi ACPS di pabrik bisa dilakukan secara bersamaan. Sistem ACPS dapat
digunakan secara jangka panjang, karena semakin baik kontrol saat pengecoran dan
curing di casting yard, yaitu dengan menjaga campuran beton secara konsisten dan
memastikan semua panel dicuring dengan benar, hal itu dapat meminimalkan
permasalahan, antara lain built in curl/warp, surface strength loss, inadequate air-
entrainment.

“Sistem ACPS merupakan beton precast yang diberi tekanan arah melintang
pretension di pabrik, dan arah memanjang post-tension di lokasi proyek. Karena diberi
prestressing, dalam setiap kondisi beton selalu dalam keadaan tertekan dan tidak
pernah menahan tarik, sehingga secara teoritis umurnya jauh lebih lama. Selain itu,
sistem ACPS mampu menahan beban 80 kN ESAL (Equivalent Single Axle Load)
dengan ketebalan beton 20 cm,” jelas Dwiyono. Sedangkan pada sistem RPC
memerlukan ketebalan 30 cm, lanjutnya, dan dilaksanakan pengecoran secara
konvensional dimana pada setiap 5 meter ada expansion joint.
Letak kelemahan sistem RPC adalah di expansion joint tersebut, dimana silent-nya
seringkali lepas keluar akibat adanya tekanan roda kendaraan, yang mempengaruhi
tanah dasarnya. Sehingga terjadi rongga dan air bisa merembes masuk. “Pada
sambungan tersebut, yang menyebabkan kegagalan beton. Akibat tanah dasarnya
tergerus sehingga beton menggantung, dan ketika beton menerima beban maka beton
menjadi patah. Faktor kegagalan lainnya pada sistem RPC konvensional, yakni pada
saat pengecoran di tempat, dimana truck mixer cenderung naik ke atas lean concrete
sehingga lean concrete pecah sebelum di- rigid. Selain itu konsistensi beton dan proses
curing sangat tergantung kondisi cuaca di lapangan (terutama suhu ) dan bisa terjadi
inkonsistensi yang menyebabkan hasil yang kurang baik” ungkapnya.
Sementara pada sistem ACPS, expansion joint pada setiap 100 meter dan
kemungkinan seperti yang terjadi pada expansion joint di sistem RPC menjadi 20 kali
lebih kecil. Sistem ACPS dikerjakan di pabrik dengan dimensi setiap panel 2,5 m x 8,2
m tebal 20 cm, dan pada setiap 2,5 m disambung di lokasi proyek menggunakan epoxy
yang kekuatannya lebih besar dari betonnya sendiri. “Pada awal pelaksanaan proyek,
diragukan presisinya pada sambungan tersebut yang akan berakibat indeks kekasaran
(roughness) dan kekesatannya (skid resistance) tidak dapat memenuhi syarat,” kata
Dwiyono. Namun, sambungnya, setelah dilakukan pengujian kerataan dan kekesatan di
Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Departemen Pekerjaan Umum, diperoleh hasil
ketidakrataan ruas tol Kanci-Pejagan Sta.0+000-Sta.0+300 berkisar antara 2,01 sampai
dengan 2,79 m/km dan rata-rata 2,30 m/km. Hal tersebut, menunjukkan bahwa ruas
jalan yang diuji memiliki nilai IRI <> 0,33, sehingga seluruh perkerasan memenuhi
persyaratan standar pelayanan atau cukup aman bagi pengguna jalan. “Selain uji coba
di Pusat Litbang Jalan, uji coba juga sudah dilakukan langsung di lapangan, yaitu ketika
panel ACPS yang sudah selesai dipasang hingga finishing, ketika dilalui mobil truck
pengangkut tanah (tronton) dan truck mixer ternyata kuat dan tidak terjadi sesuatu yang
tidak diinginkan,” ujar Nurhadi.

Metode Pelaksanaan
Lebar Jalan Tol Kanci-Pejagan adalah 2 lajur x 3,6 meter (di dalam marka jalan)
ditambah 2 x 0,5 meter (diluar marka jalan) tebal 20 cm dengan sistem ACPS.
Sedangkan bahu jalan masing-masing lebar 2,5 meter (bahu luar) dan 1,5 meter (bahu
dalam) tebal 20 cm dengan sistem RPC konvensional. Untuk memperlancar proses
cetak panel ACPS, PT Adhi Karya mendirikan pabrik di atas lahan seluas 5, 2 hektar.
Setiap hari dapat mencetak panel ACPS maksimum sebanyak 237 panel. Sementara
tenaga kerja yang dibutuhkan untuk pekerjaan di pabrik maupun di lokasi
proyek total sekitar 3.000 orang
Menurut Ir Pristi Wahyono-Plant Manager ACPS, PT Adhi Karya (Persero) Tbk,
pekerjaan pengecoran ACPS tidak terpengaruh oleh cuaca karena panel ACPS dicetak
dipabrik. Sehingga pelaksanaan pekerjaan tanah dengan sistem ACPS bisa parallel,
tidak seperti bila menggunakan sistem konvensional yang sangat tergantung dengan
cuaca karena cor di tempat. Urutan pelaksanaan pekerjaan produksi ACPS di pabrik,
dimulai dari seting mould, kemudian install strand & pretention stressing. Dilanjutkan
pemasangan besi (longitudinal duct & lifting anchor), kemudian dilakukan pengecoran,
dan finishing.
Untuk mempercepat umur beton dilakukan steam curing. Setelah beton
mencapai umur yang ditentukan, dilakukan demoulding dan angkat panel ke stockyard.
“Alat untuk mencetak beton terdiri dari 12 baris, dimana setiap baris terdiri dari 13
mould. Jadi sekali mengecor dapat diperoleh panel beton dengan kapasitas 156 mould.
Cycle time pengecoran panel beton 16 jam. Di sini ada 1 batching plant yang khusus
melayani suplai beton readymix di pabrik, dengan mutu beton K-400 kapasitas per jam
120 m3. Sementara jumlah batching plant yang melayani semua kegiatan proyek, baik
di pabrik maupun di lokasi proyek ada 4 batching plant,” ujarnya.
Pristi juga mengatakan, hal yang terpenting dalam pekerjaan produksi panel ACPS
adalah ketelitian masalah akurasi, yang dituntut untuk bisa memenuhi dimensi toleransi
yang sangat ketat yaitu penyimpangan ketebalan beton maksimum 2 mm. Karena
dengan adanya penyimpangan akan mempengaruhi pemasangan di lapangan dan
pada saat ini adanya masalah tersebut sudah bisa teratasi dengan proses quality
qontrol yang ketat. Dan hingga saat ini (red-awal Juni 2009) telah memproduksi lebih
dari 6.000 panel beton ACPS atau sekitar 15 km, sedangkan yang sudah terpasang
hingga awal Juni lalu sekitar 10 km.
“Kendala yang kami alami adalah bila kondisi lapangan menghendaki ukuran panel
yang tidak standar, karena jalan membentuk desain belokan atau lengkungan sehingga
lebar panel menjadi tidak sama,” ungkapnya.
Sementara itu Ir Irfan A.Taufik-Construction Manager Install ACPS PT Adhi Karya
(Persero),Tbk mengatakan, pada awalnya ada permasalahan pada bagian dasar Lean
Concrete (LC) dimana konstruksi ini memerlukan kerataan dan presisi yang tinggi
karena bersifat expose (tanpa lapisan finishing akhir di atas permukaan panel), dan
ditemukan juga kendala lain di lapangan berupa deviasi alignment. Memang untuk hal
baru seperti ini, kita memerlukan fase Learning Curve untuk mencapai hasil terbaik, dan
saat ini kami sudah mendapatkan metoda dan cara untuk memperoleh hasil yang
diinginkan. Sistem ACPS pada bagian permukaan adalah ekspose, ujarnya, maka
elevasi final harus rata, serta bagian bawah tidak boleh ada rongga, dan bila ada
rongga harus digrouting. Dalam pelaksanaan grouting pun diperlukan langkah-langkah
kerja yang presisi. Faktor Safety pada saat pemasangan ACPS harus menjadi
perhatian utama karena selain menggunakan alat Mobile Crane yang memerlukan area
bebas untuk manuver, juga di lapangan dilakukan stressing untuk Post tension cable
nya.
Sementara terkait pekerjaan tanah di bawah ACPS, Ir Yudi Kustiaji-Project
Production Manager Earthworks PT Adhi Karya (Persero) Tbk mengatakan, biasanya
disyaratkan hasil pengujian kepadatan untuk tanah ,hingga mencapai CBR 14.
Sedangkan kepadatan tanah dasar untuk ACPS yang disyaratkan dari Amerika, yaitu
CBR minimal 6. Tetapi rata-rata CBR di proyek ini diperoleh 10, karena lebih padat
lebih bagus. Untuk pekerjaan timbunan tanah di lokasi proyek, elevasi yang tertinggi
mencapai 4 meter. Pemadatan tanah timbunan dilakukan layer by layer tiap 20 cm,
sesuai dengan yang disyaratkan. Tolok ukur hasil akhir spesifikasi teknis yaitu
kepadatan tanah pada posisi finish subgrade (di bawah Lean Concrete) adalah 100%.
Setelah kepadatan tanah timbunan sesuai dengan level yang ditentukan, dilakukan
pengecoran Lean concrete tebal 5 cm untuk lantai kerja panel ACPS. Sedangkan pada
sistem RPC tebal Lean concrete 10 cm.
Setelah Lean concrete sudah dalam kondisi cukup umur, ujar Irfan, kemudian dilakukan
pemasangan panel beton ACPS dengan kapasitas produksi tiap hari 700 meter, yang
dilaksanakan oleh tenaga kerja lapangan dan peralatan sebanyak 7 group dan masing-
masing group ada 15 orang. Pada awalnya kapasitas produksi per group hanya
50m/hari (10 jam kerja), akan tetapi saat ini rata2 sudah 100m/hari bahkan bisa
150m/hari. Adapun urutan pelaksanaan Install ACPS secara umum adalah setelah lean
concrete mencapai kekuatan yang ditetapkan dilakukan install ACPS, kemudian pada
setiap 2,5 meter panel dilakukan perekatan antar panel ACPS. Selajutnya, pelaksanaan
install strand dan post tension stressing dua arah kapasitas masing-masing 50%, dan
kemudian 100%. Terakhir, pekerjaan grouting tendon dan bottom slab pada 4 titik
lubang di setiap panel menembus ke lane concrete. Satu rangkaian panel ACPS
disetiap 100 meter, terdiri dari joint panel, base panel, central panel, base panel, dan
joint panel.

Daftar Pustaka :
1. Kompas, 2010, Inovasi Teknik Sipil dan Infrastruktur Kita,
https://properti.kompas.com/read/2010/03/10/04062483/inovasi.teknik.sipil.da
n.infrastruktur.kita.
2. Muhammad Arief Asmi, 2014, Teknologi Kontruksi Jalan Baru – ACPS,
http://27republik.blogspot.com/2014/06/teknologi-konstruksi-jalan-baru-
acps.html

Вам также может понравиться