Вы находитесь на странице: 1из 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ASI EKSKLUSIF


2.1.1. Definisi ASI Eksklusif
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi yang
bersifat alamiah. Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa, dan garam organik yang disekresi oleh kedua
belah kelenjar payudara ibu, sebagai makanan utama bagi bayi
(Kristiyanasari, 2009). Definisi WHO menyebutkan bahwa ASI ekslusif
yaitu bayi hanya diberi ASI saja, tanpa cairan atau makanan padat apapun
kecuali vitamin, mineral atau obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai
usia 6 bulan (WHO (2002) dalam Aprilia, 2009). ASI eksklusif
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang
diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa
menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain
(kecuali obat, vitamin, dan mineral).
Sebelum tahun 2001, World Health Organization (WHO)
merekomendasikan untuk memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan.
Namun pada tahun 2001, setelah melakukan telaah artikel penelitian
secara sistematik dan berkonsultasi dengan para pakar, WHO merevisi
rekomendasi ASI eksklusif tersebut dari 4-6 bulan menjadi 6 bulan (180
hari), kemudian dilanjutkan selama 2 tahun dengan panambahan makanan
pendamping yang tepat waktu, aman, benar dan memadai (WHO, 2010).
Pemberian ASI secara dini dan ekslusif sekurang-kurangnya 4-6 bulan
akan membantu mencegah berbagai penyakit anak, termasuk gangguan
lambung dan saluran nafas, terutama asma pada anak-anak. Hal ini
disebabkan adanya antibody penting yang ada dalam kolostrum ASI
(dalam jumlah yang lebih sedikit), akan melindungi bayi baru lahir dan
mencegah timbulnya alergi. Untuk alasan tersebut, semua bayi baru lahir
harus mendapatkan kolostrum (Rahmi (2008) dalam Aprilia, 2009). Pada
masa 6 bulan bayi memang belum diberi makanan selain susu untuk itu

5
6

ibu harus memberikan perhatian yang ekstra pada bayi. Seringkali


kesalahan yang terjadi adalah setelah masa ASI eksklusif dan bayi sudah
bisa mengkonsumsi makanan lain selain ASI, ibu tidak memberikan ASI
lagi. Padahal menurut standar kesehatan dunia, bayi sebaiknya di sapih
setelah 2 tahun usianya. Permasalahan ASI eksklusif juga terjadi pada ibu
yang bekerja, untuk itu pemerintah mencoba memberikan keleluasaan
pada ibu yang pada masa pemberian ASI eksklusif boleh membawa anak
ikut serta bekerja atau mengijinkannya memberi jam khusus untuk
menyusui bayinya (Fikawati dan Syafiq, 2010).

2.1.2. Manfaat ASI


Keunggulan dan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek
yaitu : aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan,
neurologis, ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (WHO, 2010;
Roesli (2000) dalam Haniarti, 2011).
1. Manfaat ASI bagi bayi
Banyak manfaat pemberian ASI khususnya ASI ekslusif yang
dapat dirasakan yaitu (1) ASI sebagai nutrisi, (2) ASI meningkatkan
daya tahan tubuh , (3) menurunkan risiko mortalitas, risiko penyakit
akut dan kronis, (4) Meningkatkan kecerdasan, (5) Menyusui
meningkatkan jalinan kasih sayang (6) Sebagai makanan tunggal
untuk memenuhi semua kebutuhan pertumbuhan bayi sampai usia
selama enam bulan. (7) Mengandung asam lemak yang diperlukan
untuk untuk pertumbuhan otak sehingga bayi yang diberi ASI Ekslusif
lebih pandai. (8) Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis,
kanker pada anak dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit
jantung. (9) Menunjang perkembangan motorik (WHO, 2010; Roesli
(2000) dalam Haniarti, 2011).
2. Manfaat ASI bagi ibu
Manfaat ASI bagi ibu antara lain (1) Pemberian ASI memberikan
98% metode kontrasepsi yang efisien selama 6 bulan pertama sesudah
kelahiran bila diberikan hanya ASI saja (ekslusif) dan belum terjadi
7

menstruasi kembali, (2) menurunkan risiko kanker payudara dan


ovarium, (3) membantu ibu menurunkan berat badan setelah
melahirkan, (4) menurunkan risiko DM Tipe 2, (5) Pemberian ASI
sangat ekonomis, (6) mengurangi terjadinya perdarahan bila langsung
menyusui setelah melahirkan, (7) mengurangi beban kerja ibu karena
ASI tersedia dimana saja dan kapan saja , (8) meningkatkan hubungan
batin antara ibu dan bayi (WHO, 2010; Aprilia, 2009).
3. Manfaat ASI bagi keluarga
Adapun manfaat ASI bagi keluarga (1) Tidak perlu uang untuk
membeli susu formula, kayu bakar atau minyak untuk merebus air,
susu atau peralatan, (2) Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan
biaya lebih sedikit (hemat) dalam perawatan kesehatan dan
berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit, (3) Penjarangan kelahiran
karena efek kontrasepsi dari ASI ekslusif, (4) Menghemat waktu
keluarga bila bayi lebih sehat (5) Pemberian ASI pada bayi (meneteki)
berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI selalu siap tersedia
(Aprilia, 2009).

2.1.3. Komposisi ASI


Air susu ibu (ASI) selalu mengalami perubahan selama beberapa
periode tertentu. Perubahan ini sejalan dengan kebutuhan bayi (WHO,
2010).
1. Kolostrum
Kolostrum terbentuk selama periode terakhir kehamilan dan
minggu pertama setelah bayi lahir. ia merupakan ASI yang keluar dari
hari pertama sampai hari ke-4 yang kaya zat anti infeksi dan
berprotein tinggi. Kandungan proteinnya 3 kali lebih banyak dari ASI
mature. Cairan emas ini encer dan seringkali berwarna kuning atau
dapat pula jernih yang mengandung sel hidup yang menyerupai sel
darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit. Kolostrum
merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari
8

usus bayi yang baru lahir. Volumenya bervariasi antara 2 dan 10 ml


per feeding per hari selama 3 hari pertama, tergantung dari paritas ibu.
2. ASI peralihan/transisi
Merupakan ASI yang dibuat setelah kolostrum dan sebelum ASI
Mature (Kadang antara hari ke 4 dan 10 setelah melahirkan). Kadar
protein makin merendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi. Volumenya juga akan makin meningkat
3. ASI mature
ASI matang merupakan ASI yang keluar pada sekitar hari ke-14
dan seterusnya, komposisi relative konstan. Pada ibu yang sehat
dengan produksi ASI cukup, ASI merupakan makanan satu-satunya
yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur enam bulan,
Tidak menggumpal jika dipanaskan

Komposisi kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)


No. Zat-zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
1 Energi Kkal 58.0 70
2 Protein G 2.3 0.9
3 Kasein Mg 140.0 mg 187.0
4 Laktosa G 5.3 7.3
5 Lemak G 2.9 4.2
6 Vitamin A Ug 151.0 75.0
7 Vitamin B1 Ug 1.9 14.0
8 Vitamin B2 Ug 30.0 40.0
9 Vitamin B12 Ug 0.05 0.1
10 Kalsium Mg 39.0 35.0
11 Zat besi Mg 70.0 100.0
12 Fosfor Mg 14.0 15.0

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif


1) Umur
Proses degenerasi payudara mengenai ukuran dan kelenjar alveoli
mengalami regresi yang dimulai pada usia 30 tahun. Sehingga dengan
proses tersebut payudara cenderung kurang menghasilkan air susu. Ibu
yang umurnya lebih muda lebih banyak memproduksi ASI
dibandingkan dengan ibu- ibu yang sudah tua (Depkes,2012).
9

2) Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI Eksklusif
pada bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian
ASI pun berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja
tetap memberia ASI secara eksklusif kepada bayinya dengan
pengetahuan yang benar tentang menyusui, perlengkapan memerah
ASI, dan dukungan lingkungan kerja. Status ibu bekerja tentu saja
memilki dampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,
khususnya anak balita. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu
dampak positif dan dampak negatif. Adapun jika ditinjau dari segi
dampak negatif ibu bekerja dalam pemberian ASI eksklusif adalah,
terjadinya status gizi kurang atau gizi buruk yang dialami balita sebagai
akibat dari memendeknya durasi pemberian Air Susu Ibu (ASI) oleh ibu
karena harus bekerja (Fikawati dan Syafiq, 2010).
3) Tingkat pendidikan
Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang
diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari
berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,
percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan
dari pengalaman hidup lainnya (Aprilia, 2009).Tingkat pendidikan
seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah
menangkap dan memahami suatu informasi. Mereka yang
berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan
rendah. Tingkat pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia
lambat dalam mengadopsi pengetahuan baru khususnya hal-hal yang
berhubungan dengan ASI Eksklusif (Fikawati dan Syafiq, 2010).
4) Kepercayaan Ibu
Persiapan psikologi ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui.
Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI
umunya produksi ASI akan berkurang. Stress, khawatir, ketidak
bahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam
mensukseskan pemberian ASI ekslusif. Peran keluarga dalam
10

meningkatkan percaya diri ibu sangat besar. Kepercayaan adalah


komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis. Kepercayaan dapat
bersifat rasional dan irasional. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan,
kebutuhan dan kepentingan. Hal ini dimaksudkan bahwa orang percaya
kepada sesuatu karena ia mempunyai pengetahuan tentang hal itu
(Fikawati dan Syafiq, 2010).
5) Inisiasi Menyusu Dini
Insiasi menyusu dini (early initiation) atau permulaan menyusu
dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setalah lahir. Bayi
manusia seperti halnya bayi mamalia lain mempunyai kemampuan
untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan
kulit ibunya, setidaknya selama satu jam setelah lahir. Cara bayi
melakukan inisiasi menyusu dini imi dinamakan the breast crawl atau
merangkak mencari payudara. Hasil penelitian Fika dan Syafiq, 2003
menunjukkan bahwa bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini
hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif (Fikawati dan Syafiq,
2010).
6) Penyuluhan / Konseling di Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud dengan penyuluhan kesehatan adalah suatu
pemberian informasi melalui media komunikasi, informasi dan edukasi
(panduan penyuluh, 2003) dalam meningkatkan penggunaan ASI,
masalah utama dan prinsipil adalah bahwa ibu-ibu membutuhkan
bantuan dan informasi yang mendukung sehingga menambah
keyakinan bahwa mereka akan dapat menyusui bayinya dengan sukses
(Fikawati dan Syafiq, 2010).
7) Dukungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara
esklusif. Keluarga (suami, orang tua, mertua, ipar dan sebagainya) perlu
diinformasikan bahwa seorang ibu perlu dukungan dan bantuan
keluarga agar ibu berhasil menyusui secara ekslusif. Bagian keluarga
yang mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap keberhasilan dan
11

kegagalanmenyusui adalah suami. Masih banyak suami yang


berpendapat salah, yang menganggap menyusui adalah urusan ibu dan
bayinya. Peranan suami akan turut menentukan kelancaran refleks
pengeluaran ASI (let down reflek) yang sangat dipengaruhi oleh
keadaan emosi atau perasaan ibu (Depkes, 2012).

2.1.5. Cakupan ASI eksklusif


Standar pelayanan maksimal merupakan hal yang harus dilaksanakan
oleh Pemda untuk rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap
tahunnya. Persentase bayi umur 0-6 bulan mendapatkan ASI eksklusif
adalah jumlah bayi 0- 6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral, berdasarkan recall 24 jam
dibagi dengan jumlah seluruh bayi umur 0-6 bulan yang datang dan
tercatat dalam register pencatatan / KMS di wilayah tertentu dikalikan
100%. Yang dimaksud dengan bayi 0-6 bulan adalah seluruh bayi umur 0
sampai 5 bulan 29 hari. Cakupan pemberian ASI eksklusif diperoleh dari
hasil pendataan yang dilakukan oleh kader pada bulan Februari dan
Agustus setiap tahunnya (Permenkes, No 43 tahun 2016).
Data pemberian ASI eksklusif dicatat dari KMS seluruh bayi umur 0
hari sampai 5 bulan 29 haripada Formulir Pencatatan Pemberian ASI
eksklusif pada bayi 0-6 bulan dengan simbol berikut :
√ = Bayi masih diberi ASI saja
X = Bayi sudah diberi makanan/minuman selain ASI kecuali
obat/vitamin/mineral
A = Bayi tidak datang di penimbangan
Pencatatan pada KMS dilakukan setiap bulan (Kementrian Kesehatan RI,
2012).
Target bayi mendapatkan ASI eksklusif dari Kementrian Kesehatan
adalah 80%, sementara cakupan di Kota Palembang tahun 2016 sebesar
45,3%. Dengan telah terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun
2012 tentang pemberian ASI eksklusif, setidaknya dapat memberi
pedoman bagi fasilitas pelayanan kesehatan untuk ikut mendukung
12

pemberian ASI dan mengurangi penggunaan susu formula setelah


persalinan (Permenkes, No 43 tahun 2016).

Langkah-langkah perhitungan cakupan pemberian ASI eksklusif bayi 0-6


bulan (Kementrian Kesehatan RI, 2012):
1. Siapkan Kartu Menuju Sehat (KMS) balita dan hitung umur bayi pada
saat penimbangan bulanan. Umur bayi dihitung berdasarkan bulan
penuh artinya umur dihitung 1 bulan apabila genap 30 hari.
2. Tanyakan ibu bayi apakah bayi sehari sebelumnya sudah diberikan
makanan/minuman lain kecuali obat, vitamin dan mineral, kemudian
catat jawaban ibu ke dalam KMS balita pada kolom pemberian ASI
eksklusif 0, 1, 2, 3, 4, 5 bulan dengan memberikan tanda notasi atau
simbul tersebut di atas.
3. Pindahkan catatan informasi ASI pada KMS sesuai dengan kode atau
simbul yang telah diisi ke dalam register bayi. Hal ini dilakukan setiap
bulan pada saat bayi berkunjung ke posyandu, Berdasarkan register
bayi, pada kunjungan terakhir (Februari atau Agustus) hitung jumlah
untuk masing-masing kode atau simbul sebagai berikut :
13

Dari tabel diatas diketahui pada kunjungan terakhir (Februari atau


Agustus) Jumlah √ = 3 (Cahaya, Hera dan Elmi), Jumlah X = 2 (Iwan
dan Eko) dan Jumlah A = 1 (Titin)
4. Bidan di desa/kelurahan merekapitulasi jumlah masing-masing kode
atau simbul pada kunjungan terakhir (Februari atau Agustus) di
posyandu ke dalam formulir rekapitulasi di desa/kelurahan.
5. Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas merekapitulasi jumlah kode
atau simbul pada kunjungan terakhir dari desa/kelurahan ke dalam
formulir rekapitulasi di Puskesmas
6. Petugas kabupaten/kota merekapitulasi dan menghitung persentase
pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan setiap 6 bulan sekali bersamaan
dengan bulan vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dengan
rumus.

2.1.6. Peraturan Daerah Kota Palembang Tentang ASI Eksklusif


Pemerintah kota palembang melaluli PERDA Nomor 2 tahun 2014
mendukung program ASI Ekslusif yang telah dicanangkan oleh Dinkes
sebelumnya. Beberapa point dari PERDA Nomor 2 tahun 2014 sebagai
berikut :
1. Seorang ibu wajib memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 0-
6 bulan.
2. Perusahaan, kantor, mall dan semua tempat umum yang berada di ruang
lingkup kota palembang wajib memiliki ruang ASI.
3. Setiap ruang ASI wajib dimonitoring dan dipantau.
4. Jika ada instansi yang tidak memiliki ruanga ASI maka akan ditindak
tegas (Perda Kota Palembang Nomor 2 tahun 2014).
14

2.2. Puskesmas
2.2.1. Definisi Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.
1) Unit Pelaksana Teknis
Sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
(UPTD), puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan merupakan
unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan
kesehatan di Indonesia (Kepmenkes No 128 Tahun 2004).
2) Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan
oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal (Kepmenkes No 128 Tahun 2004).
3) Penanggungjawab Penyelenggaraan
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya
pembangunan kesehatan di wilayah kabupaten/kota adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, sedangkan puskesmas bertanggungjawab
hanya sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh
dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya
(Kepmenkes No 128 Tahun 2004).
4) Wilayah Kerja
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu
kecamatan, tetapi apabila di satu kecamatan terdapat lebih dari dari
satu puskesmas, maka tanggungjawab wilayah kerja dibagi antar
puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah
(desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut secara
operasional bertanggungjawab langsung kepada Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota (Kepmenkes No 128 Tahun 2004).
15

2.2.2. Tujuan Puskesmas


Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
1) Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat
2) Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
3) Hidup dalam lingkungan sehat, dan
4) Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat (Permenkes No. 75 Tahun 2014).

2.2.3. Wewenang Puskesmas


Dalam menyelenggarakan fungsi maka Puskesmas berwenang untuk:
1) Melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
3) Melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan
1) Menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan
masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait
2) Melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan
upaya kesehatan berbasis masyarakat
3) Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia
Puskesmas
4) Memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
5) Melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses,
mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan, dan
6) Memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat,
termasuk dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon
penanggulangan penyakit (Permenkes No. 75 Tahun 2014).
16

2.3. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


2.3.1. Definisi Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses kerja yang terus menerus yang
meliputi pengambilan keputusan yang bersifat pokok dan penting dan
yang akan dilaksanakan secara sistematik, melakukan perkiraan dengan
menggunakan segala pengetahuan yang ada tentang masa depan,
mengorganisir secara sistematik segala upaya yang dipandang perlu untuk
melaksanakan segala keputusan yang telah ditetapkan, serta mengukur
keberhasilan dari pelaksanaan keputusan tersebut dengan membandingkan
hasil yang dicapai terhadap target yang ditetapkan melalu pemanfaatan
umpan balik yang diterima dan yang telah disusun secara teratur dan baik
(Azwar, A. 2010).

2.3.2. Ciri – Ciri Perencanaan


Perencanaan yang baik mempunyai beberapa ciri yang harus
diperhatikan. Ciri yang dimaksud secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut : (Azwar, A. 2010)
1) Bagian dari system administrasi
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berhasil menempatkan
pekerjaan perencanaan sebagai bagian dari system administrasi secara
keseluruhan.Sesungguhnya, perencanaan pada dasarnya merupakan
salah satu dari fungsi administrasi yang amat penting.Pekerjaan
administrasi yang tidak didukung oleh perencanaan, bukan merupakan
pekerjaan administrasi yang baik.
2) Dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang dilakukan secara terus
menerus dan berkesinambungan.Perencanaan yang dilakukan hanya
sekali bukanlah perencanaan yang dianjurkan. Ada hubungan yang
bekelanjutan antara perencanaan dengan berbagai fungsi administrasi
lain yang dikenal. Disebutkan perencanaan penting untuk pelaksanaan,
yang apabila hasilnya telah dinilai, dilanjutkan lagi dengan
17

perencanaan penting untuk pelaksanaan, yang apabila hasilnya telah


dinilai, dilanjutkan lagi dengan perencanaan.
3) Berorientasi pada masa depan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang berorientasi pada masa
depan. Artinya, hasil dari pekerjaan perencanaan tersebut, apabila
dapat dilaksanakan, akan mendatangkan berbagai kebaikan tidak hanya
pada saat ini tapi pada masa yang akan datang.
4) Mampu menyelesaikan masalah
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mampu menyelesaikan
berbagai masalah dan ataupun tantangan yang dihadapi.Penyelesaian
masalah dan ataupun tantangan yang dimaksudkan disini tentu harus
disesuaikan dengan kemampuan.
5) Mempunyai tujuan
Suatu perencanaan yang baik adalah yang mempunyai tujuan yang
dicantumkan secara jelas. Tujuan yang dimaksudkan disini biasanya
dibedakan atas dua macam, yakni tujuan umum yang berisikan uraian
secara garis besar, serta tujuan khusus yang berisikan uraian lebih
spesifik.
6) Bersifat mampu kelola
Suatu perencanaan yang baik adalah yang bersifat mampu kelola,
dalam arti bersifat wajar, logis, objektif, jelas, runtun, fleksibel serta
telah disesuaikan dengan sumber daya.Perencanaan yang disusun tidak
logis serta tidak runtun, apalagi yang tidak sesuai dengan sumberdaya,
bukanlah perencanaan yang baik.

2.3.3. Macam-macam Perencanaan


Perencanaan banyak macamnya. Untuk keberhasilan pekerjaan
perencanaan, perlulah dipahami berbagai macam perencaan tersebut.
Macam perencanaan yang dimaksud adalah (Azwar, A. 2010) :
1) Ditinjau dari jangka waktu berlakukanya rencana
a. Perencanaan jangka panjang
b. Perencanaan jangka menengah
18

c. Perencanaan jangka pendek


2) Ditinjau dari frekuensi penggunaan
a. Digunakan satu kali
b. Digunakan berulang kali
3) Ditinjau dari tingkatan rencana
a. Perencanaan induk
b. Perencanaan operasional
c. Perencanaan harian
5) Ditinjau dari filosofi perencanaan
a. Perencanaan memuaskan
b. Perencanaan optimal
c. Perencanaan adaptasi
6) Ditinjau dari orientasi waktu
a. Perencanaan berorientasi masa lalu-kini
b. Perencanaan berorientasi masa depan
c. Perencanaan kebijakan
7) Ditinjau dari ruang lingkup
a. Perencanaan strategik
b. Perencanaan taktis
c. Perencanaan menyeluruh
d. Perencanaan terpadu

2.3.4. Tujuan Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


a. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan manajemen di puskesmas dalam
menyusun perencanaan kegiatan tahunan berdasarkan fungsi dan azas
penyelenggaraannya (Depkes, 2006).
b. Tujuan Khusus
1. Tersusunnya rencana usulan kegiatan (RUK) puskesmas untuk
tahun berikurnya dalam upaya mengatasi masalah atau sebagian
masalah kesehatan masyarakat.
19

2. Tersusunnya rencana pelaksanaan kegiatan (RPK) setelah


diterimanya alokasi sumber daya untuk kegiatan tahun berjalan
dari berbagai sumber (Depkes, 2006).

2.3.5. Manfaat Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)


1. Perencanaan dapat memberikan petunjuk untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan secara efektif dan efisien demi mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
2. Perencanaan memudahkan pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Perencanaan dapat mempertimbangkan hambatan, dukungan dan
potensi yang ada.

2.3.6. Tahap Penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas


a. Tahap Persiapan
Tahap ini mempersiapkan staf puskesmas yang terlibat dalam
proses penyusunan perencanaan tingkat puskesmas agar memperoleh
kesamaan pandangan dan pengetahuan untuk melaksanakan tahap-
tahap perencanaan. Tahap ini dilakukan dengan cara :
1. Kepala puskesmas membentuk tim penyusun perencanaan tingkat
puskesmas yang anggotanya terdiri dari staf puskesmas
2. Kepala puskesmas menjelaskan tentang pedoman perencanaan
tingkat puskesmas kepada tim agar dapat memahami pedoman
tersebut demi keberhasilan penyusunan perencanaan tingkat
puskesmas
3. Puskesmas mempelajari kebijakan dan pengarahan yang telah
ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan
propinsi dan departemen kesehatan (Depkes, 2006).
b. Tahap Analisis Situasi
Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh infomasi mengenai
keadaan dan permasalahan yang dihadapi puskesmas melalui proses
analisis terhadap data yang dikumpulkan. Tim yang telah disusun oleh
20

kepala puskesmas melakukan pengumpulan data. Ada dua kelompok


data yang perlu dikumpulkan yaitu data umum dan data khusus
(Depkes, 2006).

c. Tahap Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan (RUK)


1. Identifikasi Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah
yang dikelompokan menurut jenis program, cakupan, mutu,
ketersediaan sumber daya (Depkes, 2006).
Contoh tabel Identifikasi Masalah
No. Program Target Pencapaian Masalah
1
2
3
dst
2. Menetapkan Urutan Prioritas Masalah
Mengingat adanya keterbatasan kemampuan mengatasi
masalah secara sekaligus, ketidaktersediaan teknologi atau adanya
keterkaitan satu masalah dengan masalah lainnya, maka perlu
dipilih prioritas dengan jalan kesepakatan tim. Bila tidak dicapai
kesepakatan dapat ditembuh dengan menggunakan kriteria lain.
Dalam penetapan prioritas masalah dapat mempergunakan
berbagai macam metode seperti kriteria matriks, MCUA, Hanlon,
Carl, dsb.Penetapan penggunaan metode tersebut diserahkan
kepada masing-masing puskesmas (Depkes, 2006).
Contoh kriteria matriks : masing-masing kriteria ditetapkan
dengan nilai 1-5. Nilai semakin besar jika tingkat urgensinya
sangat mendesak, atau tingkat perkembangannya dan tingkat
keseriusan semakin memprihatinkan bila tidak diatasi. Kemudian
kalikan tingkat urgensi (U) dengan tingkat perkembangan (G), dan
21

tingkat keseriusan (S). Prioritas masalah diurutkan berdasarkan


hasil perkalian yang besar dan disusun dalam matriks.

Masalah Masalah Masalah Masalah


Kriteria
1 2 3
Tingkat Urgensi (U)
Tingkat Keseriusan (S)
Tingkat Perkembangan (G)
UxSxG

3. Merumuskan Masalah
Hal ini mencakup apa masalahnya, siapa yang terkena
masalahnya, berapa besar masalahnya, dimana masalah itu terjadi
dan bila mana masalah itu terjadi (What, who, when, where dan
how).
4. Mencari Akar Penyebab Masalah
Mencari akar penyebab masalah dapat dilakukan dengan
menggunakan metode diagram sebab akibat dari Ishikawa
(disebut juga diagram tulang ikan karena digambarkan
membentuk tulang ikan). Kemungkinan penyebab masalah dapat
berasal dari :
a) Input (sumber daya) : Jenis dan jumlah alat, obat, tenaga
serta prosedur kerja manajemen alat, obat dan dana
b) Proses (Pelaksanaan kegiatan) : frekuensi, kepatuhan
pelayanan medis dan non medis
c) Lingkungan
d) Kategori yang dapat digunakan antara lain adalah man,
money, material dan methode.
22

Gambar 2.1. Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone)

MANUSIA METODE
MANUSIA

Masalah

SARANA DANA LINGKUNGAN

5. Pemecahan Masalah
Untuk menetapkan cara pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan kesepakatan diantara anggota tim. Bila tidak
terjadi kesepakatan dapat digunakan kriteria matriks.Untuk itu
harus dicari alternative pemecahan masalahnya (Depkes, 2006).
6. Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Meliputi upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan
pengembangan dan upaya kesehatan penunjang, yang meliputi
kegiatan tahunan yang akan datang, kebutuhan sumber daya
berdasarkan ketersediaan sumber daya yang ada, rekapitulasi
rencana usulan kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan ke
dalam format RUK puskesmas (Depkes, 2006).
7. Tahap Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Tahap penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan baik
upaya kesehatan wajib, upaya pengembangan upaya kesehatan
penunjang maupun upaya inovasi dilaksanakan secara bersama,
terpadu dan terintegritasi. Hal ini sesuai dengan azas
penyelenggaraan Puskesmas yaitu keterpaduan (Depkes, 2006).

Вам также может понравиться