Вы находитесь на странице: 1из 5

Sang Pengubah Hidup

Scene 1
Pagi hari hari yang cerah, seorang ibu rumah tangga yang sekaligus berprofesi sebagai
guru yang bernama Bu Ira, membuka tirai jendelanya. Ia memandangi pemandangan di balik
jendelanya. Ia pun beralih pada tempat tidur. Dipandanginya tempat tidur yang sisi sebelahnya
tampak rapi dari semalam. Suaminya ternyata tidak pulang. Ia pun memasang wajah sedih. Lalu
ia merapikan tempat tidurnya dan keluar kamar.
Scene 2
Di meja makan, anak perempuan Bu Ira yang bernama Dita sedang duduk sambil
bermain HP.
Bu Ira datang membawa makanan untuk Dita. Dita sambil memainkan HPnya, juga
menuang makanan itu ke dalam mulutnya. Ia merasa keasinan kemudian marah dan tidak mau
makan. Ia pun langsung mengambil tasnya. Tanpa salim dan memberi salam, Dita berjalan
keluar rumah dengan Bu Ira yang terus memanggilnya.
Scene 3
Bu Ira berjalan ke kelas. Saat ia masuk, ternyata para siswa tampak rebut dan sibuk
dengan urusan masing-masing.
Ada 3 orang yang sedang membully siswa culun, ada yang sedang pacaran, ada yang
sedang menonton film dengan kaki dinaikkan ke atas meja, sisanya mengobrol dan makan.
Bu Ira menghembuskan napas dengan sedih, namun ia akhirnya memaksakan senyum. Ia
berjalan sambil menyapa para siswa.
Bu Ira : “Selamat pagi, anak-anak!”
Hanya sebagian siswa yang menjawab.
Bu Ira : (mulai mengajar)
Selama mengajar, ternyata anak yang menonton film sambil menaikkan kaki masih sibuk
dengan filmnya. Dan 3 siswa yang tadi membully siswa culun malah asyik mengobrol.
Bu Ira : “Lita, berhenti dulu nonton filmnya. Sekarang kita belajar dulu, ya?” (dengan nada
lembut) “Umar, Zul, Sultan! Perhatikan ke depan, nanti kalian nggak ngerti pas
ulangan.”
Lita : (memutar bola mata) Iya, bu, iya!
Umar : “Gua males belajar. Bu!”
Bu Ira : “Nggak boleh gitu, Umar. Kamu mau jadi apa kalau malas terus?”
Zul : “Ibu nggak usah ikut campur deh.”
Sultan : “Yaudah cabut aja kuy”
Sultan, Umar, dan Zul pun langsung ambil tas dan pergi keluar kelas.
Bu Ira : “Zul, Sultan, Umar! Berhenti! Kalian mau kemana!”
Zul, Sultan, dan Umar terus berjalan tanpa mempedulikan panggilan Bu Ira, mereka
membanting pintu kelas.

Scene 4
Di Ruang Kepala Sekolah, Bu Ira tengah dimarahi oleh Kepala Sekolah karena nilai anak
didiknya yang selalu di bawah KKM dan memiliki nilai sikap yang selalu D.
Kepala Sekolah : “Anda ini bagaimana sih cara mendidik mereka? Anda tau kan sudah berapa
kali mereka dapat nilai sikap D?” (sambil menunjuk-nunjuk rapot Zul, Sultan,
Umar, dan Lita)
Bu Ira : “Iya, bu. Maaf, ini kesalahan saya”
Kepala Sekolah : “Sebentar lagi UN! (menunjuk kalender) Kalau nilai mereka masih buruk,
sekolah kita akan tercemar! Pokoknya, minggu ini, mereka harus keluar dari
sekolah ini!”
Bu Ira : (terkejut) Jangan, bu! Saya mohon jangan! Saya janji akan mendidik mereka hingga
mereka berubah secepatnya! Saya janji!
Kepala Sekolah : (terlihat bingung dan memegang pelipis karena pusing) (menarik napas)
“Hah… Yasudah, yasudah! Anda sudah berjanji! Mereka harus berubah sikap
sebelum UN berlangsung!”
Scene 5
Bu Ira berjalan di belakang sekolah. Wajahnya terlihat sedih. Ia sudah tidak tahu
bagaimana lagi ia harus menasehati murid-murid nakalnya itu.
Saat Bu Ira melewati toilet, ia terkejut karena Zul, Sultan, dan Umar tengah merokok di
depan toilet.
Bu Ira : “Astgafirullahaldzim! Kenapa kalian merokok? Kalian siswa apa bukan?! (dengan nada
tinggi)”
Zul, Sultan, dan Umar membuang rokoknya. Dengan kesal, mereka pergi dari sana.
Bu Ira terus memanggil mereka, namun mereka mengacuhkan Bu Ira.
Tiba-tiba datang Bu Eliza, guru Biologi. Bu Ira buru-buru menyembunyikan rokok Zul,
Sultan, dan Umar.
Bu Eliza : (ekspresi bingung) “Perasaan saya tadi melihat Zul, Umar, dan Sultan merokok deh
bu…”
Bu Ira : “Ah, perasaan Ibu saja kali”
Dari kejauhan, Zul melihat Bu Ira tengah menyembunyikan kelakuan buruk mereka dari
Bu Eliza.
Scene 6
Lita sedang berada di koridor yang ada wifi nya. Ia sedang mendownload film. Banyak
siswa lain juga yang sedang duduk di sana.
Pak Suhendri, guru Kimia pun lewat. Semua siswa di sana salim dan menyapa Pak
Suhen, kecuali Lita.
Pak Suhen menyuruh semua siswa kembali ke kelas. Semua murid menurut dan
berhamburan ke kelas masing-masing. Lita masih diam di tempat.
Pak Suhen menghampiri Lita.
Pak Suhen : “Kenapa kamu masih di sini? Nggak denger tadi saya suruh apa?”
Lita : “Nggak. Harus banget ya?”
Pak Suhen : (muka kesal) “Kamu berani melawan guru?! Wali kelas kamu siapa sih?!”
Tiba-tiba Bu Ira datang menghampiri mereka.
Bu Ira : (menunduk) “Maaf, pak. Saya wali kelas Lita. Lita, ayo ke kelas.” (merangkul Lita dan
pergi)
Lita : (memasang wajah masam)

Scene 7
Lita terlihat menunggu di pos satpam. Ia bingung akan pulang naik apa. Ia tidak punya
uang. Ia menunggu dengan wajah yang terlihat kesal.
Bu Ira datang menghampiri.
Bu Ira : “Lita, kamu kenapa belum pulang?”
Lita : “Nggak ada duit bu.”
Muncul Miss Lia dengan motornya, mengajak Bu Ira pulang bareng.
Miss Lia : “Bu Ira, ayo!”
Bu Ira : (dilemma, tidak tega meninggalkan Lita sendiri) “Lita, kamu pulang sama Miss Lia aja.
Rumah Miss Lia kan melewati rumah kamu. Nggak apa-apa kan, Miss”
Miss Lia : “Terus Ibu pulang sama siapa?”
Bu Ira : “Saya bisa naik angkot, Miss. Ayo Lita.”
Lita : (dengan ekspresi ragu berjalan menuju motor Miss Lia. Merasa tidak enak pada Bu Ira)
Miss Lia : “Ayo, Lita…”
Lita kemudian naik ke motor Miss Lia. Namun saat akan berangkat…
Lita : “Sebentar, Miss!” (turun dari motor, kemudian berlari menuju Bu Ira, kemudian salim)
“Makasih, Bu. Ibu hati-hati ya…”
Bu Ira : (tersenyum) “Kamu juga”
Lita : (tersenyum kikuk) (kembali ke motor) (motor Miss Lia pun jalan)
Bu Ira membuka dompetnya. Ternyata hanya ada satu lembar uang dua ribu di
dompetnya.
Bu Ira : (tersenyum pasrah) “Jalan aja deh…”
Scene 8
UN sedang berlangsung. Ternyata penampilan Lita, Zul, Sultan, dan Umar berubah
menjadi baik. Mereka juga terlihat mengerjakan ujian dengan lancar tanpa curang.
Scene 9
Pengumuman hasil UN dibagikan. Lita, Umar, Sultan, dan Zul terlihat duduk bersama di
kelas dan membuka hasil UN bersama-sama.
Mereka dinyatakan lulus dan bergembira.
Scene 10
Bu Ira tengah duduk di dalam kelas sendirian. Tiba-tiba satpam sekolah menghampiri dan
memberikan 4 pucuk surat.
Ia membuka surat itu dan ternyata surat itu dari Zul, Umar, Lita, dan Sultan. Isi surat itu
adalah ucapan terima kasih.
Selain itu, di amplop yang terpisah, Bu Ira menemukan sebuah foto Zul yang
mengenakan jas, sedang duduk di sebuah ruang kantor dan memegang papan nama bertuliskan
namanya, di bawahnya terdapat tulisan President Director. Dan ada foto selfie Lita yang berlatar
belakang patung Liberty. Juga foto Zul yang tengah hormat sambil tersenyum mengenakan
seragam tentara. Dan terakhir ada foto Sultan yang selfie dengan sebuah buku novel perjalanan
bertuliskan namanya sebagai penulis.
Bu Ira menangis dengan sebuah senyuman di wajahnya. Ia pun teringat akan anak-
anaknya tersebut.
1. Pemain
- Bu Ira : Kimel
- Dita :
- Zul :
- Umar :
- Sultan :
- Lita :
- Anak Culun :
- 4 anak mengobrol :
- 2 anak makan :
- 1 siswi pacaran :
- 1 siswa pacaran :
- Kepala Sekolah :
- Bu Eliza :
- Pak Suhendri :
- Miss Lia : Rolasda
- Satpam :
2. Properti
a. Foto selfie Lita di patung Liberty (edit)
b. Foto Zul
c. Foto Sultan
d. Foto Umar
e. Tulisan “Kepala Sekolah”
f. Tulisan “Umar, President Director”
g. Rokok
h. Dompet
i. Motor
j. Piring berisi nasi goreng (scene sarapan Bu Ira)
k. Dll
3. Kostum
 Bu Ira : Baju tidur, Seragam guru (batik/cardigan/jas, rok hitam, sepatu pantopel)
 Dita : Seragam sekolah
 Zul : Seragam sekolah, seragam TNI.
 Umar : Seragam sekolah, setelan jas.
 Sultan : Seragam sekolah, kemeja rapi.
 Lita : Seragam sekolah, baju main.
 Pak Suhendri : Baju batik/kemeja bebas, celana hitam, ikat pinggang, pulpen di
saku, sepatu pantopel cowok.
 Bu Eliza : Baju batik/cardigan/jas, rok hitam, sepatu pantopel.
 Miss Lia : Baju batik/cardigan/jas, rok hitam, sepatu pantopel, tas jinjing.
 Satpam : Bajju hitam, celana hitam, topi.
 Siswa lain : Seragam sekolah

Вам также может понравиться