Вы находитесь на странице: 1из 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di era globalisasi sekarang perubahan begitu cepat terjadi sehingga kadang


kala kita sendiri belum siap untuk menyikapi perubahan tersebut. Perubahan tersebut
terjadi karena perkembangan teknologi dalam berbagai bidang kian canggihnya dan
kian cepatnya sehingga mau tidak mau kita juga terkena imbasnya. Dalam segala
bidang, manusia terus menerus mengalami perubahan karena ilmu pengetahuanterus
menerus berkembang sehingga cakrawala berpikir kita kian hari kian maju. Namun
sebaliknya, imbas dari perkembangan jaman itu sendiri tidak hanya bergerak kearah
positif, tetapi juga menawarkan sisi negatifnya kepada umat manusia karena
sebenarnya perkembangan teknologi tersebut seperti pedang bermata dua. Hanya
tinggal kita yang diberi akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ini memilih, mau ke arah
yang benar atau salah demi mewujudkan keinginan kita.
Dalam tulisan ini penulis ingin membahas tentang prilaku, Asi, keluarga
berencana, aborsi, bedah plastik, LGBT, tatto, cat kuku, dimana hal tersebut akan
kami kaji dalam ruang pandangan Hukum Islam.
Islam sangat menutamakan dan menghargai eksistensi manusia. Oleh karena
itu, Allah sangat murka apabila manusia bersikap menghancurkan manusia lain tanpa
dasar aturan-Nya. Perilaku manusia seperti aborsi, keluarga berencana, bedah plastik,
LGBT, tatto, cat kuku merupakan tindakan yang melecehkan eksistensi manusia
yang sesungguhnya telah dimuliakan oleh Allah. Begitu pula halnya dengan bayi
tabung dan keluarga berencana yang kerap terjadidalam suatu permasalahan
keluarga. Untuk mengenali hal tersebut sehingga kita mampumembentengi diri,
marilah kita bersama-sama menganalisisnya dalam pembahasan kali ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hukum islam mengenai LGBT, tatto, clonning, operasi kecantikan dan
penggunaan alat kecantikan ?

C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti hukum islam mengenai
LGBT, tatto, clonning, operasi kecantikan dan penggunaan alat kecantikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. LGBT
1. Pengertian Homoseksual dan Sejarahnya
Homoseksualitas mengacu pada interaksi seksual dan atau romantis
antara pribadi yang berjenis kelamin sama. Pada penggunaan mutakhir, kata
sifat homoseks digunakan untuk hubungan intim atau hubungan sexual di
antara orang-orang berjenis kelamin yang sama, yang bisa jadi tidak
mengidentifikasi diri merek sebagai gay atau lesbian. Homoseksualitas,
sebagai suatu pengenal, pada umumnya dibandingkan dengan
heteroseksualitas dan biseksualitas. Istilah gay adalah suatu istilah tertentu
yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian
adalah suatu istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita
homoseks. LGBT merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki
kepuasan berhubungan seksual sesama gender ataupun bioseksual. (Swain
Keith, 2007)
Definisi tersebut bukan definisi mutlak mengingat hal ini diperumit
dengan adanya beberapa komponen biologis dan psikologis dari seks dan
gender, dan dengan itu seseorang mungkin tidak seratus persen pas dengan
kategori di mana ia digolongkan. Beberapa orang bahkan menganggap ofensif
perihal pembedaan gender (dan pembedaan orientasi seksual).
Homoseksualitas dapat mengacu kepada:
a) Orientasi seksual yang ditandai dengan kesukaan seseorang dengan
orang lain mempunyai kelamin sejenis secara biologis atau identitas
gender yang sama.
b) Perilaku seksual dengan seseorang dengan gender yang sama tidak
peduli orientasi seksual atau identitas gender.
c) Identitas seksual atau identifikasi diri yang mungkin dapat mengacu
kepada perilaku homoseksual atau orientasi homoseksual.

2. Pandangan Homoseksual dari Aspek Agama (Hukum Islam)


Seluruh umat islam sepakat bahwa homoseksual termasuk dosa besar.
Oleh karena perbuatan yang menjijikkan inilah Allah kemudian memusnahkan
kaum nabi Luth A.S dengan cara yang sangat mengerikan. Allah SWT
berfirman:

2
Artinya: “Mengapa kamu mendatangi jenis lelaki di antara manusia, Dan
kamu tinggalkan isteri-isteri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, bahkan
kamu adalah orang- orang yang melampaui batas” (QS. As-Syu’ra : 165-166).
Oleh karena itulah ancaman hukuman terhadap pelaku homoseksual
jauh lebih berat dibandingkan dengan hukuman bagi pelaku pezina. Didalam
perzinahan, hukuman dibagimenjadi dua yaitu bagi yang sudah menikah
dihukum rajam, sedangkan bagi yang belum menikah di cambuk 100 kali dan
diasingkan selama satu tahun. Adapaun dalam praktek homoseksual tidak ada
pembagian tersebut. Asalkan sudah dewasa dan berakal (bukan gila) maka
hukumannya sama saja (tidak ada perbedaan hukuman bagi yang sudah
menikah atau yang belum menikah). Sebenarnya ulama-ulama fiqh bebeda
pendapat mengenai hukuman bagi pelaku homoseksual. Diantara pendapat
para ulama tersebut adalah :
1) Fuqoha Madzhaf Hanbali: Mereka sepakat bahwa hukuman bagi pelaku
homoseksual sama persis dengan hukuman bagi pelaku perzinahan. Yang
sudah menikah di rajam dan yang belum menikah dicambuk 100 kali dan
diasingkan selama setahun. Adapun dalil yang mereka pergunakan adalah
Qiyas. Karena defenisi Homoseksual (Liwath) menurut mereka adalah
menyetubuhi sesuatu yang telah diharamkan oleh Allah. Maka mereka
menyimpulkan bahwa hukuman bagi pelakunya adalah sama persis
dengan hukuman bagi pelaku perzinahan. Tetapi qiyas yang mereka
lakukan adalah qiyas ma’a al-fariq (mengqiyaskan sesuatu yang berbeda)
karena liwath (homoseksual) jauh lebih mejijikkan dari pada perzinahan.
2) Pendapat yang benar adalah pendapat kedua yang mengatakan bahwa
hukuman bagi pelaku homoseksual adalah hukuman mati. Karena virus
ini kalau saja tersebar dimasyarakat maka ia akan menghancukan
masyarakat tersebut.
3) Syekh Ibnu Taymiyah mengatakan bahwa seluruh sahabat Rasulullah
SAW sepakat bahwa hukuman bagi keduanya adalah hukuman mati.
Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Artinya:
“Barangsiapa kamu temui melakukan perbuatan kaum Luth
(Homoseksual), maka bunuhlah al-fail dan al-maf’ul bi (kedua-duanya)”.

Hanya saja para sahabat berbeda pendapat tentang cara ekskusinya.


Sebagian sahabat mengatakan bahwa kedua-duanya harus dibakar hidup-
hidup, sehingga menjadi pelajaran bagi yang lain. Pendapat ini diriwayatkan

3
dari khalifah pertama Abu Bakar As-Shiddiq. Sahabat yang lain berpendapat
bahwa cara ekskusinya sama persis dengan hukuman bagi pezina yang sudah
menikah (rajam). Adapun pendapat yang ketiga adalah keduanya dibawa
kepuncak yang tertinggi di negeri itu kemudian diterjunkan dari atas dan
dihujani dengan batu. Karena dengan demikianlah kaum Nabi Luth A.S
dihukum oleh Allah SWT.
Yang terpenting keduanya harus dihukum mati, karena ini adalah
penyakit yang sangat berbahaya dan sulit di deteksi. Jika seorang laki-laki
berjalan berduaan dengan seorang perempuan mungkin seseorang akan
bertanya:”Siapa perempuan itu?”. Tetapi ketika seseorang laki-laki berjalan
dengan laki-laki lain akan sulit di deteksi karena setiap laki-laki berjalan
dengan laki-laki lain. Tetapi tentunya tidak semua orang bisa menjatuhkan
hukuman mati, hanya hakim atau wakilnyalah yang berhak, sehingga tidak
terjadi perpecahan dan kezaliman yang malah menyebabkan munculnya
perpecahan yang lebih dahsyat.

3. Dalil dari sunnah tentang haramnya LGBT


Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang kalian
dapati melakukan perbuatan kaum Luth, maka bunuhlah kedua pelakunya”
[HR Tirmidzi : 1456, Abu Dawud : 4462, Ibnu Majah : 2561 dan Ahmad :
2727].
a. Dari Jabir Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya yang paling aku takuti (menimpa) umatku adalah
perbuatan kaum Luth”
[HR Ibnu Majah : 2563, 1457. Tirmidzi berkata : Hadits ini hasan
Gharib, Hakim berkata, Hadits shahih isnad]
b. Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Allah melaknat siapa saja yang melakukan perbuatan kaum Luth,
(beliau
mengulanginya sebanyak tiga kali)” [HR Nasa’i dalam As-Sunan Al-
Kubra IV/322 No. 7337].
c. Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Itu adalah liwat kecil,
yakni laki-laki yang menggauli istrinya di lubang duburnya” [HR Ahmad
: 6667].

4
4. Hukuman terhadap kaum homoseks
Dalam masalah ini para ulama berbeda pendapat. Sebagian mereka
mengatakan hukumannya sebagaimana hukuman zina yaitu dirajam bagi yang
muhshan (sudah pernah menikah) dan dicambuk dan diasingkan bagi yang
belum menikah. Sebagian yang lain mengatakan, kedua-duanya dirajam dalam
keadaan apapun, menerapkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Tirmidzi, “Bunuhlah yang menyetubuhi dan yang disetubuhi”

B. Tatto
Tato merupakan bagian dari body painting adalah salah satu produk dari
kegiatan menggambar pada kulit tubuh menggunakan alat sejenis jarum atau
benda dipertajam yang terbuat dari flora. Gambar tersebut dihias dengan pigmen
berwarna-warni (Dwi, Marianto, 2000). Konon kata tato berasal dari bahasa
Tahiti yakni “tatau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh ditandai
dengan menggunakan alat berburu yang runcing untuk memasukkan zat pewarna
dibawah permukaan kulit.
Menurut Prof Helen, logam-logam yang terdapat dalam tato yang digunakan
pada kulit telah diketahui dapat menyebabkan reaksi alergi, eksim, jaringan parut,
dan juga dapat menyebabkan sensitivitas terhadap merkuri. Warna lain dari tinta
tato standar juga berasal dari logam berat (termasuk timah, antimon, berilium,
kromium nikel, kobalt, dan arsen). Sama seperti logam berat pada tinta merah,
tinta-tinta ini juga dapat menyebabkan reaksi kulit pada beberapa orang. Untuk itu
menurutnya bahan tato harus mencantumkan resiko dari kandungan logam berat,
termasuk timbal, arsen, dan lain-lain serta yang banyak dikaitkan dengan kanker
dan cacat lahir.Paparan benda-benda berat itu biasanya muncul bertahun-tahun
setelah orang membuat tato. Saat diperiksa dengan Magnetic Resonance Imaging
(MRI) misalnya, orang bisa terbakar atau tersengat tato karena logam berat dalam
tintanya terpengaruh oleh medan magnet.
Dari segi sosial budaya, tato juga tidak ada pengaruh positifnya. Karena
banyak masyarakat yang menilai atau berpendapat bahwa tato itu sebagai identitas
seseorang yang nakal, dengan berbagai alasan. Tato mendapatkan citra yang
buruk di masyarakat karna identic dengan urakan, nakal, dan lain sebagainya.
Dari segi agamapun demikian. Allah melaktnat orang- orang yang minta
dibuatkan tato dan orang-orang yang mentato. Dalam alqur’an sudah dijelaskan
pada surat an-Nisa ayat 119. Artinya: "Dan aku benar-benar akan menyesatkan
mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, dan akan

5
menyuruh mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-
benar memotongnya, dan akan Aku suruh mereka (mengubah ciptaan Allah), lalu
benar-benar mereka mengubahnya. Barangsiapa yang menjadikan setan setan
menjadi pelindung selain Allah, maka sesungguhnya ia menderita kerugian yang
nyata". (QS. An-Nisa:119).

Dalam ayat ini, tato dilarang karena beberapa hal berikut:


a) Merubah bentuk ciptaan Allah SWT. Dia Sang Maha Pencipta telah
menciptakan makhluk-makhluk-Nya dalam kondisi dan bentuk yang paling
sempurna. Lalu saat kita mentato, berarti ada suatu bagian tubuh kita yang
berubah, dalam artian kulit yang tadinya bersih tapi sekarang ada gambar
ular naga raksasa dan seterusnya. Hali ini yang harus kita pertanggung
jawabkan semuanya di alam kubur dan akhirat nanti saat kembali kepada-
Nya. Karena kita bukanlah Al-Khaliq (Maha Pencipta), maka kita tidak
berhak untuk merubah bentuk ciptaan-Nya yang sudah sempurna.
b) Selanjutnya hal ini diperjelas oleh Rasululullah SAW dalam hadits shahih-
nya:“Allah SWT melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang
meminta disambungkan, wanita yang mentato dan yang meminta
ditatokan.” (HR. Bukhari no. 5933). Dari hadits ini jelas bahwa tato
diharamkan oleh Allah SWT. Bahkan Dia mengancam akan melaknat siapa
saja yang berani melakukan aktifitas tato, baik yang mentato maupun yang
meminta untuk ditato. Melebar sedikit, di dalam hadits tersebut juga
disinggung mengenai laknat Allah SWT bagi para wanita yang
menyambung rambutnya (hair extention).
c) Najis, Karena pada saat di tato, tinta tato yang dimasukkan ke dalam tubuh
akan bercampur dengan darah yang ada di dalam tubuh, sehingga gambar
yang keluar di tangan adalah campuran antara tinta tato dengan darah yang
ada di dalam tubuh. Jadi, di bagian luar tubuh kita terdapat darah kering
yang telah tercampur dengan tinta yang membentuk tato.

Lalu di saat kita shalat ataupun mengerjakan ibadah lainnya, maka shalat kita
tidak sah karena adanya najis yang melekat, yaitu tato tersebut (karena bercampur
dengan darah). Jadi ini adalah alasan utama mengapa tato dilarang dan
menyebabkan shalat atau ibadah lain kita tidak sah. Hal ini sesuai dengan firman
Allah SWT yang mengharamkan darah, “Diharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi..” (QS. Al-Maidah: 3) Rasulluallah juga melarang, melaknat orang-
orang yang minta dibuatkan tato dan orang-orang yang mentato. Sebagai mana

6
hadist dibawah ini: Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al
Mutsanna telah menceritakan kepada kami Abdurrahman dari Sufyan dari
Manshur dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Allah
melaknat wanita yang mentato dan yang minta ditato dan wanita yang mencukur
alis matanya serta yang merenggangkan giginya (dengan kawat dll) untuk
kecantikan dengan merubah ciptaan Allah, kenapa saya tidak melaknat orang yang
dilaknat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sementara telah tertulis dalam
kitabullah." (HR. BUKHARI).

C. Clonning
1. Iastilah Clonning dan prosesnya
Istilah loning atau klonasi berasal dari kata clone (bahasa Greek) atau
klona, yang secara harfiah berarti potongan/pangkasan tanaman. Dalam hal ini
tanam-tanaman baru yang persis sama dengan tanaman induk dihasilkan lewat
penanaman potongan tanaman yang diambil dari suatu pertemuan tanaman
jantan dan betina. Melihat asal bahasa yang digunakan, dapat dimengerti
bahwa praktek perbanyakan tanaman lewat penampangan potongan/pangkasan
tanaman telah lama dikenal manusia. Karena tidak adanya keterlibatan jenis
kelamin, maka yang dimaksud dengan klonasi adalah suatu metode atau cara
perbanyakan makhluk hidup (atau reproduksi) secara aseksual. Hasil
perbanyakan lewat cara semacam ini disebut klonus/klona, yang dapat
diartikan sebagai individu atau organisme yang dimiliki genotipus yang
identik.
Dari pemahaman tentang sifat sel organisme tadi, jika ditinjau secara
umum sesuai dengan aras kehidupan organisme, maka klonasi dapat
dikerjakan pada berbagai aras, yaitu klonasi pada aras sel, aras jaringan dan
aras individu. Pada organisme sel tunggal atau unisel seperti bakteri,
perbanyakan diri untuk menghasilkan individu yang baru, berlangsung lewat
klonasi sel. Dalam hal ini klonasi sel sekaligus juga merupakan klonasi
individu pada hewan dan manusia dapat juga terjadi, misalnya pada kelahiran
kembar satu telur. Masing-masing anak di sini merupakan klonus yang
memiliki susunan genetis identik.
Kloning terhadap manusia adalah merupakan bentuk intervensi hasil
rekayasa manusia. Kloning adalah teknik memproduksi duplikat yang identik
secara genetis dari suatu organisme. Kloning adalah keturunan aseksual dari
individu tunggal. Setelah keberhasilan kloning domba bernama Dolly pada
tahun 1996, para ilmuwan berpendapat bahwa tidak lama lagi kloning

7
manusia akan menjadi kenyataan. Kloning manusia hanya membutuhkan
pengambilan sel somatis (sel tubuh), bukan sel reproduktif (seperti sel telur
atau sperma) dari seseorang, kemudian DNA dari sel itu diambil dan ditransfer
ke dalam sel telur seseorang wanita yang belum dibuahi, yang sudah dihapus
semua karakteristik genetisnya dengan cara membuang inti sel (yakni DNA)
yang ada dalam sel telur itu. Kemudian, arus listrik dialirkan pada sel telur itu
untuk mengelabuinya agar merasa telah dibuahi, sehingga ia mulai membelah.
Sel yang sudah dibuahi ini kemudian ditanam ke dalam rahim seorang wanita
yang ditugaskan sebagai ibu pengandung. Bayi yang dilahirkan secara genetis
akan sama dengan genetika orang yang mendonorkan sel somatis tersebut.

2. Kajian kloning dalam hukum islam


Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer
(kekinian). Dalam kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning
dibahas oleh para ulama. Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan
berkenaan dengan masalah kloning ini adalah menurut beberapa pandangan
ulama kontemporer. Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum
Islam bermula dari ayat berikut:

ْ ُ‫ضغَة ِم ْن ث ُ َّم َعلَقَة ِم ْن ث ُ َّم ن‬


… ‫طفَة ِم ْن ث ُ َّم ت ُ َراب ِم ْن َخلَ ْقنَا ُك ْم فَإِنَّا‬ ْ ‫َونُ ِقر لَ ُك ْم ِلنُبَ ِينَ ُم َخلَّقَة َو َغي ِْر ُم َخلَّقَة ُم‬
‫الحج( … نَشَا ُء َما اْأل َ ْر َح ِام فِي‬: 5).

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang
sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada
kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS.
22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa
ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia
mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal
kehidupan hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala
bentuk peniruan atas tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang
melampaui batas.
Pada surat yang sama juga dikemukakan:

8
ْ‫ت إِذ‬ ِ َ‫ِب َك ِل َمة يُبَش ُِر ِك للاَ إِ َّن يَا َم ْريَ ُم ْال َمالَئِ َكةُ قَال‬ ُ‫سى ْال َمسِي ُح ا ْس ُمهُ ِم ْنه‬ َ ‫الد ْنيَا فِي َو ِجي ًها َم ْريَ َم ا ْبنُ ِعي‬
ْ ‫اس َويُك َِل ُم‬
ِ‫ال ُمقَ َّربِينَ َو ِمنَ َو ْاْل ِخ َرة‬. َ َّ‫ْال َم ْه ِد فِي الن‬ ً‫صا ِل ِحينَ َو ِمنَ َو َك ْهال‬
َّ ‫ال‬. ‫ت‬ ِ ‫َولَد ِلي َي ُكونُ أَنَّى َر‬
ْ َ‫ب قَال‬
َ َ‫عمران ال( فَيَ ُكونُ ُك ْن لَهُ يَقُو ُل فَإِنَّ َما أ َ ْم ًرا ق‬:
َ ‫ضى إِذَا يَشَا ُء َما يَ ْخلُ ُق للاُ َكذَ ِل ِك قَا َل بَشَر يَ ْم‬
‫س ْسنِي َولَ ْم‬
45- 47).

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah


menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan)
dengan kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera
Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang
yang didekatkan (kepada Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam
buaian dan ketika sudah dewasa dan dia termasuk di antara orang-orang yang
saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak,
padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun”. Allah
berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa
yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka
Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali
‘Imran: 45-47).

M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga


berpendapat teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi:
menghancurkan institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya
lesbian, tidak perlu laki-laki untuk memproduksi anak), juga akan
menghancurkan manusia sendiri (dari sudut evolusi, makhluk yang sesuai
dengan environment-nya yang dapat hidup). Dari sudut agama dapat
dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut masalah hak waris dan
pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning hanya
mempunyai DNA dari donor nukleus saja, sehingga walaupun nukleus
berasal dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak
tidak membawa DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada
hubungan darah, hanya sebagai anak susuan) dan persis bapaknya (haram
menikah dengan saudara sepupunya, terlebih saudara sepupunya hasil kloning
juga). Selain itu, menyangkut masalah kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa
kelakuan abnormal seperti kriminalitas, alkoholik dan homoseks disebabkan
kelainan kromosan. Demikian pula masalah kejiwaan bagi anak-anak yang
diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih kompleks masalahnya bagi
donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung bukan ibunya.

9
Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan
alasan sebagai berikut:
1. Mengobati penyakit
2. Infertilitas
3. Organ-organ untuk transplantasi

D. Operasi Kecantikan
1. Pengertian oprasi kecantikan (Operasi plastik)
Operasi plastik berasal dari dua kata, yaitu “Operasi” yang artinya
“pembedahan” dan “Plastik” yang berasal dari empat bahasa yaitu, plasein
(Bahasa Kunonya), plastiec (Bahasa Belanda), plasticos (Bahasa Latin),
plastics (Bahasa Inggris), yang kesemuanya itu berarti “berubah bentuk”, di
dalam Ilmu Kedokteran dikenal dengan “plastics of surgery” yang artinya
“pembedahan plastik.” Pengertian operasi plastik secara umum adalah berubah
bentuk dengan cara pembedahan, sedangkan pengertian operasi plastik
menurut ilmu kedokteran adalah pembedahan jaringan atau organ yang akan
dioperasi dengan memindahkan jaringan atau organ dari tempat yang satu ke
tempat lain sebagai bahan untuk menambah jaringan yang dioperasi. Jaringan
adalah kumpulan sel-sel (bagian terkecil dari individu) yang sama dan
mempunyai fungsi tertentu, sedangkan organ adalah kumpulan jaringan yang
mempunyai fungsi berbeda sehingga merupakan satu kesatuan yang
mempunyai fungsi tertentu.

2. Fenomena Operasi Plastik


Di dalam Ilmu bedah plastik terdapat tiga macam operasi plastik yaitu:
a. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperbaiki tulang atau sel-sel
yang kurang sempurna agar dapat berfungsi seperti sediakala. Operasi
ini dilakukan terhadap orang yang mempunyai cacat fisik, baik cacat
sejak lahir maupun cacat yang disebabkan oleh hal-hal tertentu.
b. Operasi plastik yang bertujuan untuk memperindah bentuk tubuh.
Operasi ini dilakukan terhadap orang yang ingin memperindah bentuk
tubuhnya agar kelihatan lebih menarik. Operasi semacam ini disebut
operasi plastik cosmetika atau operasi plastik pada tulang-tulang muka.
c. Operasi plastik yang bertujuan untuk menggantikan anggota organ
tubuh yang rusak akibat dari suatu penyakit.

3. Tujuan Operasi plastik

10
Berdasarkan fenomena dilakukannya operasi plastik tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan operasi plastik adalah:
a. Perbaikan Fungsi, maksudnya adalah bahwa fungsi organ yang tadinya
kurang sempurna, dengan dilakukan operasi pastik, maka fungsi organ
tersebut dapat berfungsi lagi dengan sempurna. Misalnya, mata yang tadinya
buta setelah diganti korneanya menjadi dapat melihat kembali.
b. Perbaikan Bentuk, maksudnya adalah bahwa organ yang bentuknya kurang
menarik, setelah dilakukan operasi bentuk tersebut akan kelihatan lebih
menarik. Misalnya, hidung yang tadinya pesek setelah dioperasi menjadi
mancung, sehingga orang tersebut tampak menarik dalam penampilan
jasmani.
c. Pengobatan, yaitu anggota organ tubuh yang tadinya rusak akibat dari suatu
penyakit, dengan dilakukan operasi anggota organ tersebut akan kembali
normal. Misalnya, orang yang mempunyai penyakit ginjal, yaitu salah satu
ginjalnya tidak dapat berfungsi lagi, dengan dilakukan operasi pencangkokan,
ginjal tersebut akan dapat berfungsi kembali.

4. Dasar Hukum pelaksanaan operasi plastik


Pelaksanaan operasi plastik di dalam Islam belum ada ketetapan
hukumnya baik di dalam Al-qur’an maupun As-sunnah. Untuk menetapkan
hukum pelaksanaan operasi plastik dari segi Hukum Islam diperlukan adanya
istimbath hukum, yaitu bahwa di dalam beristimbath diperlukan ijtihad.
Ijtihad hukum pelaksanaan operasi plastik Oprasi plastik merupakan
masalah ijtihadiyah. Pelaksanaan operasi plastik itu hukumnya haram, akan
tetapi setelah melihat situasi dan keadaan yang ada, pelaksanaan operasi
plastik diperbolehkan dalam keadaan dlarurot, seperti telah ditegaskan dalam
kaidah ushul fiqih yaitu: “Jika berkumpul dua bahaya, maka wajib kalian
mengambil bahaya yang paling ringan”.
Berdasarkan kaidah ushul fiqih ini bahwa prinsip di dalam Islam
segala sesuatu yang menimbulkan kemadlorotan harus dihilangkan, tetapi
apabila kita menghadapi dua masalah yang mendatangkan kemadlorotan,
maka kemadlorotan yang lebih besar diusahakan agar dihilangkan dengan
menggantikan menjadi kemadlorotan yang lebih ringan.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dipahami bahwa
pelaksanaan operasi plastik, dalam Islam itu diperbolehkan dalam bahasan
ihtihsan sebagai tindakan dlorurot, seperti pelaksanaan operasi plastik
terhadap cacat bawaan maupun cacat akibat kecelakaan, karena dengan

11
pelaksanaan operasi plastik tersebut si penderita dapat terlepas dari beban
yang dideritanya, karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang, kecuali
dengan usahanya sendiri. Berdasarkan firman Allah SWT yang artinya: “Dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya dan bahwasannya usahanya itu kelak akan diperlihatkan
(kepadanya). (QS.An-najm ayat 39-41)

5. Operasi Plastik yang Diperbolehkan dalam Hukum Islam


Operasi plastik yang dilakukan dengan tujuan untuk pengobatan,
sesuai dengan sebuah hadist yang menganjurkan agar kamu sekalian berobat,
karena Allah tidak akan merubah nasib seseorang, kecuali dia mau berusaha
dan berdo’a “Berobatlah kamu wahai hamba-hamba Allah SWT, karena
sesungguhnya Allah tidak meletakkan suatu penyakit kecuali Dia juga
meletakkan obat penyembuhannya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit
tua”. (Hadist riwayat Ahmad in hanbal, Al-Tirmidzi).
1. Operasi plastik yang dilakukan dalam keadaan dlorurot, karena jika
tidak dilakukan operasi maka akan terjadi efek lain yang lebih besar.
Sesuai dengan kaidah fiqih yaitu; Artinya: “Keadaan dlarurat itu
membolehkan (hal- hal) yang dilarang”
2. Operasi plastik yang dilakukan akan membawa maslahat yang lebih
besar dari pada madlorotnya, sesuai dengan kaidah fiqih yang artinya:
“Menghindari kerusakan didahulukan atas menarik kemaslahatan”.

6. Operasi plastik yang dilarang dalam hukum Islam.


Seperti telah dijelaskan di atas bahwa Islam juga menetapkan hukum
pelaksanaan operasi plastik yang tidak diperbolehkan. Adapun operasi plastik
yang tidak diperbolehkan dalam Islam adalah:
a. Operasi plastik yang dilakukan berdasarkan hawa nafsu dan pamer,
karena apabila hal ini diperbolehkan maka akan menimbulkan rasa
angkuh dan sombong, sehingga dia akan beranggapan bahwa hidup itu
hanya sebagai tempat bersenang- senang tanpa peduli dengan
masalah yang akan timbul selanjutnya, karena masalah itu akan
membawa kerusakan pada dirinya sendiri. Padahal perbuatan tersebut
dilarang oleh Allah SWT yang tersebut dalam surat Al- Qashas ayat
77 yang artinya: “Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah SWT kepadamu (kebahagiaan) negeri
akherat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaanmu dari

12
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah SWT telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah
SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
b. Operasi plastik yang dilakukan pada orang yang telah sempurna bentuk
organ tubuhnya, karena hal ini sama saja merubah ciptaan Allah
SWT, karena merubah bentuk yang telah sempurna termasuk berhias
dengan perhiasan palsu sedangkan Allah melarangnya, karena hal
itu berbahaya dan merupakan kebiasaan wanita- wanita kafir,
sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- ahzab ayat 33 yang
artinya: “Dan hendaklah kamu tetap dirumahmu dan janganlah kamu
berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang
dahulu”.

E. Penggunaan Alat Kosmetik


1. Pengertian Kosmetik
Istilah kosmetik, yang dalam bahasa inggris “cosmetics”, berasal dai
kata “kosmein” (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam
usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami
yang yang terdapat dilingkungan sekitar. Sekarang kosmetik dibuat tidak
hanya dari bahan alami tetapi juga dalam bahan buatan dengan maksud untuk
meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

2. Kosmetik dalam perspektif Islam


Berdasarkan pengertian diatas, kosmetik memiliki fungsi
memperindah penampilan manusia atau aroma tubuh manusia. Perkara
tersebut merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan bagi manusia yang
melihatnya maupun merasakan aroma wewangian yang dipancarkan.
Keindahan akan menarik perhatian orang-orang sekaligus memberikan kesan
positif terhadap mereka.
Disisi lain, Islam merupakan agama yang menaruh perhatian pada
persoalan kebersihan, kesucian serta keindahan tersebut. Islam bahkan
menganjurkan merawat dan memelihari diri. Terkait dengan keindahan
kesucian, Allah SWT berfirman :
َ َ ‫ْال ُمت‬
‫ط ِه ِرينَ َوي ُِحب التَّ َّوابِينَ ي ُِحب للاَ إِ َّن‬
“Sesunggungnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai
orang-orang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)

13
‫ْال ُمس ِْرفِينَ ي ُِحب َل ِإنَّهُ تُس ِْرفُوا َو َل َوا ْش َربُوا َو ُكلُوا َمس ِْجد ُك ِل ِع ْندَ ِزينَتَ ُك ْم ُخذُوا آدَ َم يَابَنِي‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap memasuki masjid,
makan dan minumlah dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (QS. al-A’raf: 31).
Dalam ayat lain, Allah SWT berfirman :

‫للاِ ِزينَةَ َح َّر َم َم ْن قُ ْل‬ َّ ‫ت ِل ِعبَا ِد ِه أ َ ْخ َر َج الَّتِي‬ َّ ‫ق ِمنَ َوال‬


ِ ‫طيِبَا‬ َ ‫الد ْنيَا ْال َحيَاةِ فِي آ َمنُوا ِللَّذِينَ ه‬
ِ ‫ِي قُ ْل‬
ِ ‫الر ْز‬
ً ‫صة‬ َ ‫ص ُل َكذَلِكَ ْال ِقيَا َم ِة يَ ْو َم خَا ِل‬ ِ ‫يَ ْعلَ ُمونَ ِلقَ ْوم ْاْليَا‬
ِ َ‫ت نُف‬
"Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah
dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang
mengharamkan) rezeki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan)
bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka
saja) di hari kiamat". Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-
orang yang mengetahui. "(QS. Al A’raf: 32)
Dalam ayat diatas, Allah membolehkan segala hal yang bagus di
dalam kehidupan dan membolehkan bersenang-senang dengannya. Ayat
tersebut sekaligus mengandung pengertian bahwa bagi seorang muslimah
diperbolehkan menggunakan segala bentuk hiasan dan memanfaatkan segala
yang bagus di dalam kehidupan dunia ini. Hal ini sebagaimana hukum asal
dari pada memanfaatkan sesuatu adalah mubah “al-Ashlu fil asy-ya-i al-
Ibahah “Hukum asal memanfaatkan sesuatu adalah mubah”.
Begitu banyak nas-nas didalam al-Qur’an maupun hadits yang
memberikan motivasi agar seorang muslim maupun muslimah memperhatikan
keindahan. Bagi muslimah, bahkan dianjurkan untuk berhias diri untuk
keperluan-keperluan tertentu, seperti untuk menyenangkan suami dan
sebagainya. Seorang muslimah juga dianjurkan untuk memakai celak mata,
dan hinna’ (pacar pewarna kuku alami) serta bahan-bahan lain yang tidak
membahayakan tubuhnya, tidak berlebihan, dan tidak mengubah ciptaan Allah
SWT. Meskipun demikian, Islam juga memberikan batasan dalam persoalan
berhias diri. Batasan tersebut tersirat dalam ayat berikut :
‫ْاألُولَى ْال َجا ِه ِليَّ ِة تَبَر َج تَبَ َّرجْ نَ َو َل‬
“Dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku (bertabarruj) seperti orang
jahiliah yang terdahulu.” (QS. Al-Ahzab:33).
Menurut Syeikh Yusuf al-Qardhawi bahwa perempuan tidak akan
dikatakan tabarruj, jika menepati hal-hal sebagai berikut: menundukkan
pandangan, sebab perhiasan perempuan yang termahal adalah rasa malu,

14
sedang bentuk malu yang lebih tegas ialah menundukkan pandangan. Seperti
yang difirmankan Allah, “Katakanlah kepada orang-orang mukmin perempuan
hendaklah mereka itu menundukkan sebagian pandangannya.” tidak bergaul
bebas sehingga terjadi persentuhan antara laki-laki dengan perempuan, seperti
yang biasa terjadi di gedung-gedung bioskop, ruangan-ruangan kuliah,
perguruan-perguruan tinggi, kendaraan-kendaraan umum di zaman sekarang
ini. Sebab Ma’qil bin Yasar meriwayatkan bahwa Rasulullah saw pernah
bersabda: “Sungguh kepala salah seorang di antara kamu ditusuk dengan
jarum dari besi, lebih baik daripada dia menyentuh seorang perempuan yang
tidak halal baginya.” (HR. Thabrani, Baihaqi). Pakaiannya harus selaras
dengan tata kesopanan Islam. Sedangkan pakaian menurut tata kesopanan
Islam memiliki sifat-sifat yakni menutup aurat, tidak ketat atau menampakkan
bagian tubuh yang menarik dan tidak transparan. Sedangkan berkaitan dengan
penggunaan kosmetik, Islam tidak menghendaki adanya sesuatu yang
membahayakan bagi penggunanya. Dalam sebuah kaidah dijelaskan:

‫التحريم المضار وفي اإلباحة المنافع في األصل‬


Al-ashlu fil manafi’ al-ibahah wa fil madlar al-tahrim “hukum asal daripada
sesuatu yang bermanfaat adalah mubah, sedangkan hukum asal dari sesuatu
yang membahayakan adalah terlarang”. Oleh karena itu, kosmetik yang akan
digunakan harus sehat dan tidak membahayakan kulit atau diri penggunanya.
Kosmetik yang dipilih harus benar-benar aman untuk digunakan serta bukan
dari bahan yang dilarang oleh syari’at.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

LGBT merupakan suatu kelompok manusia yang memiliki kepuasan


berhubungan seksual sesama gender ataupun bioseksual. Hukum LGBT
adalah Haram sebagimana sabda Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Barangsiapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Luth,
maka bunuhlah kedua pelakunya” [HR Tirmidzi : 1456, Abu Dawud : 4462,
Ibnu Majah : 2561 dan Ahmad : 2727]. Tatto merupakan bagian dari body
painting adalah salah satu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh
menggunakan alat sejenis jarum atau benda dipertajam yang terbuat dari flora.
Dari segi agama Allah melaktnat orang- orang yang minta dibuatkan tato dan
orang-orang yang mentato yang terdapat dalam hadits shahih: “Allah SWT
melaknat wanita yang menyambung rambutnya dan yang meminta
disambungkan, wanita yang mentato dan yang meminta ditatokan.” (HR.
Bukhari no. 5933). Clonning adalah teknik memproduksi duplikat yang
identik secara genetis dari suatu organisme. Pengertian operasi plastik secara
umum adalah berubah bentuk dengan cara pembedahan jaringan yang
dioperasi. Kosmetik merupakan zat perawatan yang digunakan untuk
meningkatkan penampilan atau aroma tubuh manusia. Oleh karena itu,
kosmetik yang akan digunakan harus sehat dan tidak membahayakan kulit
atau diri penggunanya. Kosmetik yang dipilih harus benar-benar aman untuk
digunakan serta bukan dari bahan yang dilarang oleh syari’at.

B. Saran

Makalah ini kami susun dengan kemampuan semaksimal mumngkin,


apabila terdapat kata – kata yang salah atau kalimatnya kurang jelas kami
mohon maaf yang sebesar besarnya. Kami selaku penyusun makalah ini
mengharapkankritik dan sarannya, guna untuk untuk memperbaiki makalah
ini kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Restulita, Ervantia. 2016. Pro dan Kontra Keberadaan LGBT di Indonesia. (Online)
(http://stahntp.ac.id/v2/index.php/imfo/iu/artikel/225-pro-dan-kontra-
keberadaan-lgbt-di-indonesia 29 April 2016)
Swain, Keith W. 2007. Gay Pride Needs New Direction. In Denver Post, 21 June.
Melysa. 2013. Operasi Plastik Menurut Pandangan Islam.
(Online)(https://www.google.co.id/amp/s/kitabsalafindonesia.wordpress.co
m/2013/09/19/operasi-plastik-menurut-pandangan-islam/amp/?espv 19
September 2013).
Marianto, Dwi dkk. 2000. TATTO. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni
Indonesia.
Romo, Ujang. 2009. Kloning Dalam Prespektif Islam. (Online)
(http://kajianmujaddid.blogspot.com/2009/10/kloning-dalam-perspektif-
islam23Oktober2009).
M. Daud Adli. Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Tata Hukum Islam Di
Indonesia Edisi 5, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet.5. 1996.

17

Вам также может понравиться