Вы находитесь на странице: 1из 19

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Gambaran Objek Penelitian

Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah semua perusahaan

manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2014 sampai

2016. Sektor manufaktur dipilih karena sektor ini memiliki jumlah perusahaan

yang listing paling banyak dibandingkan dengan sektor usaha lain. Selain itu,

sektor ini merupakan sektor yang memiliki cakupan stakeholder paling luas

yang meliputi investor, kreditor, pemerintah, dan lingkungan sosial sehingga

perlu melakukan pengungkapan informasi sosial. Penelitian ini berfokus pada

sektor manufaktur dikarenakan untuk menghindari adanya industrial effect

yaitu risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan

yang lain.

Dalam penelitian ini objek penelitian dipilih dengan metode purposive

sampling dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Objek

penelitian dipilih bagi perusahaan yang mengeluarkan annual report dalam

daftar yang terdapat pada website BEI. Berdasarkan metode purposive

sampling diperoleh sampel sebanyak 143 perusahaan manufaktur sebagai

berikut:
Tabel 4.1

Kriteria Purposive Sampling

Jumlah
Kriteria
Perusahaan
Jumlah perusahaan Manufaktur yang
143
terdaftar di BEI dari tahun 2014-2016.
Perusahaan yang tidak menerbitkan
laporan tahunan lengkap dan berturut-turut (22)
selama tahun pengamatan.
Perusahaan yang mengalami rugi atau
(43)
pertumbuhan penjualan (growth) negatif.
Perusahaan yang tidak menerbitkan
(36)
laporan keuangan.
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
42
sampel.
Total sampel yang digunakan dalam
126
penelitian (42 x 3)
Sumber: Data sekunder yang diolah, 2018

Berdasarkan hasil purposive sampling diperoleh data penelitian

sebanyak 42 observasi, dengan data sekunder yang diolah pada lampiran

05.

1.2 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif bertujuan untuk menggambarkan karakter sampel

dalam penelitian maupun memberikan deskripsi variabel yang disajikan lewat

nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata serta standar deviasi dari setiap

variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Size, Profitabilitas,

Leverage, Growth, Ukuran dewan komisaris, Ukuran komite audit, CSR dan

EPS. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk menganalisis data berdasarkan


atas hasil yang diperoleh dari nilai pengukuran variabel yang didapat dari

laporan keuangan terhadap masing-masing perusahaan penelitian. Analisis

statistik deskriptif dapat dilihat pada table 4.2.

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Variabel
????

1.3 Model Pengukuran (Measurement Model)

Pengukuran ini menggunakan model yang dengan menyertakan variabel

pemediasi (intervening) dengan menggunakan alat bantu SmartPLS ver.3.2.7,

dalam Smart PLS model struktural hubungan antara variabel laten disebut

inner model. Sedangkan model pengukuran disebut outer model. Stabilitas dari

estimasi ini dievaluasi dengan menggunakan uji t statistik. Sebelum melakukan

analisis terlebih dahulu dilakukan model empiric penelitian dengan

menggambar model penelitian terlebih dahulu. Hasil pengujian dengan gambar

model tersebut dapat diuraikan pada gambar berikut.


Gambar 4.1
Diagram Jalur Hubungan disertai Nilai Outer Loading

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dapat dilihat dari semua variabel laten

bahwa nilai outer loadingnya rata-rata diatas 0.5 atau 50% sehingga tidak ada

variabel laten yang dieliminasi dari model. Variabel laten size dapat

menjelaskan varian indikator X1.1, X1.2, dan X1.3 masing-masing lebih dari

80%. Variabel dari indikator profitabilitas yaitu X2.1, X2.2, dan X2.3 masing-

masing lebih dari 80%, Variabel dari indikator leverage yaitu X3.1, X3.2, dan

X3.3 masing-masing lebih dari 80%, Variabel dari indikator growth yaitu X4.1,
X4.2, dan X4.3 masing-masing lebih dari 80%, Variabel dari indikator ukuran

dewan komisaris yaitu X5.1, X5.2, dan X5.3 masing-masing lebih dari 80%,

Variabel dari indikator ukuran komite audit yaitu X6.1, X6.2, dan X6.3 masing-

masing lebih dari 80%. Sedangkan variabel CSR dan EPS sebagai variabel

laten endegon mampu menjelaskan indikatornya Y1.1, Y1.2, Y1.3, Y2.1, Y2.2,

dan Y2.3 masing-masing diatas 80%. Sehingga secara keseluruhan variabel

laten dapat mampu menjelaskan varian dari setiap indikator-indikator yang

mengukur diatas 50%. (nia p kata” ka wahyu cek ulang ka.. please, apalagi dp

persen”)

1.3.1 Uji Outer Model

Teknik analisis data terdapat tiga kriteria dalam melakukan analisis dengan

smart PLS untuk nilai outer model yaitu outer loadings (convergent validity),

discriminant validity, dan composite reliability.

1.3.1.1 Convergent Validity

Convergent validity memiliki nilai Standardized loading factor yang

menggambarkan besarnya korelasi antara setiap item pengukuran (indikator)

dengan konstruknya. Nilai loading factor > 0.7 dikatakan ideal, artinya indikator

tersebut dikatakan valid mengukur konstruknya. Namun untuk penelitian tahap

awal skala pengukuran nilai loading 0.6 dianggap cukup memadai.


Table 4.3
Cross Loading Convergent Validity
Ukuran Ukuran
Indikator Size_ Profitabilitas Leverage Growth Dewan Komite CSR EPS
Komisaris Audit
X1.1 0.990
X1.2 0.995
X1.3 0.972
X2.1 0.974
X2.2 0.980
X2.3 0.979
X3.1 0.980
X3.2 0.988
X3.3 0.958
X4.1 0.927
X4.2 0.924
X4.3 0.659
X5.1 0.980
X5.2 0.972
X5.3 0.929
X6.1 0.967
X6.2 0.972
X6.3 0.876
Y1.1 0.960
Y1.2 0.762
Y1.3 0.973
Y2.1 0.969
Y2.2 0.968
Y2.3 0.979
Sumber: Data olahan (2018)
Hasil dari table diatas dapat dilihat bahwa nilai outer model atau korelasi

antara konstruk dengan variabel yang sudah memenuhi convergent validity,

sebagaimana pada tabel diatas menunjukkan bahwa semua loading factor

memiliki nilai diatas 0.6 sehingga konstruk untuk semua variabel sudah tidak

dieliminasi dari model.

1.3.1.2 Discriminant Validity

Nilai discriminant validity diperlukan agar dapat memastikan setiap

konsep dari masing-masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya.

Jika model penelitian memiliki nilai discriminant validity yang baik maka setiap

nilai loading factor dari indikator sebuah variabel laten memiliki nilai loading

factor yang paling baik dibandingkan dengan nilai loading factor lain terhadap

variabel laten lainnya. (outer loading dgn loading factor beda or sama?)

Table 4.4
Average Variance Extracted (AVE)
Variabel AVE √ AVE
Size_ 0.972 0.98567
Profitabilitas 0.955 0.97746
Leverage 0.951 0.97513
Growth 0.716 0.84621
Ukuran Dewan
0.923 0.96078
Komisaris
Ukuran Komite Audit 0.882 0.93941
CSR 0.816 0.90358
EPS 0.945 0.97207
Sumber: Data olahan (2018)
Hasil pengelolaan data dengan menggunakan Smart PLS

menunjukkan bahwa semua loading factor memiliki nilai diatas 0.5, sehingga

konstruk untuk semua variabel sudah memenuhi discriminant validity dikatakan

baik.

1.3.1.3 Composite Reliability

Kriteria validity dan reliabilitas dapat dilihat dari nilai reliabilitas suatu

konstruk dan nilai Average Variance Extracted AVE dari masing-masing

konstruk. Konstruk dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi jika nilai

composite realibility diatas 0.70 dan akar AVE berada diatas 0.5. Hasil korelasi

dari variabel laten dan akar AVE dapat dilihat pada table 4.5 Berikut.

Table 4.5
Nilai Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability

Cronbach's Composite
Variabel
Alpha Reliability
Size_ 0.985 0.990
Profitabilitas 0.977 0.985
Leverage 0.974 0.983
Growth 0.819 0.881
Ukuran Dewan
0.958 0.973
Komisaris
Ukuran Komite Audit 0.932 0.957
CSR 0.892 0.930
EPS 0.971 0.981
Sumber: Data olahan (2018)
Berdasarkan table diatas dapat dinyatakan bahwa secara

keseluruhan variabel memenuhi composite reliability karena masing-masing

variabel mempunyai nilai diatas angka yang direkomendasikan yaitu 0.7 yang

artinya sudah memenuhi kriteria reliable.

Berdasarkan hasil evaluasi secara keseluruhan baik convergent,

discriminant validity, maupun composite reliability yang telah dipaparkan diatas

sebelumnya, maka disimpulkan bahwa indikator-indikator sebagai pengukuran

variabel laten merupakan pengukuran yang valid dan reliabel.

1.3.2 Uji Inner Model (Model Struktural)

Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat

hubungan antara variabel, nilai signifikan dan R-square dari model penelitian.

Inner model dievaluasi dengan menggunakan R- square untuk variabel

dependen uji t serta signifikansi dan koefisien parameter jalur struktural

sebagaimana tergambar pada halaman berikut.

Tabel 4.6
Nilai R-SQUARE

R Square
CSR 0.478
EPS 0.071

???? (nia tra tau jelaskan bagaimana ttg dp nilai)


1.4 Hasil Pengujian Hipotesis

Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang

sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar

yang digunakan dalam pengujian hipotesis adalah nilai yang terdapat pada

output path coefficient. Signifikansi pengaruh antara variabel didapat dengan

melihat koefisien parameter dan nilai signifikansi T statistik.

Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang di

hipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Hal ini dilakukan

dengan metode bootsrapping terhadap sampel. Pengujian dengan

bootsrapping dimaksudkan untuk dapat meminimalkan masalah ketidak

normalan data penelitian.


Gambar 4.2
Diagram Jalur Hubungan Bootstrapping

Hasil uji path coefficient terdapat hasil untuk pengujian hipotesisi. Tabel

4.7 dibawah dapat memberikan output estimasi pengujian model struktural.


Tabel 4.7
Result For Path Coefficient

Original
Sample T Statistics P
Variabel Sample Keterangan
Mean (M) (|O/STDEV|) Values
(O)
SIZE_ -> CSRD 0.302 0.304 1.951 0.052 Diterima
PROFITABILITAS ->
-0.421 -0.379 2.060 0.040
CSRD Diterima
LEVERAGE -> CSRD 0.469 0.446 2.337 0.020 Diterima
GROWTH -> CSRD -0.143 -0.141 0.947 0.344 Ditolak
UKURAN DEWAN
0.115 0.111 0.676 0.499
KOMISARIS -> CSRD Ditolak
UKURAN KOMITE
-0.157 -0.157 1.222 0.222
AUDIT -> CSRD Ditolak
CSRD -> EPS -0.266 -0.272 1.912 0.056 Ditolak
Sumber: Outer SmartPLS, Sig*5%

1.4.1 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure.

Hasil pengujian untuk variabel ukuran perusahaan yang diukur dengan

Log natural (total asset) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

terhadap CSR dengan menggunakan perbandingan antara hasil path

coefficients ditetapkan dengan melihat nilai T-statistik dan P-value. Hasil dapat

dilihat pada tabel 4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0.302

signifikan pada 0.05 dengan nilai t statistik 1.951. Nilai tersebut lebih kecil dari

t-tabel 1.96 dan P-value 0.052>0.05, artinya hipotesis pertama menyatakan

bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap CSR. Dengan demikian

hipotesis pertama (H1) dapat diterima. Hasil penelitian ini didukung penelitian
terdahulu yang dilakukan Septiani (2013, Sembiring (2005), Johan (2011),

Tamba (2007), Mardi (2010), Sari (2012) dan Bharata (2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori legitimasi yang menjelaskan

bahwa perusahaan yang skalalnya besar memiliki aktivitas yang lebih banyak,

sehingga menimbulkan dampak sosial lingkungan yang lebih besar pula

dibandingkan dengan perusahaan kecil. Jika diungkapkan dengan informasi

sosial, perusahaan berharap keberadaannya lebih legitimate di masyarakat.

Perusahaan besar juga lebih banyak mengungkapkan informasi sosial yang

lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil (Sembiring 2005). Secara

teoritis perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan. Perusahaan yang

lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap

masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan

program sosial yang dibuat perusahaan sehingga Corporate Social

Responsibility Disclosure akan semakin luas.

1.4.2 Pengaruh profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure.

Hasil pengujian untuk variabel profitabilitas yang diukur dengan Return

on Asset (ROA) menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap

CSRD dengan menggunakan perbandingan antara hasil path coefficients

ditetapkan dengan melihat nilai T-statistik dan P-value. Hasil dapat dilihat pada

tabel 4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien jalur sebesar -0.421 signifikan pada

0.05 dengan nilai t statistik 2.060. Nilai tersebut lebih besar dari t-tabel 1.96
dan P-value 0.052>0.05, artinya hipotesis kedua menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh terhadap CSRD Semakin besar profitabilitas (ROA)

perusahaan maka semakin luas Corporate Social Responsibility Disclosure.

Dengan demikian hipotesis kedua (H2) dapat diterima. Hasil penelitian ini

didukung penelitian terdahulu yang dilakukan Sembiring (2005), Yuliana dkk

(2008), Sari (2012) dan Bharata (2013).

Hasil penelitian ini sejalan dengan signaling theory yang

menyatakan bahwa perolehan laba yang semakin besar akan membuat

perusahaan mengungkapkan informasi sosial yang lebih luas. Hal tersebut

dikarenakan perusahaan dengan laba yang tinggi akan menjadi sorotan,

maka perusahaan akan mengeluarkan biaya yang berkaitan dengan

tanggung jawab sosial. Yuliana, dkk (2008) menyatakan bahwa

perusahaan yang unggul dan mempunyai laba yang baik akan

mengungkapkan informasi lebih rinci, termasuk kebebasan dan

keleluasaan untuk menunjukkan dan mempertanggungjawabkan seluruh

program sosialnya.

1.4.3 Pengaruh Leverage terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure.
Hasil pengujian untuk variabel Leverage perusahaan yang diukur

dengan Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan bahwa Leverage

berpengaruh terhadap CSRD dengan menggunakan perbandingan antara

hasil path coefficients ditetapkan dengan melihat nilai T-statistik dan P-

value. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien

jalur sebesar 0.469 signifikan pada 0.05 dengan nilai t statistik 2.337. Nilai

tersebut lebih besar dari t-tabel 1.96 dan P-value 0.020<0.05, artinya

hipotesis ketiga menyatakan bahwa Leverage berpengaruh terhadap

CSRD. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) dapat diterima. Hasil

penelitian ini didukung penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tamba

(2007).

1.4.4 Pengaruh Growth terhadap Corporate Social Responsibility

Disclosure.

Hasil pengujian untuk variabel Growth perusahaan yang diukur

dengan rasio pertumbuhan penjualan menunjukkan bahwa Growth tidak

berpengaruh terhadap CSRD dengan menggunakan perbandingan antara

hasil path coefficients ditetapkan dengan melihat nilai T-statistik dan P-

value. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien

jalur sebesar -0.143 tidak signifikan pada 0.05 dengan nilai t statistik 0.947.

Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1.96 dan P-value 0.344>0.05, artinya
hipotesis keempat menyatakan bahwa Growth tidak berpengaruh terhadap

CSRD. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) ditolak.

Dapat disimpulkan bahwa tinggi rendahnya variabel pertumbuhan

perusahaan (growth) tidak mempengaruhi Corporate Social Responsibility

Disclosure. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Maria Ulfa (2009).

Menurut Maria Ulfa (2009), hal ini disebabkan Corporate Social

Responsibility merupakan isu yang baru dan kualitasnya tidak mudah

diukur serta kebanyakan orientasi investor lebih tertuju kepada kinerja

jangka pendek. Walaupun belum semua investor menyadari pentingnya

Corporate Social Responsibility sehingga investor tidak terlalu

memperhatikan kinerja sosial perusahaan. Kualitas Corporate Social

Responsibility Disclosure tidak mudah untuk diukur, umumnya perusahaan

melakukan Corporate Social Responsibility Disclosure hanya sebagai

bagian dari iklan dan menghindari untuk memberikan informasi yang

relevan. Kebanyakan investor berorientasi pada kinerja jangka pendek

dengan berorientasi kepada keuntungan (profit) pada tahun berjalan,

sedangkan Corporate Social Responsibility dianggap berpengaruh pada

kinerja jangka menengah dan jangka panjang.

1.4.5 Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure.
Hasil pengujian untuk variabel ukuran dewan komisaris yang diukur

dengan jumlah anggota dewan komisaris menunjukkan bahwa ukuran

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap CSRD dengan

menggunakan perbandingan antara hasil path coefficients ditetapkan

dengan melihat nilai T-statistik dan P-value. Hasil dapat dilihat pada tabel

4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien jalur sebesar 0.115 tidak signifikan

pada 0.05 dengan nilai t statistik 0.676. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel

1.96 dan P-value 0.499>0.05, artinya hipotesis kelimat menyatakan bahwa

ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap CSRD. Dengan

demikian hipotesis kelima (H5) ditolak.

Penjelasan tentang tertolaknya hipotesis ini dapat ditinjau dari

fungsi dewan komisaris di Indonesia. Dewan komisaris adalah dewan yang

bertugas untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada

direktur Perusahaan. Tugas dan kewenangan dewan komisaris yaitu

melakukan pengawasan atas jalannya usaha perusahaan dan

memberikan nasihat kepada direktur. Dengan demikian, dapat diketahui

bahwa dewan komisaris mempunyai fungsi pengawasan termasuk dalam

penentuan program CSR, tetapi direksilah yang mengambil keputusan

operasional. Hasil yang tidak signifikan tersebut mungkin dapat

mengindikasikan kurang efektifnya fungsi pengawasan Dewan Komisaris

terhadap pengungkapan CSR perusahaan.


1.4.6 Pengaruh ukuran komite audit terhadap Corporate Social

Responsibility Disclosure.

Hasil pengujian untuk variabel ukuran komite audit yang diukur

dengan jumlah anggota komite audit menunjukkan bahwa ukuran komite

audit tidak berpengaruh terhadap CSRD dengan menggunakan

perbandingan antara hasil path coefficients ditetapkan dengan melihat nilai

T-statistik dan P-value. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.7 Dijelaskan bahwa

nilai koefisien jalur sebesar -0.157 tidak signifikan pada 0.05 dengan nilai

t statistik 1.222. Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1.96 dan P-value

0.222>0.05, artinya hipotesis keenam menyatakan bahwa ukuran komite

audit tidak berpengaruh terhadap CSRD. Dengan demikian hipotesis

keenam (H6) ditolak.

1.4.7 Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclosure

terhadap Earning Per Share.

Hasil pengujian untuk variabel Corporate Social Responsibility

Disclosure yang diukur dengan jumlah item yang diungkapkan perusahaan

dibagi dengan total 79 item GRI menunjukkan bahwa CSRD tidak

berpengaruh terhadap EPS dengan menggunakan perbandingan antara

hasil path coefficients ditetapkan dengan melihat nilai T-statistik dan P-

value. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.7 Dijelaskan bahwa nilai koefisien
jalur sebesar -0.266 tidak signifikan pada 0.05 dengan nilai t statistik 1.912.

Nilai tersebut lebih kecil dari t-tabel 1.96 dan P-value 0.056>0.05, artinya

hipotesis ketujuh menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

Disclosure tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share. Dengan

demikian hipotesis ketujuh (H7) ditolak.

Вам также может понравиться